Startegi Dan Metode Pengendalian Moderen
Manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Efektif berarti
bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti
bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan
jadwal. Diantara beberapa fungsi manajemen adalah pengendalian. Pengendalian
berusaha untuk mengevaluasi apakah tujuan dapat dicapai, dan apabila tidak
dapat dicapai dicari factor penyebabnya, dengan demikian dapat dilakukan
tindakan perbaikan. Dengan adanya pengendalian juga dapat memungkinkan manajer
untuk mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tersebut tepat pada waktunya
dalam melakukan tindakan perbaikan sebelum penyimpangan menjadi jauh.
Pengendalian
manajemen bersifat menyeluruh dan terpadu, artinya lebih mengarah ke berbagai
upaya yang dilakukan manajemen agar tujuan organisasi terpenuhi. Jadi sistem
pengendalian manajemen dapat diterapkan pada berbagai bentuk organisasi, sebab
hakikatnya setiap organisasi mempunyai komponen sama, yaitu :
1)
W = Work (Pekerjaan)
2)
E = Employe (Tenaga Kerja)
3)
R = Relationship
(Hubungan)
4)
E = Environment
(Lingkungan)
Sistem
pengendalian manajemen dapat dikatakan sebagai pengetahuan “teoritis-praktis.”
Karena itu dalam Sistem Pengendalian Manajemen akan lebih mudah mencernanya
kalau dalam mempelajarinya senantiasa membayangkan dan mengakitkannya dengan
perilaku manusia dalam kehidupan organisasi / perusahaan. Dari beberapa definsi
diatas dapat dikatakan bahwa Sistem pengendalian manajemen adalah suatu sistem
terintegrasi antara proses, strategi, pemrograman, penganggaran, akuntansi,
pertanggungjawaban, yang hakikatnya untuk membantu orang dalam menjalankan
organisasi atau perusahaan agar hasilnya optimal.
Pengendalian manajemen terdiri atas
struktur pengendalian manajemen dan proses pengendalian manajemen yang meliputi
tindakan untuk menuntun dan memotivasi usaha pencapaian tujuan dan tindakan
untuk mendeteksi dan memperbaiki pelaksanaan yang tidak efektif dan efisien.
Untuk memastikan bahwa tujuan strategi organisasi dapat tercapai maka suatu
organisasi harus dikendalikan Sistem pengendalian manajemenlah yang membantu
para manajer untuk menjalankan organisasi kearah tujuan strateginya. Sistem
pengendalian manajemen terdiri dari Struktur pengendalian manajemen dan proses
pengendalian manajemen. Struktur pengendalian manajemen dinyatakan dalam bentuk
unit organisasi dan sifat informasi yang ada diantara unit-unit ini.
Secara umum sistem pengendalian
manajemen akan berpusat pada bermacam-macam jenis pusat pertanggungjawaban.
Sedangkan proses pengendalian manajemen meliputi hubungan komunikasi informal
dan interaksi antara manajer dengan karyawan.
A. Pengertian
Standar adalah
ukuran tertentu yang digunakan sebagai patokan. Dalam arti
luaspengendalian adalah proses untuk mengarahkan
seperangkat variabel (misalnya mesin-mesin, manusia) kearah tercapaianya
sasaran atau tujuan. Dalam
organisasi, pengendalian adalah
proses mengarahkan kegiatan yang menggunakan berbagai sumber ekonomis agar
sesuai dengan rencana sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Dalam
pengendalian organisasi, manusia merupakan variabel penting yang harus diberi
pedoman, diarahkan, dan dimotivasi untuk mencapai tujuan.
Manajemen merupakan
serangkaian proses yang terdiri atas perencanaan(planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),
pengawasan(controlling) dan penganggaran (budgeting). Menurut
Drs. H. Malayu S. P Hasibuan, dalam bukunya Manajemen Sumber Daya
Manusia, Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber- sumber lainnya secara efektif dan efesien
untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengendalian Manajemen adalah
suatu prosedur (standar) yang saling berkaitan dan disusun dengan skema yang
utuh dan menyeluruh, untuk membantu manajemen dalam melakukan sistem
pengendalian manajemen. Menurut Earl P. Strong pengendalian adalah proses
pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan agar pelaksanaan sesuai
dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana. Sedangkan Menurut Harold koontz
mendefinisikan pengendalian adalah : Pengukuran dan perbaikan terhadap
pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana- rencana yang telah dibuat untuk
mencapai tujuan- tujuan perusahaan dapat terselenggarakan.
B.
Pengendalian
1.
Tujuan Pengendalian
1)
Supaya proses pelaksanaan dilakukan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari rencana.
2)
Melakukan tindakan perbaikan
(corrective), jika terdapat penyimpangan-penyimpangan (Devisiasi).
3)
Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai
dengan rencana.
4)
Pengendalian bukan hanya untuk
mencari kesalahan-kesalahan serta memperbaikinya jika terdapat kesalahan. Jadi
pengendalian dilakukan sebelum proses, saat proses, dan setelah proses, yakni
hingga hasil akhir diketahui.
2. Proses dan
Cara Pengendalian
Proses pengendalian dilakukan secara
bertahap melalui langkah-langkah berikut :
1)
Menentukan Standar- standar
yang akan digunakan dasar pengendalian
2)
Mengukur pelaksanaan atau hasil yang
telah tercapai.
3)
Membandingkan pelaksanaan atau hasil
dengan standar dan menentukan penyimpangan jika ada.
4)
Melakukan tindakan perbaikan, jika
terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan
rencana. Rencana juga perlu dinilai ulang dan dianalisis kembali , apakah
sudah benar- benar realistis atau tidak, jika belum benar atau
realistis maka renmcana itu harus diperbaiki.
3. Cara-Cara
Pengendalian
Seorang manajer harus mempunyai
berbagai cara untuk memastikan bahwa semua fungsi manajemen dilaksanakan dengan
baik. Hal ini dapat diketahui melalui proses kontrol atau pengawasan.
Cara- cara pengendalian atau pengawasan ini dilakukan sebagai berikut:
a. Pengawasan langsung.
Yaitu pengawasan yang dilakukan
sendiri secara langsung oleh seorang manajer . manajer memeriksa pekerjaan yang
sedang dilakukan untuk mengetahui apakah dikerjakan dengan benar dan hasilnya
sesuai dengan yang dikendaki.
b. Pengawasan tidak langsung.
Adalah pengawasan jarak jauh,
artinya dengan melalui laporan yang diberikan oleh bawahan. Laporan ini dapat
berupa lisan ataupun tulisan tentang pelaksanaan pekerjaan dan
hasil- hasil yang telah dicapai.
c. Pengawasan berdasarkan kekecualian.
Adalah pengendalian dalah
pengendalian yang dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang luar biasa dari
hasil atau standar yang diharapkan. Pengendalian semacam ini dilakukan dengan
cara kombinasi langsung dan tidak langsung oleh manager.
4. Fungsi
Pengendalian Manajemen
Controlling Secara
harfiah ialah pengendalian. Secara kontekstual (dalam konteks manajemen) ialah
suatu proses pemantauan dan pengambilan keputusan dari hasil pemantauan
tersebut. Controlling ini dilakukan agar segala sesuatunya
berjalan dengan tepat. Sesuai dengan apa yang direncanakan dan agar mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Ada beberapa tahap proses pengawasan
antara lain:
1)
Penetapan standard kegiatan
2)
Penentuan pengukuran kegiatan
3)
Pengukuran pelaksanaan kegiatan
nyata
4)
Membandingkan pelaksanaan kegiatan
dengan standard dan penganalisaan
5)
penyimpangan-penyimpangan.
6)
Mengambil tindakan pengoreksian bila
dianggap perlu
Permasalahan yang dihadapi oleh
eksekutif dalam pengawasan karena harus melakukan koordinasi terhadap tiga
komunikasi, koordinasi, dan kerjasama sangatlah vital, sehingga diperlukan
sekali perhatian terhadap masa1ah orang dan cara pengawasan terhadapnya (cara
kerja dan sikapnya).
Ada beberapa kendala yang dihadapi
oleh dunia usaha dalam bidang manajemen yaitu antara lain:
1)
Kurang informasi mengenai data
produktivitas terutama melakukan perbaikan dan acap kali terdapat kekurangan
mampuan untuk merincikan hasil yang dicapai oleh manajem
2)
Berkembangnya manajemen partisipatif
sehingga menghendaki adanya tukar menukar informasi antara pimpinan dan
unsur-unsur manajemen formal dan informal untuk dapat memelihara industrial
peace dan antar perusahaan.
3)
Pertumbuhan jaminan komunikasi
memerlukan koordinasi secara intern dan antar perusahaan.
4)
Cepatnya terjadi perubahan sehingga
menghendaki kecepatan adaptasi bagi tenaga baru.
5)
Kemampuan adaptasi ini bergantung
dari sistem komunikasi manajemen.
5. Sistem
Pengendalian
Mempunyai beberapa
elemen yaitu sebagai berikut ini :
a. Detector (Pelacak)
Elemen ini berguna untuk mengukur
apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan.contohnya
: Pelaporan atas kondisi yang sedang terjadi pada perusahaan.
b. Assessor (Penilai)
Elemen ini berguna untuk menentukan
signifikansi dari peristiwa aktual dengan cara membandingkannya dengan standar
atau ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi.Contoh : Rapat eksekutif
senior yang membahas tentang kondisi yang sedang terjadi dan kondisi yang
seharusnya terjadi.
c. Effector
Elemen ini berguna untuk mengubah
perilaku proses yang sedang dikendalikan jika assessor mengindikasikan
adanya kebutuhan untuk melakukan perubahan tersebut. Contoh
: Keputusan eksekutif senior atas apa yang harus dilakukan untuk
menindaklanjuti kondisi yang sedang terjadi.
d. Communication network
Elemen ini berguna sebagai sarana
untuk menyalurkan informasi antara elemen-elemen yang ada dan proses yang
sedang dikendalikan. Contoh : Sistem informasi di dalam perusahaan
yang menyampaikan pelaporan dan keputusan yang sudah dibuat.
Dalam Standar
pengendalian Manajemen Bisnis Test untuk membantu pembuatan
keputusan ada 4 yaitu :
1) Test of
Profitability
Return on Owners Investment
(ROI) = Laba : rata– rata modal
sendiri
Return on Total Investment
(RTI) =
(Laba + biaya bunga) : rata- rata total asset
Financial Leverage
= ROI – RTI
Earning per Share
(EPS)
= Laba : rata jumlah saham beredar
Profit
margin
= Laba : penjualan bersih
Fixed Asset turnover
Ratio
= Penjualan bersih : rata-rata asset bersih
2) Test of
Liquidity
Cash
ratio
= Kas +
setara kas : utang lancar
Current
ratio
= Aktiva lancar : utang lancar
Quick
ratio
= (AL-Persediaan) : utang lancar
Receivable
Turnover
= Penjualan Kredit : rata-
rata piutang
Average age of
receivable
= 365 : receivable turnover
Inventory
turnover = HP Penjualan rata-rata
persediaan
Average days supply in inventory = 365 :
inventory turnover
3) Test of
solvency & equity position
Debt equity
ratio = total
utang
modal sendiri
4) Market test
Price/ earning
ratio = harga pasar
perlembar saham : laba perlembar saham.
Dividend yield
ratio = dividend
perlembar : harga pasar perlembar saham.
Book value per
share = modal saham biasa : jml lembar
saham biasa yg beredar.
6. Syarat Bagi
Pengendalian
Pengendalian efektif membutuhkan
tiga persyaratan dasar:
a.
Standards yang
merefleksikan outcomes ideal
b.
Information yang
menunjukkan adanya deviasi antara actual & standard results
c.
Corrective action bagi
semua deviasi antara actual & standard results
Tanpa standar, tidak dapat diketahui
situasi pembanding; dan tanpa provisi tindakan korektif, semua proses
pengendalian tidak bermakna.
7. Elemen Pengendalian
Dalam sistem pengendalian terdapat
empat elemen pokok yang saling berhubungan. Keempat elemen pokok tersebut
adalah :
a.
Kondisi atau karakteristik yang
dikendalikan
b.
Instrument atau metode sensor untuk
mengukur kondisi atau karakteristik yang dikendalikan.
c.
Kelompok, unit, atau instrumen
kendali yang akan membandingkan data yang diukur dengan pekerjaan yang
direncanakan dan mengarahkan mekanisme perbaikan untuk memenuhi kebutuhan.
d.
Kelompok atau mekanisme yang
bergerak dan mampu mengadakan inovasi dalam sistem operasi.
8. Jenis-jenis
Pengendalian
Ditinjau dari system pelaksanaannya,
pengendalian dapat diklasifikasikan system pengendalian umpan balik,
pengendalian umpan maju, dan pengendalian pencegahan seperti berikut :
a. Pengendalian Umpan Balik
Pengendalian ini memantau operasi
proses maupun masukan dalam suatu usaha untuk menerka penyimpangan yang
potensial agar tindakan perbaikan atas penyimpangan yang terjadi dapat
dilakukan untuk mencegah permasalahan kompleks menimpa organisasi.
b. Pengendalian Umpan Maju
Salah satu kelemahan utama system
pengendalian umpan balik adalah bahwa system tersebut tidak memberikan
peringatan suatu penyimpangan sebelum hal tersebut menjadi cukup berarti.
Dampaknya penyimpangan yang memakan biaya besar dapat berlangsung terus atau
semakin buruk sebelum tindakan perbaikan yang efektif dilaksanakan. Hadirnya
sistem pengendalian umpan maju dengan maksud untuk bertindak secara langsung
pada permasalahan tersebut mencoba mencegah sebelum penyimpangan terjadi lagi.
c. Pengendalian Pencegahan.
Dua sistem pengendalian yang sudah
dijelaskan diatas berfungsi secara ekstern terhadap proses yang sedang
dikendalikan, memantau operasi, dan terlibat dalam mengambil tindakan perbaikan
apabila terjadi penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan. Sebaliknya
sistem pengendalian pencegahan adalah kebijakan dan prosdur yang sebenarnya
merupakan bagian dari proses tersebut. Pengendalian pencegahan merupakan
pengendalian intern organisasi.
9. Metode
Pengendalian
Metode pengendalian dapat diklasifikasikan
ke dalam 3 jenis:
a. Precontrol
1)
Metode yang membantu manajer untuk
mengendalikan the acquisition of resources
2)
Jangkauan: organisasi memperoleh (acquire)
SDM, material, modal, dan sumber daya keuangan dari lingkungannya.
b. Concurrent
1)
Metode yang digunakan untuk membantu
manajer mengendalikan proses transformasi sumber daya (input)
2)
Jangkauan: organisasi mengubah (transform)
sumber daya melalui kegiatan produksi/operasional dan serangkan proses.
c. Postcontrol
1)
Metode yang digunakan untuk membantu
manajer mengendalikan creation of resources
2)
Jangkauan: organisasi menciptakan (create)
sumber daya dalam bentuk produk atau jasa (services)
C. Definisi
Pengendalian Sistem Manajemen
Sistem pengendalian manajemen
merupakan hal yang tidak asing lagi untuk tidak dikenal ataupun dipergunakan
oleh setiap organisasi, kelompok dll. Dimana adanya sistem pengendalian
dianggap penting dalam sebuah organisasi, kelompok dll karena dengan adanya
pengendalian mampu meminimalisir beberapa masalah yang kemungkinan besar terjadi,
baik itu dilakukan oleh manusia maupun sistem(elektronik).
Menurut Robert sistem merupakan
suatu cara tertentu dan bersifat refetatif untuk melaksanakan sekelompok
aktivitas. Dalam bukunya Suadi mengatakan bahwa sistem adalah sekelompok
komponen yang masing-masing saling menunjang-saling berhubungan maupun yang
tidak, yang keseluruhannya merupakan sebuah kesatuan. sedangkan dalam kamus
ilmiah populer sistem memiliki arti cara yang teratur (untuk melakukan
sesuatu).
Dari beberapa definisi diatas bahwa sistem
merupakan suatu cara yang tepat dan teratur dalam satu kesatuan yang saling
berintegrasi antara yang satu dengan yang lain untuk mencapai sebuah tujuan.
Tentunya dalam sebuah sistem terdiri dari berbagai langkah kongrit yang akan
digunakan oleh berbagai aktvitas. Hal ini yang membuat tujuan akan tercapai
atau tidak. Semakin bagus sistem yang dipakai, maka semakin optimistis tujuan
yang akan kita capai.
Pengendalian merupakan suatu proses
yang mengarahkan, meluruskan dan menjadikan segala berjalan susuai tujuan yang
telah ditetapkan. Hansen dan Mowen mengartikan pengendalian adalah proses
penetapan standar, dengan menerima umpan balik berupa kinerja sesungguhnya, dan
mengambil tindakan yang diperlukan jika kinerja sesungguhnya berbeda secara
signifikan dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Maka, harapan dari
pengendalian berupaya untuk menjadikan segala sesuatu tetap konsisten berada
dijalannya dengan berbagai langkah-langkah yang dilakukan di dalamnya guna
mencapai tujuan awal yang ditetapkan. Disisi lain, pengendalian merupakan
sebuah alternatif yang dilakukan ketika pencapaian sebuah tujuan tidak sesuai
dengan langkah-langkah awal yang dilakukan, sehingga perlu diluruskan dan
dikendalikan.
Dari sudut pengendalian
manajemennya, terdapat beberapa aktivitas vital pengendalian yang menjadi
fokus utamanya, yaitu :
1)
Merencanakan apa yang seharusnya
dilakukan oleh organisasi
2)
Mengkordinasikan aktivitas-aktivitas
dari beberapa bagian organisasi
3)
Mengkomunikasikan informasi
4)
Mengevaluasi informasi
5)
Memutuskan tindakan apa yang
seharusnya diambil jika ada
6)
Mempengaruhi orang-orang untuk
mengubah perilaku mereka
Sedangkan manajemen itu sendiri
merupakan berbagai cara yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan. Dalam buku
pengantar manajemen menjelaskan, bahwa manajemen adalah suatu proses yang
diawali dengan planning, organizing, actuating dan controling yang
dilakukan dalam sebuah organisasi atau kelompok dll untuk mencapai tujuan
organisasi. Tidak dipungkiri kalau pengertian dari manajemen cukup komperhenship
dan saling terintegrasi antara satu elemen dengan elemen yang lain.
Maka, sistem pengendalian manajemen
adalah cara representatif yang dilakukan oleh sebuah organisasi dalam
mengajarahkan, meuruskan dan mengembalikan suatu aktivitas organisasi dengan
pola yang beranikaragam untuk mencapai tujuan organisasi. Namun menurut
Marciariello dan Kirby SPM sebagai perangkat struktur komunikasi yang saling
berhubungan yang memudahkan pemrosesan informasi dengan maksud membantu manajer
mengkoordinasikan bagian-bagian yang ada dan pencapaian tujuan organisasi
secara terus menerus.
Agar sistem pengendalian itu
berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan awal, maka dibutuhkan empat
elemen penunjang yang harus ada, yaitu:
1. Detektor (Pelacak), merupakan
sebuah perangkat yang mengukur apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses yang
sedang dilakukan. Segala aktivitas yang dilakukan oleh organisasi dapat
diketahui dan terdeteksi. Sehingga ketika terjadi penyimpangan dan kesalahan
diketahui dengan segera dan terselesaikan dengan cepat juga.
2. Assesor (Penilai), suatu
perangkat yang menentukan sifnifikasi dari peristiwa aktual dengan cara
membandingkannya dengan beberapa standar atau ekspedisi dari apa yang
seharusnya terjadi. Yaitu adanya media yang dapat menilai sekaligus
membandingkan kejadian-kejadian yang ditemukan dalam aktivitas sebuah
perusahaan dengan prediksi yang kemungkinan akan terjadi dan dijadikan sebagai
ancaman.
3. Effector (umpan balik), suatu
perangkat yang mengubah perilaku jika assessor mengindikasikan
kebutuhan untuk melakukan suatu hal. Maksudnya ketika perusahaan terdapat
problem, maka ada sebuah langkah (alternatif solutif) yang harus dilakukan oleh
manajemen untuk mengatasi hal tersebut
4. Jaringan komunikasi, perangkat
yang meneruskan antara derektor danassessor dan
antara assessor dan affector. Suatu aktivitas sistematis yang
dilakukan ketika terdapat sebuah permasalahan, maka secara langsung terdapat
alternatif yang harus dilakukan sesuai dengan permasalahan yang terjadi.
Sehingga perjalan sistem pengendaliannya berjalan terintegrasi antara satu
elemen dengan elemen lainnya.
D. Rancangan
Proses pengendalian Manajemen
Pada umumnya dalam organisasi,
proses pengendalian yang ditempuh oleh manajer meliputi :
1. Penetapan Hasil yang Diinginkan
Manajer harus menetapkan hasil yang
ingin dicapai sespesifik mungkin. Penerpan tujuan seperti meningktkan
produktivitas, menaikkan harga produk dan meningkatkan pelayanan pelanggan
terlihat kabur. Oleh karena itu, perlu dispesifikasikan menjadi meningkatkan
produktivitas sebesar 10 %, menaikkan harga pokok dari Rp5.000,- menjadi
Rp7.500,-, menyelesaikan setiap keluhan pelanggan, dan sebagainya. Disamping
itu hasil yang diinginkan hendaknya dihubungkan dengan individu yang
bertanggung jawab atas pencapaiannya. Demikian pula apabila individu yang
bersangkutan berhasil dalam pencapaian hasil, perlu dierikan imbalan yang
sesuai dengan tanggung jawab dan pengorbanannya.
2. Penentuan Prediktor Hasil
Salah satu tugas penting dari
manajer yang akan merancang aktivitas pengendalian adalah menentukan sejumlah
indikator atau prediktor yang terhandal untuk setiap tujuannya. Indikator
peringatan awal yang dapat membantu manajer dalam mengestimasi apakah tujuan
yang ingin dicapai dapat terwujud atau tidak menurut Newman meliputi hal-hal
berikut:
a. Pengukuran Masukan
Suatu perubahan dalam masukan kunci
akan memberikan isyarat kepada manajer bahwa ia perlu mengadakan perubahan
terhadap rencananya, atau mengambil beberapa tindakan perbaikan.
b. Hasil Tahap Awal
Apabila hasil tahap awal ternyata
lebih baik dari pada yang diharapkan atau sebaliknya, mungkin perlu dilakukan
penilaian kembali dan tindakan yang tepat dapat diambil.
c. Gejala
Gejala adalah kondisi yang tampaknya
berhubungan dengan hasil akhir tetapi tidak langsung mempengaruhi hasil
tersebut.
d. Perubahan dalam Kondisi yang
diasumsikan
Estimasi awal yang didasarkan atas
anggapan bahwa kondisi yang normal akan berlaku. Suatu perubahan yang tidak
diharapkan, seperti pengembangan produk aru oleh pesaing atau kekurangan bahan
baku, akan menunjukkan perlunya untuk mengevaluasi kembali taktik dan tujuan
organisasi,
3. Penentuan Standar Atas Predictor dan
Hasil
Penentuan standar atas prediktor dan
hasil akhir merupakan suatu bagian penting dalam desain proses pengendalian.
Tanpa tolok ukur, manajer barangkali bereaki secara berlebihan terhadap
penyimpangan yang tidak berarti.
4. Penentuan Jaringan Informasi dan
Umpan Balik
Tahap ini adalah menentukan sarana
untuk mengumpulkan informasi mengenai predictor dan sarana untuk membandingkan
predictor dengan standar.
5. Penilaian Informasi dan Pengambilan
Tindakan Perbaikan
Tahap ini menyangkut pembandingan
prediktor dengan standar, penetapan mengenai tindakan apa yang perlu diambil,
dan kemudian pengambilan tindakan tersebut.
E. Karakteristik
Pengendalian yang Efektif
Efektifitas adalah kemampuan untuk
memilih sasaran yang tepat. Dengan demikian, pengendalian yang efektif berarti
pengendalian yang tepat sesuai dengan proses yang harus dilalui tanpa
mentimpang dari system yang dianut sehingga tahapan yang dilalui benar. Secara
umum pengendalian yang efektif mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Akurat
Informasi atas kinerja harus akurat.
Ketidakakuratan data dari suatu system pengendalian dapat mengakibatkan
organisasi mengambil tindakan yag akan menemui kegagalan untuk memperbaiki
suatu permasalahan atau menciptakan permasalahan baru.
2. Tepat Waktu
Informasi harus dihimpun, diarahkan,
dan segera dievaluasi jika akan diambil tindakan tepat waktunya guna
menghasilkan perbaikan.
3. Objektif Dan Komperehensip
Informasi dalam suatu system
pengendalian harus mudah dipahami dan dianggap objektif oleh individu yang
menggunakannya. Maka objektif system pengendalian, makin besar kemungkinannya
bahwa individu dengan sadar dan efektif akan merespons informasi yang diterima,
demikian sebaliknya.
4. Dipusatkan pada Tempat Pengendalian
Strategis
System pengendalian strategis
sebaiknya dipusatkan pada bidangnya yang paling banyak kemungkinan akan terjadi
penyimpangan dari standar, atau yang akan menimbulkan kerugian yang paling
besar.
5. Secara Ekonomi Realistic
Pengeluaran biaya harus ditekan
seminimum mungkin sehingga terhindar dari pemborosan yang tidak berguna.
6. Secara Organisasi Realistic
System pengendalian harus dapat
digabungkan dengan realitas organisasi. Misalnya, individu harus dapat melihat
hubungan antara tingkat kinerja yang harus dicapainya dan imbalan yang akan
menyusul kemudian.
7. Dikoordinasikan dengan Arus
Pekerjaan organisasi
Informasi pengendalian perlu untuk
dikoordinasikan dengan arus pekerjaan diseluruh organisasi karena dua alasan.
Pertama, setiap langkah dalam proses pekerjaan dapat mempengaruhi keberhasilan
atau kegagalan seluruh operasi. Kedua, informasi pengendalian harus sampai pada
semua orang yang perlu untuk menerimanya.
8. Fleksibel
Pada setiap organisasi pengendalian
harus mengandung sifat fleksibel yang sedemikian rupa sehingga organisasi
tersebut dapat segera bertindak untuk mengatasi perubahan yan merugikan atau
memanfaatkan peluang baru.
9. Preskriptif dan Operasional
Pengendalian yang efektif dapat
mengidentifikasi tindakan perbaikan apa yang perlu diambil setelah terjadi
penyimpangan dari standar.
10. Diterima Para Anggota Organisasi
Pengendalian tersebut harus
bertalian dengan tujuan yang berarti dan diterima
F. Proses
Pengendalian Manajemen
Proses Pengendalian Manajemen yang
baik sebenarnya formal, namun sifat pengendalian normal masih banyak terjadi.
Pengendalian Manajemen Formal merupakan tahap – tahap yang saling berkaitan
satu sama lain, terdiri dari proses :
1.
Pemrograman
( Programming )
Dalam tahap ini, suatu organisasi
atau perusahaan menetukan program – program yang dilaksanakan dan memperkirakan
sumber daya yang akan dialokasikan untuk setiap program yang telah ditentukan.
1. Penganggaran (Budgeting)
Pada tahap penganggaran ini, program
yang telah direncanakan secara terperinci dinyatakan dalam satuan moneter untuk
suatu periode tertentu. Biasanya satu tahun. Anggaran ini berdasarkan pada
kumpulan anggaran – anggaran dari pusat pertanggungjwaban.
2. Operasi dan akuntansi (Operation and
accounting)
Dalam tahap ini dilaksanakan
pecatatan mengenai berbagai sumber daya yang digunakan dari penerimaan –
penerimaan yang dihasilkan. Catatan dan biaya – biaya tersebut digolongkan
sesuai dengan program yang telah ditetapkan pusat – pusat tanggung jawabnya.
3. Laporan dan analis (reporting and
analysis)
Tahap ini merupakan tahapan yang
paling penting, karena menutup suatu siklus dari prose pengendalian manajemen
agar data untuk proses pertanggungjawaban akuntansi dapat dikumpulkan.
G. Hambatan
dalam Sistem Pengendalian Manajemen dan cara Mengatasinya
Adapun hambatan – hambatan dalam
system pengendalian adalah :
1)
Pekerjaan yang tercakup dalam
perencanaan mungkin berlebihan pada kontribusi nyata dalam suatu pengendalian
manajemen tersebut.
2)
Perencanaan cenderung menunda
kegiatan
3)
Perencanaan mungkin terlalu
membatasi manajemen untuk berinisiatif dan berinovasi
4)
Kadang-kadang hasil yang paling baik
didapatkan oleh penanganan setiap masalah pada saat masalah tersebut terjadi
5)
Ada beberapa rencana yang diikuti
cara - cara yang tidak konsisten
Cara Mengatasinya :
1) Pemahaman Maksud Tujuan dan Rencana
Salah satu cara terbaik untuk
memperlancar penetapan tujuan dan proses Pengendalian adalah dengan maksud
dasarnya.
2) Komunikasi dan Partisipasi
Meskipun mungkin dibuat pada tingkat
tinggi, tujuan dan rencana tersebut harus dikomunikasikan kepada pihak yang
lain dalam organisasi. Setiap orang yang terlibat dalam proses pengendalian
seharusnya tahu landasan apa yang mendasari strategi fungsional, dan bagaimana
strategi-strategi tersebut diintegrasikan dan dikoordinasikan.
3) Konsistensi /revsi /dan pembaruan
Konsistensi berarti bahwa
tujuan seharusnya konsisten dari atas hingga ke
bawah organisasi : tujuan stategis, taktis, dan operasional
harus selaras. Karena penetapan tujuan dan perencanaan merupakan proses yang
dinamis, tujuan dan perencanaan juga harus direvisi dan diperbarui secara
berkala.
4) Sistem Penghargaan yang Efektif
Secara umum, orang seharusnya diberi
penghargaan baik karena menetapkan tujuan dan rencana yang efektif, maupun
karena berhasil mencapainya. Karena kegagalan terkadang berasal dari
faktor-faktor di luar pengendalian manajemen, orang seharusnya dipastikan bahwa
kegagalan dalam mencapai tujuan tidak akan selalu memiliki konsekuensi hukuman.
H. Manajemen
Moderen (Manajemen Kontemporer)
Manajemen modern
mulai berkembang sejak tahun 1940- an dan banyak menggunakan manajemen sains
atau manajemen operasi
atau riset operasi sebagai pendekatan ilmu manajemen, yang
banyak menggunakan ilmu matematika, fisika, untuk memecahkan masalah
oprasional. Pada awalnya ilmu manajemen operasi
digunakan dalam ilmu kemiliteran dalam hal-hal operasional militer. Tujuan
dari manajemen sains /
manajemen ilmu adalah untuk memberikan
landasan kuantitatif dalam pengambilan keputusan (Gibson,
Donelly, Ivancevich, 1996).
Banyak digunakan dalam kegiatan-
kegiatan sehari- hari meliputi penganggaran modal, perencanaan produk, manajemen persediaan,
penjadwalan, metode antrian, transportasi.
I. Model
Manajemen Kontemporer
1. Teori Z
Teori Z adalah
sebuah pendekatan manajemen berdasarkan kombinasi dari Amerika dan Jepang dan
filosofi manajemen yang ditandai, antara lain, jangka panjang pekerjaan tetap,
pengambilan keputusan secara konsensus, evaluasi dan promosi lambat prosedur,
dan tanggung jawab individu dalam konteks kelompok. Teori Z lebih
menekankan pada peran dan posisi pegawai atau karyawan dalam perusahaan yang
dapat membuat para pekerja menjadi nyaman, betah, senang dan merasa menjadi
bagian penting dalam perusahaan. Dengan demikian maka karyawan akan bekerja
dengan lebih efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaannya. Semangat Dr.
William Ouchi dengan theory Z nya adalah membangun
loyalitas pekerja melalui mind set pekerjaan seumur hidupnya itu.
1) Organisasi Amerika:
a.
Masa kerja jangka pendek (short-term
employment)
b.
Evaluasi dan promosi yang cepat
c.
Jalur karir yang terspesialisasi
d.
Mekanisme kontrol yang eksplisit
e.
Pengambilan keputusan secara
individual
f.
Tanggung jawab individual
g.
Keprihatinan tersegmentasi (segmented
concern)
2) Organisasi Jepang:
a.
Masa kerja seumur hidup (lifetime
employment)
b.
Evaluasi dan promosi yang lambat
c.
Jalur karir yang tidak
terspesialisasi
d.
Mekanisme kontrol yang implisit
e.
Pengambilan keputusan secara
kolektif
f.
Tanggung jawab kolektif
g.
Keprihatinan keseluruhan (wholistic
concern)
Jadi bisa kita lihat bahwa Teori Z
merupakan pendekatan manajemen yang menggabungkan filosofi manajemen Jepang
dengan budaya Amerika. Walaupun diadopsi dari Jepang, tetapi teori ini tidak
murni bentuk manajamen Jepang. Seperti bisa kita lihat teori Z menganut
tanggung jawab individual, dan konsep tersebut merupakan serapan dari manajemen
budaya Amerika.
Ciri perusahaan yang menerapkan
teori Z Tanggung jawab diberikan secara perorangan atau individual dan mengakui
prestasi individu.
1)
Karena tanggung jawab bersifat
individu maka karyawan bebas bekerja menggunakan keterampilan yang dimilikinya.
2)
Karyawan dipekerjakan seumur, agar
terjadinya rasa aman dan loyalitas terhadap perusahaan.
3)
Pengambilan keputusan dilakukan
dengan cara konsensus atau secara terbuka. Walaupun akan memakan waktu yang
lebih lama namun tingat keberhasilan pengimplementasian hasil keputusan yang
didapat akan lebih tinggi karena mendapat dukungan dari mayoritas pekerja.
4)
Promosi dilakukan perlahan-lahan
dari bawah, dan proses evaluasi prestasi dan promosi dilakukan dengan hari-hati
agar tidak menimbulkan masalah dengan para karyawan.
2. Gerakan
Ekselesnsi
Peters & Waterman mengatakan
bahwa perusahaan-perusahaan tertentu yang excellent, atau mereka yang memiliki
kesuksesan yang telah berlangsung dalam jangka panjang, melakukan banyak hal
secara sistematik yang membuat mereka terpisah dari perusahaan lain.
1)
Melakukan sesuatu tepat pada
waktunya.
2)
Tetap dekat dengan konsumen.
3)
Mempromosikan otonomi dan
kewirausahaan memaksimalkan produktivitas
pekerja.
4)
Menggunakan pendekatan hand-on bagi
manajemen.
5)
Melakukan
yang terbaik dan diketahui perusahaan
6)
Mempertahankan
struktur organisasi yang sederhana
3. Total
Quality Management (TQM)
Total Quality Management (TQM)
atau Manajemen Mutu Menyeluruh adalah suatu konsep manajemen
yang telah dikembangkan sejak lima puluh tahun lalu dari berbagai praktek
manajemen serta usaha peningkatan dan pengembangan produktivitas. Di
masa lampau, literatur manajemen berfokus pada fungsi-fungsi kontrol kelembagaan,
termasuk perencanaan, pengorganisasian, perekrutan staf, pemberian arahan,
penugasan, strukturisasi dan penyusunan anggaran. Konsep manajemen ini membuka
jalan menuju paradigma berpikir baru yang memberi penekanan pada kepuasan
pelanggan, inovasi dan peningkatan mutu pelayanan secara berkesinambungan.
Faktor- faktor yang menyebabkan lahirnya "perubahan paradigma"
adalah menajamnya persaingan, ketidak- puasan pelanggan terhadap mutu
pelayanan dan produk, pemotongan anggaran serta krisis ekonomi. Meskipun akar
TQM berasal dari model- model perusahaan dan industri, namun kini
penggunaannya telah merambah sturuktur manajemen, baik di lembaga pemerintah
maupun lembaga nirlaba.
Penerapan TQM adalah
suatu proses jangka panjang dan berlangsung terus menerus, karena budaya suatu
organisasi sangatlah sulit untuk dirubah. Faktor-faktor yang membentuk budaya
organisasi seperti struktur kekuasaan, sistem administrasi, proses kerja,
kepemimpinan, predisposisi pegawai dan praktek-praktek manajemen berpotensi
untuk menjadi penghambat perubahan.
4. ISO 9000 dan
14000
a. ISO 9000
Ada berbagai macam seri dari ISO
9000 yang memiliki standar, pedoman, dan laporan yang terangkum di dalamnya.
Seri ISO 9000 terdiri dari: (Suardi, 2003, p. 33-34)
§
ISO 9000:2000: Dasar dan Kosakata Sistem
Manajemen Mutu
§
ISO 9001:2000: Persyaratan Sistem
Manajemen Mutu
§
ISO 9004:2000: Pedoman untuk Kinerja
Peningkatan Sistem Manajemen Mutu
§
ISO 19011: Pedoman Audit Sistem
Manajemen Mutu dan Lingkungan
b. ISO 14000
ISO 14000 adalah standar
internasional tentang sistem manejemen lingkungan (Rothery, 1995) yang sangat
penting untuk di ketahui dan di laksanakan oleh seluruh sektor industri.
5.
Penerapan ISO di suatu perusahaan :
a.
Meningkatkan citra perusahaan
b.
Meningkatkan kinerja lingkungan
perusahaan
c.
Meningkatkan efisiensi kegiatan
d.
Memperbaiki manajemen organisasi
dengan menerapkan perencanaan, pelaksanaan, pengukuran dan tindakan perbaikan (plan,
do, check, act).
e.
Meningkatkan penataan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan dalam hal pengelolaan lingkungan
f.
Mengurangi risiko usaha
g.
Meningkatkan daya saing
h.
Meningkatkan komunikasi internal dan
hubungan baik dengan berbagai pihak yang berkepentingan
i.
Mendapat kepercayaan dari
konsumen/mitra kerja/pemodal
6. Proses
Rekayasa Ulang Bisnis
Perencanaan ulang secara radikal
serta memikirkan kembali proses bisnis secara fundamental untuk mencapai
perbaikan secara dramatis dalam ukuran unjuk kerja kontemporer seperti biaya,
kualitas, servis dan kecepatan.
7. Downsizing
(Perampinagan)
Istilah “ramping” ini bukan hanya
diperuntukkan dalam mengartikan penurunan berat badan seseorang, istilah ini
bahkan sudah lazim digunakan perusahaan terhadap cara me- manage sumber
dayanya. Perubahan lingkungan yang begitu cepat dan pesat, tingkat persaingan
yang begitu intens mau tidak mau mengharuskan perusahaan untuk
mengadaptasikan perubahan tersebut dalam hal merubah cara me-manage mereka
secara radikal. Isu- isu mengelola karyawan dalam jumlah yang sedikit, tingkat
manajemen yang datar merupakan praktek-praktek perampingan (atau lebih dikenal
dengan istilah “downsizing”) yang terjadi di dalam perusahaan
akhir-akhir ini. Umumnya langkah perampingan (downsizing) yang dilakukan
oleh perusahaan adalah dalam rangka menyehatkan kembali perusahaan dalam rangka
menciptakan “low cost production”.
Hal ini harus dilakukan perusahaan
karena stabilitas dan prediktabilitas bisnis telah digantikan oleh
ketidakpastian, kompleksitas dan persaingan yang semakin intens. Siap tidak
siap perubahan-perubahan tersebut berdampak secra langsung bagi perusahaan,
sehingga mengharuskan perusahaan untuk mengubah cara-cara pengelolaan agar
dapatsurvive dan bersaing.
Beberapa hal yang harus diperhatikan
pimpinan perusahaan sebelum melakukan prosesdownsizing adalah :
1) Pertama, sebaiknya
pimpinan perusahaan melakukan proses sosialisasi kepada seluruh karyawan
terhadap alasan mengapa downsizing dilakukann. Hal ini perlu
dilakukan agar terciptanya pemahaman antara karyawan dan pihak pimpinan,
sehingga menimbulkan proses negosiasi (misalnya: apakah karyawan hanya diberhentikan
sementara sampai tingkat produktivitas perusahaan kembali stabil, menyarankan
pensiun dini bagi karyawan , ataupun program-program lainnya) , sehingga
diharapkan karyawan dapat memahami serta menerima keputusan pihak pimpinan
melakukan downsizing.
2) Kedua adalah
menetapkan kriteria-kriteria karyawan yang akan diberhentikan berdasarkan
evaluasi kerja (performance appraisall) dimana evaluasi
dilakukan menggunakan deskripsi pekerjaan (job description),
spesifikasi pekerjaan(job spesification) dan standar kerja (work
standard). Data-data dari proses produksi (seperti perbandingan
kualitas dan kuantitas kerja karyawan terhadap standar kerja) , data-data
personalia (tingkat kehadiran karyawan, keterlambatan, masa kerja karyawan)
dapat juga digunakan sebagai informasi pendukung dalam kriteria pengambilan
keputusan downsizing. Hal ini perlu dipertimbangkan agar proses
downsizing dilakukan secara adil, bukan berdasarkan like and dislike dari pihak
pimpinan perusahaan, serta menjamin karyawan yang tinggal dalam perusahaan
benar-benar merupakan karyawan yang handal.
10. Organisasi
Jejala
Fungsi utama organisasi tidak harus
dimiliki satu organisasi sendiri, tetapi dapat dilakukan oleh perusahaan lain,
yaitu atas dasar kontrak.
J. Kaizen
Merupakan istilah dalam bahasa
Jepang yang bermakna "perbaikan berkesinambungan". Filsafat kaizen
berpandangan bahwa hidup kita hendaknya fokus pada upaya perbaikan
terus- menerus. Pada penerapannya dalam perusahaan, kaizen mencakup pengertian
perbaikan berkesinambungan yang melibatkan seluruh pekerjanya, dari manajemen
tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah.
Dalam kaizen manajemen memiliki dua
fungsi utama : Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan teknologi,
sistem manajemen, dan standar operasional yang ada sekaligus menjaga standar
tersebut melalui pelatihan serta disiplin dengan tujuan agar semua karyawan
dapat mematuhi prosedur pengoperasian standar (Standard Operating
Procedure-SOP) yang telah ditetapkan.
K. Just In Time
Model JIT adalah model yang menempatkan
pemasok sebagai mitra bisnis sejati; mereka dididik, dibina, dan diperlakukan
sebagai bagian dari perusahaan yang dipasok bahan bakunya. Pengertian JIT
adalah persediaan dengan nilai nol atau mendekati nol, artinya perusahaan tidak
menanggung biaya persediaan. Bahan baku akan tepat datang pada saat
dibutuhakan. Model yang demikian tentu saja pemasoknya adalah pemasok yang
setia dan profesional. Dengan model ini terjadi efisiensi biaya persediaan
bahan baku.
Dalam hubungannya dengan barang jadi
(finished goods) model JIT juga diterapkan, dimana perusahaan hanya
memproduksi sesuai dengan pesanan sehingga ia tidak mempnyai persediaan barang
jadi. Dampaknya adalah penghematan biaya persediaan barang jadi. Model ini
dapat diterapkan jika semua pihak yang terlibat dalam proses produk mulai dari
pemasok sampai ke pelanggan memiliki motivasi kuat dalam pengendalian dan
peningkatan kualitas berkelanjutan.
Keunggulan Just In Time antara
lain adalah :
1)
Menghilangkan pemborosan dengan cara
memproduksi suatu produk hanya dalam kuantitas yang diminta pelanggan.
2)
Dampak persediaan, persediaan kecil,
mungkin nol.
3)
Tata letak pabrik, dikelompokkan
satu macam produk, atau sistem sel.
4)
Pengelompokkan karyawan, dalam satu
jenis produk.
5)
Pemberdayaan karyawan, dilatih dan
dididik terus menerus menyesuaikan dengan perubahan alat kerja dan metode
kerja.
6)
Pengendalian mutu total, semua orang
bertanggung jawab terhadap mutu produk.
L. ABC Concept
ABC merupakan suatu sistem
informasi tentang pekerjaan (atau aktivitas) yang mengkonsumsi sumber daya dan
menghasilan nilai bagi konsumen. Definisi lainnya mengenai ABC, antara lain ABC
adalah sistem akuntansi dan alokasi yang menelusuri biaya ke produk menurut
aktivitas-aktivitas yang dilakukan terhadap produk, yang dimaksudkan untuk
menghasilkan informasi biaya bagi keputusan strategis, perancangan dan
pengendalian operasional. ABC sistem didefinisikan sebagai
metodologi yang mengukur biaya dan kinerja aktivitas- aktivitas sumber
daya dan obyek biaya. Sumber daya dibebankan ke aktivitas kemudian aktivitas
dibebankan ke obyek biaya sesuai dengan penggunaannya. Definisi tersebut
mencakup suatu range informasi biaya dan informasi kinerja yang luas, tidak hanya
tefokus pada product costing saja. ABC system dapat juga dijadikan alat
manajemen dalam melahirkan continuous improvement.
Model ABC yang
berbasis pada definisi tersebut diatas mempunyai 2 sudut pandang yaitu :
1. Cost
Assignment View (sudut pandang pembebanan biaya)
Sudut pandang ini ABC merefleksikan
kebutuhan organisasi untuk membebankan biaya ke aktivitas dan obyek biaya (baik
produk, jasa maupun konsumen) dan untuk menganalisis keputusan-keputusan yang
diambil (misalnya dalam hal penetapan harga, bauran produk, perencanaan produk,
perancangan produk dan lainnya). Cost assignment view ini dibentuk dari bebrapa
building block, tiga yang utama adalah: Sumber daya, elemen- elemen
ekonomi yang diarahkan ke kinerja aktivitas dan merupakan sumber biaya.
2. Process view
Sudut pandang ini ABC menyediakan
informasi mengenai kerja yang telah dilakukan dalam suatu aktivitas dan
hubungan antara kerja tersebut dengan aktivitas yang lain. Biaya jasa
berdasar ABC dapat memberikan dasar yang layak dalam pengambilan keputusan,
diantaranya keputusan untuk membeli atau membuat keputusan.
M. Balanced
Scorecard
Balanced Scorecard merupakan
suatu kerangka kerja baru yang mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan
dari strategi perusahaan. Selain ukuran finansial masa lalu, Balanced
Scorecard juga menggunakan pendorong kinerja masa depan. Pendorong
kinerja yang meliputi perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan
pembelajaran serta pertumbuhan, diturunkan dari proses penerjemahan strategi
perusahaan yang dilaksanakan secara eksplisit dan ketat ke dalam berbagai
tujuan dan ukuran yang nyata. Balanced Scorecard tetap
mempertahankan berbagai ukuran finansial tradisional yang hanya menjelaskan
berbagai peristiwa masa lalu dan tidak memadai untuk menuntun dan mengevaluasi
perjalanan yang harus dilalui perusahaan abad informasi dalam menciptakan nilai
masa depan melalui investasi yang ditanamkan pada pelanggan, pemasok, pekerja,
proses, teknologi, dan inovasi. Balanced Scorecard melengkapi
seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu dengan ukuran pendorong (drivers)
kinerja masa depan.
REFERENSI :
1.
Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan , Management Control
System, 12th Edition,
McGraw-Hill, Boston, 2007.
2.
Abdul Halim, Achmad Tjahjono, Muh. Fakhri Husein, Sistem Pengendalian
Manajemen, UPP AMP YPKN Yogyakarta, Cetakan Kedua 2003
3.
Sofyan Syafri H., Sistem
Pengawasan Manajemen, Penerbit Quantum, Jakarta, 2001.
4.
Arief Suadi, Sistem Pengendalian Manajemen, BPFE, Yogyakarta,
1999.
5.
Agus Maulana, Sistem Pengendalian Manajemen, Penerbit ERLANGGA,
Jakarta, 1997
6.
Robert N.Anthony Vijay Govindarajan.Management
Control System, penerbit Salemba Empat,2005.
7.
Anthony, Robert N. The Management
Control Function. Boston: Harvard Business School Press, 1989.
8.
Kaplan, Robert, dan David Norton.
Balanced Scorecard. Boston: Harvard Business School Press, 1996.
9.
Anthony, Robert. N dan Vijay
Govindarajan . 2005 . Management
Control System . Jakarta :
Salemba Empat
10.
Nafarin, Muhammad . 2000 . Penganggaran Perusahaan . Jakarta : Salemba Empat
11.
Dr.H.B. Siswanto, M. Si, Pengantar
Manajemen, Bumi Aksara: --, Manajemen, id.wikipedia.org
12.
Halim,Abdul dkk.2003.Sistem Pengendalian Manajemen
Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
13.
Hanafi, Mamdu, Manajemen, Akademi
manajemen perusahaan YKPN, Jogjakarta : 1997
SUMBER LAIN :
http://hallaanggraeni.blogspot.co.id/
http://bisnismaestro.blogspot.co.id/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://mohamad-khaidir.blogspot.co.id/2013/07/makalah-ukuran-kinerja-kompensasi.html
http://keepcopying.blogspot.co.id/2014/01/analisis-laporan-kinerja-keuangan.html
http://icangmanisa.blogspot.co.id/2011/06/penyusunan-anggaran-dalam-matkul-sistem.html
http://citramincyza.blogspot.co.id/2012/04/sistem-pengendalian-manajemenperencanaa.html
https://indraonank.wordpress.com/2011/10/13/sistem-pengendalian-manajemen-pusat-tanggung-jawab-pusat-pendapatan-dan-beban/
http://bagus-ahmad.blogspot.co.id/2016/01/sistem-pengendalian-manajamen.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar