Pusat
Laba
Proses
menganalisis perusahaan, disamping dilakukan dengan melihat laporan keuangan
perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan.
Dari sudut pandangan investor, salah satu indikator penting untuk menilai
prospek perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan melihat sejauh mana
pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Laba perusahaan dalam hal ini dapat
dilakukan dijadikan sebagai ukuran dari efisiensi dan efektifitas dalam sebuah
unit kerja dikarenakan tujuan utama dari pendirian perusahaan adalah untuk
memperoleh laba yang sebesar-besarnya dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Oleh karena itu, laba suatu perusahaan khususnya pada pusat laba atau
unit usaha yang menjadikan laba sebagai tujuan utamanya merupakan alat yang baik
untuk mengukur prestasi pimpinan atau manajer atau dengan kata lain efisiensi
dan efektifitas dari perusahaan dapat dilihat dari laba yang diraih unit
tersebut.
Pengukuran
laba dalam suatu pusat laba melibatkan penilaian berkaitan dengan bagaimana pendapatan
dan pengeluaran diukur. Dalam hal pendapatan, pilihan metode pengakuan
pendapatan sangatlah penting. Dalam hal pengeluaran, pengukuran dapat
bervariasi mulai dari biaya veriabel yang dikeluarkan pusat laba sampai
overhead korporat yang di alokasikan penuh, termasuk pajak penghasilan.
Penilaian-penilaian yang berhubungan dengan pengukuran pendapatan dan
biaya-biaya harus dipertimbangkan tidak hanya berdasarkan pertimbangan
perilaku. Kuncinya adalah memasukan beban dan pendapatan laporan manajer pusat
laba yang dipengaruhi oleh tindakan manajer tersebut, bahkan jika tidak secara
penuh.
A. Pengertian Pusat Laba
Pusat laba (profit
center) merupakan pusat pertanggungjawaban yang memiliki kewenangan untuk
mengendalikan biaya-biaya dan menghasilkan pendapatan tetapi tidak memiliki
kewenangan untuk mengambil keputusan tentang investasi. Pusat laba hanya
bertanggungjawab terhadap tingkat laba yang harus dicapai. Misalnya: pimpinan
anak perusahaan atau manajer divisi yang tidak diberi hak untuk mengambil
keputusan tentang investasi. Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena
laba memungkinkan manajemen senior untuk dapat menggunakan satu indicator yg
komprehensif, dibandingkan jika harus menggunakan beberapa indicator. Banyak
keputusan manajemen melibatkan usulan untuk meningkatkan beban dengan harapan
bahwa hal itu akan menghasilkan peningkatan yang lebih besar dalam peningkatan
penjualan keputusan semacam ini disebut sebagai pertimbangan biaya/pendapatan
(expense/revenue trade-off). Tambahan beban iklan adalah salah satu contohnya.
Untuk dapat mendelegasikan keputusan trade-off semacam ini dengan aman ke
tingkat manajer yang lebih rendah, maka ada dua kondisi yang harus dipenuhi.
1) Manajer
harus memiliki akses ke informasi relevan yang dibutuhkan dalam membuat
keputusan serupa.
2) Harus ada
semacam cara untuk mengukur efektifitasnya suatu trade-off yang dibuat oleh
manajer.
Langkah
utama dalam membuat pusat laba adalah menentukan titik terendah dalam
organisasi dimana kedua kondisi diatas terpenuhi.
Seluruh
pusat tanggung jawab diibaratkan sebagai suatu kesatuan rangkaian yang mulai
dari pusat tanggung jawab yang sangat jelas merupakan pusat laba sampai pusat
tanggung jawab yang bukan merupakan pusat laba. Manajemen harus memutuskan
apakah keuntungan dari delegasi tanggung jawab laba akan dapat menutupi
kerugiannya, sebagaimana dibahas berikut ini. Seperti halnya pilihan-pilihan
desain system pengendalian manajemen, dalam ini tidak ada batasan-batasan yang
jelas.
B.
Pusat Laba Dalam Sistem Pengendalian Manajemen
1. Pusat Laba
Pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban dimana kinerja
finansialnya diukur dalam ruang lingkup laba, yaitu selisih antara pendapatan
dan pengeluaran. Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba
memungkinkan pihak manajemen senior dapat menggunakan satu indikator yang
komprehensif dibandingkan harus menggunakan beberapa indikator. Keberadaan
suatu pusat laba akan relevan ketika perencanaan dan pengendalian laba mengaku
kepada pengukuran unit masukan dan keluaran dari pusat laba yang bersangkutan.
a.
Manfaat
pusat laba yaitu :
1) Keputusan
operasional dapat dilakukan lebih cepat karena tidak memerlukanpertimbangandarikantorpusat.
2) Kualitas
keputusan cenderung lebih baik, karena dilakukan oleh orang yang benar-benar
mengerti tentang keputusan tersebut.
3) Manajemen
kantor pusat bebas dari urusan operasional rutin dan bias lebih focus pada
keputusan yang lebih luas.
4) Kesadaran
laba (Profit Consciousness) lebih meningkat pada manajer pusat laba,karena
ukuran prestasinya adalah laba.
5) Pengukuran
prestasi pusat laba lebih luas daripada hanya pengukuran pada pusat pendapatan
dan pusat biaya yang terpisah.
6) Manajer
pusat laba lebih bebas berkreasi.
7) Dapat
difungsikan sebagai pusat atau sarana pelatihan yang handal, karena pusat laba
hampir sama dengan satu perusahaan yang independen.
8) Memudahkan
kantor pusat untuk memperoleh informasi profitabilitas dari komponen
produk-produk perusahaan.
9) Untuk
meningkatkan kinerja bersaing karena outputnya siap pakai atau jelas, dan
sangat responsif terhadap tekanan.
10) Kesulitan
dengan pusat laba yaitu:
a) Manajemen
kantor pusat kehilangan kendali menegenai keputusan yang telah didelegasikan.
b) Manajer
pusat laba cenderung hanya memperhatikan laba jangka pendek.
c) Organisasi
yang pada awalnya bekerja sama antara fungsi satu dengan lainnya menjadi saling
bersaing.
d) Terdapat
kemungkinan peningkatan perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan yang
dapat menimbulkan pertentangan antar pusat pertanggungjawaban.
e) Tidak
ada yang menjamin bahwa divisionalisasi pada masing-masing pusat laba akan
menjamin peningkatan laba perusahaan menjadi lebih optimal.
f) Kualitas
pengambilan keputusan oleh manajer divisi mungkin bisa lebih jelek daripada
manajer puncak.
g) Menimbulkan
terjadinya tambahan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan manajerial divisi.
h) Kompetensi
general manajer seringkali menjadi tidak diperlukan.
i)
Bentuk – bentuk pusat laba yaitu :
§ Unit
bisnis (divisi) sebagai pusat laba, manajernya bertanggungjawab dan mempunyai
kebijakan serta kendali terhadap pengembangan produk, proses produksi dan
pemasaran serta perolehan produk, sehingga ia dapat mempengaruhi pendapatan dan
biaya yang berakibat terhadap laba bersihnya. Proses tersebut menciptakan unit
usaha yang bertanggungjawab terhadap manufaktur dan pemasaran suatu produk.
§ Unit-unit
fungsional sebagai pusat laba, pada perusahaan multibisnis setiap unit
diperlakukan sebagai penghasil laba yang independen, tetapi bisa saja
terorganisasi dalam bentuk fungsional, misalnya: Pemasaran, Manufaktur, dan
Jasa. Misalnya, fungsional pemasaran dimana aktifitas pemasaran dijadikan
sebagai pusat laba dengan cara :
ü Membebankan
biaya dari produk yang dijual melalui harga transfer dengan cara membuat Trade
Off Pendapatan atau Biaya yang optimal.
ü Harga
transfer dibebankan kepada pusat laba berdasarkan biaya standar, memisakan
kinerja biaya pemasaran terhadap biaya manufaktur, hal ini berpengaruh terhadap
perubahan efisiensi di luar kendali manajer pemasaran.
b.
Kelemahan pusat laba adalah:
1)
Manajemen kantor pusat
kehilangan kendali menegenai keputusan yang telah didelegasikan.
2)
Manajer pusat laba
cenderung hanya memperhatikan laba jangka pendek.
3)
Organisasi yang pada
awalnya bekerja sama antara fungsi satu dengan lainnya menjadi saling bersaing.
4)
Terdapat kemungkinan
peningkatan perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan yang dapat
menimbulkan pertentangan antar pusat pertanggungjawaban.
5)
Tidak ada yang menjamin
bahwa divisionalisasi pada masing-masing pusat laba akan menjamin peningkatan
laba perusahaan menjadi lebih optimal.
6)
Kualitas pengambilan
keputusan oleh manajer divisi mungkin bisa lebih jelek daripada manajer puncak.
7)
Menimbulkan terjadinya
tambahan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan manajerial divisi.
8)
Kompetensi general
manajer seringkali menjadi tidak diperlukan.
c.
Unit-unit
fungsioanl pendukung (support) sebagai pusat laba, hal ini meliputi unit-unit
pemeliharaan, teknologi informasi, transportasi, tekhnik, konsultan, dan
layanan yang dapat dijadikan pusat laba. Caranya yaitu :
1)
Membebankan biaya dari layanan
yang diberikan dan menutupnya dari pendapatan atas layanan yang diberikan baik
kepada internal dan eksternal.
2)
Manajer organisasi unit ini
termotivasi untuk mengendalikan biayanya agar pelanggannya tidak meninggalkan,
di samping itu konsumen termotivasi untuk membuat keputusan pakah jasa yang
diterima telah sesuai dengan harganya.
Organisasi lainnya sebagai pusat laba meliputi organisasi cabang
pada area geografis tertentu yang manajernya tidak mempunyai tanggung jawab
manufaktur atau pembelian dan profitabilitasnya merupakan satu-satunya ukuran
kinerjanya. Contohnya: Toko-toko rantai ritel, restaurant cepat saji (fast
food) dan hotel-hotel pada rantai hotel.
d.
Bentuk – Bentuk Pusat Laba
1)
Unit bisnis (divisi)
sebagai pusat laba, manajernya bertanggungjawab dan mempunyai kebijakan serta
kendali terhadap pengembangan produk, proses produksi dan pemasaran serta
perolehan produk, sehingga ia dapat mempengaruhi pendapatan dan biaya yang berakibat
terhadap laba bersihnya. Proses tersebut menciptakan unit usaha yang
bertanggungjawab terhadap manufaktur dan pemasaran suatu produk.
2)
Unit-unit fungsional
sebagai pusat laba, pada perusahaan multibisnis setiap unit diperlakukan
sebagai penghasil laba yang independen, tetapi bisa saja terorganisasi dalam
bentuk fungsional, misalnya: Pemasaran, Manufaktur, dan Jasa. Misalnya,
fungsional pemasaran dimana aktifitas pemasaran dijadikan sebagai pusat laba
dengan cara:
1) Membebankan
biaya dari produk yang dijual melalui harga transfer dengan cara membuat Trade
Off Pendapatan atau Biaya yang optimal.
2) Harga
transfer dibebankan kepada pusat laba berdasarkan biaya standar, memisakan
kinerja biaya pemasaran terhadap biaya manufaktur, hal ini berpengaruh terhadap
perubahan efisiensi di luar kendali manajer pemasaran.
3)
Unit-unit fungsioanl
pendukung (support) sebagai pusat laba, hal ini meliputi unit-unit
pemeliharaan, teknologi informasi, transportasi, tekhnik, konsultan, dan
layanan yang dapat dijadikan pusat laba. Caranya yaitu:
a)
Membebankan biaya dari
layanan yang diberikan dan menutupnya dari pendapatan atas layanan yang
diberikan baik kepada internal dan eksternal.
b)
Manajer organisasi unit
ini termotivasi untuk mengendalikan biayanya agar pelanggannya tidak meninggalkan,
di samping itu konsumen termotivasi untuk membuat keputusan pakah jasa yang
diterima telah sesuai dengan harganya.
Organisasi lainnya sebagai pusat laba meliputi organisasi cabang pada area geografis tertentu yang manajernya tidak mempunyai tanggung jawab manufaktur atau pembelian dan profitabilitasnya merupakan satu-satunya ukuran kinerjanya. Contohnya: Toko-toko rantai ritel, restaurant cepat saji (fast food) dan hotel-hotel pada rantai hotel.
Organisasi lainnya sebagai pusat laba meliputi organisasi cabang pada area geografis tertentu yang manajernya tidak mempunyai tanggung jawab manufaktur atau pembelian dan profitabilitasnya merupakan satu-satunya ukuran kinerjanya. Contohnya: Toko-toko rantai ritel, restaurant cepat saji (fast food) dan hotel-hotel pada rantai hotel.
e.
Jenis-Jenis
Pengukuran Pusat Laba
1)
Margin kontribusi, yaitu
selisih (spread) antara pendapatan dan biaya variabel. Hal ini Disebabkan
karena biaya variabel berada dalam kendali manajer tersebut,sedangkan biaya
tetap diluar kendalinya.
2)
Laba langsung adalah margin
kontribusi dikurangi biaya tetap pada pusat laba. Ini merupakan gabungan
seluruh pengeluaran pusat laba atau dapat ditelusuri langsung ke pusat laba.
Oleh sebab itu, pengeluaran di kantor pusat tidak termasuk dalam perhitungan
ini.
3)
Laba yang dapat dikendalikan,
yaitu laba langsung dikurangi beban biaya korporat yang dapat dikendalikan oleh
manajer pusat laba. Contoh biaya yang dapat dikendalikan oleh manajer unit
bisnis ini misalnya Biaya Layanan Teknologi Informasi
4)
Laba sebelum pajak, yaitu laba
yang dapat dikendalikan dikurangi beban-beban korporat lainnya.
5)
Laba bersih, yaitu laba yang
diperoleh setelah dikurangi oleh kewajiban-kewajiban pajak.
C. Unit Usaha Sebagai Pusat Laba
Hampir semua
unit bisnis diciptakan sebagai pusat laba karena manajer yang bertanggung jawab
atas unit tersebut memiliki kendali atas perkembangan produk, proses produksi,
dan pemasaran. Para manajer tersebut berperan untuk mempengaruhi pendapatan dan
beban sedemikian rupa sehingga dapat dianggap bertanggung jawab atas laba
bersih. Meskipun demikian wewenang seorang manajer dapat dibatasi dengan
berbagai cara, yang sebaiknya dicerminkan dalam desain dan operasi pusat laba.
Hal utama
yang harus dipertimbangkan adalah adanya batasan atas wewenang manajer unit
bisnis. Batasan dapat muncul dari unit bisnis lain maupun dari manajemen korporat.
1.
Batasan Dari
Unit Bisnis Lain
Salah satu
masalah utama terjadi ketika suatu unit bisnis harus berurusan dengan unit
bisnis lain. Batasan dari unit bisnis lain akan semakin tidak terlihat apabila
keputusan produk, keputusan pemasaran dan keputusan perolehan dilakukan oleh
satu unit bisnis, disamping itu terdapat sinergi antar unit bisnis. Jia seorang
manajer unit bisnis mengendalikan ketiga aktivitas tersebut, biasanya tidak
akan ada kesulitan dalam melaksanakan tanggung jawab laba dan mengukur kinerja.
Pada umumnya semakin terintegrasi suatu perusahaan maka akan semakin sulit
melakukan tanggung jawab pusat laba tunggal untuk ketiga aktivitas tersebut
dalam lini produk yang ada.
2. Batasan dari manajemen korporat
Batasan dari
manajemen korporat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu batasan-batasan yang
timbul dari: pertimbangan-pertimbangan strategis, karena adanya keseragaman dan
dari nilai ekonomis sentralisasi.Hampir semua perusahaan mempertahankan
beberapa keputusan terutama keputusan financial, pada tingkat korporat,
setidaknya untuk aktivitas domestic. Akibatnya, salah satu batasan utama atas
unit bisnis berasal dari pengendalian korporat terhadap investasi baru. Unit
bisnis yang ada harus bersaing satu sama lain untuk mendapatkan bagian dari dana
yang tersedia.
3. Batasan Atas Wewenang Unit Bisnis
Untuk
memahami sepenuhnya manfaat dari konsep pusat laba, manajer unit bisnis akan
memiliki otonomi seperti presiden dari suatu perusahaan independen. Dalam
pratik sehari-hari, otonomi semacam ini tidak pernah ada. Jika suatu perusahaan
dibagi menjadi unit-unit yang sepenuhnya independen, maka perusahaan tersebut
akan kehilangan manfaat dari sinergi dan ukuran yang ada. Lebih jauh lagi, jika
semua wewenang yang diberikan olehdewan direksi kepada CEO didelegasikan ke
manajer unit bisnis, maka berarti bahwa manajemen senior melepaskan tanggung
jawabnya sendiri. Akibatnya, struktur unit bisnis mencerminkan trade-off antara
otonomi unit bisnis dan batasan perusahaan. Efektivitasnya suatu organisasi
unit bisnis sangat bergantung pada hal tesebut.
D.
Pusat Laba
Lainnya
Perusahaan
multibisnis biasanya terbagi ke dalam unit-unit bisnis dimana setiap unit
diperlakukan sebagai unit penghasil laba yang independen. Tetapi subunit yang
ada dalam unit bisnis tersebut dapat saja terorganisir secara fungsional misal
aktivitas operasi pemasaran, manufaktur, dan jasa yang dijadikan sebagai pusat
laba. Tidak ada prinsip-prinsip tertentu yang menyatakan bahwa unit tertentu
yang merupakan pusat laba sementara dan yang lainnya bukan.
1. Pemasaran
Aktivitas
pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba dengan membebankan biaya dari
produk yang terjual. Harga transfer ini memberikan informasi yang relevan
kepada manajer pemasaran dalam membuat trade off pendapatan/pengeluaran yang
optimal, dan praktek standar untuk mengukur manajer pusat laba berdasarkan
profitabilitasnya akan memberikan evaluasi terhadap trade off yang dibuat.
2. Manufaktur
Aktivitas
manufaktur biasanya merupakan pusat beban, dimana manajemen dinilai berdasarkan
kinerja versus biaya standard anggaran overhead. Tetapi, ukuran ini dapat
menimbulkan masalah, karena ukuran tersebut tidak mengindikasikan sejauh mana
kinerja manajemen atas seluruh aspek dari pekerjaannya. Dalam hal ini
diharapkan manajer membuat keputusan terpisah atas aktivitas pengendalian mutu,
penjadwalan produk ataupun keputusan membuat atau membeli. Selisih antara harga
jual produk dengan estimasi biaya pemasaran merupakan pertimbangan utama
meskipun hanya merupakan laba semu.
3. Unit pendukung dan pelayanan
Unit
Pendukung Pelayanan (pemeliharaan, TI, transportasi, teknik, konsultan, layanan
konsumen dan aktivitas pendukung). Beban yang digunakan merupakan pertimbangan
utama, jadi manajer harus mampu menentukan biaya pelayanan yang ekonomis
meskipun berasal dari pemasok luar.
4. Organisasi lainnya
Yang
dimaksud dengan organisasi lainnya dalam hal ini adalah kantor cabang. Suatu
perusahaan dengan operasi cabang yang bertanggung jawab atas pemasaran produk
di wilayah geografis tertentu seringkali menjadi pusat laba secara alamiah.
E. Mengukur Profitabilitas
Terdapat dua
jenis pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam mengevaluasi suatu pusat
laba, sama halnya seperti mengevaluasi perusahaan secara keseluruhan. Pertama
adalah pengukuran kinerja manajemen, yang memiliki fokus pada
bagaimana hasil kerja para manajer. Pengukuran ini digunakan untuk (planning)
koordinasi (coordinating), dan prngendalian (controlling), kegiatan sehari –
hari dari pusat laba dan sebagai alat untuk memberikan motivasi yang tepat bagi
para manajer. Yang kedua adalah ukuran kinerja ekonomis, yang memiliki fokus
pada bagaimana kinerja pusat laba sebagai suatu entitas ekonomi. Maksud dari
kedua ukuran diatas berbeda satu sama lain.
1.
Jenis Jenis
Ukuran Kinerja
Kinerja
ekonomis suatu pusat laba selalu diukur dari laba bersih (yaitu, pendapatan
yang tersisa setelah seluruh biaya, termasuk porsi yang pantas untuk overhead
korporat, dialokasikan kepusat laba). Meskipun demikian kinerja manejer pusat
laba dapat di evaluasi berdasarkan lima ukuran profitabilitas:
a. Margin Kontribusi
Margin
kontribusi ( contribution margin) menunjukan rentang (spread) antara pendapatan
dengan beban variabel. Alasan utama mengapa ini digunakan sebagai alat pengukur
kinerja manajer pusat laba adalah bahwa karena beban tetap (fixed expense)
berada diluar kendali tersebut, sehingga para manajer harus memusatkan
perhatian untuk memaksimalkan margin kontribusi.
b. Laba Langsung
Laba
langsung (direct profit) mencerminkan kontribusi pusat laba terhadap overhead
umum dan laba perusahaan. Ukuran inimmenggabungkan seluruh pengeluaran pusat
laba, baik yang dikeluarkan oleh atau dapat ditelusuri langsung ke pusat laba
tersebut tanpa memperdulikan apakah terdapat pos – pos ini ada dalam kendali
manajer pusat laba atau tidak.
c. Laba yang Dapat Dikendalikan
Pengeluaran
– pengeluaran kantor pusat dapat dikelompokan menjadi dua kategori: dapat
dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan. Yang termasuk dalam kategori pertama
adalah pengeluaran – pengeluaran yang dapat dikendalikan, paling tidak pada
tingkat tertentu, oleh manajer unti bisnis-layanan teknoligi informasi.
d. Laba sebelum Pajak
Dalam ukuran
ini, seluruh overhead korporat dialokasikan ke pusat laba berdasarkan jumlah
relative dari beban yang dikeluarkan oleh pusat laba. Jika pusat laba
dibebankan dengan sebagian overhead korporat, maka hal ini harus dihitung
berdasarkan biaya yang telah dianggarkan, dan bukan biaya actual, dimana kolom
änggaran” dan äktual”dalam laporan kinerja pusat laba menunjukan jumlah yang
hampir sama untuk pos khusus kasus ini. Di sini, perusahaan mengukur kinerja
pusat laba domestic berdasarkan laba bersih (net income), yaitu jumlah laba
bersih setelah pajak.
2.
Pendapatan
Dalam
beberapa kasus dua atau lebih pusat laba dapat berpartisipasi dalam suatu usaha
penjualan yang sukses. Idealnya, setiap pusat laba harus diberikan nilai yang
sesuai atas bagiannya dalam transaksi tersebut.
3. Pertimbangan Manajemen
Setiap jenis
profitabilitas yang ditunjukan pada Tampilan 5.3 digunakan oleh beberapa
perusahaan. Sebagai contoh, banyak multinasional AS mengukur kinerja para
manajer anak perusahaan diluar negeri dalam mata uang Negara asal-dimana hal
ini sungguh – sungguh berada diluar kendali para manajer.
REFERENSI :
1. Robert
N. Anthony & Vijay Govindarajan , Management Control System, 12th
Edition, McGraw-Hill, Boston, 2007.
2. Abdul
Halim, Achmad Tjahjono, Muh. Fakhri Husein, Sistem Pengendalian Manajemen,
UPP AMP YPKN Yogyakarta, Cetakan Kedua 2003
3. Sofyan
Syafri H., Sistem Pengawasan
Manajemen, Penerbit Quantum, Jakarta, 2001.
4. Arief
Suadi, Sistem Pengendalian Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 1999.
5. Agus
Maulana, Sistem Pengendalian Manajemen, Penerbit ERLANGGA, Jakarta, 1997
6.
Anthony &
Govindarajan, management Control System,
edisi 11. 2005,
SUMBER LAIN :
https://dennyimamazhari.wordpress.com/2013/04/29/13-perilaku-dalam-organisasi-sistem-pengendalian-manajemen/
https://indraonank.wordpress.com/2011/10/13/sistem-pengendalian-manajemen-pusat-tanggung-jawab-pusat-pendapatan-dan-beban/
http://twicemoon.blogspot.co.id/2015/10/makalah-sistem-pengendalian-manajemen.html
halo semuanya di sini jika Anda mencari pinjaman dengan tingkat bunga rendah dengan pengembalian 2 tingkat per tahun maka penawaran pinjaman pedro akan bagus untuk pinjaman bisnis Anda dan beberapa jenis pinjaman lain yang ingin Anda ajukan selama Anda tahu bahwa Anda dapat melakukannya pengembalian yang baik kembali sesegera mungkin kemudian hubungi mr pedro di pedroloanss@gmail.com
BalasHapus