Pusat Pertanggung
Jawaban
Pusat tanggung jawab merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang
manajer yang bertanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan. Pada
hakikatnya, perusahaan merupakan sekumpulan pusat-pusat tanggung jawab, yang
masing-masing diwakili oleh sebuah kotak dalam bagan organisasi. Pusat-pusat
tanggung jawab tersebut kemudian membentuk suatu hirarki. Pada tingkatan
terendah adalah pusat untuk seksi-seksi, pergeseran kerja, dan unit organisasi
kecil lainnya. Departemen bisnis yang memiliki beberapa unit organisasi yang
lebih kecil, menduduki posisi yang lebih tinggi dalam hirarki. Dari sudut
pandang manajer senior dan dewan direksi, perusahaan secara keseluruhan
merupakan pusat tanggung jawab, meskipun istilah ini biasanya berkenaan dengan
unit-unit perusahaan.
A. Latar Belakang
Sistem pengendalian manajemen harus didukung dengan struktur
organisasi yang baik. Struktur organisasi termanifestasi dalam bentuk struktur
pusat pertanggungjawaban (Responsibility centers). Pusat pertanggungjawaban
adalah unit organisasi yang dipimpin oleh manajer yang bertanggungjawab
terhadap aktivitas pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Suatu organisasi
merupakan kumpulan dari berbagai pusat pertanggungjawaban. Adapun Tujuan
dibuatnya pusat pertanggungjawaban tersebut adalah :
1) Sebagai
basis perencanaan, pengendalian, dan penilai kinerja manajer dan unit
organisasi yang dipimpinnya.
2) Untuk
memudahkan mencapai tujuan organisasi.
3) Memfasilitasi
terbentuknya goal congruence.
4) Mendelegasikan
tugas dan wewenang ke unit-unit yang memiliki kompetensi sehingga mengurangi
beban tugas manajer pusat.
5) Mendorongkreativitas
dan daya inovasi bawahan.
6) Sebagai
alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisien.
7) Sebagai
alat pengendalian anggaran.
Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu unit organisasi yang
dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab. Penilaian kinerja manajer
sangat penting karena dengan adanya penilaian kinerja dapat diketahui apakah
manajer pusat pertanggungjawaban tersebut melaksanakan wewenang dan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Tanggung jawab manajer pusat pertanggungjawaban
adalah untuk menciptakan hubungan yang optimal antara sumber daya input yang
digunakan dengan output yang dihasilkan dikaitkan dengan target kinerja. Input
diukur dengan jumlah sumber daya yang digunakan sedangkan output diukur dengan
jumlah produk/outpu tyang dihasilkan.
Oleh sebab itu, kami mencoba menyusun sebuah makalah yang berkaitan
dengan pusat-pusat pertanggungjawaban tersebut. Selain itu, penyusunan makalah
ini merupakan bagian dari pemenuhan tugas mata kuliah Sistem Pengendalian
Manajemen.
B. Pusat Pertanggungjawaban Sistem
Pengendalian Manajemen
1.
Pusat Tanggung Jawab
Pusat tanggung jawab merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang
manajer yang bertanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan. Pada
hakikatnya, perusahaan merupakan sekumpulan pusat-pusat tanggung jawab, yang
masing-masing diwakili oleh sebuah kotak dalam bagan organisasi. Pusat-pusat
tanggung jawab terrsebut kemudian membentuk suatu hierarki. Pada tingkatan
terendah adalah pusat untuk seksi-seksi, pergeseran kerja, dan unit organisasi
kecil lainnya.
a.
Sifat Pusat Tanggung Jawab
Pusat tanggung jawab muncul guna mewujudkan satu atau lebih maksud,
yang disebut dengan cita-cita. Perusahaan secara keseluruhan memiliki
cita-cita, dan manajemen senior menentukan sejumlah strategi untuk mencapai
cita-cita tersebut.
Tampilan 1 menggambarkan cara kerja setiap tanggung jawab. Pusat
tanggung jawab menerima masukan, dalam bentuk bahan baku, tenaga kerja, dan
jasa-jasa. Dengan menggunakan modal kerja kapital (
seperti,persediaan,piutang), peralatan, dan aktiva lainnya, pusat tanggung
jawab melaksanakan fungsi-fungsi tertentu, dengan tujuan akhir untuk mengubah
input menjadi output, baik yang berwujud (seperti, barang) atau tidak berwujud
(seperti, jasa).
b.
Hubungan Antara Input dan Output
Manajemen bertanggung jawab untuk memastikan hubungan yang optimal
antara input dan output. Di sejumlah pusat tanggung jawab, hubungan itu
bersifat timbal balik dan langsung, misalnya seperti di departemen produksi,
input bahan baku menjadi bagiain fisik dari barang jadi. Di sini, pengendalian
fokus pada penggunaan input minimum yang dibutuhkan untuk memproduksi output
yang diperlukan menurut spesifikasi dan standar mutu yang benar, tepat waktu,
dan sesuai dengan jumlah yang diminta.
Akan tetapi dalam sejumlah situasi, input tidak secara langsung
berkaitan dengan output yang dihasilkan. Biaya periklanan adalah input yang
ditujukan untuk meningkatkan hasil penjualan; namun karena penjualan juga
dipengaruhi sejumlah faktor lain selain iklan, maka kaitan antara meningkatnya
biaya iklan dengan meningkatnya penjualan jarang dapat ditunjukkan, lagipula,
keputusan manajmen untuk meningkatkan pengeluaran iklan lebih didasarkan pada
penilaian daripada berdasarkan data.
c.
Mengukur Input dan Output
Kebanyakan input yang digunakan oleh pusat tanggung jawab dapat
dinyatakn dalam unkuran fisik-jam kerja, liter minyak, rim kertas, dan kwh
listrik. Dalam sistem pengendalian manajemen, satuan-satuan kuantitas tersebut
kemudian diterjemahkan ke satuan moneter; yang merupakan penyebut umum yang
memungkinkan nilai dan berbagai sumber daya yang beragam untuk digabungkan dan
dikombinasikan. Nilai uang dari input tertentu biasanya dihitung dengan
mengalikan kuantitas fisik dengan harga per unit (yaitu, jumlah jam kerja
dikalikan dengan tarif per jamnya). Jumlah moneter yang dihasilkan dari
perhitungan tersebut yang disebut sebagai “biaya”; dengan cara ini biasanya
input dari pusat tanggung jawab dinyatakan.
d.
Efisiensi dan Efektivitas
Konsep input, output, dan biaya bisa digunakan untuk menjelaskan
makna dari efisiensi dan efektivitas, yang merupakan dua kriteria dengan mana
kinerja pusat tanggung jawab dinilai.
Efisiensi adalah rasio output terhadap input, atau jumlah output per
unit input. Dalam banyak pusat tanggung jawab, efisiensi diukur dengan cara
membandingkan biaya aktual dengan standar, di mana biaya-biaya tersebut harus
dinyatakan dalam output yang diukur. Meskipun metode ini dapat digunakan,
tetapi metode ini mempunyai dua kelemahan utama : (1) biaya yang tercatat
bukanlah tolak ukur atas sumber daya yang sebenarnya digunakan, dan (2) standar
pada hakikatnya merupakan perkiraan tentang apa yang idealnya harus tercapai
dalam kondisi yang ada.
Efektivitas ditentukan oleh hubungan antara output yang dihasilkan
oleh suatu pusat tanggung jawab dengan tujuannya. Semakin besar output yang
dikontribusikan terhadap tujuan, maka semakin efektiflah unit tersebut. Karena
baik tujuan maupun input sangatlah sukar dikuantifikasi, efektivitas cenderung
dinyatakan dalam istilah-istilah yang subjektif dan non analitis.
e.
Peranan Laba
Laba merupakan tolak ukur yang penting atas efektivitas. Karena laba
merupakan selisih antara pendapatan (ukuran output) dan biaya (ukuran input),
laba juga merupakan ukuran efisiensi. Dengan demikian, laba mengukur baik
efektivitas maupun efisiensi.
f.
Jenis-jenis Pusat Tanggung Jawab
Ada empat jenis pusat tangung jawab, digolongkan menurut sifat input
dan atau output moneter yang untuk tujuan pengendalian pusat pendapatan, pusat
beban, pusat laba, dan pusat investasi.
2.
Pusat Pendapatan
Di pusat pendapatan, suatu output (yaitu, pendapatan) diukur secara
moneter, akan tetapi tidak ada upaya formal yang dilakukan untuk mengaitkan
input (yaitu, beban atau biaya) dengan output. (jika beban dikaitkan dengan
pendapatan, maka unit tersebut akan menjadi pusat laba).
3.
Pusat Beban
Pusat beban adalah pusat tanggung jawab yang inputnya diukur secar
moneter, namun outputnya tidak. Ada dua jenis umum dari pusat beban, yaitu
pusat beban teknik dan pusat beban kebijakan.
a.
Pusat Beban Teknik
Pusat beban teknik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Input-inputnya
dapat diukur secara moneter
2) Input-inputnya
dapat diukur secara fisik
3) Jumlah
dolar optimum dan input yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit output
dapat ditentukan
Di suatu pusat beban teknik, output dikalikan dengan biaya standar
dari setiap unit, mengukur biaya standar dari produk jadi. Selisih antara biaya
teoretis dan biaya aktual mencerminkan efisiensi dari pusat beban yang sedang
diukur.
b.
Pusat Beban Kebijakan
Pusat beban kebijakan meliputi unit-unit administratif dan pendukung
(seperti, manusia), operasi litbang, dan hampir semua aktivitas pemasaran.
Output dari pusat biaya ini tidak dapat diukur secara moneter.
Disuatu pusat beban kebijakan, selisih antara anggaran dan biaya
yang sesungguhnya bukanlah ukuran efisisensi. Pada hakikatnya, hal tersebut
hanya merupakan selisih antara input yang dianggarkan dan input yang
sesungguhnya, serta tidak mencakup nilai output. Jika biaya yang sesungguhnya
tidak melebihi jumlah anggaran, maka pihak manajer sudah “hidup sesuai dengan
anggaran”, akan tetapi, karena anggaran tidak dimaksudkan untuk meramalkan
jumlah pengeluaran yang optimum, maka menjalankan usaha dalam batas-batas
anggaran yang ada tidak selalu berarti menunujukan kinerja yang efisien.
c. Ciri-ciri Pengendalian Umum
Manajemen membuat keputusan anggaran untuk pusat beban kebijakan
yang terpisah dari pusat beban teknik. Selanjutnya, manajemen membentuk apakah
anggaran operasi yang diajukan bisa mencerminkan biaya per unit dari
pelaksanaan tugas secara efisien. Yang menjadi perhatian utama bukanlah
volumenya; karena hal tersebut sebagian besar ditentukan oleh tindakan-tindakan
yang diambil oleh pusat tanggung jawab lainnya-misalnya, kemampuan departemen
pemasaran untuk meningkatkan penjualan.Pada hakikatnya, pihak manajemen
merumuskan anggaran pusat beban kebijakan dengan menentukan besarnya pekerjaan
yang harus diselesaikan.
Pekerjaan yang harus dilakukan oleh pusat beban kebijakan terbagi ke
dalam dua kategori umum: berkesinambungan dan bersifat khusus. Pekerjaan yang
bberkesinambungan (continuing work) dilakukan secara konsisten dari tahun ke
tahun seperti pembuatan laporan keuangan oleh kontroler perusahaan khusus
adalah proyek satu langkah –sebagai contoh, pengembangan dan penyusunan sistem
pembuatan anggaran laba dalam sebuah divisi baru.
Suatu teknik yang sering digunakan dalam membuat anggaran untuk
pusat beban kebijakan disebut sebagai manajemen berdasarkan tujuan (management
objective), yaitu suatu proses formal di mana pembuat anggaran mengusulkan
untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dan menyarankan ukuran yang akan dipakai
dalam eveluasi kinerja.
Fungsi perencanaan bagi pusat pengeluaran yang tak direncanakan
biasanya direncanakan biasanya dijalankan dalam satu di antara dua cara ini,
yaitu: penganggran tambahan atau penilaian berbasis nol.
Anggaran inkremental dalam model ini, tingkat biaya sekarang dari pusat beban kebijakan
dipakai sebagai titik awalnya. Jumlah ini disesuaikan dengan tingkat inflasi,
perubahan-perubahan beban pekerjaan yang diantisipasi, pekerjaan khusus, dan
jika datanya sudah tersedia, biaya dari berbagai pekerjaan yang dapat
dibandingkan dalam unit-unit yang sama.
Pembuatan anggaran inkremental mempunyai dua kekurangan.
Pertama, tingkat pengeluaran yang ada dari pusat beban kebijakan, diterima dan
tidak dikaji ulang selama proses pembuatan anggaran. Kedua, para manajer pusat
beban ini biasanya ingin meningkatkan tingkat pelayanandan dengan demikian,
cenderung meminta tambahan sumber daya, yang biasanya akan disediakan.
Kecenderungan ini, ditunjukkan oleh Hukum kedua Parkinson: Biaya-biaya overhead cenderung untuk meningkat. Ada bukti yang
mencukupi bahwa tidak semua bentuk kenaikan ini dibutuhkan; ketika suatu
perusahaan mengahadapi krisis atau pihak manajemen yang baru mengambil alih,
maka biasanya biaya-biaya overhead dikurangi secara drastis tanpa konsekuensi
yangh buruk. Terlepas dari keterbatasan ini, sebagian besar pembuatan anggaran
dalam pusat beban kebijakan adalah inkremental.
Tinjauan Berdasarkan Nol (Zero
Base Review) suatu pendekatan pembuatan anggaran yang merupakan alternatif adalah
membuat analisis menyeluruh dari setiap pusat beban kebijakan pada jadwal yang
terus bergulir, sehingga ssemuanya ditinjau setidaknya sekali lima tahun.
Analisis tersebut sering disebut sebagai tinjauan berdasarkan nol.
Sebaliknya dengan pembuatan anggaran inkremental, tinjauan intensif
ini mencoba untuk memastikan, dari nol, sumber-sumber yang sebenarnya
dibutuhkan untuk melaksanakan setiap aktivitas dalam setiap pusat beban.
Analisis ini menerapkan dasar baru lainnya, dititik mana tinjauan atau anggaran
tahunan hanya berusaha untuk mempertahankan agar biaya tetap sesuai dengan
dasar ini sampai tinjauan berikutnya dilaksanakan, lima tahun kemudian.
Pertanyaan mendasar yang sering muncul dalam analisis ini antara
lain (1) Haruskah fungsi-fungsi yang berada dalam penilaian ini dilaksanakan?
Apakah hal tersebut memberikan nilai tambah dari sudut pandang konsumen? (2)
Berapa tingkat mutu yang sebaiknya ditetapkan? Apakah kita melakukan terlalu
banyak? (3) Haruskah fungsi-fungsi diterapkan dengan cara demikian? (4)
Seberapa besar biayanya?
Informasi dari sumber-sumber lainnya termasuk unit-unit serupa dalam
perusahaan, asosiasi perdagangan dan hal-hal lain di luar organisasi, serta
perusahaan dalam industri lainnya yang memiliki kinerja yang sangat baik
(melalui benchmarking), seringkali berguna untuk tujuan perbandingan.
Akan tetapi, penting untuk diingat, bahwa mencapai komparabilitas
adalah hal yang sangat sulit,sebagaimana halnya menentukan hubungan yang benar
antara biaya dan output dalam situasi biaya kebijakan.
Tinjauan berdasarkan nol memakan waktu dan biasanya menjadi trauma
bagi seorang manajer yang akan ditinjau. Selain itu, para manajer tidak hanya
melakukan yang terbaik untuk membenarkan tingkat pengeluaran sekarang, tetapi
juga mungkin berusaha untuk menghalangi seluruh pekerjaan, dengan alasan bahwa
tinjauan berdasarkan nol sebaiknya ditunda karena ada bisnis yang lebih
penting. Jika semua usaha ini gagal, mereka akan meragukan hasil tinjauan dan
menganggapnya tidak meyakinkan sehingga status qou tetap bertahan.
Di akhir tahun 1980-an dan 1990-an, banyak perusahaan melaksanakan
tinjauan berdasarkan nol tersebut, biasanya sebagai reaksi terhadap penurunan
laba. Usaha ini bisa disebut sebagai downsizing, atau, secara eufinisme, disebut sebagai rightsizing atau restructuring, atau process reenginering
d.
Variasi Biaya
Tidak seperti dalam pusat beban teknik yang sangat dipengaruhi oleh
perubahan volume jangka pendek, biaya dalam pusat beban kebijakan cukup terlindungi
dari fluktiasi jangka pendek. Perbedaan ini berawal dari fakta bahwa dalam
membuat anggaran untuk pusat beban kebijakan, para manajer cenderung untuk
menyetujui perubahan ynag terkait dengan perubahan volume penjualan yang
diantisipasi-misalnya, mengizinkan untuk menambah tenaga kerja jika volume
penjualan bergerak naik, dan untuk mengurangi tenaga kerja jika volume
penjualan sedang menurun. Selama masalah tenaga kerja dan segala biaya yang
berhubungan dengan tenaga kerja merupakan pos terbesar dan pusat beban
kebijakan, maka anggaran tahunan untuk pusat beban tersebut akan cenderung
untuk memiliki persentase yang tetap dari anggaran volume penjualan.
Selanjutnya, setelah seorang manajer pusat beban kebijakan merekrut
tambahan tenaga kerja atau merencanakan untuk melakukan penghentian senetara
sesuai dengan anggaran yang telah disetujui, adalah tidak ekonomis bagi mereka
untuk menyesuaikan tenaga kerja terhadap fluktuasi jangka pendek; perekrutan
dan pelatihan tenaga kerja untuk kebutuhan jangka pendek sangatlah mahal, dan
terkadang pemberhentian tenaga kerja secara temporer sangat melukai perasaan
yang bersangkutan.
Pengendalian keuangan dalam pusat beban kebijakan sangat berbeda
dengan pusat beban teknik. Di pusat beban teknik, sasarannya adalah menjadi
kompetitif dalam biaya dengan cara menentukan standard an mengukur biaya akrual
terhadap standar tersebut. Sebaliknya, tujuan utama dari pusat beban kebijakan
adalah untuk mengendalikan biaya dengan mengikutsertakan para manajer guan
berperan serta dalam perencanaan, bersama-sama mendiskusikan langkah apa yang
akan diambil, dan tingkat usaha yang bagaimana yang tepat untuk masing-masing.
Dengan demikian, dalam pusat beban kebijakan, pengendalian keuangan menjadi hal
pokok yang dibahas pada tahap perencanaan sebelum biaya tersebut terjadi.
e.
Pengukuran Kinerja
Pekerjaan utama bagi seorang manajer pusat beban kebijakan adalah
untuk mencapai output yang diinginkan. Membelanjakan suatu jumlah yang “sesuai
dengan anggaran” untuk mengerjakan hal ini dianggap memuaskan; jumlah yang
melebihi anggaran merupakan alasan untuk prihatin, sementara jumlah yang kurang
dari anggaran akan mengindikasikan bahwa pekerjaan yang direncanakan belum
selesai dilaksanakan. Dalam pusat beban kebijakan, sebagai lawan dari pusat beban
teknik, laporan keuangan bukan merupakan suatu alat untuk mengevaluasi
efisiensi dari seorang manajer.
Jika kedua jenis pusat tanggung jawab tersebut tidak dibedakan, maka
manajemen mungkin akan salah memperlakukan laporan kinerja pusat beban
kebijakan sebagai indicator atas efisiensi unit tersebut, sehingga memotivasi
pusat beban tersebut untuk membuat keputusan untuk menbelanjakan kurang dari
jumlah yang dianggarkan, dimana hal ini akhirnya akan menurunkan output. Untuk
alasan ini, akan tidak bijaksana untuk memberikan penghargaan kepada para
eksekutif yang membelanjakan lebih sedikit dari jumlah anggaran.
Pengendalian atas pengeluaran dapat dilaksanakan dengan mengharuskan
adanya persetujuan dari para atasan sebelum anggaran dilampaui. Terkadang, persentase
tertentu dari kelebihan (katakanlah 5%) dapat diizinkan tanpa perlu persetujuan
tambahan.
4.
Pusat Administratif dan Pendukung
Pusat administratif meliputi manajemen senior korporat dan manajemen
unit bisnis, serta para manajer unit-unit pendukung. Pusat pendukung merupakan
unit-unit yang menyediakan layanan kepada pusat tanggung jawab.
a.
Permasalahan dalam Pengendalian
Pengedalian atas beban administratif cukup sulit dikarenakan : (1)
masalah-masalah yang ada dalam pengukuran output, dan (2) banyaknya
ketidaksesuaian antara cita-cita staf departemen dan cita-cita perusahaan
secara keseluruhan.
1)
Kesulitan
dalam pengukuran output
Beberapa aktivitas para staf, seperti perhitungan gaji, adalah
begitu rutin sehingga unit-unit tersebut, pada kenyataannya, merupakan pusat
beban teknik. Tetapi, dalam aktivitas lainnya, output utamanya adalah saran dan
layanan, yang merupakan fungsi yang tidak mungkin dikuantifikasi maupun
dievaluasi. Karena output tidak dapat diukur, tidak mungkin untuk
menetapkan standar biaya sebagai tolak ukur untuk pengukuran kinerja keuangan.
Dengan demikian, varians anggaran tidak dapat diinterpretasikan sebagai
gambaran dari kinerja yang efisien atau tidak efisien.
2)
Tidak adanya keselarasan cita-cita
Umumnya, para manajer administratif berusaha keras untuk mencapai
keunggulan fungsional. Sekilas, keinginan tersebut akan tampak selaras dengan
cita-cita perusahaan. Tetapi pada kenyataannya, hal tersebut sebagian besar
bergantung pada bagaimana seseorang mendefinisikan keunggulan. Meskipun para
staf mungkin ingin mengembangkan sistem, program atau fungsi yang “ideal”.
Namun sesuatu yang ideal tersebut mungkin terlalu mahal relatif terhadap
tambahan laba yang mungkin akan dihasilkan dari kesempurnaan tersebut.
Staf yang sempurna misalnya, tidak akan menyetujui perjanjian yang
mengandung cacat meskipun kecil; tetapi biaya untuk memelihara staf yang cukup
besar untuk menjamin tingkat kepastian ini mungkin melebihi potensi kerugian
dari cacat kecil. Seburuk-buruknya, usaha untuk mencapai “keunggulan” akan
mengarah pada “pembangunan suatu kerajaan” atau “melindungi posisi seorang”
tanpa memperhatikan kesejahteraan perusahaan.
Dalam bisnis kecil dan menengah, manajemen tingkat atas memiliki
hubungan yang erat dengan unit stafnya dan dapat menentukan melalui observasi
apa yang mereka kerjakan, dan apakah unit tersebut berimbang dengan biayanya.
Dan dalam bisinis dengan laba kecil, tanpa memandang ukurannya, beban kebijakan
selalu dikendalikan secara ketat. Tetapi dalam bisinis yang besar, manajemen senior
tidak dapat mengetahui, maupun mengevaluasi, aktivitas dari semua stafnya; dan
jika perusahaan tersebut cukup menguntungkan, ada godaan untuk menyetujui
permintaan staf untuk selalu menambah anggaran.
Pusat pendukung sering membebankan pusat tanggung jawab lain atas
layanan yang disediakan. Misalnya, departemen manajemen informasi akan
membebankan departemen lain atas layanan komputerisasi.
b.
Penyusunan Anggaran
Anggaran yang diajukan untuk pusat administrative maupun pusat
pendukung biasanya terdiri dari suatu daftar pos-pos beban, dengan usulan
anggaran dibandingkan dengan seluruh beban actual pada tahun berjalan. Beberapa
perusahaan meminta penyajian yang lebih terperinci, yang mencakup sebagian atau
semua komponen di bawah ini :
1) Bagian
yang membahas biaya pokok dari suatu pusat administrative atau pendukung
tersebut termasuk biaya untuk “tetap berada dalam bisnis (being in business)”
ditambah biaya-biaya untuk aktivitas-aktivitas yang secara intrinsic diperlukan
untuk mana keputusan manajemen tidak diperlukan.
2) Bagian
yang membahas aktivitas kebijakan dari pusat administrative atau pendukung
tersebut, termasuk deskripsi dari tujuan biaya dan estimasi biaya dari setiap
tujuan.
3) Bagian
yang menjelaskan semua pengajuan penambahan dalam anggaran di luar inflasi.
5. Pusat Penelitian dan
Pengembangan
a.
Permasalahan dalam Pengendalian
Pengendalian terhadap pusat penelitian dan pengembangan akan
menyajikan kesulitan tersendiri, terutama kesulitan dalam menghubungkan hasil
yang diperoleh dengan input dan kurangnya keselarasan cita-cita.
1)
Kesulitan
dalam Menghubungkan Hasil yang Diperoleh dengan Input
Hasil dari aktifitas penelitian dan pengembangan sangat sulit diukur
kuantitasnya. Beberapa dengan aktivitas administrasi, aktivitas litbang
biasanya mempunyai hasil setengah berwujud dalam bentuk paten, produk-produk
aru ataupun proses baru. Tetapi, kaitan antara output dengan input sangat
sukar untuk dinilai per tahun karena “produk” akhir dari litbang bisa
melibatkan usaha selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, input yang dicantumkan
dalam anggaran tahunan bisa jadi tidak memiliki kaitan apapun dengan output.
Lebih lanjut lagi, meskipun hubungan itu bisa dirancang, tetapi tidalkah
mungkin untuk membuat perkiraan yang bisa diandalkan mengenai nilai output. Dan
bahkan ketika evaluasi tersebut dapat dilakukan, sifat teknis dari litbang bisa
saja menggagalkan usaha manajemen untuk mengukur efisiensi. Suatu upaya yang
cemerlang mungkin bisa mengatasi hambatan-hambatan yang tak teratasi, sementara
upaya-upaya yang bersifat pas-pasan, mungkin jika beruntung, menghasilkan suber
keuntungan.
2)
Tidak
Adanya Keselarasan Cita-cita
Masalah keselarasan cita-cita di pusat litbang memiliki kemiripan
dengan masalah sama yang terjadi di pusat administrative. Manajer penelitian
pada hakikatnya ingin membangun organisasi penelitian yang terbai, meskipun
barangkali lebih mahal dari apa yang bisa didanai oleh perusahaan. Masalah
selanjutnya adalah bahwa orang-orang yang bekerja dibidang penelitian sering
tidak mempunyai pengetahuan yang memadai (atau tertarik) mengenai bisnis untuk
menentukan arah kebijakan dalam sector penelitian secara optimal.
3)
Rangkaian Kesatuan Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dasar memiliki dua ciri sebagai berikut, (1) Tidak
terencana, dimana pihak manajemen hanya membuat keputusan secara umum mengenai
bagian yang harus dieksplorasi; (2) Seringkali ada tenggang waktu yang lama
antara dimulainya penelitian dengan pengenalan produk baru yang berhasil.
Karena sistem pengendalian keuangan memiliki sedikit nilai dalam
mengelola aktivitas-aktivitas penelitian dasar,maka prosedur-prosedur
alternative sering ditetapkan.Di sejumlah perusahaa, penelitian dasar dimasukan
sebagai jumlah total dari program penelitian dan anggarannya.Diperusahaan
lain,tidak ada dana khusus untuk penelitian-penelitian dasar semacam itu,namun
ada saling pengertian bahwa para ilmuwan dan insinyur dapat menggunakan
sebagaian waktu mereka (15% atau satu hari dalam seminggu) untuk mengeksplorasi
semua kemungkinan yang dianggap paling menarik,hanya dengan kesepakatan
informal dengan para pengawas mereka.
Akan tetapi, untuk proyek-proyek yang melibatkan pengujian produk,
adalah mungkin untuk memperkirakan waktu dan kebutuhan keuangan mungkin
tidak setepat untuk aktivitas produksi, namun dengan akurasi yang memadai untuk
memungkinkan perbandigan antara jumlah yang dianggarakan denga jumlah actual
yang terpakai secara wajar.
Begitu sebuah proyek bergerak dalam satu rangkaian kesatuan dari
penelitian dasar menuju penelitian terapan,ke pengembangan, ke rekayasa
produksi,dan pengujian maka jumlah uang yang dihabiskan akan meningkat secara
substansial.Oleh karena itu, jika mulai tampak bahwa proyek tersebut pada
akhirnya tidak akan menguntungkan (sebagaimana diperkirakan bahwa sekitar 90%
kasus / proyek dianggap tidak menguntungkan),maka aktivitas tersebut harus
segera dihentikan.Akan tetapi, sulit untuk membuat keputusan-keputusan itu pada
tahap-tahap awal,karena para sponsor proyek biasanya menguraikan kemajuan kerja
mereka dalam konteks yang menguntungkan.
b.
Program Litbang
Tidak ada cara ilmiah untuk menentukan skala optimumdari anggaran
litbang.Perusahaan sekadar menggunakan persentase dari penghasilan rata-rata
sebagai dasar(angka rata-rata dan bukannya persentase dari pendapatan tertentu
di tahun tertentu karena skala operasi litbang tidak seharusnya dipengaruhi
oleh pergerakan pendapatan jangka pendek). Persentase tertentu yang digunakan
sebagian ditentukan oleh perbandigan dengan pengeluran litbang perusahaan
saingan dan sebagaian lagi oleh riwayat pengeluran litbang perusahaan itu
sendiri. Bergantung pada situasi, faktor-faktor lainnya juga ikut memainkan
peranan: Misalnya, manajemen senior mungkin menyetujui kenaikan anggaran yang
cepat dan besar-besaran jika terlihat telah (akan) terobosan baru yang
singnifikan.
Program litbang terdiri dari serangkaian program ditambah
kelonggaran untuk pekerjaan yang tidak direncanakan (sebagaimana sudah
disebutkan sebelumnya);hal tersebut biasanya ditinjau setiap tahunnya oleh
manajemen senior. Tinjauan ini sering dilakukan oleh komite penelitian yang
terdiri dari CEO, direktur penelitian serta para manajer produksi dan
pemasaran. Komite ini membuat keputusan yang luas mengenai proyek-proyek
yang akan dikerjakan, mana yang akan diperluas,mana yag akan dipangkas maupun
dihentikan. Tentu saja keputusan-keputusan ini bersifat subjektif, namun berada
pada batas-batas kebijakan yang sudah ditetapkan atas total pengeluaran
penelitian. Dengan demikian,program penelitian ditentukan bikan dengan cara
membagi “kue penelitian” menjadi irisan-irisan yang tampaknya paling bernilai.
c.
Anggaran Tahunan
Jika suatu perusahaan telah memutuskan suatu program litbang
berjangka panjang dan telah menjalankan program ini dengan sistem persetujuan
proyek, maka uoaya untuk menyusun anggaran litbang per tahun akan menjadi
persoalan yang sederhana, dengan melibatkan “kalenderisasi”atas pengeluaran
yang diperkirakan selama periode anggaran. Jika anggaran disusun sesuai dengan
rencana strategis perusahaan (sebagimana seharusnya), maka persetujuan atas
proyek merupakan sesuatu yang rutin semata-mata membantu dalam perencanaan kas
dan pegawai. Penyusunan anggaran akan memungkinkan manajemen untuk melihat
proyek litbang tersebut dengan sebuah pertanyaan: “Dengan apa yang kita ketahui
sekarang ini, apakah ini merupakan cara yang terbaik untuk menggunakan sumber
daya yang kita miliki pada tahun depan ?” Proses penyusunan anggaran tahunan
juga menjamin agar biaya aktual tidak melebihi jumlah yang dianggarkan tanpa
sepengetahuan pihak manajemen. Varians yang penting dari anggaran harus
disetujui oleh pihak manajemen sebelum
terjadi.
d.
Pengukuran Kinerja
Di banyak perusahaan, manajemen menerima dua jenis laporan mengenai
kegiatan-kegiatan litbang. Jenis laporan yang pertama membandingkan prediksi
terakhir mengenai total biaya dengan jumlah yang disetujui untuk masing-masing
proyek. Jenis laporan keuangan yang kedua terdiri dari perbandingan antara
pengeluaran yang dianggarkan dengan pengeluaran aktual di masing-masing pusat
tanggung jawab. Kedua jenis pelaporan tersebut tidak memberikan informasi
mengenai efektivitas dari kegiatan penelitian pada manajemen. Informasi semacam
itu disediakan secara resmi melalui laporan perkembangan (progress report),
yang menjadi salah satu dasar bagi manajemen untuk melakukan penilaian tentang
efektivitas proyek yang ada. Akan tetapi, penting untuk dicatat perangkat utama
yang dicatat dalam mengevaluasi efektivitas proyek adalah diskusi tatap muka.
6. Pusat Pemasaran
a.
Aktivitas Logistik
Aktivitas logistik adalah aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam
memindahkan barang dari perusahaan ke pelanggan dan mengumpulkan piutang yang
jatuh tempo dari parapelanggannya. Aktivitas-aktivitas ini mencakup
transportasi ke pusat distribusi, pergudangan, ppengapalan dan pengiriman,
pengajuan rekening dan aktivitas yang terkait dengan fungsi kredit dan
penagihan piutang.
b.
Aktivitas Pemasaran
Aktivitas pemasaran adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh pesanan. Aktivitas-aktivitas ini meliputi uji
pemasaran, pembentukan, pelatihan, dan pengawasan terhadap tenaga penjualan
(sales force); periklanan, dan promosi penjualan yang seluruhnya memiliki
karakteristik-karakteristik yang menimbulkan permasalahan pengendalian
manajemen.
Secara ringkas, terdapat tiga jenis aktivitas didalam
organisasi pemasaran dan sebagai konsekuensinya, terdapat tiga jenis
ukuran aktivita. Pertama, ada aktivitas logistik, yang banyak dari biayanya
merupakan beban teknik. Kedua, ada penciptaan pendapatan, yang biasanya dievaluasi
dengan cara membandingkan antara pendapatan dan kuantitas fisik aktual yang
dijual baik dengan pendapatan dan unit yang dianggarkan. Ketiga, biaya
pencarian pesanan yang merupakan bebam kebijakan, karena tidak seorangpun tahu
berapa persisnya jumlah optimal yang harus dikeluarkan.
Konsekuensinya, ukuran efisisensi dan efektivitas untuk biaya-biaya tersebut
sangat subjektif.
7. Pusat Laba
Pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban dimana kinerja
finansialnya diukur dalam ruang lingkup laba, yaitu selisih antara pendapatan
dan pengeluaran. Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba
memungkinkan pihak manajemen senior dapat menggunakan satu indikator yang
komprehensif dibandingkan harus menggunakan beberapa indikator. Keberadaan
suatu pusat laba akan relevan ketika perencanaan dan pengendalian laba mengaku
kepada pengukuran unit masukan dan keluaran dari pusat laba yang bersangkutan.
a.
Manfaat
pusat laba yaitu :
1) Keputusan
operasional dapat dilakukan lebih cepat karena tidak memerlukanpertimbangandarikantorpusat.
2) Kualitas
keputusan cenderung lebih baik, karena dilakukan oleh orang yang benar-benar
mengerti tentang keputusan tersebut.
3) Manajemen
kantor pusat bebas dari urusan operasional rutin dan bias lebih focus pada
keputusan yang lebih luas.
4) Kesadaran
laba (Profit Consciousness) lebih meningkat pada manajer pusat laba,karena
ukuran prestasinya adalah laba.
5) Pengukuran
prestasi pusat laba lebih luas daripada hanya pengukuran pada pusat pendapatan
dan pusat biaya yang terpisah.
6) Manajer
pusat laba lebih bebas berkreasi.
7) Dapat
difungsikan sebagai pusat atau sarana pelatihan yang handal, karena pusat laba
hampir sama dengan satu perusahaan yang independen.
8) Memudahkan
kantor pusat untuk memperoleh informasi profitabilitas dari komponen
produk-produk perusahaan.
9) Untuk
meningkatkan kinerja bersaing karena outputnya siap pakai atau jelas, dan
sangat responsif terhadap tekanan.
10) Kesulitan
dengan pusat laba yaitu:
a) Manajemen
kantor pusat kehilangan kendali menegenai keputusan yang telah didelegasikan.
b) Manajer
pusat laba cenderung hanya memperhatikan laba jangka pendek.
c) Organisasi
yang pada awalnya bekerja sama antara fungsi satu dengan lainnya menjadi saling
bersaing.
d) Terdapat
kemungkinan peningkatan perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan yang
dapat menimbulkan pertentangan antar pusat pertanggungjawaban.
e) Tidak
ada yang menjamin bahwa divisionalisasi pada masing-masing pusat laba akan
menjamin peningkatan laba perusahaan menjadi lebih optimal.
f) Kualitas
pengambilan keputusan oleh manajer divisi mungkin bisa lebih jelek daripada
manajer puncak.
g) Menimbulkan
terjadinya tambahan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan manajerial divisi.
h) Kompetensi
general manajer seringkali menjadi tidak diperlukan.
i)
Bentuk – bentuk pusat laba yaitu :
§ Unit
bisnis (divisi) sebagai pusat laba, manajernya bertanggungjawab dan mempunyai
kebijakan serta kendali terhadap pengembangan produk, proses produksi dan
pemasaran serta perolehan produk, sehingga ia dapat mempengaruhi pendapatan dan
biaya yang berakibat terhadap laba bersihnya. Proses tersebut menciptakan unit
usaha yang bertanggungjawab terhadap manufaktur dan pemasaran suatu produk.
§ Unit-unit
fungsional sebagai pusat laba, pada perusahaan multibisnis setiap unit
diperlakukan sebagai penghasil laba yang independen, tetapi bisa saja
terorganisasi dalam bentuk fungsional, misalnya: Pemasaran, Manufaktur, dan
Jasa. Misalnya, fungsional pemasaran dimana aktifitas pemasaran dijadikan
sebagai pusat laba dengan cara :
ü Membebankan
biaya dari produk yang dijual melalui harga transfer dengan cara membuat Trade
Off Pendapatan atau Biaya yang optimal.
ü Harga
transfer dibebankan kepada pusat laba berdasarkan biaya standar, memisakan
kinerja biaya pemasaran terhadap biaya manufaktur, hal ini berpengaruh terhadap
perubahan efisiensi di luar kendali manajer pemasaran.
b.
Unit-unit
fungsioanl pendukung (support) sebagai pusat laba, hal ini meliputi unit-unit
pemeliharaan, teknologi informasi, transportasi, tekhnik, konsultan, dan
layanan yang dapat dijadikan pusat laba. Caranya yaitu :
1)
Membebankan biaya dari layanan
yang diberikan dan menutupnya dari pendapatan atas layanan yang diberikan baik
kepada internal dan eksternal.
2)
Manajer organisasi unit ini
termotivasi untuk mengendalikan biayanya agar pelanggannya tidak meninggalkan,
di samping itu konsumen termotivasi untuk membuat keputusan pakah jasa yang
diterima telah sesuai dengan harganya.
Organisasi lainnya sebagai pusat laba meliputi organisasi cabang
pada area geografis tertentu yang manajernya tidak mempunyai tanggung jawab
manufaktur atau pembelian dan profitabilitasnya merupakan satu-satunya ukuran
kinerjanya. Contohnya: Toko-toko rantai ritel, restaurant cepat saji (fast
food) dan hotel-hotel pada rantai hotel.
c.
Jenis-Jenis
Pengukuran Pusat Laba
1)
Margin kontribusi, yaitu
selisih (spread) antara pendapatan dan biaya variabel. Hal ini Disebabkan
karena biaya variabel berada dalam kendali manajer tersebut,sedangkan biaya
tetap diluar kendalinya.
2)
Laba langsung adalah margin
kontribusi dikurangi biaya tetap pada pusat laba. Ini merupakan gabungan
seluruh pengeluaran pusat laba atau dapat ditelusuri langsung ke pusat laba.
Oleh sebab itu, pengeluaran di kantor pusat tidak termasuk dalam perhitungan
ini.
3)
Laba yang dapat dikendalikan,
yaitu laba langsung dikurangi beban biaya korporat yang dapat dikendalikan oleh
manajer pusat laba. Contoh biaya yang dapat dikendalikan oleh manajer unit
bisnis ini misalnya Biaya Layanan Teknologi Informasi
4)
Laba sebelum pajak, yaitu laba
yang dapat dikendalikan dikurangi beban-beban korporat lainnya.
5)
Laba bersih, yaitu laba yang
diperoleh setelah dikurangi oleh kewajiban-kewajiban pajak.
8. Kesimpulan
Pengendalian manajemen berfokus pada pusat pertanggungjawaban,
karena pusat pertanggungjawaban merupakan alat untuk melaksanakan strategi dan
program-program yang telah diseleksi melalui proses perencanaan strategi.
Pusat-pusat pertanggungjawaban organisasi mempunyai peran yang sangat penting
dalam melakukan perencanaan dan pengendalian anggaran. Melalui pusat
pertanggungjawaban tersebut anggaran dibuat, dan jika telah disahkan anggaran
dikomunikasikan kepada manajer level menengah dan bawahan untuk dilaksanakan.
Idealnya, struktur pusat pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian anggaran sejalan dengan program atau struktur aktivitas organisasi. Dengan perkataan lain, tiap-tiap pusat pertanggungjawaban bertugas untuk melaksanakan program atau aktivitas tertentu, dan penggabungan program-program dari tiap-tiap pusat pertanggungjawaban tersebut seharusnya mendukung program pusat pertanggungjawaban pada level yang lebih tinggi, sehingga pada akhirnya tujuan umum organisasi dapat tercapai.
Setiap jenis pusat pertanggungjawaban membutuhkan data mengenai
belanja (pengeluaran) yang telah dilakukan dan output yang dihasilkan selama
masa anggaran. Laporan kinerja disiapkan dan dikirimkan ke semua level
manajemen untuk dievaluasi kinerjanya, yaitu dibandingkan antara hasil yang
telah dicapai dengan anggaran. Jika sistem pengendaliananggaran berjalan dengan
baik, maka informasi yang dikirimkan kepada manajer harus relevan dan tepat
waktu. Informasi yang relevan merupakan informasi yang terbaru (up to date) dan
akurat. Informasi yang relevan adalah informasi yang dapat membedakan dengan
jelasantara biaya yang dapat dikendalikan secara langsung (controlleble) dengan
biaya-biaya yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) oleh manajer pusat
pertanggungjawaban.
REFERENSI :
1. Robert
N. Anthony & Vijay Govindarajan , Management Control System, 12th
Edition, McGraw-Hill, Boston, 2007.
2. Abdul
Halim, Achmad Tjahjono, Muh. Fakhri Husein, Sistem Pengendalian Manajemen,
UPP AMP YPKN Yogyakarta, Cetakan Kedua 2003
3. Sofyan
Syafri H., Sistem Pengawasan
Manajemen, Penerbit Quantum, Jakarta, 2001.
4. Arief
Suadi, Sistem Pengendalian Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 1999.
5. Agus
Maulana, Sistem Pengendalian Manajemen, Penerbit ERLANGGA, Jakarta, 1997
6.
Anthony &
Govindarajan, management Control System,
edisi 11. 2005,
SUMBER LAIN :
https://dennyimamazhari.wordpress.com/2013/04/29/13-perilaku-dalam-organisasi-sistem-pengendalian-manajemen/
https://indraonank.wordpress.com/2011/10/13/sistem-pengendalian-manajemen-pusat-tanggung-jawab-pusat-pendapatan-dan-beban/
http://www.baduttumin.wordpress.com Download 10 Oktober 2011
http://www.economics.blogspot.com/. Download 10 Oktober 2011
http://www.sunaryo-baduttumin.blogspot.com Download 10 Oktober 2011
halo semuanya di sini jika Anda mencari pinjaman dengan tingkat bunga rendah dengan pengembalian 2 tingkat per tahun maka penawaran pinjaman pedro akan bagus untuk pinjaman bisnis Anda dan beberapa jenis pinjaman lain yang ingin Anda ajukan selama Anda tahu bahwa Anda dapat melakukannya pengembalian yang baik kembali sesegera mungkin kemudian hubungi mr pedro di pedroloanss@gmail.com
BalasHapus