Permasalahan Penelitian Pendidikan
Dewasa ini dunia pendidikan dihadapkan pada berbagai permasalahan berupa penyimpangan yang menuntut pemecahan melalui metode yang sistematis dan memerlukan penelitian untuk mendapatkan jawaban atau kesimpulan dari permasalahan tersebut.
Dalam
penelitian, kedudukan masalah sangat penting karena melalui masalah kita dapat
menentukan tujuan penelitian, metode penelitian, analisis data yang akan
digunakan. Dengan kata lain tujuan dari penelitian adalah untuk menyelesaikan
permasalahan. Pada kesempatan ini, kami akan membahas tentang
permasalahan-permasalahan dalam penelitian pendidikan.
A. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu
diperhadapkan dengan berbagai persoalan atau permasalahan, baik yang bersifat
awam maupun masalah yang menuntut pemecahan secara sistematik. Masalah-masalah
tersebut pemecahannya sering dengan cara sederhana saja dan bersifat segera dan
tidak membutuhkan data-data pendukung. Disamping masalah-masalah awam, ada
masalah-masalah yang bersifat kompleks atau rumit yang pemecahannya menuntut
dan memerlukan pengumpulan sejumlah data pendukung yang dipergunakan untuk
membuat keputusan dan menarik kesimpulan.
Masalah yang seperti inilah yang menjadi
perhatian kita, khususnya dalam dunia pendidikan. Masalah seperti ini menuntut
metode ilmiah untuk penyelesaiannya, yaitu melalui langkah-langkah tertentu
dalam usaha memecahkan masalah yang dijumpai. Kedudukan masalah dalam alur
prosedur penelitian sangatlah penting, bahkan lebih penting dari solusi atau
jawaban yang akan diperoleh/dicari, karena masalah yang dipilih dapat
menentukan perumusan masalah, tujuan, hipotesis, kajian pustaka yang akan
digunakan bahkan juga untuk menentukan metodologi yang tepat untuk
memecahkannya.
Dalam dunia pendidikan banyak
fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan kait-mengkait yang
mengganjal yang perlu dipecahkan dalam suatu penelitian. Namun tidak semua
masalah itu harus dipecahkan secara ilmiah. Olehnya itu makalah ini akan
membahas masalah-masalah dalam dunia pendidikan yang dapat diselesaikan dengan
suatu penelitian.
B. Pembahasan
1.
Definisi Masalah Dalam
Penelitian Pendidikan
Apakah permasalahan dalam penelitian? John
Dewey dan Kerlinger (dalam Sukardi, 2009:21) mendefinisikan bahwa permasalahan
adalah kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti;
permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya
tujuan. Secara umum, suatu masalah didefinisikan sebagai keadaan atau
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Masalah sebagai gap antara kebutuhan
yang diinginkan dan kebutuhan yang ada (Setyosari, 2010:53). Misalnya,
diharapkan bahwa peserta didik memperoleh nilai skor rata-rata 80 dalam suatu
ujian. Ternyata, skor rata-rata yang dicapai peserta didik hanya sebesar 60.
Ini berarti ada kesenjangan. Rendahnya perolehan skor rata-rata tersebut dapat
menjadi suatu masalah, karena untuk mencapai ketuntasan minimal (KKM) mereka harus
mendapatkan skor minimal, misalnya 75. Apa sebenarnya yang menjadi penyebab
masalah rendahnya skor rata-rata tersebut ?. Masalah dalam penelitian
pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan bidang
pendidikan, Sukardi (2009:22-24), menyebutkan antara lain :
a.
Pengalaman
seseorang atau kelompok. Pengalaman mengajar di kelas, pengamatan terhadap
lingkungan sekitar. Pengalaman orang yang telah lama menekuni bidang profesi
pendidikan dapat digunakan untuk membantu mencari permasalahan yang signifikan
diteliti.
b.
Lapangan
tempat bekerja. Tempat-tempat dimana seseorang maupun peneliti bekerja adalah
juga merupakan salah satu sumber permasalahan yang baik. Para peneliti dapat
melihat secara langsung, mengalami dan bertanya pada satu, dua, atau banyak
orang dalam pekerjaannya. Seorang guru misalnya, akan merasakan bahwa sekolah
dan komponen yang berkaitan dengan tercapainya tujuan sekolah dapat dijadikan
sebagai sumber penelitian.
c.
Laporan
hasil penelitian. Sumber yang ketiga untuk memperoleh permasalahan yang
signifikan adalah perpustakaan atau internet di mana hasil-hasil penelitian
para peneliti berada. Dari hasil penelitian, yang biasanya dalam bentuk jurnal,
biasanya disamping ada hasil temuan yang baru juga ada kemungkinan penelitian
yang direkomendasikan karena berkaitan dengan hasil penelitian yang telah ada.
Dari banyaknya laporan penelitian, seorang peneliti dimungkinkan dapat
memperoleh gambaran permasalahan yang baik untuk diteliti.
d.
Sumber-sumber
yang berasal dari pengetahuan orang lain. Perkembangan ilmu pengetahuan yang
lain di luar bidang yang dikuasai seringkali memberikan pengaruh munculnya
permasalahan penelitian. Misalnya, gerakan reformasi yang muncul setelah Orde
Baru, ternyata telah memunculkan dan mempengaruhi sikap dan tuntutan para guru
untuk memperoleh gaji dan status profesi yang lebih baik. Era global telah
mempengaruhi mobilitas dan transformasi tenaga kerja di beberapa negara, serta
telah mempengaruhi sistem pendidikan dan sistem penilaian lulusan sekolah
menengah kejuruan (SMK). Gerakan hak asasi manusia di masyarakat telah
mempengaruhi sikap dan tingkah laku masyarakat menjadi lebih berani dalam
mengajukan hak-haknya yang telah lama hilang. Namun demikian, masalah yang
bersumber dari tempat yang tepat belum tentu semuanya dapat digunakan sebagai
masalah penelitian, maka perlu adanya identifikasi masalah oleh peneliti.
2.
Sumber
Masalah Dalam Penelitian
Permasalahan
dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut James H. MacMillan dan Schumacher
(Hadjar, 1996 : 40 – 42), masalah dapat bersumber dari :
a.
Observasi
Masalah
Dalam penelitian dapat diangkat
dari hasil observasi terhadap hubungan tertentu yang belum memiliki penjelasan
memadai dan cara-cara rutin yang dalam melakukan suatu tindakan didasarkan atas
otiritas atau tradisi.
b.
Dedukasi
Dari Teori
Teori merupakan konsep-konsep yang
masih berupa prinsip-prinsip umum yang penerapannya belum dapat diketahui
selama belum diuji secara empiris. Penyelidikan terhadap masalah yang dianggap
dari teori berguna untuk mendapatkan penjelasan empiris praktik tentang teori.
c.
Kepustakaan
Hasil Penelitian
Mungkin memberikan rekomendasi
perlunya dilakukan penelitian ulang (replikasi) baik dengan atau tanpa variasi.
Replikasi dapat meningkatkan validitas hasil penelitian dan kemampuan untuk
digeneralisasikan lebih luas. Laporan penelitian sering juga menyampaikan
rekomendasi kepada peneliti lain tentang apa yang perlu diteliti lebih lanjut.
Hal ini juga menjadi sumber untuk menentukan masalah yang menentukan masalah
yang perlu diangkat untuk diteliti.
d.
Masalah
sosial
Masalah sosial yang ada di sekitar
kita atau yang baru menjadi berita terhangat (hot news) dapat menjadi sumber
masalah penelitian. Misalnya : Adanya perkelahian antar sekolah
menimbulkan berbagai dampak bagi sekolah dan warga sekitar. Penggalakan program
3 M (menguras, mengubur, menimbun) sebagai upaya pencegahan penyakit demam
berdarah. Dalam pembuatan keputusan tertentu, sering mendesak untuk
dilakukan penelitian evaluatif. Hasil sangat diperlukan untuk dijadikan dasar
pembuatan keputusan lebih lanjut.
e.
Pengalaman
Pribadi
Pengalaman pribadi dapat
menimbulkan masalah yang memerlukan jawaban empiris untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih mendalam. (Purwanto 2010:109-111).
Masalah
dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait
dengan bidang pendidikan, Sukardi (2009:22-24) dalam, antara lain :
a.
Pengalaman
seseorang atau kelompok.
Pengalaman orang yang telah lama
menekuni bidang profesi pendidikan dapat digunakan untuk membantu mencari
permasalahan yang signifikan diteliti. Contoh : pengalaman mengajar di
kelas.
b.
Lapangan
Tempat Bekerja.
Para peneliti dapat melihat secara
langsung, mengalami dan bertanya pada satu, dua, atau banyak orang dalam
pekerjaannya. Seorang guru misalnya, akan merasakan bahwa sekolah dan komponen
yang berkaitan dengan tercapainya tujuan sekolah dpat dijadikan sebagai sumber
penelitian.
c.
Laporan
Hasil Penelitian.
Dari hasil penelitian, yang
biasanya dalam bentuk jurnal, biasanya disamping ada hasil temuan yang baru
juga ada kemungkinan penelitian yang direkomendasikan.
d.
Sumber
- Sumber Yang Berasal Dari Pengetahuan Orang Lain.
Perkembangan ilmu pengetahuan lain
di luar bidang yang dikuasai seringkali memberikan pengaruh munculnya
permasalahan penelitian. Misalnya, gerakan reformasi yang muncul setelah Orde
Baru, ternyata telah memunculkan dan mempengaruhi sikap dan tuntutan para guru
untuk memperoleh gaji dan status profesi yang lebih baik.
3.
Pengertian Masalah
dan Jenis-Jenis
Masalah
Dalam Penelitian Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa penelitian
dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang dimulai dengan adanya penyimpangan.
Stonner (1982) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari
apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa
yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi. Menurut
Suryabrata (1994 : 60) masalah merupakan kesenjangan antara harapan (das
sollen) dengan kenyataan (das sein), antara kebutuhan dengan yang tersedia,
antara yang seharusnya (what should be) dengan yang ada (what it is)
(Suryabrata, 1994: 60).
Penelitian
dimaksudkan untuk menutup kesenjangan (what can be). John Dewey dan Kerlinger
secara terpisah memberikan penjelasan mengenai masalah berupa kesulitan yang
dirasakan oleh orang awam maupun seorang peneliti. Kesulitan ini menghalangi
tercapai sebuah tujuan baik itu tujuan individu maupun sebuah kelompok. Masalah
dalam penelitian diekspresikan dalam bentuk kalimat tanya bukan kalimat
pernyataan. Masalah dalam ini selanjutnya dijawab melalui penelitian.
4.
Jenis-Jenis Masalah Dalam Penelitian
Masalah
penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis menurut Sugiyono (1994 :
36-39 dalam afidburhanuddin.wordpress.com, antara lain :
a.
Permasalahan
Deskriptif
Permasalahan deskriptif merupakan
permasalahan dengan variabel mandiri baik hanya pada satu variabel atau lebih
(variabel yang berdiri sendiri). Dalam penelitian ini, peneliti tidak membuat
perbandingan variabel yang satu pada sampel yang lain, hanya mencari hubungan
variabel yang satu dengan variabel yang lain.
Contoh permasalahan deskriptif :
1) Seberapa
tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di
Indonesia?
2) Seberapa
besar efektivitas model pembelajaran jigsaw terhadap prestasi belajar siswa ?
b.
Permasalahan
Komparatif
Permasalahan ini merupakan rumusan
masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada
dua atau lebih sampel yang berbeda pada waktu yang berbeda.
Contoh :
1) Adakah
perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah A dan sekolah B ?
(variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel sekolah A dan
sekolah B).
2) Adakah
perbedaan pemahaman terhadap materi listrik antara siswa di sekolah formal
dengan siswa homeschooling?
c.
Permasalahan
Asosiatif
Merupakan rumusan masalah
penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Terdapat tiga bentuk hubungan, yaitu :
1)
Hubungan
simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau
lebih yang kebetulan munculnya bersama. Contoh perumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
§ Adakah
hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin negara?
§ Adakah
hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah?
2)
Hubungan
kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi
disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen
(dipengaruhi), contoh :
§ Adakah
pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak? (pendidikan orang
tua variabel independen dan prestasi belajar variabel dependen).
§ Seberapa
besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas
SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? (kurikulum, media, dan kualitas guru
sebagai variabel independen dan kualitas SDM sebagai variabel dependen).
3)
Hubungan
interaktif/ resiprocal/ timbal balik adalah hubungan yang
saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan
dependen, contoh :
§ Hubungan
antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di kecamatan A. Di sini dapat
dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat
mempengaruhi motivasi.
§ Hubungan
antara makan di pagi hari dengan kecerdasan siswa.
5.
Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi
masalah bukan hal yang mudah dan bahkan
mungkin dapat dianggap sebagai sesuatu pekerjaan yang paling sulit dalam suatu
proses penelitian. Kesulitan tersebut masih bertambah karena tidak adanya
formulasi yang pasti dalam hal bagaimana mencari permasalahan penelitian.
Olehnya itu biasanya para peneliti selalu berkonsultasi dengan pembimbing atau
sesama peneliti. Kesulitan mencari permasalahan biasanya juga tergantung pada
ketajaman para peneliti itu sendiri dalam menyeleksi dan merasakan sesuatu yang
dapat dimasukkan sebagai permasalahan. Mengidentifikasi masalah-masalah
penelitian bukan sekedar mendaftar sejumlah masalah, tetapi kegiatan ini lebih
daripada itu karena masalah yang telah dipilih hendaknya memiliki signifikansi
untuk dipecahkan. Berdasarkan identifikasi terhadap masalah-masalah, maka
peneliti menentukan skala prioritas yaitu menentukan masalah-masalah mana yang
perlu segera dilakukan pemecahan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
identifikasi masalah merupakan upaya untuk mengelompokkan, mengurutkan
sekaligus memetakkan masalah-masalah tersebut secara sistematis berdasarkan
keahlian bidang peneliti. Bila daftar pertanyaan telah dibuat dan disusun
sesuai urutan yang paling mendasar, maka perlu dipilih dan ditemukan
(identifikasi) masalah yang laik untuk dilakukan penelitian dan dicari
jawabannya. Laik tidaknya suatu masalah yang diteliti tergantung ketajaman dan
kemandirian ( kepekaan, kesiapan dan ketekunan) peneliti yang bersangkutan.
Identifikasi masalah perlu memperhatikan apakah masalah/ fokus yang dipilih
cukup :
1)
Esensial/
menduduki urutan paling penting diantara masalah-masalah yang ada,
2)
Urgen/mendesak
untuk dipecahkan,
3)
Bermanfaat
bila dipecahkan.
Cara Mengidentifikasi Permasalahan Dalam
Penelitian
Mengidentifikasi
masalah penelitian dilakukan untuk menentukan masalah mana yang perlu segera
dicari penyelesaiannya. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dapat
dilakukan dengan cara mengelompokkan sekaligus memetakan masalah-masalah
tersebut secara sistematis berdasarkan keahlian bidang peneliti.
Menurut
Ahmad nursanto dalam mengidentifikasi masalah perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut : Esensial, masalah yang akan diidentifikasi menduduki urutan
paling penting diantara masalah-masalah yang ada.
Urgen,
masalah yang akan dipecahkan mendesak untuk dicari penyelesaiannya. Masalah
mempunyai manfaat apabila dipecahkan. Dalam dunia pendidikan masalah yang
diidentifikasi dapat dikelompokan menjadi 4, yaitu : proses pembelajaran,
siswa, guru, hasil belajar.
Meskipun
proses identikasi masalah sudah ditemukan, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan sebagai fokus penelitian. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah minat/motivasi/dorongan peneliti, kemampuan peneliti, lokasi penelitian,
sumber data (populasi dan sampel), waktu, pendekatan/metode yang digunakan,
buku sumber yang tersedia, etika dan birokrasi.
Dalam dunia pendidikan masalah yang
ditemukan/teridentifikasi dapat dikelompokkan menjadi 5, yaitu : proses
pembelajaran, siswa, guru, hasil belajar (output) dan hasil belajar jangka
panjang (outcome). Walaupun dari proses identikasi masalah telah berhasil
ditemukan satu masalah, ternyata masih perlu mempertimbangkan beberapa hal
untuk menjadikannya sebagai fokus penelitian. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah minat/motivasi/dorongan peneliti, kemampuan peneliti, lokasi penelitian,
sumber data (populasi dan sampel), waktu, pendekatan/metode yang digunakan,
buku sumber yang tersedia, etika dan birokrasi. Bila kesemua hal tersebut telah
terpenuhi maka suatu fokus masalah dapat dijadikan sebagai masalah penelitian
untuk dicari jawabannya.
Kriteria Masalah Dalam
Penelitian
Ada
tiga kriteria untuk menentukan permasalahan yang baik dan pernyataan masalah
yang baik (Kerlinger, 2006 : 29-30), yaitu :
a. Masalah
harus mengungkapkan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan
demikian, masalah-masalah itu mengajukan pernyataan-pernyataan seperti : Apakah
A terkait dengan B ? Apakah motivasi belajar mempengaruhi hasil belajar ?
b. Masalah
harus dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk pertanyaan.
c. Masalah
dan pernyataan masalah harus dirumuskan dengan cara tertentu yang menyiratkan
adanya pengujian yang empiris.
6.
Merumuskan Masalah
Dalam Penelitian Suatu masalah yang dipilih,
menurut Tuckman dalam Setyosari (2010) harus memiliki ciri-ciri khusus
(karakteristik) sebagai berikut :
a.
Masalah
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih Masalah sebaiknya
mencerminkan hubungan dua variable atau lebih, karena pada praktiknya peneliti
akan mengkaji pengaruh satu variable tertentu terhadap variabel lainnya.
Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui ada dan tidaknya pengaruh “gaya
kepemimpinan kepala sekolah” (variable satu) terhadap “kinerja guru” (variable
dua). Jika seorang peneliti hanya menggunakan satu variabel dalam merumuskan
masalahnya, maka yang bersangkutan hanya melakukan studi deskriptif, misalnya
“Gaya kepemimpinan kepala sekolah di SMA X”. Peneliti dalam hal ini hanya akan
melakukan studi terhadap gaya kepemimpinan yang ada tanpa mempertimbangkan
faktor-faktor lain baik yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh gaya
kepemimpinan tersebut. Contoh lain : Hubungan antara motivasi guru dan prestasi
kerja. Motivasi: variable satu; prestasi kerja: varaibel dua.
b.
Masalah
dinyatakan atau dirumuskan secara jelas, tidak bermakna ganda, dan dalam bentuk
kalimat tanya Masalah harus dirumuskan secara jelas dan tidak bermakna ganda
atau memungkinkan adanya tafsiran lebih dari satu dan dirumuskan dalam bentuk
kalimat tanya. Contoh :
1)
Apakah
ada hubungan antara promosi dengan jumlah pendaftaran murid baru?
2)
Apakah
status sekolah mempengaruhi minat orangtua murid?
3)
Apakah
desain produk hand phone mempengaruhi keputusan membeli konsumen?
4)
Apakah
ada hubungan antara minat baca dengan tingginya indeks prestasi? Contoh-contoh
di atas mencerminkan rumusan masalah yang jelas dan tidak bermakna ganda.
Pada contoh “a” peneliti ingin mengkaji
hubungan variable promosi dengan variable jumlah pendaftaran murid baru. Pada
contoh “b” peneliti ingin melakukan studi tentang hubungan variable “status
sekolah” dengan variable “minat orangtua murid”. Pada contoh “c” peneliti akan
mengkaji hubungan antar variable “desain produk handphone” dengan variable
“keputusan membeli”. Pada contoh “d” peneliti akan mengkaji hubungan antar
variable “minat baca” dengan “indeks prestasi”. Variabel-variabel yang dicakup
dalam rumusan masalah itu merupakan suatu petunjuk yang paling baik dalam
pengujiannya. Rumusan pertanyaan penelitian yang harus dihindari misalnya:
Apakah pengalaman yang luas dalam kehidupan bermasyarakat itu meningkatkan
pandangan hidup seseorang dalam hidupnya? Variabel seperti “pengalaman luas”
dan “pandangan hidup” merupakan sesuatu yang kompleks dan kabur, yang sulit
didefinisikan, diukur, dan bahkan dimanipulasi atau diolah.
c.
Dapat
diuji secara empiris Masalah harus dapat diuji secara empiris, maksudnya
perumusan masalah yang dibuat memungkinkan peneliti mencari data di lapangan
sebagai sarana pembuktiannya. Tujuan utama pengumpulan data ialah untuk
membuktikan bahwa masalah yang sedang dikaji dapat dijawab jika peneliti
melakukan pencarian dan pengumpulan data. Dengan kata lain masalah memerlukan
jawaban, jawaban didapatkan setelah peneliti mengumpulkan data di lapangan dan
jawaban masalah merupakan hasil penelitian.
d.
Hindari
penilaian moral atau etika Sebaiknya peneliti menghindari masalah-masalah yang
berkaitan dengan idealisme atau nilai-nilai, karena masalah tersebut lebih
sulit diukur dibandingkan dengan masalah yang berhubungan dengan sikap atau
kinerja. Misalnya kita akan mengalami kesulitan dalam mengukur masalah-masalah
seperti berikut ini :
1)
Haruskah
semua siswa tidak mencontek dalam ujian?
2)
Haruskah
semua siswa rajin dalam belajar? Akan lebih baik kalau masalah tersebut
dijadikan dalam bentuk seperti :
§ Hubungan antara kesiapan ujian dan nilai yang
diraih
§ Pengaruh kerajinan siswa terhadap tingkat
kelulusan Salah satu cara untuk membuat perumusan masalah yang baik ialah
dengan melakukan proses penyempitan masalah dari yang sangat umum menjadi lebih
khusus dan pada akhirnya menjadi masalah yang spesifik dan siap untuk diteliti
(Setyosari, 2010:57).
Pertimbangan-pertimbangan khusus perlu
diambil oleh seorang peneliti dalam memilih masalah. Setyosari (2010:66-68)
mengemukakan pertimbangan-pertimbangan khusus itu sebagai berikut :
1. Dapat
Dilaksanakan. Jika kita memilih masalah tertentu, maka pertanyaan-pertanyaan di
bawah ini bermanfaat bagi kita untuk mengecek apakah kita dapat atau tidak
melakukan penelitian dengan masalah yang kita tentukan :
a. Apakah
masalah tersebut dalam jangkauan kita?
b.Apakah
kita mempunyai cukup waktu untuk melakukan penelitian dengan persoalan
tersebut?
c. Apakah
kita akan mendapatkan akses untuk memperoleh sample yang akan kita gunakan
sebagai responden sebagai sarana pemerolehan data dan informasi.?
d. Apakah
kita mempunyai alasan khusus sehingga kita percaya akan dapat memperoleh
jawaban dari masalah yang kita rumuskan?
e. Apakah
metode yang diperlukan sudah kita kuasai?
2. Jangkauan
Penelitiannya. Apakah masalahnya cukup memadai untuk diteliti? Apakah jumlah
variabelnya sudah cukup? Apakah jumlah datanya cukup untuk dilaporkan secara
tertulis?
3. Keterkaitan.
Apakah kita tertarik dengan masalah tersebut dan cara pemecahannya? Apakah
masalah yang kita teliti berkaitan dengan latar belakang pengetahuan atau
pekerjaan kita? Jika kita melakukan penelitian dengan masalah tersebut apakah
kita akan mendapatkan nilai tambah bagi pengembangan diri kita?
4. Nilai
Teoritis. Apakah masalah yang akan diteliti akan mengurangi adanya kesenjangan
teori yang ada? Apakah pihak-pihak lain , seperti pembaca atau pemberi dana
akan mengakui kepentingan studi ini? Apakah hasil penelitiannya nanti akan
memberikan sumbangan pengetahuan terhadap ilmu yang kita pelajari? Apakah hasil
penelitiannya layak dipublikasikan?
5. Nilai
Praktis. Apakah hasil penelitiannya nantinya akan ada nilai-nilai praktis bagi
para praktisi di bidang yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti?
Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan nilai praktis ini sebagai berikut
:
a. Apakah
pemecahan masalah dalam penelitian itu dapat meningkatkan praktik atau
pelaksanaan pendidikan?
b. Apakah
para praktisi pendidikan itu nanti akan tertarik dengan hasil penelitian yang
Anda lakukan?
c. Apakah
hasil penelitian itu nanti bisa mengubah sistem pendidikan?
d. Apakah
dengan hasil penelitian itu nanti akan mengubah cara-cara Anda dalam
melaksanakan praktik pendidikan?
7.
Kesimpulan
Dari uraian di atas penulis dapat menarik
kesimpulan tentang masalah dalam penelitian pendidikan, yaitu :
1.
Masalah
dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait
dengan bidang pendidikan antara lain dari :
a.
Kepustakaan
: laporan penelitian pendidikan sebelumnya,
b.
Forum
pertemuan ilmiah : seminar kependidikan baik bersifat nasional maupun
internasional,
c.
Sumber
pengalaman praktek : pengalaman mengajar di kelas, pengamatan terhadap
lingkungan sekitar.
2.
Dalam
dunia pendidikan masalah yang ditemukan/teridentifikasi dapat dikelompokkan
menjadi 5, yaitu : proses pembelajaran, siswa, guru, hasil belajar (output) dan
hasil belajar jangka panjang (outcome). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
identifikasi masalah adalah minat/motivasi/dorongan peneliti, kemampuan
peneliti, lokasi penelitian, sumber data (populasi dan sampel), waktu,
pendekatan/metode yang digunakan, buku sumber yang tersedia, etika dan
birokrasi.
3.
Suatu
masalah yang dipilih dalam perumusannya harus memiliki ciri-ciri khusus
(karakteristik) sebagai berikut :
a.
Masalah
menanyakan hubungan antara dua atau lebih variabel;
b.
Masalah
dinyatakan atau dirumuskan secara jelas dan tidak ambigius;
c.
Masalah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan;
d.
Masalah
itu dapat diuji melalui metode empiris, artinya adanya kemungkinan pengumpulan
data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan; dan
e.
Masalah
tidak menyangkut moral dan etika.
4.
Agar
dapat membatasi ruang lingkup permasalahan yang menarik minat dan keterampilan
peneliti, alangkah bijaksanya apabila peneliti itu dapat mempersempit cakupan
ruang lingkup masalah penelitiannya. Untuk maksud ini dapat dipakai skema
klasifikasi masalah. Berkenaan dengan penelitian di timgkat kelas atau sekolah,
maka pertimbangan-pertimbangan khusus perlu diambil oleh seorang peneliti.
Pertimbangan-pertimbangan khusus adalah sebagai berikut, yaitu :
Dapat dilaksanakan;
Berguna untuk kepentingan luas;
Menarik minat;
Nilai teoritis;
Nilai praktis.
REFERENSI :
Hadeli, Drs. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Padang:
QUANTUM TEACHING.
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik.
Jakarta: BUMI AKSARA.
Jeperis. 2013. Jenis-jenis Penelitian Pendidikan. Tersedia
pada(http://jeperis.wordpress.com/2013/04/23/jenis-jenis-penelitian). Diakses
pada 18 September 2013.
Kamboja, Amir. 2012. Jenis
Penelitian Menurut Jenis Data dan Analisisnya. Tersedia
pada(http://METODE/Jenis Penelitian Menurut Metodenya _
amierkamboja88.html).Diakses pada 18 September 2013.
Malik, Halim. 2011. Penelitian kualitatif. Tersedia
pada(http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/11/penelitian-kualitatif/). Diakses
pada 20 September 2013.
Margono, Drs. S. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:
PT RINEKA CIPTA.
Prasetyo, B & L. M. Jannah. 2005. Metode Penelitian
Kuantitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Samad, Bambang Sudibyo. 2012. Memahami jenis penelitian
berdasarkan fungsinya.Tersedia pada (http://educationesia.blogspot.com/2012/05/memahami-jenis-jenis-penelitian.html). Diakses
pada 20 September 2013.
Sugiyono, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan
Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.
Sukmadinata, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Uny. 2012. Jenis-jenis Penelitian Pendidikan. Tersedia pada(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/makalah%20PENELITIAN%20PENDIDIKAN1.pdf). Diakses
pada 18 September 2013.
Zuriah,Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hadi, Sutrisno, 1978. Metode Research I.
Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM
Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan
dan Pengembangan, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian
untuk Bisnis (Buku1) (Edisi 4). Jakarta: Salemba Empat
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan,
Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi
Hadjar,
I. 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. PT
RadjaGrafindo,
Jakarta
Karlingger,
Fred N. 2006. Asas-Asas Penelitian Bevavioral. Yogyakarta : UGM
Stoner,
James AF. 1982 Principal of Managemen II Edition. Publisher, Prentice-Hall
Sukardi, 2009.
Metodologi penelitian pendidikan: kompetensi dan praktiknya Jakarta : Bumi
Aksara
Sumber Lain :
Amazing Offers: http://bit.ly/cheap-gadgets
Source: http://www.eurekapendidikan.com/2015/09/definisi-masalah-dan-jenis-jenis-dalam-penelitian.html
http://www.eurekapendidikan.com/2015/09/definisi-masalah-dan-jenis-jenis-dalam-penelitian.html
http://www.eurekapendidikan.com/2015/09/definisi-masalah-dan-jenis-jenis-dalam-penelitian.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar