Landasan
Teori, Kerangka Berfikir Dan Hipotesis
Latar Belakang
Dalam
kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah haruslah
menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji
persoalan. Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang
diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi
atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori
yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan
penelitian yang relevan. Bahan-bahan kajian pustaka dapat diangkat dari
berbagai sumber seperti jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan
penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah,
terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik
jika kajian teoretis dan telaah terhadap temuan-temuan penelitian didasarkan
pada sumber kepustakaan primer, yaitu bahan pustaka yang isinya bersumber pada
temuan penelitian.
Sumber
kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Untuk disertasi,
berdasarkan kajian pustaka dapatlah diidentifikasi posisi dan peranan
penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas
serta sumbangan yang mungkin dapat diberikan kepada perkembangan ilmu
pengetahuan terkait. Pada bagian akhir kajian pustaka dalam tesis dan disertasi
perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang pandangan atau
kerangka pemikiran yang digunakan peneliti berdasarkan teori-teori yang dikaji.
Pemilihan
bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip
kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip relevansi.
Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori
yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode
berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi berdasar
teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa
berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi
diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah
yang diteliti. Hipotesisi yakni dugaan yang mungkin benar, atau mungkin juga
salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika
faktor-faktor membenarkannya, dengan begitu sangat tergantung kepada
hasil-hasil penyelidikan terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan. Hipotesis
dapat juga dipandang sebagai konklusi yang sifatnya sangat sementara. Sebagai
konklusi sudah tentu hipotesis tidak dibuat dengan semena-mena, melainkan atas
dasar pengetahuan-pengetahuan tertentu.
Pengetahuan
ini sebagian dapat diambil dari hasil-hasil serta problematika-problematika
yang timbul dari penyelidikan-penyelidikan yang mendahului, dari
renungan-renungan atas dasar pertimbangan yang masuk akal, ataupun dari
hasil-hasil penyelidikan yang dilakukan sendiri. Jadi dalam taraf ini mahasiswa
cukup membuat konklusi dari persoalan-persoalan yang diajukan dan merumuskannya
dalam bentuk statmen (pernyataan).
Kerangka
pemikiran berbeda dengan sekumpulan informasi atau hanya sekedar sebuah
pemahaman. Lebih dari itu kerangka pemikiran adalah sebuah pemahaman yang
melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling
mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya. Untuk
mendapatkan sebuah kerangka pemikiran akan suatu hal bukan sesuatu yang mudah,
diperlukan suatu pemikiran yang mendalam, tidak menyimpulkan hanya dari fakta
yang dapat terindra, atau hanya dari sekedar informasi-informasi yang
terpenggal. Selain itu diperlukan sebuah pemikiran yang cerdas dan mustanir
(cemerlang) akan setiap maqlumat tsabiqah (informasi ) yang dimilikinya dan
berupaya dengan keras menyimpulkan sesuatu kesimpulan yang memunculkan
keyakinan.
Landasan Teori, Kerangka Berfikir
Dan Hipotesis
Salah satu
unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar dalam
penelitian adalah teori. Suatu landasan teori dari suatu penelitian tertentu
atau karya ilmiah sering juga disebut sebagai studi literatur atau tinjauan
pustaka. Salah satu contoh karya tulis yang penting adalah tulisan itu
berdasarkan riset. Melalui penelitian atau kajian teori diperoleh
kesimpulan-kesimpulan atau pendapat-pendapat para ahli, kemudian dirumuskan
pada pendapat baru.
Setelah
masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian
(kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan
generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai
landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sumadi Suryabrata dalam Sugiyono,
2010:52). Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai
dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and
error). Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.
Metode
penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan dipelajari.
Dengan penguasaan metode penelitian yang mantap, diharapkan para tenaga
pengajar dapat menyertakan metode-metode penelitian serta hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian dalam bidang yang sedang diajarkan.
Dalam
makalah ini disajikan bagian dari materi Metode penelitian tersebut, yakni
tentang landasan teori, kerangka pikir dan hipotesis.
A.
Deskripsi Dan Pengertian Teori
1.
Pegertian Teori
Setelah
masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian
(kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep,
generalisasi-generelisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai
landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. (Sumadi Suryabrata dalam
Sugiyono, 2010:52).
Teori adalah
seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk
melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara
variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
(Neumen dalam Sugiyono, 2010:52).
Teori adalah
generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan
berbagai fenomena secara sistematik. (Wiliam Wiersma dalam Sugiyono, 2010:52).
Sitirahayu
Haditono, 1999 menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting,
bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang
ada. Mark 1963 membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori ini berhubungan
dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain :
1)
Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang
dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan
diterangkan.
2)
Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data
ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini
dijumpai pada kaum behaviorist.
3)
Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi
pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi
pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan
tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai
berikut :
1)
Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun
secara logis. Hukum-hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu
hukum menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat
ajeg dan dapat diramal sebelumnya.
2)
Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman
tertulis mengenai suatu kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam
suatu bidang tertentu. Di sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari
data yang diperoleh itu datang suatu konsep yang teoritis (induktif).
3)
Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara
menerangkan yang menggeneralisasi. Di sini biasanya tedapat hubungan yang
fungsional antara data dan pendapat yang teoritis.
Berdasarkan
data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu teori
adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian
ini diperoleh malalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji
kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori.
Teori adalah
alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan
proporsisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga
fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction),
dan pengendalian (control) suatu gejala (Sugiyono, 2010).
Konsep
merupakan pendapat ringkas yang dibentuk melalui proses penyimpulan umum dari
suatu peristiwa berdasarkan hasil obervasi yang relevan. Definisi merupakan
suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasaya lebih
kompleks dari arti, makna, atau pengertian suatu hal. Sedangkan proposisi
merupakan pernyataan yang membenarkan atau menolak suatu perkara.
2. Deskripsi
Teori
Deskripsi
teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (bukan
sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang
relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu
dikemukakan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis
tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian
terdapat tiga variabel independen dan satu dependen, maka kelompok teori yang
perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang
berkenaan dengan variabel independen dan satu dependen. Oleh karena itu,
semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang
dikemukakan (Sugiyono, 2010:58).
Deskripsi
teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang
diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari
berbagai dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan
prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih
jelas dan terarah. (Sugiyono, 2010:58).
Langkah-langkah
untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut :
1)
Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah
variabelnya
2)
Cari sumber-sumber bacaan yang banyak dan relevan
dengan setiap variabel yang diteliti.
3)
Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang
relevan dengan setiap variabel yang diteliti. Untuk referensi yang berbentuk
laporan penelitian lihat penelitian permasalahan yang digunakan, tempat
penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis dan saran
yang diberikan.
4)
Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada
setiap sumber bacaan, kemudian bandingkan antara satu sumber dengan sumber
lainnya dan dipilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5)
Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel
yang akan diteliti lakukan analisis renungkan, dan buatlah rumusan dengan
bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6)
Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari
berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber
bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan
teori harus dicantumkan.
B.
Tingkatan Dan Fokus Teori
Numan 2003,
dalam (Sugiyono, 2010) mengemukakan tingkatan teori (level of theory)
menjadi tiga yaitu, micro, meso, dan macro. Micro
level theory: small slices of time, space, or a number of people. The concept
are usually not very abstract. Meso level theory: attempts to link macro and
micro levels or to operate at an intermediate level. Contoh teori:
organisasi dan gerakan sosial, atau komunitas tertentu. Macro level
theory: concerns the operation of larger aggregates such as social
institutions, entire culture systems, and whole societies. It use more concepts
that are abstract.
Selanjutnya
fokus teori dibedakan menjadi tiga yaitu teori subtantif, teori formal, dan midle
range theory. Subtantive theory is developed for a specific area of social
concern, such as deliquent gangs, strikes, diforce, or ras relation. Formal
theory is developed for a broad conceptual area in general theory, such as
deviance; socialization, or power. Midle range theory are slightly more
abstract than empirical generalization or specific hypotheses. Midle range
theories can be formal or subtantive. Midle range theory is princippally used
in sociology to guide empirical inquiry.
Teori yang
digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data
adalah teori subtantif, karena teori ini lebih fokus berlaku untuk obyek yang akan
diteliti.
C.
Kegunaan Teori Dalam Penelitian
Semua
penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal
teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas,
karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang akan
diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk
menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal
penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
Teori-teori
pendidikan dapat dibagi menjadi teori umum pendidikan dan teori khusus
pendidikan. Teori umum pendidikan dapat dibagi menjadi filsafat-filsafat
pendidikan (filsafat ilmu pendidikan dan filsafat praktek pendidikan) dan
Ausland pedagogik. Teori khusus pendidikan dapat dibagi menjadi teknologi
pendidikan (manajemen pendidikan, pengembangan kurikulum, model-model belajar
mengajar dan evaluasi pendidikan) dan ilmu pendidikan (ilmu pendidikan makro
dan mikro).
Redja
Mudyaharjo 2002 dalam (Sugiyono, 2010), mengemukakan bahwa, sebuah teori
pendidikan adalah sebuah sistem konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif
tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai
asumsi atau titi tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula yang berperan sebagai
definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Asumsi pokok pendidikan adalah :
1)
Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula
dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dan lingkungan
belajarnya
2)
Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju
pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik
3)
pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan,
artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari
kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian
individu yang diharapkan.
Dalam
kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama digunakan
untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang
akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah untuk merumuskan hipotesis dan
menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan
pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ketiga
digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya
digunakan untuk memberikan saran dan upaya pemecahan masalah.
Dalam
landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir,
sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.
D.
Kerangka Berfikir
Uma Sekaran
dalam bukunya Business Research, 1992 dalam (Sugiyono, 2010) mengemukakan
bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting.
Uma Sekaran,
dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa,
kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah dididentifikasi sebagai masalah
yang penting.Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis
pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan
hubungan antar variabel independen dan dependen.
Kerangka
berfikir dalam suatu penelitian dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut
berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas dua
variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping
mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi
terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999).
Langkah-langkah
dalam menyusun kerangka pemikiran yang selanjutnya membuahkan hipotesis adalah
sebagai berikut :
1)
Memantapkan variabel yang diteliti
Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun
kerangka berfikir untuk pengajuan hupotesis, maka harus ditetapkan terlebih
dahulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah
nama setiap variabel merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan
dikemukakan.
2)
Membaca Buku dan Hasil Penelitian (HP)
Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca
buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk
buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah,
laporan penelitian, Journal ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
3)
Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP)
Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dikemukakan teori-teori
yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori berisi tentang
definisi terhadap masing-masing variabel yang diteliti, dan kedudukan antara
variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian tertentu.
4)
Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap
teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini,
peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah
ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan objek penelitian atau tidak.
5)
Analisis Komparatif terhadap teori dan hasil
penelitian
Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu
dengan yang lain, dan hasil penelitian satu dengan yang lain, sehingga peneliti
dapat memadukan antara teori satu dengan yang lain, atau mereduksi jika
dipandang terlalu luas.
6)
Sintesa / Kesimpulan
Selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara.
Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan
menghasilkan kerangka berfikir.
7)
Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka berfikir yang
asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan. Kerangka berfikir asosiatif
misalnya “Jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi”.
8)
Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila
kerangka berfikir berbunyi “Jika guru kompeten, maka hasil belajar akan
tinggi” maka hipotesisnya berbunyi “ ada hubungan yang positif dan
signifikan antara kompetensi guru dengan hasil belajar.
Selanjutnya
Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa kerangka berfikir yang baik, memuat
hal-hal sebagai berikut:
1)
Variabel – variabel yang akan diteliti harus
dijelaskan.
2)
Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat
menjelaskan dan menunjukan pertautan/hubungan antar variabel yang diteliti, dan
ada teori yang mendasari.
3)
Diskusi juga harus menunjukan dan
menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu positif atau negatif, berbentuk
simetris,kausal atau interaktif (Timbal balik)
4)
Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu
dinyatakan dalam bentuk diagram (Paradigma penelitian), sehingga pihak lain
dapat memahami kerangka pikir yang dikemukakan dalam penelitian.
Kerangka
berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel
yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar
variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator
dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut
dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya
dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap
penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir
(Sugiyono, 2010:60).
Kerangka
berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian
tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas
sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti
disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga
argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko,
1999, dalam Sugiyono, 2010).
Penelitian
yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis
yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka menyusun
hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu
dikemukakan kerangka berfikir.
Suriasumantri
1986, dalam (Sugiyono, 2010) mengemukakan bahwa seorang peneliti harus
menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun
kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Krangka pemikiran ini merupakan
penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan.
Kiteria
utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan, adalah
alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang
membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa
tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut,
selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan
sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan
variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiyono,
2010:60-61).
E. Hipotesis
Perumusan
hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah
peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu
diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian
yang bersifat ekploratif dan deskriptif sering tidak perlu merumuskan
hipotesis.
Hipotesis
dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi
Arikunto, 2010:110).
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori
yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiyono,
2010).
Penelitian
yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi
justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut
akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Dalam
Hipotesis statistik, yag diuji adalah hipotesis nol, hipotesis yang menyatakan
tidak ada perbedaan antara data sampel, dan data populasi. Yang diuji hipotesis
nol karena peneliti tidak berharap ada perbedaan antara sampel
populasi dan atau statistik dan parameter. Parameter adalah
ukuran-ukuran yang berkenaan dengan populasi, dan statistik disini
diartikan sebagai ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel.
1. Bentuk
Bentuk Hipotesis
Bentuk-bentuk
hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bentuk
hipotesis ada tiga yaitu sebagai berikut:
a. Hipotesis
Deskriptif
Hipotesis
deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang
berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh :
1) Rumusan
Masalah Deskriptif
a)
Berapa lama daya tahan berdiri karyawan toko lulusan
SMK?
b)
Seberapa semangat belajara mahasiswa Perguruan Tinggi
Negeri?
2) Hipotesis
Deskriptif
Daya tahan
berdiri karyawan toko lulusan SMK sama dengan 6 jam perhari (Ho). Ini merupakan
hipotesis nol, karena daya tahan berdiri karyawan lulusan SMK yang ada pada
sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan yang ada
pada populasi. (angka 6 jam/hari merupakan angka hasil pengamatan sementara).
Hipotesis alternatifnya adalah : Daya tahan karyawan toko lulusan SMK ≠ 600
jam. “Tidak sama dengan”. Ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari
600 jam
3) Hipotesis
Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel)
Ho : µ = 6
jam/hari
Ha : µ ≠ 6
jam/hari
µ : adalah
nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui sampel.
b. Hipotesis
Komparatif
Hipotesis
komparatif merupakan jawaban sementara tehadap rumusan masalah komparatif. Pada
rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau
keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:
1) Rumusan
Masalah Komparatif
Bagaimana prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X bila dibandingkan
dengan Perguruan Tinggi Y?
2) Hipotesis
Komparatif
Berdasarkan rumusan masal komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga
model hipotesis nol dan alternatif, sebagai berikut :
Hipotesis
Nol:
a)
Ho : Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar
mahasiswa perbedaan prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X dengan
Perguruan Tinggi Y; atau terdapat persamaan prestasi belajar mahasiswa
perbedaan prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X dengan Perguruan Tinggi
Y, atau
b)
Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X
lebih besar atau sama dengan (≥) Perguruan Tinggi Y (“lebih besar atau sama
dengan)” = paling sedikit).
c)
Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X
lebih kecil atau sama dengan (≤) Perguruan Tinggi Y (“lebih kecil atau sama
dengan)” = paling besar).
Hipotesis
Alternatif:
1)
Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi
X lebih besar (atau lebih kecil) dari perguruan tinggi Y.
2)
Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi
X lebih kecil dari pada (<) perguruan tinggi Y.
3)
Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi
X lebih besar dari pada (>) perguruan tinggi Y.
3) Hipotesis
Statistik dapat dirumuskan sebagai berikut :
µ1 = rata-rata
(populasi) produktivitas karyawan PT X
µ2 = rata-rata
(populasi) produktivitas karyawan PT Y
a)
1). Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
b)
2.) Ho : µ1 ≥ µ2
Ha : µ1 < µ2
c)
3.) Ho : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 >
µ2
c. Hipotesis
Asosiatif
Hipotesis
assosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu
yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
1) Rumusan Masalah Asosiatif
Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala
sekolah dengan iklim kerja sekolah.
2) Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala
sekolah dengan iklim kerja sekolah.
3) Hipotesis Statistik
Ho : ρ = 0 ------ 0 berarti tidak ada hubungan.
Ha : ρ ≠
0 ------“Tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol
berarti ada hubungan,
ρ = Nilai
korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
2. Paradigma
Penelitian, Rumusan Masalah dan Hipotesis
Dengan
paradigma penelitian, peneliti dapat menggunakan sebagai panduan untuk
merumuskan masalah, dan hipotesis penelitiannya, yang selanjutnya dapat
digunakan untuk panduan dalan pengumpulan data dan analisis. Pada setiap
paradigma penelitian minimal terdapat satu rumusan masalah penelitian, yaitu
masalah deskriptif. Berikut ini contoh judul penelitian, paradigma, rumusan
masalah, dan hipotesis penelitian.
a. Judul
Penelitian
Hubungan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar
murid. (Gaya kepemimpinan adalah variabel independen (X) dan Prestasi belajar
adalah variabel dependen (Y)).
b. Paradigma
Penelitian
c. Rumusan
Masalah
1)
Seberapa baik gaya kepemimpinan Kepala Sekolah yang
ditampilkan? (Bagaimana X?)
2)
Seberapa baik prestasi belajar siswa? (Bagaimana Y?)
3)
Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara
gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar siswa? (Adakah
hubungan antara X dan Y?) Butiran ini merupakan rumusan masalah asosiatif.
4)
Bila sampel penelitiannya golongan guru golongan III
dan IV, maka rumusan masalah komparatifnya adalah :
a)
Adakah perbedaan persepsi antara guru Golongan III,
dan IV tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah?
b)
Adakah perbedaan persepsi antara guru Gol III, dan IV
tentang prestasi belajar murid.
d.
Rumusan Hipotesis Penelitian
1)
gaya kepemimpinan yang ditampilkan Kepala Sekolah (X)
ditampilkan kurang baik, dan nilainya paling tinggi 60% dari kriteria yang
diharapkan.
2)
Prestasi belajar murid (Y) kurang memuaskan, dan
nilainya paling tinggi 65.
3)
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
kepemimpinan kepala sekolah dengan prestasi belajar murid, Artinya makin baik
kepemimpinan kepala sekolah maka akan semakin baik prestasi belajar murid.
4)
Terdapat perbedaan persepsi tentang gaya kepemimpinan
antara Gol I, II, III.
5)
Terdapat perbedaan persepsi tentang prestasi kerja
antara guru Gol III dan IV.
Untuk bisa
diuji dengan statistik, maka data ang didaptkan harus diangkakan. Untuk bisa
diangkakan, perlu instrumen yang memiliki skala pengukuran. Untuk judul diatas
ada dua instrumen, yaitu instrumen gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dan
prestasi belajar murid.
3. Karakteristik
Hipotesis yang Baik
a.
Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri,
perbandingan keadaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan
tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
b.
Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak
menimbulkan berbagai penafsiran.
c.
Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan
metode-metode ilmiah.
F. Kesimpulan
Salah satu
unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar dalam
penelitian adalah teori. Teori adalah alur logika atau penalaran, yang
merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara
sistematis. Teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation),
meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala.
Dalam
kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama digunakan
untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang
akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah untuk merumuskan hipotesis dan
menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan
pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ketiga
digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya
digunakan untuk memberikan saran dan upaya pemecahan masalah. Dalam landasan
teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir, sehingga
selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.
Daftar
Pustaka :
Arikunto
Suharsimi, Prof. Dr. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta :
Rineka Cipta, 2010
Sugiyono
Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan
R & D, Bandung : Cv. Alfa Beta, 2010
Sumber lain :
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/landasan-teori-kerangka-pikir-dan-hipotesis/
http://mandala-manik.blogspot.co.id/2010/01/kerangka-pemikiran-dan-hipotesis.html
http://catatansieviy.blogspot.co.id/2013/04/landasan-teori-kerangka-berfikir-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar