Instrumen
Penelitian
Instrumen
penelitian adalah nafas dari penelitian, (S Arikunto, 1995) instrument
penelitian merupakan suatu yang terpenting dan strategis kedudukannya di dalam
keseluruhan kegiatan penelitian. Kedudukan yang strategis itu karena instrument
berkaitan erat dengan masalah, tujuan, hipotesa dan analisis. Data
yang diperoleh melalui instrument sangat penting karena akan digunakan untuk
menjawab permasalahan dan mencari apa saja yang dapat digunakan unuk mencapai tujuan
penelitian, sebagai fakta untuk pembuktian hipotesis. Dengan
demikian data merupakan kunci pokok dalam kegiatan penelitian sekaligus penentu
mutu dan hasil penelitian.
Kualitas
instrument akan menentukan mutu dari data yang akan dikumpulkan, sehingga
tepatlah jika dikatakan bahwa hubungan antara instrument dengan
data adalah sebagai jantungnya penelitian yang saling terkait
antara; latar belakang, permasalahan, indentifikasi, tujuan, manfaat, kerangka
pemikian, asumsi dan hipotesis.
A.
Pengertian Instrumen
Pada umumnya
penelitian akan berhasil apabila banyak menggunakan instrumen, sebab data yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis
diperoleh melalui instrumen. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus
betul-btul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data
empiris sebagai datanya. Data yang salah atau tidak menggambarkan data empiris
bisa menyesatkan peneliti, sehingga kesimpulan penelitian yang ditarik/dibuat oleh
peneliti bisa keliru.
Sebelum
mengkaji hakikat instrumen penelitian, peneliti sebaiknya memperhitungkan
terlebih dahulu jenis data manakah yang diperlukan dalam penelitian. Apakah
data kuantitatif atau data kualitatif? Apakah data nominal, ordinal, interval,
ataukah data rasio? Apakah data primer atau data sekunder? Data kuantitatif
data yang berkenan dengan jumlah. Data kualitatif berkenan dengan nilai
kualitas baik, sedang, kurang, dan lain-lain. Data kualitatif jika perlu dapat
disimbolkan dalam bentuk kuantitatif, asal ada kriteria yang jelas dan tegas
penggunaanya.
Beberapa
langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian. Langkah-langkah
tersebut adalah :
1)
Analisis variabel penelitian yakni
mengkaji variabel menjadi subpenelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator
tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti.
2)
Menetapkan jenis instrumen yang
digunakan untuk mengukur variabel/subvariabel/indikator-indikatornya.
3)
Peneliti menyusun kisi-kisi atau lay
out instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang
diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Abilitas
dimaksudkan adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti.misalnya
kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari
kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis,
evaluasi.
4)
Peneliti menyusun item atau
pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkn dalam
kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat dari yang telah ditetapkan sebagai
item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya gambaran
jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang betul/diinginkan harus
dibuat peneliti.
5)
Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya
diuji coba digunakan untuk revisi intrumen, misalnya membuang instrumen yang
tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan
redaksi/bahasanya. Bagaimana uji coba validitas dan reliabilitas akan dibahas
lebih lanjut.
Jadi untuk
mengumpulkan data, paradigma ilmiah memanfaatkan tes tertulis
(tes-pensil-kertas) atau kuesioner atau menggunakan alat fisik lainnya seperti
poligraf,dsb. Pencari-tahu-alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak
bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpulan data. Hal itu mungkin
disebabkan oleh sukarnya mengkhususkan secara tepat pada apa yang akan teliti.
Di samping itu, orang-sebagai-instrumen memiliki senjata ”dapat-memutuskan”
yang secara luwes dapat digunakannya. Ia senantiasa dapat menilai keadaan dapat
dan dapat mengambil keputusan.
Dalam
penelitian kuantitatif, membuat instrumen penelitian, menentukan hipotesis
benar-benar digunakan dalam kegiatan penelitian. Karena dalam penelitian
kuantitatif, instrument untuk keperluan pengumpulan data harus dibuat terlebih
dahulu secara matang untuk melengkapiproposal penelitian yang besok akan
diajukan.
B.
Penyusunan Instrumen Penelitian.
Instrumen
penelitian adalah nafas dari penelitian, (S Arikunto, 1995) instrument
penelitian merupakan suatu yang terpenting dan strategis kedudukannya di dalam
keseluruhan kegiatan penelitian. Kedudukan yang strategis itu karena instrument
berkaitan erat dengan masalah, tujuan, hipotesa dan analisis. Data
yang diperoleh melalui instrument sangat penting karena akan digunakan untuk
menjawab permasalahan dan mencari apa saja yang dapat digunakan unuk mencapai
tujuan penelitian, sebagai fakta untuk pembuktian hipotesis. Dengan
demikian data merupakan kunci pokok dalam kegiatan penelitian sekaligus penentu
mutu dan hasil penelitian.
Kualitas
instrument akan menentukan mutu dari data yang akan dikumpulkan, sehingga
tepatlah jika dikatakan bahwa hubungan antara instrument dengan
data adalah sebagai jantungnya penelitian yang saling terkait
antara; latar belakang, permasalahan, indentifikasi, tujuan, manfaat, kerangka
pemikian, asumsi dan hipotesis.
Langkah-langkah
menyusun instrument (Riduwan, 2010):
1.
Mengidentifikasi
variable dalam rumusan judul penelitian.
Melalui
judul penelitian biasanya akan dapat diidentifikasi variable-variabel
penelitian, apakah iti variable terikat atau variable bebas. Suatu penelitian
tidak selamanya hanya terdiri dari satu variable terikat dan satu variable
bebas, tetapi bisa lebih dari satu baik itu varibel terikat maupun variable
bebasnya.
Ilustrasi :
PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN KERJA PEGAWAI
TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEMBERSIHAN SAMPAH DI KOTA SOLO
|
Jika
diidentifikasi dari sebuah judul penelitian tersebut di atas maka dapat
diperoleh informasi bahwa judul tersebut terdapat dua variable bebas (Motivasi
dan Kemampuan Kerja Pegawai) dan satu varibel terikat (Kualitas Pelayanan
Pembersiahan sampah).
Coba
indentifikasilah variable judul-judul penelitian berikut;
1) Peran Kepala Sekolah Dalam Manajemen Pembelajaran Di SD Syuhada Yogyakarta
2) Pengaruh Aktivitas Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan Kerja Guru Di
SLTPN Kab. Banjar Kalsel
3) Peningkatan
Kualitas Pembelajaran IPS Dengan Model Kooperatif Di SLTP N I Alas Sumbawa NTB
2.
Menjabarkan
variable Penelitian menjadi sub – sub variabel / dimensi.
Cara
penjabaran variable penelitian tergantung dari teori yang telah
dirumuskan/dipilih oleh peneliti, disamping dipengaruhi juga oleh sifat dan
jenis variable. Dari contoh judul penelitian tersebut di atas ada dua variable
bebas (Motivasi dan Kemampuan Kerja Pegawai) dan satu variable terikat
(Kualitas Pelayanan Pembersiahan Sampah).
a. Variabel Motivasi
Variabel ini
ditemui adanya sub variable, rincian atau kelompok yang ada di dalamnya.
Motivasi bukan merupakan benda yang dapat diamati. Motivasi merupakan
kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Teori
Motivasi menurut Hasibuan (2000) mengemukakan bahwa;
“Teori
motivasi mempunyai sub variable yaitu; Motif, Harapan dan Insentif. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa ;
1)
Motif (Motif) adalah
suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak
kemauan bekerja seseorang. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin
dicapai.
2)
Harapan (Expectancy) adalah
suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku untuk tercapainya
tujuan.
3)
Insentif (Incentive) yaitu
memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah (imbalan) kepada
mereka yang berprestasi di atas prestasi standart. Dengan demikian semangat
kerja bawahan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang
baik-baik saja.
Berdasarkan
cuplikan kajian teori tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
mempunyai tiga sub variable yaitu; Motif, Harapan dan Insentif.
b. Variabel Kemampuan Kerja Pegawai
Faktor yang
mempengaruhi kemampuan pegawai adalah pengeathuan dan keterampilan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Keith Davis seperti yang dikutif oleh
Mangkunegara (2000) yang merumuskan bahwa; Ability= Knowledge + Skill. Secara
psikologis kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan potensi dan
kemampuan reality. Artinya, pegawai yang memiliki kemampuan di atas rata-rata
dengan pendidikan atau pengetahuan yang mewadai untuk menjalankan pekerjaan
yang terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah
mencapai kinerja (prestasi) yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu
ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right
man in the right place, the right man on the right job.
Dengan
demikian sub variable dari kemampuan pegawai adalah pengetahuan dan
keterampilan.
c. Variabel Kualitas Pelayanan
Pembersiahan
Dari
variable ini dapat dilihat aspek-aspek yang berkaitan dengan sub variabel atau
dimensi dari variable Kualitas Pelayanan, antara lain; yang dikemukakan oleh Zeithaml
dalam buku yang berjudul “Delivering Quality Service. Balancing
Customer Perceptions and Expectation, 1990 : 21-22)”
Sudarmayanti
(2000) menyatakan bahwa tolok ukur kualitas pelayanan dapat diukur melalui 10
sub variable (dimensi) yaitu; Tangibles (berwujud), Reliability (keandalan),
Responsiveness (keresponsivan), Competence ( pengetahuan dan keterampilan),
Courtesy (perilaku), Credibility (kejujuran), Security (keamanan), Accsess
(kemudahan hubungan), Communications (Komunikasi) dan Understanding the
Customer (mengerti kebutuhan masyarakat)
Dari uraian
ke tiga variable tersebut selanjutnya dapat menjabarkan sub variable menjadi
bagian yang lebih kecil yaitu indicator. Indikator (indicate) yang
oleh Suharsimi diartikan sebagai menyatakan sesuatu yang menjadi petunjuk bagi
sub variable/dimensi. Sedangkan diskriptor (describe) artinya menggambarkan,
memaparkan, menjelaskan lebih lanjut atau merinci sampai pada hal yang
sekecil-kecilnya. Selanjutnya diskriptor – diskriptor tersebut akan dirumuskan
dalam bentuk butir-butir pertanyaan atau pernyataan untuk sebuah instrument
pengumpul data.
Variabel
---- sub variable ---- Indikator --- descriptor ---- Item
(pertanyaan/pernyataan)
RINCIAN
VARIABEL MENJADI SUB VARIABEL
NO
|
VARIABEL
|
SUB
VARIABEL (DIMENSI)
|
1.
|
MOTIVASI (X1)
|
1. Motiv
2. Harapan
3. Insentif
|
2.
|
KEMAMPUAN (X2)
|
1. Pengetahuan
2. Keterampilan
|
3.
|
KUALITAS PELAYANAN (Y)
|
1. Tangibles
2. Reliability
3. Responsiveness
4. Competence
5. Courtesy
6. Credibility
7. Security
8. Accsess
9. Communications
10. Undestanding
the Customer
|
Beberapa
model variasi penyusunan kisi-kisi penelitian yang sering dijumpai dalam suatu
penelitian :
1)
Variabel; sub variable, indicator;
predictor; dan nomor butir
2)
Variabel; dimensi; aspek; indicator
dan nomor butir
3)
Variabel; dimensi;
indicator-indikator dan nomor item
4)
Aspek yang diamati; indicator dan
nomor butir
5)
Maslah penelitian; hipotesis
penelitian, variable penelitian, indicator penelitian dan nomor item
6)
Variabel; indicator; data yang
dibutuhkan; nomor item
3.
Mencari
indikator/aspek dari setiap sub variable
Dari sub
variable yang sudah didapat tadi, maka peneliti dapat menjabarkannya menjadi
indicator-indikator. Proses penguraian sub variable ada kalanya peneliti
mendapatkan indicator yang sudah terlalu kecil atau tidak dapat diuraikan lagi
menjadi descriptor. Oleh karena itu di dalam daftar (table) diketahui bahwa
diskriptor menjadi sama dengan indikatornya atau uraianya berhenti pada
indicator.
4.
Merumuskan setiap indikator menjadi
butir-butir intrumen
Setelah
seluruh variable dirinci menjadi sub variable, dari sub variable dirinci
kedalam indicator, dan seluruh indicator dijabarkan dalam diskriptor, maka
terjadilah apa yang disebut sebagai kisi-kisi instrument. Dengan berpedoman
pada kisi-kisi instrument berarti telah penyusun berusaha memenuhi validitas
instrument (validitas isi) selanjutnya dari kisi-kisi instrument ditulislah
butir-butir pertanyaan instrument.
C.
Jenis-Jenis Instrumen Penelitian
1. Instrumen Tes
Menurut
Arikunto (2002:127) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.
Macam-macam
Instrumen tes :
1)
Tes kepribadian yaitu tes yang
digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang. Yang diukur bisa
self-concept, kreativitas, disiplin, kemampuan khusus,dll.
2)
Tes bakat yaitu tes yang digunakan
untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang.
3)
Tes intelegensi yaitu tes yang
digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual
seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur
intelegensinya.
4)
Tes sikap yaitu alat yang digunakan
untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.
5)
Tes minat yaitu alat untuk menggali
minat seseorang terhadap sesuatu.
6)
Tes prestasi yaitu tes yang
digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
2. Instrumen Nontest
a. Angket atau kuesioner
Kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui. Kuesioner dipandang dari bentuknya maka ada 4:
1)
Kuesioner pilihan ganda
2)
Kuesioner isian
3)
Check list yaitu responden tinggal
membubuhkan tanda check(√)
4)
Rating-scale yaitu sebuah pernyataan
diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya mulai
dari sangat setuju sampai ke sangat setuju.
b. Keuntungan kuesioner :
1)
Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2)
Dapat dibagikan secara serentak
kepada banyak responden.
3)
Dapat dijawab oleh responden menurut
waktu senggang responden.
c. Kelemahan kuesioner :
1)
Seringkali sukar dicari validitasnya
2)
Walaupun dibuat anonim,
kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau
tidak jujur.
3)
Waktu pengembaliannya tidak
bersama-sama, bahka kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat.
3. Interview
Interview
yang sering disebut juga dengan wawancara atau kuesioer lisan adalah sebuah dialog
yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Interview digunakan oleh peneliti untuk meneliti keadaan seseorang misalnya
untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua,
pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
Ditinjau
dari pelaksanaannya, maka interview dibedakan atas :
1)
Interview bebas di mana pewawancara
bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan
dikumpulkan.
2)
Interview terpimpin di mana
pewawancara deng membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci.
3)
Interview bebas terpimpin yaitu
antara kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin.
Keunggulan
teknik interview adalah :
d.
Peneliti memiliki peluang atau
kesempatan memeperoleh respon atau jawaban yang relatif tinggi dari responden
e.
Peneliti dapat memebantu menjelaskan
lebih, jika ternyata responden mengalami kesulitan menjawab yang diakibatkan
ketidak jelasan pertanyaan
f.
Peneliti dapat mengontrol jawaban
responden secara lebih teliti dengan mengamati reaksi atau tingkah laku yang
diakibatkan oleh pertanyaan dalam proses interview
g.
Peneliti dapat memperoleh informasi
yang tidak dapat diungkapkan dengan cara kuesioner ataupun observasi.
4. Observasi
Di dalam
pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan,
meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan,
penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang di katakan ini sebenarnya
adalah pengamatan langsung. Di dalam artian penelitian observasi dapat dilakuka
dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.
Observasi
dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu :
1)
Observasi non-sistematis yang
dilakukan oleh pengamat dengan tiak menggunakan instrumen pengamatan.
2)
Observasi sistematis yang dilakukan
oleh pengamat dengan menggunakan pedoman ebagai instrumen pengamatan.
3)
Sedangkan observasi dilakukan dengan
2 cara yaitu:
4)
Sign system digunakan sebagai
instrumen pengamatan situasi pengajaran sebagai sebuah potret sesuai
pengajaran. Instrumen tersebut berisi sederetan sub-variabel. Misalnya gur
menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru bertanya kepada kelompok, guru
bertanya kepada seorang anak, guru menjawab, murid berteriak,dsb. Setelah
pengamatan dalam satu periode tertentu misalnya5 menit, semua kejadian yang
telah muncul di cek. Kejadian yang muncul lebih ari satu kali dalam satu
periode pengamatan, hanya di cek satu kali. Dengan demikian akan diperoeh
gambar tentang apa kejadian yang muncul dalam situasi pengajaran.
5)
Category system adalah sistem
pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel misalnya pengamatan ingin
mengetahui keaktivan atau partisipasi murid dalam proes belajar-mengajar. Dalam
hal ini pengamat hanya memperhatikan kejadian-kejadian yang masuk ke dalam
kategori keaktifan atau partisipasi murid misalnya : murid bertanya, murid
berdebat dengan guru, murid membahas pertanyaan, dsb.
Dalam
penelitian pendidikan, pengambilan data dengan menggunakan metode observasi dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1)
Observasi terbuka, yaitu pada posisi
ini kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan
responden diketahui secara terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti
terjadi interaksi secara langsung.
2)
Observasi tertutup, yaitu pada
kondisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan misinya, yaitu mengambil data
dari responden, tidak diketahui responden yang bersangkutan.
3)
Observasi tidak langsung, yaitu pada
kondisi inipeneliti dapat melakukan pengambilan data dari responden walaupun
mereka tidak hadir secara langsung di tengah-tengah responden.
5. Dokumentasi
Dalam uraian
tentang studi pendahulan, telah disinggung pula bahwa sebagai objek yang
diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi, kita memperhatikan tiga
macam sumber, yaitu tulisan (paper), tempat (place), dan kertas atau orang
(people). Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan inilah kita
telah menggunakan metode dokumentasi.
Dokumentasi,
dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian, dsb.
Metode
dokumentasi dapat dilaksanakan dengan :
1)
Pedoman dokumentasi yang memuat
garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya.
2)
Check-list, yaitu daftar variabel
yang akan dikumpulkan datanya.dalam hal ini peneliti tinggal
memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang dimaksud.
D.
Pengadaan Instrumen
Apabila
sudah tersedia instrumen yang terstandar, maka peneliti boleh meminjam dan
menggunakan untuk mengumpulkan data. Beberapa instrumen yang sudah
distandardisasikan antara lain : tes intelegensi, tes minat, tes kemampuan
dasar (tes bakat), tes kepribadian, dan beberapa tes prestasi belajar.
Prosedur
yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik adalah :
1)
Perencanaan meliputi perumusan
tujuan, menentukan variabel, kategorisasi variabel. Untuk tes, langkah ini
meliputi perumusan tujuan dan pembuatan tabel spesifikasi.
2)
Penulisan butir soal, atau item
kuesioner, penyusunan skala, penyusunan pedoman wawancara.
3)
Penyuntingan, yaitu melengkapi
instrumen dengan pedoman mengerjakan, surat pengantar, kunci jawaban, dll.
4)
Uji-coba, baik dalam skala kecil
maupun besar.
5)
Penganalisaan hasil, analisis item,
melihat pola jawaban peninjauan saran-saran,dsb.
6)
Mengadakan revisi terhadap item-item
yang dirasa kurang baik, dengan mendasarkan diri pada data yang diperoleh
sewaktu uji-coba.
Ada dua macam
tujuan uji coba dengan persyaratan jumlah subjek yang berbeda :
1)
Uji coba untuk tujuan manajerial dan
substansial. Uji coba untuk tujuan pertama ini lebih menitikberatkan pada segi
teknis. Peneliti menyebutkan tujuan uji coba adalah:
a.
Untuk mengetahui tingkat
keterpahaman instrumen, apakah responden tidak menemui kesulitan dalam
menangkap maksud peneliti.
b.
Untuk mengetahui teknik paling
efektif
c.
Untuk memperkirakan waktu yang
dibutuhkan oleh responden dalam mengisi angket.
d.
Untuk mengetahui apakah butir-butir
yang tertera di dalam angket sudah memadai dan cocok dengan keadaan di
lapangan.
e.
Uji coba untuk tujuan keandalan
instrumen.
E.
Keampuhan Instrumen
Salah satu
faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian adalah kualitas instrument
yang digunakan untuk mengambil data. Peneliti harus berusaha menyusun
instrument agar diperoleh instrument yang ampuh. Keampuhan instrument
ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat validitas dan tingkat reliabilitasnya.
1. Validitas instrument penelitian.
Validitas
adalah ukuran tingkat keshahihan (keabsahan) suatu instrmen. Suatu instrument
yang valid memiliki tingkat keshahihan yang tinggi. suatu instrument dikatan
valid jika instrument tersebut benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
Empat
katagori yang diusulkan oleh APA (America Psychologocal Association)
sebagaimana yang dikutip Surapranata (2005:50) adalah sebagai berikut :
1)
Validitas isi, yaitu suatu
instrument dikatakan valid jika sesuai standar isi kurikulum yang berlaku.
2)
Validitas konstruk, yaitu validitas
yang didasarkan pada kesesuaian instrument dengan konstruksi teoritik di mana
instrument itu dibuat
3)
Validitas prediktif, yaitu validitas
yang didasarkan pada kemamapuan instrument tersebut memprediksi hal-hal yang
akan terjadi di masa-masa yang akan datang terkait dengan variable yang diukur
atau diungkap
4)
Validitas konkuren, yaitu validitas
yang didasarkan pada kesesuaiannya dengan hasil pengukuran insstrumen lain yang
terkait dengan variable yang dilibatkan.
Menurut
pengujiannya, validitas instrument dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
1)
Validitas internal, yaitu validitas
yang didasarkan pada kesesuainantara bagian-bagian dari instrument terhadap
instrument secara keseluruhan.
2)
Validitas eksternal, yaitu validitas
yang didasarkan pada data-data atau informasi lain yang terkait dengan variabel
yang diukur dan yang dihasilkan oleh instrument-instrumen lain.
2. Reliabilitas instrument Penelitian
Reliabilitas
adalah suatu ukuran tingkat keajagan, tingkat kehandalan, atau tingkat ketidak
percayaan suatu instrument. Suatu instrument dikatakan reliabel jika instrument
itu memiliki reliabilitas yang tinggi.
Ditinjau
dari cara pengujiannya, reliabilitas dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1)
Reliabilitas internal, yaitu
reliabilitas instrument yang didasarkan pada hasil pencocokan antar
bagian-bagian dari hasil tes. Pengujian relibialitas ini dilakukan dengan hanya
mengadakan satu kali pengetesan atau uji coba.
2)
Reliabilitas eksternal, yaitu
reliabilitas instrument yang didasarkan pada hasil pencocokan terhadap hasil
tes yang berbeda, baik dari instrument yang sam atau dengan instrument lainnya.
Uji reliabilitas ini dilakukan dengan hanya mengadakan satu kali pengetesa atau
uji coba.
F.
Skala Pengukuran
Faktor lain
yang mempengaruhi ketepatan hasil analisis data, di samping tujuan ingin
dicapai dari analisis data, ada faktor lain yang mempengaruhi keputusan yang
akan diambil kaitannya dengan cara mengukur data tersebut. Dalam penelitian
pendidikan atau social, ada empat macam cara mengukur suatu data yang sering
dijumpai. Keempat macam alat ukur tersebut jika disebutkan dari cara yang
simple atau sederhana sampai yang kompleks (lengkap) adalah: skala nominal,
skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Dari keempat cara mengukur ini
dipilih salah satu untuk kemudian diterapkan dalam bentuk kuesioner yang hendak
dicapai dalam mencari data dari subjek penelitian.
1. Skala Nominal
Alat ukur
data yang paling sederhana dalam pengukuran data adalah skala nominal. Skala
ini hanya memiliki fungsi yang terbatas yaitu mengidentifikasi dan membedakan.
Contoh aplikasi skala nominal ini, antara lain: hobi olahraga para mahasiswa
semester 5 Pendidikan Bahasa Arab IAIN SA Surabaya, maka alternative jawaban
mahasiswa adalah: sepak bola, lari, renang, bola voli, tenis meja, bulu
tangkis, atau jenis olahraga lainnya.
2. Skala Ordinal
Skala ini
memiliki fungsi yang lebih baik, jika dibandingkan dengan skala pengukuran
nominal. Karena skala ordinal memiliki dua fungsi, yaitu selain fungsi
membedakan juga memiliki fungsi mengurutkan. Contoh dalam suatu desa, dilakukan
penelitian tentang tingkat pendidikan penduduk, maka alternative jawaban
responden diantaranya adalah: SD, SMP,SMA, S1,S2, atau S3. Data-data ini selain
dapat dibedakan juga dapat diurutkan, misalnya SD urutan ke-1, SMP urutan ke-2,
SMA urutan ke-3, S1 urutan ke-4, S2 urutan ke-5, dan S3 urutan ke-6.
Skala
ordinal sering digunakan dalam kegiatan penelitian maupun anlisis kebutuhan.
Contoh yang termasuk skala ordinal misalnya, dalam kuesioner tertutup,
responden disuruh memilih empat pilihan, tidak setuju (TS), kurang setuju (KS),
setuju (S) samgat setuju (SS) atau dengan pilihan tidak puas (TP), kurang puas
(KP), puas (P), sangat puas (SP).
3. Skala Interval
Skala ini
memiliki fungsi pengukuran yang lebih lengkap disbanding skala nominal dan
ordinal. Selain memiliki fungsi pembeda dan fungsi mengurutkan, skala interval
juga memiliki fungsi penjumlahan dan pengurangan. Sebagai contohnya ukuran
derajat dalam thermometer celcius 16o+32o Celcius =
48o Celcius.contoh alat ukur data dengan skala interval adalah
alat suhu manusia, yaitu alat thermometer, baik Fahrenheit, Celcius, Kelvin,
maupun Reamur.alat ukur IQ manusia juga menggunaka alat ukur
interval. Skala ini masih tetap memiliki kelemahan yang disebabkan karena tidak
memiliki titik awal 0. Sehingga data-data dalam skala ini tidak dapat
dibandingkan.
4. Skala Rasio
Jika tiga
skala yang diuraikan pada bagian sebelumnya, tidak bisa dibandingkan, data
dengan skala rasio dapat difungsikan sebagai data yang dapat diurutkan,
dapat dijumlah, dikurangi dan dibandingkan. Dapat dikatakan skala rasio adalah
skala yang paling lengkap. Di samping itu, skala rasio juga memiliki titik
awal, yaitu titik sebagai awal pengukuran, sehingga dengan alat ukur ini
sifat-sifat perkalian, pembagian, penjumlahan, danpengurangan dapat dilakukan
terhadap data dengan skala ini. Hampir semua alat di bidng ilmu pengetahuan
alam dan teknologi menggunakan alat ukur rasio. Contoh skala pengukuran rasio
adalah data yang diukur dari alat ukur berat dengan satuan berat seperti kilo
gram, ons, gram, dan semacamnya untuk massa, kilometer, meter dan semacamnya
untuk jarak, meter/detik atau km/jam untuk kecepatan, jam , menit atau
detik untuk satuan waktu, dan sebagainya.
G.
Skala Pengukuran Sikap
Beberapa
penelitian pendidikan sering menjadiakan sikap siswa terhadap suatu mata
pelajaran tertentu sebagai variabel penelitian. Untuk mengukur sikap
siswa tersebut diperlukan suatu instrument yang dapat mengukur sikap siswa.
Beberap model pengukuran sikap adalah sebagai berikut :
1.
Skala Likert, yaitu skala sikap yang
menggunakan 5 pilihan jawaban responden. Kelima itu adalah: Sangat setuju (SS),
Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Contoh angket yang menggunakan skala ini telah disajikan pada pembahasan
tentang instrument angket.
2.
Skala Diferensial Semantik, yaitu
skala sikap yang menggunakan pilihan-pilihan di antara batas-batas ekstrim,
seperti antara aktif dan pasif, antara mudah dan sukar, dan sebagainya.
3.
Skala Thurstone, yaitu skala
butsikap yang menggunakan pembobotan butir-butir pernyataan yang harus dipilih
responden. Misalnya responden diminta memilih 5 pernyataan dari 8 pernyataan
yang disediakan. Masing-masing pernyataan sudah diberi skor atau bobot, maka
setelah responden menjawab angket maka skornya sudah dapat ditentukan dengan
menjumlah skor dari 5 pilihan atau jawaban yang sudah dipilih.
4.
Skala Guttman, yaitu skala sikap
yang lebih tepat digunakan untuk mengukur sikap tertentu dan tidak mengukur
kombinasi dari beberapa sikap. Pada skala ini disajikan beberap pernyataan yang
diurutkan secara hirarkis, untuk melihat sikap tertentu dari responden. Jika
responden member jawaban “tidak” pada butir ke 3 misalnya, maka ia pasti akan
menyatakan lebih dari “tidak” untuk butir-butir berikutnya. Contoh tiga butir
pernyataan yang berurutan adalah sebagai berikut :
1)
Belajar di rumah selama120 menit
2)
Belajar di rumah selama 90 menit
3)
Belajar dirumah selama 60 menit.
Jika siswa
memberiak jawaban “tidak” pada nomor 3, maka dapat disimpulkan bahwa untuk
butir ke-2 dan ke-1 lebih dari “tidak”.
H. Penutup
Instrumen
penelitian adalah alat ukur dalam penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk
mengukur validitas dan reliabilitas variabel penelitian. Jumlah instrumen
penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan
untuk diteliti. Misalnya kita akan meneliti tentang “Pengaruh keaktifan dosen
dan minat baca terhadap prestasi mahasiswa PBA”. Maka dalam hal ini ada tiga
instrumen yang perlu dibuat yaitu :
1)
Instrumen untuk mengukur keaktifan
dosen
2)
Instrumen untuk mengukur minat baca
3)
Instrumen untuk mengukur prestasi
mahasiswa PBA
Secara umum
instrument penelitian dapat dipilah menjadi dua kelompok, yaitu instrumen tes
dan instrument non tes. Instrument tes dapat berupa seperangkat tes sesuai
dengan kemampuan yang ingin diukur. Sedangkan instrument non tes dapat berupa
kuesioner atau angket, observasi,interviu atau wawancara, dan dokumentasi.
Prosedur
yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik adalah :
1)
Perencanaan meliputi perumusan
tujuan, menentukan variabel, kategorisasi variabel. Untuk tes, langkah ini
meliputi perumusan tujuan dan pembuatan tabel spesifikasi.
2)
Penulisan butir soal, atau item
kuesioner, penyusunan skala, penyusunan pedoman wawancara.
3)
Penyuntingan, yaitu melengkapi
instrumen dengan pedoman mengerjakan, surat pengantar, kunci jawaban, dll.
4)
Uji-coba, baik dalam skala kecil
maupun besar.
5)
Penganalisaan hasil, analisis item,
melihat pola jawaban peninjauan saran-saran,dsb.
6)
Mengadakan revisi terhadap item-item
yang dirasa kurang baik, dengan mendasarkan diri pada data yang diperoleh
sewaktu uji-coba.
Salah satu
faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian adalah kualitas instrument
yang digunakan untuk mengambil data. Peneliti harus berusaha menyusun
instrument agar diperoleh instrument yang ampuh. Keampuhan instrument
ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat validitas dan tingkat reliabilitasnya.
Dalam
penelitian pendidikan atau social, ada empat macam cara mengukur suatu data
yang sering dijumpai. Keempat macam alat ukur tersebut jika disebutkan dari
cara yang simple atau sederhana sampai yang kompleks (lengkap) adalah: skala
nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Dari keempat cara
mengukur ini dipilih salah satu untuk kemudian diterapkan dalam bentuk
kuesioner yang hendak dicapai dalam mencari data dari subjek penelitian.
Sedangkan
Untuk mengukur sikap diperlukan suatu instrument yang dapat mengukur sikap
siswa. Skala Likert, yaitu skala dengan menggunakan 5 pilihan jawaban
responden, yakni Sangat setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS),
dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala Diferensial Semantik, yaitu skala sikap
yang menggunakan pilihan-pilihan di antara batas-batas ekstrim, seperti antara
aktif dan pasif, antara mudah dan sukar, dan sebagainya. Skala Thurstone, yaitu
skala buat sikap yang menggunakan pembobotan butir-butir pernyataan yang harus
dipilih responden. Misalnya responden diminta memilih 5 pernyataan dari 8
pernyataan yang disediakan yang masing-masingnya diberi bobot nilainya. Skala
Guttman, yaitu skala sikap yang lebih tepat digunakan untuk mengukur sikap
tertentu dan tidak mengukur kombinasi dari beberapa sikap.
REFERENSI :
Hadeli, Drs. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Padang:
QUANTUM TEACHING.
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik.
Jakarta: BUMI AKSARA.
Jeperis. 2013. Jenis-jenis Penelitian Pendidikan. Tersedia
pada(http://jeperis.wordpress.com/2013/04/23/jenis-jenis-penelitian). Diakses pada 18 September 2013.
Kamboja, Amir. 2012. Jenis
Penelitian Menurut Jenis Data dan Analisisnya. Tersedia pada(http://METODE/Jenis Penelitian Menurut Metodenya _
amierkamboja88.html).Diakses pada 18 September 2013.
Malik, Halim. 2011. Penelitian kualitatif. Tersedia
pada(http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/11/penelitian-kualitatif/). Diakses pada 20 September 2013.
Margono, Drs. S. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:
PT RINEKA CIPTA.
Prasetyo, B & L. M. Jannah. 2005. Metode Penelitian
Kuantitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Samad, Bambang Sudibyo. 2012. Memahami jenis penelitian
berdasarkan fungsinya.Tersedia pada (http://educationesia.blogspot.com/2012/05/memahami-jenis-jenis-penelitian.html). Diakses pada 20 September 2013.
Sugiyono, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan
Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.
Sukmadinata, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Uny. 2012. Jenis-jenis Penelitian Pendidikan. Tersedia pada(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/makalah%20PENELITIAN%20PENDIDIKAN1.pdf). Diakses pada 18 September 2013.
Zuriah,Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hadi, Sutrisno, 1978. Metode Research I.
Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM
Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan
dan Pengembangan, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian
untuk Bisnis (Buku1) (Edisi 4). Jakarta: Salemba Empat
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian
Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi
Hadjar,
I. 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. PT
RadjaGrafindo,
Jakarta
Karlingger,
Fred N. 2006. Asas-Asas Penelitian Bevavioral. Yogyakarta : UGM
Stoner,
James AF. 1982 Principal of Managemen II Edition. Publisher, Prentice-Hall
Sukardi,
2009. Metodologi penelitian pendidikan: kompetensi dan praktiknya Jakarta : Bumi
Aksara
Nazir,
M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prastowo,
A. 2012, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Arikunto Suharsimi, Prof. Dr. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta : Rineka Cipta, 2010
Sumber Lain :
http://harmajijebuleaji.blogspot.co.id/2014/12/populasi-sampel-dan-teknik-pengambilan.html
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/landasan-teori-kerangka-pikir-dan-hipotesis/
http://mandala-manik.blogspot.co.id/2010/01/kerangka-pemikiran-dan-hipotesis.html
http://catatansieviy.blogspot.co.id/2013/04/landasan-teori-kerangka-berfikir-dan.html
https://firdhanramadhansmart.wordpress.com/2011/11/20/instrumen-penelitian/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar