Selasa, 21 Maret 2017

METODOLOGI PENELITIAN - INSTRUMEN PENELITIAN



Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah nafas dari penelitian, (S Arikunto, 1995) instrument penelitian merupakan suatu yang terpenting dan strategis kedudukannya di dalam keseluruhan kegiatan penelitian. Kedudukan yang strategis itu karena instrument berkaitan erat dengan masalah, tujuan, hipotesa dan  analisis. Data yang diperoleh melalui instrument sangat penting karena akan digunakan untuk menjawab permasalahan dan mencari apa saja yang dapat digunakan unuk mencapai tujuan penelitian,  sebagai fakta untuk pembuktian hipotesis. Dengan demikian data merupakan kunci pokok dalam kegiatan penelitian sekaligus penentu mutu dan hasil penelitian.

Kualitas instrument akan menentukan mutu dari data yang akan dikumpulkan, sehingga tepatlah jika dikatakan bahwa hubungan antara instrument dengan data  adalah sebagai jantungnya penelitian yang saling terkait antara; latar belakang, permasalahan, indentifikasi, tujuan, manfaat, kerangka pemikian, asumsi dan hipotesis.

A.       Pengertian Instrumen

Pada umumnya penelitian akan berhasil apabila banyak menggunakan instrumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-btul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagai datanya. Data yang salah atau tidak menggambarkan data empiris bisa menyesatkan peneliti, sehingga kesimpulan penelitian yang ditarik/dibuat oleh peneliti bisa keliru.

Sebelum mengkaji hakikat instrumen penelitian, peneliti sebaiknya memperhitungkan terlebih dahulu jenis data manakah yang diperlukan dalam penelitian. Apakah data kuantitatif atau data kualitatif? Apakah data nominal, ordinal, interval, ataukah data rasio? Apakah data primer atau data sekunder? Data kuantitatif data yang berkenan dengan jumlah. Data kualitatif berkenan dengan nilai kualitas baik, sedang, kurang, dan lain-lain. Data kualitatif jika perlu dapat disimbolkan dalam bentuk kuantitatif, asal ada kriteria yang jelas dan tegas penggunaanya.

Beberapa langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah :
1)      Analisis variabel penelitian yakni mengkaji variabel menjadi subpenelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti.
2)      Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel/subvariabel/indikator-indikatornya.
3)      Peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti.misalnya kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis, evaluasi.
4)      Peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkn dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat dari yang telah ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang betul/diinginkan harus dibuat peneliti.
5)      Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi intrumen, misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasanya. Bagaimana uji coba validitas dan reliabilitas akan dibahas lebih lanjut.

Jadi untuk mengumpulkan data, paradigma ilmiah memanfaatkan tes tertulis (tes-pensil-kertas) atau kuesioner atau menggunakan alat fisik lainnya seperti poligraf,dsb. Pencari-tahu-alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpulan data. Hal itu mungkin disebabkan oleh sukarnya mengkhususkan secara tepat pada apa yang akan teliti. Di samping itu, orang-sebagai-instrumen memiliki senjata ”dapat-memutuskan” yang secara luwes dapat digunakannya. Ia senantiasa dapat menilai keadaan dapat dan dapat mengambil keputusan.

Dalam penelitian kuantitatif, membuat instrumen penelitian, menentukan hipotesis benar-benar digunakan dalam kegiatan penelitian. Karena dalam penelitian kuantitatif, instrument untuk keperluan pengumpulan data harus dibuat terlebih dahulu secara matang untuk melengkapiproposal penelitian yang besok akan diajukan.


B.        Penyusunan Instrumen Penelitian.

Instrumen penelitian adalah nafas dari penelitian, (S Arikunto, 1995) instrument penelitian merupakan suatu yang terpenting dan strategis kedudukannya di dalam keseluruhan kegiatan penelitian. Kedudukan yang strategis itu karena instrument berkaitan erat dengan masalah, tujuan, hipotesa dan  analisis. Data yang diperoleh melalui instrument sangat penting karena akan digunakan untuk menjawab permasalahan dan mencari apa saja yang dapat digunakan unuk mencapai tujuan penelitian,  sebagai fakta untuk pembuktian hipotesis. Dengan demikian data merupakan kunci pokok dalam kegiatan penelitian sekaligus penentu mutu dan hasil penelitian.

Kualitas instrument akan menentukan mutu dari data yang akan dikumpulkan, sehingga tepatlah jika dikatakan bahwa hubungan antara instrument dengan data  adalah sebagai jantungnya penelitian yang saling terkait antara; latar belakang, permasalahan, indentifikasi, tujuan, manfaat, kerangka pemikian, asumsi dan hipotesis.

Langkah-langkah menyusun instrument (Riduwan, 2010):

1.        Mengidentifikasi variable dalam rumusan judul penelitian.
Melalui judul penelitian biasanya akan dapat diidentifikasi variable-variabel penelitian, apakah iti variable terikat atau variable bebas. Suatu penelitian tidak selamanya hanya terdiri dari satu variable terikat dan satu variable bebas, tetapi bisa lebih dari satu baik itu varibel terikat maupun variable bebasnya.

Ilustrasi :

PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN KERJA PEGAWAI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEMBERSIHAN SAMPAH DI KOTA SOLO

Jika diidentifikasi dari sebuah judul penelitian tersebut di atas maka dapat diperoleh informasi bahwa judul tersebut terdapat dua variable bebas (Motivasi dan Kemampuan Kerja Pegawai) dan satu varibel terikat (Kualitas Pelayanan Pembersiahan sampah).

Coba indentifikasilah variable judul-judul penelitian berikut;
1)      Peran Kepala Sekolah Dalam Manajemen Pembelajaran Di SD Syuhada Yogyakarta
2)      Pengaruh Aktivitas Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan Kerja Guru Di SLTPN  Kab. Banjar Kalsel
3)      Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Dengan Model Kooperatif Di SLTP N I Alas Sumbawa NTB

2.        Menjabarkan variable Penelitian menjadi sub – sub variabel / dimensi.
Cara penjabaran variable penelitian tergantung dari teori yang telah dirumuskan/dipilih oleh peneliti, disamping dipengaruhi juga oleh sifat dan jenis variable. Dari contoh judul penelitian tersebut di atas ada dua variable bebas (Motivasi dan Kemampuan Kerja Pegawai) dan satu variable terikat (Kualitas Pelayanan Pembersiahan Sampah).

a.      Variabel Motivasi
Variabel ini ditemui adanya sub variable, rincian atau kelompok yang ada di dalamnya. Motivasi bukan merupakan benda yang dapat diamati. Motivasi merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu.

Teori Motivasi menurut Hasibuan (2000) mengemukakan bahwa;
“Teori motivasi mempunyai sub variable yaitu; Motif, Harapan dan Insentif. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ;
1)      Motif (Motif) adalah suatu perangsang keinginan (want)  dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.
2)      Harapan (Expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku untuk tercapainya tujuan.
3)      Insentif (Incentive) yaitu memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah (imbalan) kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi standart. Dengan demikian semangat kerja bawahan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja.

Berdasarkan cuplikan kajian teori tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi mempunyai  tiga sub variable yaitu; Motif, Harapan dan Insentif.

b.      Variabel Kemampuan Kerja Pegawai
Faktor yang mempengaruhi kemampuan pegawai adalah pengeathuan dan keterampilan. Hal ini sesuai dengan  pendapat Keith Davis seperti yang dikutif oleh Mangkunegara (2000) yang merumuskan bahwa; Ability= Knowledge + Skill. Secara psikologis kemampuan pegawai  terdiri dari kemampuan potensi dan kemampuan reality. Artinya, pegawai yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dengan pendidikan atau pengetahuan yang mewadai untuk menjalankan pekerjaan yang terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja (prestasi) yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place, the right man on the right job.

Dengan demikian sub variable dari kemampuan pegawai adalah pengetahuan dan keterampilan.

c.        Variabel Kualitas Pelayanan Pembersiahan
Dari variable ini dapat dilihat aspek-aspek yang berkaitan dengan sub variabel atau dimensi dari variable Kualitas Pelayanan, antara lain; yang dikemukakan oleh Zeithaml dalam buku yang berjudul  “Delivering Quality Service. Balancing Customer Perceptions and Expectation, 1990 : 21-22)”
Sudarmayanti (2000) menyatakan bahwa tolok ukur kualitas pelayanan dapat diukur melalui 10 sub variable (dimensi) yaitu; Tangibles (berwujud), Reliability (keandalan), Responsiveness (keresponsivan), Competence ( pengetahuan dan keterampilan), Courtesy (perilaku), Credibility (kejujuran), Security (keamanan), Accsess (kemudahan hubungan), Communications (Komunikasi) dan Understanding the Customer (mengerti kebutuhan masyarakat)

Dari uraian ke tiga variable tersebut selanjutnya dapat menjabarkan sub variable menjadi bagian yang lebih kecil yaitu indicator.  Indikator (indicate) yang oleh Suharsimi diartikan sebagai menyatakan sesuatu yang menjadi petunjuk bagi sub variable/dimensi. Sedangkan diskriptor (describe) artinya menggambarkan, memaparkan, menjelaskan lebih lanjut atau merinci sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Selanjutnya diskriptor – diskriptor tersebut akan dirumuskan dalam bentuk butir-butir pertanyaan atau pernyataan untuk sebuah instrument pengumpul data.

 Variabel ---- sub variable ---- Indikator --- descriptor ---- Item (pertanyaan/pernyataan)

RINCIAN VARIABEL MENJADI SUB VARIABEL

NO
VARIABEL
SUB VARIABEL (DIMENSI)
1.
MOTIVASI (X1)
1.    Motiv
2.    Harapan
3.    Insentif
2.
KEMAMPUAN (X2)
1.    Pengetahuan
2.    Keterampilan
3.
KUALITAS PELAYANAN (Y)
1.    Tangibles
2.    Reliability
3.    Responsiveness
4.    Competence
5.    Courtesy
6.    Credibility
7.    Security
8.    Accsess
9.    Communications
10.     Undestanding the Customer


Beberapa model variasi penyusunan kisi-kisi penelitian yang sering dijumpai dalam suatu penelitian :
1)      Variabel; sub variable, indicator; predictor; dan nomor butir
2)      Variabel; dimensi; aspek; indicator dan nomor butir
3)      Variabel; dimensi; indicator-indikator dan nomor item
4)      Aspek yang diamati; indicator dan nomor butir
5)      Maslah penelitian; hipotesis penelitian, variable penelitian, indicator penelitian dan nomor item
6)      Variabel; indicator; data yang dibutuhkan; nomor item

3.        Mencari indikator/aspek dari setiap sub variable
Dari sub variable yang sudah didapat tadi, maka peneliti dapat menjabarkannya menjadi indicator-indikator. Proses penguraian sub variable ada kalanya peneliti mendapatkan indicator yang sudah terlalu kecil atau tidak dapat diuraikan lagi menjadi descriptor. Oleh karena itu di dalam daftar (table) diketahui bahwa diskriptor menjadi sama dengan indikatornya atau uraianya berhenti pada indicator.

4.        Merumuskan setiap indikator menjadi butir-butir intrumen
Setelah seluruh variable dirinci menjadi sub variable, dari sub variable dirinci kedalam indicator, dan seluruh indicator dijabarkan dalam diskriptor, maka terjadilah apa yang disebut sebagai kisi-kisi instrument. Dengan berpedoman pada kisi-kisi instrument berarti telah penyusun berusaha memenuhi validitas instrument (validitas isi) selanjutnya dari kisi-kisi instrument ditulislah butir-butir pertanyaan instrument.


C.       Jenis-Jenis Instrumen Penelitian

1.      Instrumen Tes
Menurut Arikunto (2002:127) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.

Macam-macam Instrumen tes :
1)      Tes kepribadian yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang. Yang diukur bisa self-concept, kreativitas, disiplin, kemampuan khusus,dll.
2)      Tes bakat yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang.
3)      Tes intelegensi yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.
4)      Tes sikap yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.
5)      Tes minat yaitu alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu.
6)      Tes prestasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.

2.      Instrumen Nontest
a.      Angket atau kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner dipandang dari bentuknya maka ada 4:
1)      Kuesioner pilihan ganda
2)      Kuesioner isian
3)      Check list yaitu responden tinggal membubuhkan tanda check(√)
4)      Rating-scale yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat setuju.
b.      Keuntungan kuesioner :
1)      Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2)      Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
3)      Dapat dijawab oleh responden menurut waktu senggang responden.
c.       Kelemahan kuesioner :
1)      Seringkali sukar dicari validitasnya
2)      Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
3)      Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahka kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat.

3.      Interview
Interview yang sering disebut juga dengan wawancara atau kuesioer lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Interview digunakan oleh peneliti untuk meneliti keadaan seseorang misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.

Ditinjau dari pelaksanaannya, maka interview dibedakan atas :
1)      Interview bebas di mana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.
2)      Interview terpimpin di mana pewawancara deng membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci.
3)      Interview bebas terpimpin yaitu antara kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin.
Keunggulan teknik interview adalah :
d.      Peneliti memiliki peluang atau kesempatan memeperoleh respon atau jawaban yang relatif tinggi dari responden
e.       Peneliti dapat memebantu menjelaskan lebih, jika ternyata responden mengalami kesulitan menjawab yang diakibatkan ketidak jelasan pertanyaan
f.       Peneliti dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti dengan mengamati reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan dalam proses interview
g.      Peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diungkapkan dengan cara kuesioner ataupun observasi.

4.      Observasi
Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang di katakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian penelitian observasi dapat dilakuka dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.

Observasi dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu :
1)      Observasi non-sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tiak menggunakan instrumen pengamatan.
2)      Observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman ebagai instrumen pengamatan.
3)      Sedangkan observasi dilakukan dengan 2 cara yaitu:
4)      Sign system digunakan sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran sebagai sebuah potret sesuai pengajaran. Instrumen tersebut berisi sederetan sub-variabel. Misalnya gur menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru bertanya kepada kelompok, guru bertanya kepada seorang anak, guru menjawab, murid berteriak,dsb. Setelah pengamatan dalam satu periode tertentu misalnya5 menit, semua kejadian yang telah muncul di cek. Kejadian yang muncul lebih ari satu kali dalam satu periode pengamatan, hanya di cek satu kali. Dengan demikian akan diperoeh gambar tentang apa kejadian yang muncul dalam situasi pengajaran.
5)      Category system adalah sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel misalnya pengamatan ingin mengetahui keaktivan atau partisipasi murid dalam proes belajar-mengajar. Dalam hal ini pengamat hanya memperhatikan kejadian-kejadian yang masuk ke dalam kategori keaktifan atau partisipasi murid misalnya : murid bertanya, murid berdebat dengan guru, murid membahas pertanyaan, dsb.

Dalam penelitian pendidikan, pengambilan data dengan menggunakan metode observasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1)      Observasi terbuka, yaitu pada posisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti terjadi interaksi secara langsung.
2)      Observasi tertutup, yaitu pada kondisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan misinya, yaitu mengambil data dari responden, tidak diketahui responden yang bersangkutan.
3)      Observasi tidak langsung, yaitu pada kondisi inipeneliti dapat melakukan pengambilan data dari responden walaupun mereka tidak hadir secara langsung di tengah-tengah responden.

5.      Dokumentasi
Dalam uraian tentang studi pendahulan, telah disinggung pula bahwa sebagai objek yang diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi, kita memperhatikan tiga macam sumber, yaitu tulisan (paper), tempat (place), dan kertas atau orang (people). Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan inilah kita telah menggunakan metode dokumentasi.

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dsb.
Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan :
1)      Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya.
2)      Check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.dalam hal ini peneliti tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang dimaksud.

D.       Pengadaan Instrumen

Apabila sudah tersedia instrumen yang terstandar, maka peneliti boleh meminjam dan menggunakan untuk mengumpulkan data. Beberapa instrumen yang sudah distandardisasikan antara lain : tes intelegensi, tes minat, tes kemampuan dasar (tes bakat), tes kepribadian, dan beberapa tes prestasi belajar.

Prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik adalah :
1)      Perencanaan meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategorisasi variabel. Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan dan pembuatan tabel spesifikasi.
2)      Penulisan butir soal, atau item kuesioner, penyusunan skala, penyusunan pedoman wawancara.
3)      Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan, surat pengantar, kunci jawaban, dll.
4)      Uji-coba, baik dalam skala kecil maupun besar.
5)      Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan saran-saran,dsb.
6)      Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dengan mendasarkan diri pada data yang diperoleh sewaktu uji-coba.

Ada dua macam tujuan uji coba dengan persyaratan jumlah subjek yang berbeda :
1)      Uji coba untuk tujuan manajerial dan substansial. Uji coba untuk tujuan pertama ini lebih menitikberatkan pada segi teknis. Peneliti menyebutkan tujuan uji coba adalah:
a.       Untuk mengetahui tingkat keterpahaman instrumen, apakah responden tidak menemui kesulitan dalam menangkap maksud peneliti.
b.      Untuk mengetahui teknik paling efektif
c.       Untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh responden dalam mengisi angket.
d.      Untuk mengetahui apakah butir-butir yang tertera di dalam angket sudah memadai dan cocok dengan keadaan di lapangan.
e.       Uji coba untuk tujuan keandalan instrumen.


E.        Keampuhan Instrumen

Salah satu faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian adalah kualitas instrument yang digunakan untuk mengambil data. Peneliti harus berusaha menyusun instrument agar diperoleh instrument yang ampuh. Keampuhan instrument ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat validitas dan tingkat reliabilitasnya.

1.      Validitas instrument penelitian.
Validitas adalah ukuran tingkat keshahihan (keabsahan) suatu instrmen. Suatu instrument yang valid memiliki tingkat keshahihan yang tinggi. suatu instrument dikatan valid jika instrument tersebut benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

Empat katagori yang diusulkan oleh APA (America Psychologocal Association) sebagaimana yang dikutip Surapranata (2005:50) adalah sebagai berikut :
1)      Validitas isi, yaitu suatu instrument dikatakan valid jika sesuai standar isi kurikulum yang berlaku.
2)      Validitas konstruk, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuaian instrument dengan konstruksi teoritik di mana instrument itu dibuat
3)      Validitas prediktif, yaitu validitas yang didasarkan pada kemamapuan instrument tersebut memprediksi hal-hal yang akan terjadi di masa-masa yang akan datang terkait dengan variable yang diukur atau diungkap
4)      Validitas konkuren, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuaiannya dengan hasil pengukuran insstrumen lain yang terkait dengan variable yang dilibatkan.

Menurut pengujiannya, validitas instrument dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
1)      Validitas internal, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuainantara bagian-bagian dari instrument terhadap instrument secara keseluruhan.
2)      Validitas eksternal, yaitu validitas yang didasarkan pada data-data atau informasi lain yang terkait dengan variabel yang diukur dan yang dihasilkan oleh instrument-instrumen lain.

2.      Reliabilitas instrument Penelitian
Reliabilitas adalah suatu ukuran tingkat keajagan, tingkat kehandalan, atau tingkat ketidak percayaan suatu instrument. Suatu instrument dikatakan reliabel jika instrument itu memiliki reliabilitas yang tinggi.

Ditinjau dari cara pengujiannya, reliabilitas dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1)      Reliabilitas internal, yaitu reliabilitas instrument yang didasarkan pada hasil pencocokan antar bagian-bagian dari hasil tes. Pengujian relibialitas ini dilakukan dengan hanya mengadakan satu kali pengetesan atau uji coba.
2)      Reliabilitas eksternal, yaitu reliabilitas instrument yang didasarkan pada hasil pencocokan terhadap hasil tes yang berbeda, baik dari instrument yang sam atau dengan instrument lainnya. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan hanya mengadakan satu kali pengetesa atau uji coba.


F.        Skala Pengukuran

Faktor lain yang mempengaruhi ketepatan hasil analisis data, di samping tujuan ingin dicapai dari analisis data, ada faktor lain yang mempengaruhi keputusan yang akan diambil kaitannya dengan cara mengukur data tersebut. Dalam penelitian pendidikan atau social, ada empat macam cara mengukur suatu data yang sering dijumpai. Keempat macam alat ukur tersebut jika disebutkan dari cara yang simple atau sederhana sampai yang kompleks (lengkap) adalah: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Dari keempat cara mengukur ini dipilih salah satu untuk kemudian diterapkan dalam bentuk kuesioner yang hendak dicapai dalam mencari data dari subjek penelitian.

1.      Skala Nominal
Alat ukur data yang paling sederhana dalam pengukuran data adalah skala nominal. Skala ini hanya memiliki fungsi yang terbatas yaitu mengidentifikasi dan membedakan. Contoh aplikasi skala nominal ini, antara lain: hobi olahraga para mahasiswa semester 5 Pendidikan Bahasa Arab IAIN SA Surabaya, maka alternative jawaban mahasiswa adalah: sepak bola, lari, renang, bola voli, tenis meja, bulu tangkis, atau jenis olahraga lainnya.

2.      Skala Ordinal
Skala ini memiliki fungsi yang lebih baik, jika dibandingkan dengan skala pengukuran nominal. Karena skala ordinal memiliki dua fungsi, yaitu selain fungsi membedakan juga memiliki fungsi mengurutkan. Contoh dalam suatu desa, dilakukan penelitian tentang tingkat pendidikan penduduk, maka alternative jawaban responden diantaranya adalah: SD, SMP,SMA, S1,S2, atau S3. Data-data ini selain dapat dibedakan juga dapat diurutkan, misalnya SD urutan ke-1, SMP urutan ke-2, SMA urutan ke-3, S1 urutan ke-4, S2 urutan ke-5, dan S3 urutan ke-6.

Skala ordinal sering digunakan dalam kegiatan penelitian maupun anlisis kebutuhan. Contoh yang termasuk skala ordinal misalnya, dalam kuesioner tertutup, responden disuruh memilih empat pilihan, tidak setuju (TS), kurang setuju (KS), setuju (S) samgat setuju (SS) atau dengan pilihan tidak puas (TP), kurang puas (KP), puas (P), sangat puas (SP).

3.      Skala Interval
Skala ini memiliki fungsi pengukuran yang lebih lengkap disbanding skala nominal dan ordinal. Selain memiliki fungsi pembeda dan fungsi mengurutkan, skala interval juga memiliki fungsi penjumlahan dan pengurangan. Sebagai contohnya ukuran derajat dalam thermometer celcius 16o+32Celcius = 48Celcius.contoh alat ukur data dengan skala interval adalah alat suhu manusia, yaitu alat thermometer, baik Fahrenheit, Celcius, Kelvin, maupun Reamur.alat ukur IQ manusia juga menggunaka alat ukur interval. Skala ini masih tetap memiliki kelemahan yang disebabkan karena tidak memiliki titik awal 0. Sehingga data-data dalam skala ini tidak dapat dibandingkan.

4.      Skala Rasio
Jika tiga skala yang diuraikan pada bagian sebelumnya, tidak bisa dibandingkan, data dengan skala rasio  dapat difungsikan sebagai data yang dapat diurutkan, dapat dijumlah, dikurangi dan dibandingkan. Dapat dikatakan skala rasio adalah skala yang paling lengkap. Di samping itu, skala rasio juga memiliki titik awal, yaitu titik sebagai awal pengukuran, sehingga dengan alat ukur ini sifat-sifat perkalian, pembagian, penjumlahan, danpengurangan dapat dilakukan terhadap data dengan skala ini. Hampir semua alat di bidng ilmu pengetahuan alam dan teknologi menggunakan alat ukur rasio. Contoh skala pengukuran rasio adalah data yang diukur dari alat ukur berat dengan satuan berat seperti kilo gram, ons, gram, dan semacamnya untuk massa, kilometer, meter dan semacamnya untuk jarak, meter/detik atau km/jam untuk kecepatan,  jam , menit atau detik untuk satuan waktu, dan sebagainya.


G.       Skala Pengukuran Sikap

Beberapa penelitian pendidikan sering menjadiakan sikap siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu  sebagai variabel penelitian. Untuk mengukur sikap siswa tersebut diperlukan suatu instrument yang dapat mengukur sikap siswa. Beberap model pengukuran sikap adalah sebagai berikut :
1.      Skala Likert, yaitu skala sikap yang menggunakan 5 pilihan jawaban responden. Kelima itu adalah: Sangat setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Contoh angket yang menggunakan skala ini telah disajikan pada pembahasan tentang instrument angket.
2.      Skala Diferensial Semantik, yaitu skala sikap yang menggunakan pilihan-pilihan di antara batas-batas ekstrim, seperti antara aktif dan pasif, antara mudah dan sukar, dan sebagainya.
3.      Skala Thurstone, yaitu skala butsikap yang menggunakan pembobotan butir-butir pernyataan yang harus dipilih responden. Misalnya responden diminta memilih 5 pernyataan dari 8 pernyataan yang disediakan. Masing-masing pernyataan sudah diberi skor atau bobot, maka setelah responden menjawab angket maka skornya sudah dapat ditentukan dengan menjumlah skor dari 5 pilihan atau jawaban yang sudah dipilih.
4.      Skala Guttman, yaitu skala sikap yang lebih tepat digunakan untuk mengukur sikap tertentu dan tidak mengukur kombinasi dari beberapa sikap. Pada skala ini disajikan beberap pernyataan yang diurutkan secara hirarkis, untuk melihat sikap tertentu dari responden. Jika responden member jawaban “tidak” pada butir ke 3 misalnya, maka ia pasti akan menyatakan lebih dari “tidak” untuk butir-butir berikutnya. Contoh tiga butir pernyataan yang berurutan adalah sebagai berikut :
1)      Belajar di rumah selama120 menit
2)      Belajar di rumah selama 90 menit
3)      Belajar dirumah selama 60 menit.

Jika siswa memberiak jawaban “tidak” pada nomor 3, maka dapat disimpulkan bahwa untuk butir ke-2 dan ke-1 lebih dari “tidak”.


H.       Penutup

Instrumen penelitian adalah alat ukur dalam penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur validitas dan reliabilitas variabel penelitian. Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Misalnya kita akan meneliti tentang “Pengaruh keaktifan dosen dan minat baca terhadap prestasi mahasiswa PBA”. Maka dalam hal ini ada tiga instrumen yang perlu dibuat yaitu :
1)      Instrumen untuk mengukur keaktifan dosen
2)      Instrumen untuk mengukur minat baca
3)      Instrumen untuk mengukur prestasi mahasiswa PBA

Secara umum instrument penelitian dapat dipilah menjadi dua kelompok, yaitu instrumen tes dan instrument non tes. Instrument tes dapat berupa seperangkat tes sesuai dengan kemampuan yang ingin diukur. Sedangkan instrument non tes dapat berupa kuesioner atau angket, observasi,interviu atau wawancara, dan dokumentasi.

Prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik adalah :
1)      Perencanaan meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategorisasi variabel. Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan dan pembuatan tabel spesifikasi.
2)      Penulisan butir soal, atau item kuesioner, penyusunan skala, penyusunan pedoman wawancara.
3)      Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan, surat pengantar, kunci jawaban, dll.
4)      Uji-coba, baik dalam skala kecil maupun besar.
5)      Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan saran-saran,dsb.
6)      Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dengan mendasarkan diri pada data yang diperoleh sewaktu uji-coba.

Salah satu faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian adalah kualitas instrument yang digunakan untuk mengambil data. Peneliti harus berusaha menyusun instrument agar diperoleh instrument yang ampuh. Keampuhan instrument ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat validitas dan tingkat reliabilitasnya.

Dalam penelitian pendidikan atau social, ada empat macam cara mengukur suatu data yang sering dijumpai. Keempat macam alat ukur tersebut jika disebutkan dari cara yang simple atau sederhana sampai yang kompleks (lengkap) adalah: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Dari keempat cara mengukur ini dipilih salah satu untuk kemudian diterapkan dalam bentuk kuesioner yang hendak dicapai dalam mencari data dari subjek penelitian.

Sedangkan Untuk mengukur sikap diperlukan suatu instrument yang dapat mengukur sikap siswa. Skala Likert, yaitu skala dengan menggunakan 5 pilihan jawaban responden, yakni Sangat setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala Diferensial Semantik, yaitu skala sikap yang menggunakan pilihan-pilihan di antara batas-batas ekstrim, seperti antara aktif dan pasif, antara mudah dan sukar, dan sebagainya. Skala Thurstone, yaitu skala buat sikap yang menggunakan pembobotan butir-butir pernyataan yang harus dipilih responden. Misalnya responden diminta memilih 5 pernyataan dari 8 pernyataan yang disediakan yang masing-masingnya diberi bobot nilainya. Skala Guttman, yaitu skala sikap yang lebih tepat digunakan untuk mengukur sikap tertentu dan tidak mengukur kombinasi dari beberapa sikap.

REFERENSI :
Hadeli, Drs. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Padang: QUANTUM TEACHING.
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: BUMI AKSARA.
Jeperis. 2013. Jenis-jenis Penelitian Pendidikan. Tersedia pada(http://jeperis.wordpress.com/2013/04/23/jenis-jenis-penelitian). Diakses pada 18 September 2013.
Kamboja, Amir. 2012. Jenis Penelitian Menurut Jenis Data dan Analisisnya. Tersedia pada(http://METODE/Jenis Penelitian Menurut Metodenya _ amierkamboja88.html).Diakses pada 18 September 2013.
Malik, Halim. 2011. Penelitian kualitatif. Tersedia pada(http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/11/penelitian-kualitatif/). Diakses pada 20 September 2013.
Margono, Drs. S. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Prasetyo, B & L. M. Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Samad, Bambang Sudibyo. 2012. Memahami jenis penelitian berdasarkan fungsinya.Tersedia pada (http://educationesia.blogspot.com/2012/05/memahami-jenis-jenis-penelitian.html).  Diakses pada 20 September 2013.
Sugiyono, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.
Sukmadinata, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Uny. 2012. Jenis-jenis Penelitian Pendidikan. Tersedia pada(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/makalah%20PENELITIAN%20PENDIDIKAN1.pdf). Diakses pada 18 September 2013.
Zuriah,Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hadi, Sutrisno, 1978. Metode Research I. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM
Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jakarta :  
Kencana Prenada Media Group.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis (Buku1) (Edisi 4). Jakarta: Salemba Empat
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi
Hadjar, I. 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. PT
RadjaGrafindo, Jakarta
Karlingger, Fred N. 2006. Asas-Asas Penelitian Bevavioral. Yogyakarta : UGM
Stoner, James AF. 1982 Principal of Managemen II Edition. Publisher, Prentice-Hall
Sukardi, 2009. Metodologi penelitian pendidikan: kompetensi dan praktiknya Jakarta : Bumi
Aksara
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prastowo, A. 2012, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Arikunto Suharsimi, Prof. Dr. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta, 2010

Sumber Lain :
http://harmajijebuleaji.blogspot.co.id/2014/12/populasi-sampel-dan-teknik-pengambilan.html
 https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/landasan-teori-kerangka-pikir-dan-hipotesis/
http://mandala-manik.blogspot.co.id/2010/01/kerangka-pemikiran-dan-hipotesis.html
http://catatansieviy.blogspot.co.id/2013/04/landasan-teori-kerangka-berfikir-dan.html
https://firdhanramadhansmart.wordpress.com/2011/11/20/instrumen-penelitian/








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERKEMBANGAN MOTORIK - PERKEMBANGAN FISIK BAYI & BALITA

Perkembangan Fisik - Motorik Bayi dan Anak     Kecil Perkembangan fisik bayi dan balita meliputi pertumbuhan fisik dan keterampilan ...