Selasa, 21 Maret 2017

METODOLOGI PENELITIAN - LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS



Latar Belakang
Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan. Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang relevan. Bahan-bahan kajian pustaka dapat diangkat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoretis dan telaah terhadap temuan-temuan penelitian didasarkan pada sumber kepustakaan primer, yaitu bahan pustaka yang isinya bersumber pada temuan penelitian.

Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Untuk disertasi, berdasarkan kajian pustaka dapatlah diidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas serta sumbangan yang mungkin dapat diberikan kepada perkembangan ilmu pengetahuan terkait. Pada bagian akhir kajian pustaka dalam tesis dan disertasi perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang pandangan atau kerangka pemikiran yang digunakan peneliti berdasarkan teori-teori yang dikaji.

Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti. Hipotesisi yakni dugaan yang mungkin benar, atau mungkin juga salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika faktor-faktor membenarkannya, dengan begitu sangat tergantung kepada hasil-hasil penyelidikan terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan. Hipotesis dapat juga dipandang sebagai konklusi yang sifatnya sangat sementara. Sebagai konklusi sudah tentu hipotesis tidak dibuat dengan semena-mena, melainkan atas dasar pengetahuan-pengetahuan tertentu.

Pengetahuan ini sebagian dapat diambil dari hasil-hasil serta problematika-problematika yang timbul dari penyelidikan-penyelidikan yang mendahului, dari renungan-renungan atas dasar pertimbangan yang masuk akal, ataupun dari hasil-hasil penyelidikan yang dilakukan sendiri. Jadi dalam taraf ini mahasiswa cukup membuat konklusi dari persoalan-persoalan yang diajukan dan merumuskannya dalam bentuk statmen (pernyataan).

Kerangka pemikiran berbeda dengan sekumpulan informasi atau hanya sekedar sebuah pemahaman. Lebih dari itu kerangka pemikiran adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya. Untuk mendapatkan sebuah kerangka pemikiran akan suatu hal bukan sesuatu yang mudah, diperlukan suatu pemikiran yang mendalam, tidak menyimpulkan hanya dari fakta yang dapat terindra, atau hanya dari sekedar informasi-informasi yang terpenggal. Selain itu diperlukan sebuah pemikiran yang cerdas dan mustanir (cemerlang) akan setiap maqlumat tsabiqah (informasi ) yang dimilikinya dan berupaya dengan keras menyimpulkan sesuatu kesimpulan yang memunculkan keyakinan.

Landasan Teori, Kerangka Berfikir Dan Hipotesis

Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar dalam penelitian adalah teori. Suatu landasan teori dari suatu penelitian tertentu atau karya ilmiah sering juga disebut sebagai studi literatur atau tinjauan pustaka. Salah satu contoh karya tulis yang penting adalah tulisan itu berdasarkan riset. Melalui penelitian atau kajian teori diperoleh kesimpulan-kesimpulan atau pendapat-pendapat para ahli, kemudian dirumuskan pada pendapat baru.

Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi  hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sumadi Suryabrata dalam Sugiyono, 2010:52). Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba  (trial and error). Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.

Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan dipelajari. Dengan penguasaan metode penelitian yang mantap, diharapkan para tenaga pengajar dapat menyertakan metode-metode penelitian serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian dalam bidang yang sedang diajarkan.

Dalam makalah ini disajikan bagian dari materi Metode penelitian tersebut, yakni tentang landasan teori, kerangka pikir dan hipotesis.

A.    Deskripsi Dan Pengertian Teori

1.      Pegertian Teori
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generelisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. (Sumadi Suryabrata dalam Sugiyono, 2010:52).

Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. (Neumen dalam Sugiyono, 2010:52).

Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. (Wiliam Wiersma dalam Sugiyono, 2010:52).

Sitirahayu Haditono, 1999 menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada. Mark 1963 membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain :
1)      Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
2)      Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist.
3)      Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai berikut :
1)      Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat diramal sebelumnya.
2)      Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang suatu konsep yang teoritis (induktif).
3)      Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi. Di sini biasanya tedapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat yang teoritis.

Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh malalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori.

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proporsisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala (Sugiyono,  2010).

Konsep merupakan pendapat ringkas yang dibentuk melalui proses penyimpulan umum dari suatu peristiwa berdasarkan hasil obervasi yang relevan. Definisi merupakan suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasaya lebih kompleks dari arti, makna, atau pengertian suatu hal. Sedangkan proposisi merupakan pernyataan yang membenarkan atau menolak suatu perkara.

2.      Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan variabel independen dan satu dependen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang dikemukakan (Sugiyono, 2010:58).

Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. (Sugiyono, 2010:58).

Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut :
1)      Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya
2)      Cari sumber-sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
3)      Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti. Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian lihat penelitian permasalahan yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis dan saran yang diberikan.
4)      Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, kemudian bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya dan dipilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5)      Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti lakukan analisis renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6)      Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.

B.     Tingkatan Dan Fokus Teori

Numan 2003, dalam (Sugiyono, 2010) mengemukakan tingkatan teori (level of theory) menjadi tiga yaitu, micromeso, dan macroMicro level theory: small slices of time, space, or a number of people. The concept are usually not very abstract. Meso level theory: attempts to link macro and micro levels or to operate at an intermediate level. Contoh teori: organisasi dan gerakan sosial, atau komunitas tertentu. Macro level theory: concerns the operation of larger aggregates such as social institutions, entire culture systems, and whole societies. It use more concepts that are abstract.

Selanjutnya fokus teori dibedakan menjadi tiga yaitu teori subtantif, teori formal, dan midle range theory. Subtantive theory is developed for a specific area of social concern, such as deliquent gangs, strikes, diforce, or ras relation. Formal theory is developed for a broad conceptual area in general theory, such as deviance; socialization, or power. Midle range theory are slightly more abstract than empirical generalization or specific hypotheses. Midle range theories can be formal or subtantive. Midle range theory is princippally used in sociology to guide empirical inquiry.

Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih fokus berlaku untuk obyek yang akan diteliti.

C.    Kegunaan Teori Dalam Penelitian

Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang akan diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.

Teori-teori pendidikan dapat dibagi menjadi teori umum pendidikan dan teori khusus pendidikan. Teori umum pendidikan dapat dibagi menjadi filsafat-filsafat pendidikan (filsafat ilmu pendidikan dan filsafat praktek pendidikan) dan Ausland pedagogik. Teori khusus pendidikan dapat dibagi menjadi teknologi pendidikan (manajemen pendidikan, pengembangan kurikulum, model-model belajar mengajar dan evaluasi pendidikan) dan ilmu pendidikan (ilmu pendidikan makro dan mikro).

Redja Mudyaharjo 2002 dalam (Sugiyono, 2010), mengemukakan bahwa, sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi atau titi tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula yang berperan sebagai definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Asumsi pokok pendidikan adalah :

1)      Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya
2)      Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik
3)      pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.

Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ketiga digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dan upaya pemecahan masalah.

Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.

D.    Kerangka Berfikir

Uma Sekaran dalam bukunya Business Research, 1992 dalam (Sugiyono, 2010) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Uma  Sekaran, dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah dididentifikasi sebagai masalah yang penting.Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen.

Kerangka berfikir dalam suatu penelitian dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas dua variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999).

Langkah-langkah dalam menyusun kerangka pemikiran yang selanjutnya membuahkan hipotesis adalah sebagai berikut :
1)      Memantapkan variabel yang diteliti
Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka berfikir untuk pengajuan hupotesis, maka harus ditetapkan terlebih dahulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama setiap variabel merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan.
2)      Membaca Buku dan Hasil Penelitian (HP)
Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian, Journal ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
3)      Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP)
Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dikemukakan teori-teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori berisi tentang definisi terhadap masing-masing variabel yang diteliti, dan kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian tertentu.
4)      Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini, peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan objek penelitian atau tidak.
5)      Analisis Komparatif terhadap teori dan hasil penelitian
Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan yang lain, dan hasil penelitian satu dengan yang lain, sehingga peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan yang lain, atau mereduksi jika dipandang terlalu luas.
6)      Sintesa / Kesimpulan
Selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir.
7)      Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka berfikir yang asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan. Kerangka berfikir asosiatif misalnya “Jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi”.
8)      Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila kerangka berfikir berbunyi “Jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi” maka hipotesisnya berbunyi “ ada hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi guru dengan hasil belajar.

Selanjutnya Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa kerangka berfikir yang baik, memuat hal-hal sebagai berikut:
1)      Variabel – variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.
2)      Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menjelaskan dan menunjukan pertautan/hubungan antar variabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari.
3)      Diskusi juga harus menunjukan  dan menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu positif atau negatif, berbentuk simetris,kausal atau interaktif (Timbal balik)
4)      Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (Paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka pikir yang dikemukakan dalam penelitian.

Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir (Sugiyono, 2010:60).

Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999, dalam Sugiyono, 2010).

Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka berfikir.

Suriasumantri 1986, dalam (Sugiyono, 2010) mengemukakan bahwa seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Krangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan.

Kiteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiyono, 2010:60-61).

E.     Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat ekploratif dan deskriptif sering tidak perlu merumuskan hipotesis.

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2010:110).

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiyono, 2010).

Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Dalam Hipotesis statistik, yag diuji adalah hipotesis nol, hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan antara data sampel, dan data populasi. Yang diuji hipotesis nol karena peneliti tidak berharap ada perbedaan antara sampel populasi dan atau statistik dan parameter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan populasi, dan statistik disini diartikan sebagai ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel.
1.      Bentuk Bentuk Hipotesis
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bentuk hipotesis ada tiga yaitu sebagai berikut:
a.      Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh :
1)      Rumusan Masalah Deskriptif
a)      Berapa lama daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK?
b)      Seberapa semangat belajara mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri?
2)      Hipotesis Deskriptif
Daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK sama dengan 6 jam perhari (Ho). Ini merupakan hipotesis nol, karena daya tahan berdiri karyawan lulusan SMK yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan yang ada pada populasi. (angka 6 jam/hari merupakan angka hasil pengamatan sementara). Hipotesis alternatifnya adalah : Daya tahan karyawan toko lulusan SMK ≠ 600 jam. “Tidak sama dengan”. Ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 600 jam
3)      Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel)
Ho : µ = 6 jam/hari
Ha : µ ≠ 6 jam/hari
µ : adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui sampel.

b.      Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara tehadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:
1)      Rumusan Masalah Komparatif
Bagaimana prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X bila dibandingkan dengan Perguruan Tinggi Y?
2)      Hipotesis Komparatif
Berdasarkan rumusan masal komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga model hipotesis nol dan alternatif, sebagai berikut :
Hipotesis Nol:
a)      Ho : Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa perbedaan prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X dengan Perguruan Tinggi Y; atau terdapat persamaan prestasi belajar mahasiswa perbedaan prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X dengan Perguruan Tinggi Y, atau
b)      Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih besar atau sama dengan (≥) Perguruan Tinggi Y (“lebih besar atau sama dengan)” = paling sedikit).
c)      Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih kecil atau sama dengan (≤) Perguruan Tinggi Y (“lebih kecil atau sama dengan)” = paling besar).
Hipotesis Alternatif:
1)      Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih besar (atau lebih kecil) dari perguruan tinggi Y.
2)      Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih kecil dari pada (<) perguruan tinggi Y.
3)      Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih besar dari pada (>)  perguruan tinggi Y.

3)      Hipotesis Statistik dapat dirumuskan sebagai berikut :
µ1           = rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT X
µ2           = rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT Y

a)        1). Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
b)        2.) Ho : µ µ2
Ha : µ< µ2
c)        3.) Ho : µ µ2
Ha : µ> µ2

c.       Hipotesis Asosiatif
Hipotesis assosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
1)      Rumusan Masalah Asosiatif
Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah.
2)      Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah.
3)      Hipotesis Statistik
Ho : ρ = 0 ------ 0 berarti tidak ada hubungan.
Ha : ρ  ≠ 0 ------“Tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol berarti ada hubungan,
ρ = Nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

2.    Paradigma Penelitian, Rumusan Masalah dan Hipotesis
Dengan paradigma penelitian, peneliti dapat menggunakan sebagai panduan untuk merumuskan masalah, dan hipotesis penelitiannya, yang selanjutnya dapat digunakan untuk panduan dalan pengumpulan data dan analisis. Pada setiap paradigma penelitian minimal terdapat satu rumusan masalah penelitian, yaitu masalah deskriptif. Berikut ini contoh judul penelitian, paradigma, rumusan masalah, dan hipotesis penelitian.
a.      Judul Penelitian
Hubungan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar murid. (Gaya kepemimpinan adalah variabel independen (X) dan Prestasi belajar adalah variabel dependen (Y)).
b.      Paradigma Penelitian
c.       Rumusan Masalah
1)      Seberapa baik gaya kepemimpinan Kepala Sekolah yang ditampilkan? (Bagaimana X?)
2)      Seberapa baik prestasi belajar siswa? (Bagaimana Y?)
3)      Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar siswa? (Adakah hubungan antara X dan Y?) Butiran ini merupakan rumusan masalah asosiatif.
4)      Bila sampel penelitiannya golongan guru golongan III dan IV, maka rumusan masalah komparatifnya adalah :
a)      Adakah perbedaan persepsi antara guru Golongan III, dan IV tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah?
b)      Adakah perbedaan persepsi antara guru Gol III, dan IV tentang prestasi belajar murid.
d.      Rumusan Hipotesis Penelitian
1)      gaya kepemimpinan yang ditampilkan Kepala Sekolah (X) ditampilkan kurang baik, dan nilainya paling tinggi 60% dari kriteria yang diharapkan.
2)      Prestasi belajar murid (Y) kurang memuaskan, dan nilainya paling tinggi 65.
3)      Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan prestasi belajar murid, Artinya makin baik kepemimpinan kepala sekolah maka akan semakin baik prestasi belajar murid.
4)      Terdapat perbedaan persepsi tentang gaya kepemimpinan antara Gol I, II, III.
5)      Terdapat perbedaan persepsi tentang prestasi kerja antara guru Gol  III dan IV.

Untuk bisa diuji dengan statistik, maka data ang didaptkan harus diangkakan. Untuk bisa diangkakan, perlu instrumen yang memiliki skala pengukuran. Untuk judul diatas ada dua instrumen, yaitu instrumen gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dan prestasi belajar murid.

3.      Karakteristik Hipotesis yang Baik
a.       Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
b.      Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran.
c.       Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.



F.     Kesimpulan

Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar dalam penelitian adalah teori. Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala.

Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ketiga digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dan upaya pemecahan masalah. Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.

REFERENSI :

Hadeli, Drs. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Padang: QUANTUM TEACHING.
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: BUMI AKSARA.
Jeperis. 2013. Jenis-jenis Penelitian Pendidikan. Tersedia pada(http://jeperis.wordpress.com/2013/04/23/jenis-jenis-penelitian). Diakses pada 18 September 2013.
Kamboja, Amir. 2012. Jenis Penelitian Menurut Jenis Data dan Analisisnya. Tersedia pada(http://METODE/Jenis Penelitian Menurut Metodenya _ amierkamboja88.html).Diakses pada 18 September 2013.
Malik, Halim. 2011. Penelitian kualitatif. Tersedia pada(http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/11/penelitian-kualitatif/). Diakses pada 20 September 2013.
Margono, Drs. S. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Prasetyo, B & L. M. Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Samad, Bambang Sudibyo. 2012. Memahami jenis penelitian berdasarkan fungsinya.Tersedia pada (http://educationesia.blogspot.com/2012/05/memahami-jenis-jenis-penelitian.html).  Diakses pada 20 September 2013.
Sugiyono, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.
Sukmadinata, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Uny. 2012. Jenis-jenis Penelitian Pendidikan. Tersedia pada(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/makalah%20PENELITIAN%20PENDIDIKAN1.pdf). Diakses pada 18 September 2013.
Zuriah,Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hadi, Sutrisno, 1978. Metode Research I. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM
Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jakarta :  
Kencana Prenada Media Group.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis (Buku1) (Edisi 4). Jakarta: Salemba Empat
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi
Hadjar, I. 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. PT
RadjaGrafindo, Jakarta
Karlingger, Fred N. 2006. Asas-Asas Penelitian Bevavioral. Yogyakarta : UGM
Stoner, James AF. 1982 Principal of Managemen II Edition. Publisher, Prentice-Hall
Sukardi, 2009. Metodologi penelitian pendidikan: kompetensi dan praktiknya Jakarta : Bumi
Aksara
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prastowo, A. 2012, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Arikunto Suharsimi, Prof. Dr. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta, 2010

Sumber Lain :
 https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/landasan-teori-kerangka-pikir-dan-hipotesis/
http://mandala-manik.blogspot.co.id/2010/01/kerangka-pemikiran-dan-hipotesis.html
http://catatansieviy.blogspot.co.id/2013/04/landasan-teori-kerangka-berfikir-dan.html








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERKEMBANGAN MOTORIK - PERKEMBANGAN FISIK BAYI & BALITA

Perkembangan Fisik - Motorik Bayi dan Anak     Kecil Perkembangan fisik bayi dan balita meliputi pertumbuhan fisik dan keterampilan ...