Perencanaan
Kapasitas
Pada era globalisasi ini sebagai seorang Manajer
Operasional, harus mampu meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang. Salah satunya adalah meramalkan perencanaan produksi, yakni perencanaan
kapasitas. Perencanaan kapasitas produksi sangat dibutuhkan dalam menentukan
tujuan perusahaan dimana perusahaan harus memperhatikan perencanaan produksi
yang disesuaikan permintaan pasar. Dengan adanya permintaan produksi berarti
jumlah barang yang tersedia paling tidak menyamai jumlah barang di pasar agar
tidak mengalami masalah kekurangan atau kelebihan barang. Karena jika
permintaan pasar tidak terpenuhi akibat kurangnya pasokan pada pasar, maka
konsumen akan mencari produk lain yang serupa, dan hal itu merugikan perusahaan
karena laba yang di dapat minimal sesuai pasokan produk yang minimal juga.
Begitu juga, jika perusahaan terlalu banyak memberikan pasokan produk tanpa
disertai minat yang besar dare konsumen, perusahaan akan mengalami kerugian
karena penumpukan produk di pasar yang akan dikembalikan pada perusahaan.
Pengertian Kapasitas dan Perencanaan Kapasitas
Agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien dan efektif
maka perusahaan harus menerapkan fungsi perencanaan kapasitas produksi. Sebelum
kita membahas perencanaan kapsitas produksi ada baiknya kita mengetahui
pengertian dari kapasitas. Ada beberapa pengertian kapasitas menurut para ahli
:
Berdasarkan pendapat Freddy Rangkuti
(2005, p94) :
Kapasitas adalah tingkat kemampuan
berproduksi secara optimum dari sebuah fasilitas biasanya dinyatakan sebagai jumlah output
pada satu periode waktu tertentu. Manajer Operasional memperhatikan kapasitas
karena ; pertama, mereka ingin mencukupi kapasitas untuk memenuhi permintaan
konsumen. Kedua, kapasitas mempengaruhi efisiensi biaya operasi. Ketiga,
kapasitas sangat bermanfaat mengetahui perencanaan output, biaya pemeliharaan
kapasitas, dan sangat menentukan dalam analisis kebutuhan investasi.
Berdasarkan pendapat T. Hani Handoko,
(1999, p297) :
Kapasitas adalah suatu tingkat keluaran suatu
kuantitas keluaran dalam periode tertentu dan merupakan kuantitas keluaran
tertinggi yang mungkin selama periode waktu itu.
Menurut T. Hani Handoko jenis Kapasitas dapat di bagi
atas :
§
Design Capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan
waktu untuk mana pabrik dirancang.
§
Rated Capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan
waktu yang menunjukan bahwa fasilitas secara teoritik mempunyai kemampuan
memproduksinya.
§
Standard Capacity yaitu, tingkat keluaran per satuan
waktu yang ditetapkan sebagai sasaran pengoperasian bagi manajemen, supervisi,
dam para operator mesin, dapat digunakan sebagai dasar bagi penyusunan
anggaran.
§
Actual / Operating Capacity, yaitu tingkat keluaran
rata-rata per satuan waktu selama periode-periode waktu yang telah lewat.
§
Peak Capacity, yaitu jumlah keluaran per satuan waktu
(mungkin lebih rendah dari pada rated, tetapi lebih besar daripada standar)
yang dapat dicapai melalui maksimisasi keluaran, dan akan mungkin dilakukan
dengan kerja lembur, menambah tenaga kerja, menghapuskan penundaan-penundaan,
mengurangi jam istirahat, dan sebagainya.
Tujuan perencanaan adalah untuk mengusahakan agar
fasilitas pabrik yang terdiri dari mesin, tenaga kerja, dan baha-bahan dapat
digunakan secara efisien dan mengusahakan agar kegiatan perusahaan tetap
terpelihara sehingga memungkinkan pabrik untuk menyerahkan produk tepat waktu.
Perencanaan Kapasitas berdasarkan pendapat T. Hani
Handoko (1999, p302) :
§
Perencanaan Kapasitas adalah kegiatan penentuan dan
pembaharuan kebutuhan- kebutuhan kapasitas.
§
Perencanaan Kapasitas berdasarkan pendapat Lalu
Sumayang,(2003, p100) :
Merancang suatu Kapasitas adalah tahapan pertama yang
harus dilakukan sebelum perusahaan memutuskan suatu produk baru atau perubahan
jumlah volume produk. Besar kapasitas menentukan rancangan sebuah fasilitas
baru atau perluasan fasilitas.
Perencanaan Kapasitas berdasarkan pendapat
Freddy Rangkuti (2005, p94) :
Perencanaan kapasitas produksi adalah langkah pertama
ketika sebuah organisasi memutuskan untuk memproduksi lebih banyak atau ingin
membuat sebuah produk baru. Apabila ingin meningkatkan jumlah produksi yang
sudah ada, organisasi itu perlu mengevaluasi kapasitas yang ada sebelumnya.
Jadi perencanaan kapasitas adalah langkah awal yang
dilakukan perusahaan untuk menentukan jumlah profuk yang akan dihasilkan
perusahaan.
Perusahaan berusaha untuk memanfaatkan faktor-faktor
produksinya agar dapat menghasilkan tingkat output yang optimum. Tingkat output
ini dibatasi oleh kapasitas produksi. Atas dasar ini maka perusahaan perlu
mempertimbangkan konsep kombinasi produk ketika menyusun rencana produksi,
yaitu dengan merinci kapasitas masing-masing jenis dan ukuran produk.
Perencanaan produksi yang baik akan dapat menjaga keseimbangan antara
permintaan dengan terbatasnya faktor produksi yang dimiliki perusahaan.
Berdasarkan pendapat Freddy Rangkuti (2005, p96) Ada
tahap-tahap kegiatan dalam penyusunan Perencanaan Kapasitas meliputi kegiatan
berikut:
1.
Mengevaluasi kapasitas yang ada.
2.
Memprediksi kebutuhan kapasitas yang akan dating.
3.
Mengidentifikasi alternative terbaik untuk mengubah
kapasitas
4.
Menilai aspek keuangan, ekonomi, dan teknologi
alternative
5.
Memilih alternative kapasitas yang paling sesuai untuk
mencapai misi strategik
Kapasitas
Kapasitas (capacity) adalah hasil produksi atau volume
pemprosesan (troughput) atau jumlah unit yang dapat ditangani, diterima,
disimpan, atau diproduksi oleh sebuah fasilitas dalam suatu periode waktu
tertentu. (Jay Heizer dan Barry Render Manajemen Operasi Edisi ketujuh
2006).
Kapasitas menentukan :
a.
Persyaratan modal sehingga mempengaruhi sebagian besar biaya tetap.
b.
Menentukan apakah permintaan dapat dipenuhi atau apakah fasilitas yang ada
berlebihan. Jika kapasitas terlalu besar, sebagian fasilitas akan menganggur
dan akan terdapat biaya tambahan yang dibebankan pada produksi yang ada.
Kapasitas dihitung berdasarkan = (jumlah dari mesin
atau pekerja) x (jumlah waktu kerja) x (waktu penggunaan) x (efisiensi)
Dalam produksi dan manajemen
operasi, terdapat tiga tipe dari kapasitas yaitu:
1) Potential Capacity
Kapasitas yang dapat dibentuk untuk membantu pimpinan
untuk mengambil keputusan. Ini merupakan inti dari keputusan jangka panjang
yang tidak akan terpengaruh oleh manajemen produksi per hari.
2) Immediate Capacity
Jumlah dari kapasitas produksi yang dapat dibentuk
menjadi tersedia dalam jangka waktu yang singkat. Ini merupakan kapasitas maksimum
dari kapasitas Potensial (diasumsikan digunakan secara produktif).
3) Effective capacity
Merupakan suatu konsep penting. Tidak seluruh
kapasitas produksi sesungguhnya dapat digunakan atau terbuang. Ini merupakan
hal penting untuk seorang manager produksi untuk apakah kapasitas sesungguhnya
dapat tercapai.
Perbedaan antara kapasitas dari sebuah organisani dan
permintaan dari seluruh pelanggan adalah mengenai ketidakefisien, begitu juga
ketika sumber tidak dapat digunakan atau tidak dapat dipenuhi oleh customer.Permintaan
untuk kapasitas sebuah organisasi bervariasi berdasarkan perubahan produk yang
tersedia, seperti peningkatan dan penurunan kuantitas produksi dari produk yang
tersedia, atau menciptaka produk yang baru. Penggunaan yang terbaik dari
kapasitas yang tersedia dapat memenuhi pembaharuan dalam overall
equipment effectiveness (OEE). Kapasitas dapat meningkat melalui pengenalan
teknik baru, peralatan dan bahan, penambahan jumlah tenaga kerja atau mesin,
peningkatan jumlah jam kerja, atau penyediaan fasilitas produksi.
I.
Konsep dan Definisi
kapasitas
Untuk memenuhi permintaan konsumen, perusahaan harus
meminimalkan biaya produksi tanpa mengurangi kualitas produk dan memanfaatkan
bahan baku seefisien mungkin tanpa mengurangi mutu bahan baku. Maka,
perencanaan kapasitas sangat berperan penting dalam hal ini, dan seorang
Manajer Operasional, harus mampu merencanakan kapasitas produksi dengan biaya
yang seefisien mungkin dan kualitas yang baik, serta sesuai dengan permintaan
pasar, sebagaimana pengertian dari kapasitas itu sendiri, yakni :
1.
Kapasitas adalah hasil produksi atau volume pemrosesan (throughput), atau
jumlah unit yang dapat ditangani, diterima, disimpan, atau diproduksi oleh
sebuah fasilitas pada suatu periode waktu tertentu.
3.
Kapasitas adalah suatu tingkat keluaran, suatu kuantitas keluaran
dalam periode tertentu, dan merupakan kuantitas keluaran tertinggi yang mungkin
selama periode waktu tersebut.
4.
Desaign capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu pabrik yang
dirancang
5.
Rated capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang menunjukkan
bahwa fasilitas secara teoritik mempunyai kemampuan memproduksinya
6.
Standard capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang ditetapkan
sebagai “sasaran” pengoperasian bagi manajemen, supervisi dan para
operator mesin.
7.
Actual/operating capacity, yaitu tingkat keluaran rata-rata per
satuan waktu selama periode-periode waktu yang telah lewat
8.
Peak capacity, yaitu jumlah keluaran per satuan waktu yang dapat dapat
dicapai melalui maksimasi keluaran, dan mungkin dilakukan dengan kerja lembur,
menambah tenaga kerja, menghapus penundaan-penundaan, mengurangi jam istirahat,
dll
Dari beberapa definisi atau pengertian kapasitas
tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam memproduksi suatu produk
yang akan dijual di pasar, maka seorang Manajer Operasional harus bisa memprediksi
berapa jumlah produk yang diminta pasar, melalui perencanaan kapasitas, dengan
tujuan agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan produk di pasar, sehingga
tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Setiap bentuk organisasi atau perusahaan apapun
bentuknya pasti akan membutuhkan perencanaan kapasitas sebelum melakukan proses
produksi, karena menyangkut masa depan perusahaan kedepannya, sekecil apapun
usaha yang dijalani oleh sebuah organisasi atau perusahaan. Sehingga semankin
tepatnya perencanaan kapasitas yang dilakukan, maka semakin besar keuntungan
dan kecil kemungkinannya sebuah perusahaan mengalami kerugian dalam jumlah
besar.
II.
Perencanaan dan kebutuhan
kapasitas
Pengertian
Perencanaan Kapasitas
Perencanaan kapasitas adalah proses untuk memutuskan
kebutuhan kapasitas produksi oleh perusahaan untuk mempertemukan perubahan
permintaan setiap produk. (http://en.wikipedia.org/wiki/Capacity planning)
Tujuan
Perencanaan Kapasitas
Tujuan perancanaan kapasitas adalah pencapaian tingkat
utilitas tinggi dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi, dimana
penetapan ukuran fasilitas sangatlah menentukan.
1. Perencanaan Kebutuhan
Agar dapat menyesuaikan tingkat kebutuhan
kapasitas untuk menanggapi naik turunnya permintaan pasar, perlu
dilakukan forecastpenjualan dan merencanakan perubahan – perubahan
cenderung terjadi tiba – tiba dan drastic, sehingga akan lebih memakan waktu.
Forecast dilakukan untuk menyusun skedul produksi
induk (master production schedule)dan untuk mengecek permintaan
kapasitas diwaktu yang akan datang dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia.
kapasitas menetapkan batasan –batasan atas bagi skedul – skedul
produksi. kapasitas juga memberikan batasan bahwa, karena selama periode
penjualan rendah adalah tidak ekonomik untuk mengurangi kapasitas secara
dastik.
2. Perencanaan Kapasitas
Perencanaan
Kapasitas dapat Dilihat dalam tiga Horizon waktu:
1. Kapasitas jangka pendek (< 3 bulan)
Perencanaan kapasitas jangka pendek –kurang
dari tiga bulan . ini dikaitkan pada proses penjadwalan harian atau mingguan
dan menyangkut pembuatan penyesuian –penyesuian untuk menghapus ‘’ variance’’
antara keluaran yang direncanakan dan keluaran nyata . keputusan perencanaan
mencakup alternatif – alternatif seperti kerja lembur, pemindahan personalia,
penggantian routing produksi
2. Kapasitas jangka menengah (3-18 bulan)
Perencanaan
kapasitas jangka menengah ( intermediet range) - rencana-
rencana bulanan atau kuartalan untuk 3 sampai 18 bulan yang atau yang akan
datang. Dalam hal ini, kapasitas juga bervariasi karena alternative –
alternative seperti penarikan tenaga kerja, pemutusan kerja, peralatan –
peralatan bukan utama.
3. Kapasitas jangka panjang p (>1 tahun)
Perencanaan kapasitas jangka panjang (long
time) – lebih dari satu tahun. Di mana sumber daya produktif memakan
waktu lama untuk memperoleh atau menyelesaikan, seperti bangunan, peralatan
atau fasilitas. Perencanaan kapasitas jangka panjang memerlukan partisipasi dan
persetujuan manajemen puncak.
3. Perencanaan Kapasitas jangka
Pendek
Perencanaan kapasitas jangka pendek diguakan untuk
menangani secara ekonomis hal-hal yang sifatnya mendadak di masa yang akan
datang, misalnya untuk memenuhi permintaan yang bersifat mendadak atau seketika
dalam jangka waktu pendek. Kebanyakan perusahaan tidak beroperai penuh selama
24 jam per hari dan tidak pernah beroperasi penuh tujuh hari per minggu. Jika
perusahaan beroperasi penuh delapan jam per hari (satu shif) dan lima hari per
minggu, maka kapasitas normal jam kerja perusahaan adalah 40 jam per minggu.
Namun demikian 40 jam per minggu bukanlah kapasitas maksimum yang dimiliki.
Dalam banyak kasus perusahaan dimungkinkan untuk bekerja melebihi kapasitas
norma;, sehingga kapasitas output maksimumnya lebih dari 40 jam kerja.
Menghadapi kondisi seperti ini, untuk menambah atau
menurunkan kapasitas mungkin perusahaan melakukan penambahan dan pengurangan
jam kerja, melakukan sub-Kontrak dengan perusahaan lain apabila
terjadi 1989.di perubahan permintaan. Untuk meningkatkan kapasitas jangka
pendek terdapat lima cara yang dapat digunakan perusahaan (krajewzki
& Ritzman),
1. Meningkatkan jumlah sumber daya;
a.
Penggunaan kerja lembur
b.
Penambahan regu kerja
c.
Memerikan kesempatan kerja secara part-time
d.
Sub-Kontrak
e.
Kontrak kerja
2. Memperbaiki penggunaan sumber daya:
a.
Mengatur regu kerja
b.
Menetapkan skedul
3. Memodifikasi produk:
a.
Menentukan standar produk
b.
Melakukan perubahan jasa operasi
c.
Melakukan pengawasan kualitas
4. Memperbaiki permintaan:
a.
Melakukan perubahan harga
b.
Melakukan perubahan promosi
5. Tidak memenuhi permintaan:
a.
Tidak mensuplai semua permintaan
4. Perencanaan Kapasitas jangka
Menengah
Perencanaan kapasitas jangka menengah (intermediet
range) rencana-rencana bulanan atau kuartalan untuk 3 sampai 36 bulan yang atau
yang akan datang. Dalam hal ini, kapasitas juga bervariasi karena
alternative–alternative seperti penarikan tenaga kerja, pemutusan kerja,
peralatan–peralatan bukan utama.
5. Perencanaan Kapasitas jangka
Panjang
Perencanaan kapasitas jangka pajang merupakan strategi
operasi dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dan sudah dapat
diperkirakan sebelumnya. Misalnya, rencana untuk menurunkan biaya produksi per
unit, dalam jangka pendek sangat sulit utuk dicapai karena unit produk yang
dihasilkan masih berskala kecil, tetapi dalam jangka panjang rencana tersebut
dapat dicapai dengan meningkatkan kapasitas produksi. Persoalan yag timbul
adalah berapa jumlah produk yang dihasilkan agar biaya produksi seminimum
mungkin.
Penentuan jumlah produksi yang dapat menghasilkan
biaya minimum perlu diperhatikan berbagai faktor seperti :
a.
Pola permintaan jangka panjang
b.
Siklus kehidupan produk yan dihasilkan
Dalam kaitan dengan kapasitas jangka panjang, terdapat
dua strategi yang dapat ditempuh perusahaan :
a. Strategi melihat dan menuggu (wait and see strategy)
Strategi ini dapat dikatakan pula sebagai
strategi hati-hati, karena kapasitas produksi akan dinaikkan apabila yakin
permintaan konsumen sudah naik. Strategi ini diperoleh dengan pertimbangan
bahwa, setiap kali terjadi kelebihan kapasitas perusahaan harus menanggung
risiko karena investasi yang dilakukan hanya ditanggung dalam unit yang
sedikit, akibatnya biaya produksi menjadi tinggi.
b. Strategi ekspansionis
Strategi ekspansionis yaitu kapasitas selalu melebihi
atau diatas permintaan. Dengan strategi perusahaan berharap tidak terjadi
kekurangan produk di pasaran yang dapat menyebabkan adanya peluang
masuknya produsen lain. Selain itu perusahaan untuk memberikan pelayanan
terbaik dengan cara menjamin tersedianya produk di pasaran.
6. Kapasitas tenaga kerja dan kerja
lembur
Kapasitas
Tenaga Kerja dan Kerja Lembur untuk Perluasan Kapasitas
Bagi perusahaan biasanya adalah tidak ekonomik untuk
menambah dan mengurangi tenaga krja dengan naik dan turunnya penjualan. Ini bukan
berarti bahwa jumlah karyawan adalah sumber daya kapasitas yang tetap, tetapi
penyesuaian-penyesuaian besar (substansial) dapat dibuat tanpa harus menarik
lebih banyak orang dan kemudian memutuskan hubungan kerja dengan mereka.
Sebagai contoh, anggap bahwa suatu perusahaan untuk
membuat produknya memerlukan karyawan yang bekerja normal 5 hari selama 40 jam
dengan jumlah sebagai berikut :
Juni 300
Juli 400
Agustus 600
September 450
Oktober 400
Beban tenaga kerja dalam bulan Agustus adalah dua
kali lipat bulan Juni. Bagaimanapun juga, jumlah orang yang dibutuhkan adalah
dalam artian “karyawan ekuivalen” yang bekerja 40 jam satu minggu. Tetapi
jumlah jam per minggunya dapat diubah, dan kelebihan jumlah kerja dapat sub
kontrakkan atau dengan penimbunan persediaan.
Berikut ini merupakan sebuah rencana yang fleksibel
bagi jam kerja pabrik untuk memenuhi kebutuhan penjualan dengan menggunakan
tenaga kerja konstan:
Bulan
|
Jumlah karyawan
|
Jumlah jam
per minggu
|
Karyawan ekuivalen yang dikontrak dari luar.
|
Juni
|
350
|
34
|
-
|
Juli
|
350
|
46
|
-
|
Agustus
|
350
|
58
|
92
|
September
|
350
|
51
|
-
|
Oktober
|
350
|
46
|
-
|
Penggunaan kerja lembur, subkontrak dari luar, atau
penimbunan persediaan merupakan keputusan-keputusan manajerial dan tergantung
pada biaya-biaya relatif masing-masing alternatif.
Khusus tentang kerja lembur yang direncanakan untuk
menghadapi periode-periode penjualan puncak mempunyai berbagai kebaikan dan
kelemahan. Kebaikan kerja lembur adalah menaikkan upah karyawan sehingga akan
membuat para karyawan lebih senang. Kerja lembur meminimumkan kebutuhan
penarikan lebih banyak karyawan dan memberhentikan mereka. Perubahan jumlah
karyawan, naik atau turun, biasanya menghasilkan produktifitas rendah.
Disamping itu, kadang-kadang perusahaan tidak dapat memperoleh cukup orang
dengan keterampilan-keterampilan yang disyaratkan.
Perencanaan tenaga kerja memerlukan
pertimbangan-pertimbangan lain, seperti hilangnya produksi karena kelelahan,
tingkat absensi dan perputaran tenaga kerja. Disisi lain, karyawan tidak
langsung mendukung pekerjaan perlu juga direncanakan sebaik mungkin. Ini
terutama orang-orang tidak langsung mungkin merupakan para karyawan teknik yang
sulit didapatkan karena sulit untuk melakukan estimasi berapa banyak karyawan
tidak langsung yang dibutuhkan. Banyak perusahaan menggunakan suatu jenis rasio
antara karyawan tidak langsung dengan karyawan langsung atau dengan beban kerja
pabrik untuk melakukan estimasi tersebut.
7.
Penentuan kebutuhan
kapasitas
Penentuan Kebutuhan Kapasitas : Sebuah Contoh
Perhitungan
Pada dasarnya,
penentuan jumlah unit kapasitas (misal, jam kerja karyawan atau mesin) yang
diperlukan selama periode waktu tertentu dibuat melalui penghitungan rasio
permintaan terhadap kapasitas satu unit sumber daya. Jadi, bila 500 jam kerja
karyawan dibutuhkan untuk memenuhi permintaan selama satu bulan dan seorang
karyawan bekerja 160 jam per bulan, maka diperlukan 3,125 karyawan. Dalam
praktek, bagaimanapun juga, sejumlah faktor-faktor tambahan harus
dipertimbangkan dalam penentuan kebutuhan kapasitas ini.
Jumlah total jam
sumber daya standar yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan akan X
produk-produk yang berbeda dengan Ni setiap jenis produk adalah sama
dengan waktu yang di butuhkan untuk mempersiapkan dan memproduksi setiap unit
ditambah waktu untuk mempersiapkan setiap kumpulan, atau :
Hstd = Σ X [Oi
( Ti + Si ) + Bi Ni ]
i=1
dimana,
Hstd =
Jumlah total jam sumber daya yang dibutuhkan
untuk memenuhi permintaan.
Oi =
Jumlah unit keluaran X yang diperlukan.
Ti =
Waktu pengoperasian standar per unit X.
Si = Waktu
persiapan standar per unit keluaran X
Bi =
Waktu standar untuk mempersiapkan sekumpulan X
Ni =
Jumlah kumpulan X yang diperlukan.
X = Jumlah
jenis produk, sebagai contoh, produk 1, produk 2.
Jumlah sumber daya nyata yang
dibutuhkan adalah jam sumber daya standar dibagi efisiensi dan produktivitas
atau
Hstd
Hact =
Eo Pw Em
dimana,
Hact = Jam sumber daya nyata yang
dibutuhkan
Eo = Efisiensi organisasional.
Pw = Produktivitas operator
Em = Efisiensi mesin, faktor
pemeliharaan, atau faktor mesin
berhenti (rusak).
Jumlah unit sumber, daya yang
dibutuhkan (peralatan, mesin atau karyawan) adalah sama dengan jam sumber daya
nyata yang dibutuhkan dibagi jumlah jam yang tersedia per unit sumber daya.
Hact
Nr
=
Havl
dimana,
Nr = Jumlah unit sumber daya yang
dibutuhkan (peralatan, mesin,
atau karyawan).
Havl = Jumlah jam yang tersedia per unit sumber
daya selama periode
waktu tertentu.
Contoh :
Suatu perusahaan menghadapi permintaan
akan produknya sebesar 200 unit. Ada 22 hari kerja per bulan. Waktu
pengoperasian standar per unit sebesar 8 jam, dan ini me merlukan waktu
setengah jam untuk persiapan setiap unit. 200 unit produk akan diproses dalarn
10 kumpulan. Pada akhir setiap kumpulan, mesin harus diuji dan disesuaikan
kembali sebelum kumpulan berikutnya diproses; waktu penyiapan ini memerlukan 4
jam. Efisiensi organisasional diperkirakan 95%, dari mesin-mesin beroperasi
dengan efisiensi 90 % - berarti, selama mesin-me-sin dioperasikan dengan
kecepatan wajar, diperlukan waktu penundaan untuk pemeliharaan selama 48 menit
per hari. Mesinmesin dijalankan 8 jam per hari dan para operator mesin bekerja
sesuai tingkat standar (1,00). Berapajumlah mesin yang dibutuhkan untuk
memenuhi permintaan bulanan ?
X
Hstd =Σ [ 0i (Ti + Si) + Bi Ni )
i=1
Hanya ada satu
produk, sehingga X = 1, dan
Hstd
=
|
200 (8 + 0,5 )
+ 4 (10)
|
= 1.740 jam
standar.
|
||
|
|
|
||
Hac =
|
Hstd
|
=
|
1.740
|
= 2.035,1 jam
nyata.
|
Eo Pw Em
|
0,95(1.,0)0,90
|
|||
|
|
|
|
|
Nr =
|
Hact
|
=
|
2.035,1
|
= 11,56 mesin.
|
Havl
|
22 (8)
|
Apakah hasil tersebut dibulatkan
menjadi 12 mesin dengan terdapat waktu menganggur atau 11 mesin dengan operator
harus bekerja lembur tergantung pada biaya-biaya setiap alternatif. Bila
biaya-biaya yang diakibatkan mesin ke 12 (biaya depresiasi, pemeliharaan,
overhead, dan sebagainya) lebih kecil daripada biaya-biaya kerja lembur (atau
biaya-biaya insentif untuk mendapatkan para operator clan mesin-mesin bekerja
lebih cepat), maka mesin ke 12 harus digunakan.
III.
Analisis BEP dan kapasitas
Analisis kapasitas (capasity analysis) menentukan
kapasitas terobosan atas sentra kerja di dalam sistem dan pada akhirnya
kapasitas bagi keseluruhan sistem. Konsep penting dalam analisis kapasitas
adalah peranan dari kendala atau kemacetan.
Istilah kemacetan (bottleneck) mengacu pada leher dari
sebuah botol secara harfiah yang membatasi aliran atau dalam kasus sistem
produksi, hambatan dalam terobosan. Waktu kemacetan (bottleneck
time) adalah waktu dari sentra kerja yang paling lambat (salah satunya yang
memakan waktu terlalu lama ) dalam suatu sistem produksi. Waktu
terobosan adalah waktu yang diperlukan bagi suatu produk untuk berjalan melalui
proses produksi dan tidak menunggu, jalur terlama melalui sistem.
Teori kendala ( theory of constraints – TOC) adalah
kumpulan pengetahuan yang berhubungan dengan segala sesuatunya yang membatasi
atau menghambat kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya. Memahami dan
mengelola keterbatasan ini melalui proses 5 langkah menjadi dasar dari TOC :
1)
Langkah 1, Identifikasi kendala.
2)
Langkah 2,Mengembangkan suatu rencana untuk mengatasi kendala yang telah diidentifikasi.
3)
Langkah 3, Fokus pada sumber daya untuk menyelesaikan langkah 2
4)
Langkah 4, Mengurangi pengaruh dari kendala dengan meringankan beban kerja
atau dengan memperluas kapabilitas. Pastikan bahwa kendala telah dipahami oleh
seluruh orang yang memiliki dampak pada mereka
5)
Langkah 5, Ketika satu set kendala telah diatasi, kembali ke langkah 1 dan
identifikasi kendala yang baru.
Kendala yang krusial dalam banyak sistem adalah
kemacetan, berikut empat perinsip manajemen kemacetan, yaitu :
1)
Merilis order pekerjaan pada sistem dalam kecepatan yang ditetapkan oleh
kapasitas kemacetan.
2)
Waktu yang hilang pada saat kemacetan terjadi merepresentasikan kapasitas
yang hilang dari keseluruhan sistem.
3)
Meningkatkan kapasitas dari jalur yang tidak terjadi kemacetan adalah
sebuah fatamorgana.
4)
Meningkatkan kapasitas dari kemacetan akan meningkatkan kapasitas
keseluruhan sistem.
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan
dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak
menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian
sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam
operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk
menutup biaya tetap dan biaya variabel.
Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya
variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan
sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya
variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.
Jenis Biaya Berdasarkan
Break Even (Titik Impas).
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan
sebagai berikut :
a. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai
dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya
variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan
persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan
dengan penjualan dalam unit.
b. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak
terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function
of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh
biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini
tetap dikeluarkan.
c. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis
biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut
dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini
misalnya: Sales exsspense atau komisi bagi salesman.
REFERENSI :
1. Bunawan,
Pengantar Manajemen Operasi : Seri Diktat Kuliah, Gunadarma, Jakarta, Edisi
Terbaru
2. Eddy
Herjanto, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua, Grasindo, Jakarta, atau
Edisi terbaru
3. T. Hani
Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE, Yogyakarta, Edisi
terbaru
4. Sofyan
Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi, LP FEUI, Jakarta, Edisi terbaru
5. Pangestu
Subagyo, Manajemen Operasi, BPFE, Yogyakarta, Edisi Terbaru
6. Buku-buku
Manajemen Opersional lain yang berkaitan ( Diusahakan terbitan terbaru )
Sumber Lain :
http://yesica-adicondro.blogspot.co.id/2013/04/perencanaan-kapasitas.html
http://agussalimagussalim.blogspot.co.id/2015/07/strategi-proses-dan-perencanaan.html
https://docs.google.com/document/d/16KKWXCJzOSlkeXD-59UUDQPurJq6uWQb_V5RanQzjD8/edit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar