Ruang Lingkup Manajemen Olahraga
Olahraga adalah segala kegiatan yang
sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani,
rohani, dan sosial. (UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional)
Olahraga adalah proses sistematik yang
berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan
membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan
atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan
prestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas
berdasarkan Pancasila. (Cholik Mutohir).
Manajemen Olahraga. Merupakan proses aktivitas
kerjasama antar fungsi dalammanajemen untuk mencapai tujuan.
Merupakan aktivitas yg berusaha memperbaiki dan menyempurnakan segala segi dlm
usaha kerjasama. Aktivitas itu terutama ditujukan kepada struktur organisasi
dan metode kerjasama.
1. Ruang
Lingkup Manajemen Olahraga
Manajemen olahraga sebenarnya telah
ada sejak zaman Yunani kuno yaitu kira-kira pada 12 abad sebelum Masehi, yaitu
dengan diselenggarakannya Olympiade kuno. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya
olahraga bagi kehidupan manusia. Manajemen olahraga dewasa ini belum berkembang
secepat perkembangan olahraga industri atau bisnis. Hal ini disebabkan oleh
karena adanya pendapat umum yang menghubungkan olahraga dengan “bermain”,
sedangkan bisnis atau industri dengan “bekerja”.
Dengan telah berkembangnya olahraga
sehingga menjadi disiplin ilmu tersendiri maka sebagaimana manajemen juga telah
menjadi disiplin ilmu tersendiri, maka manajemen olahraga adalah merupakan
inter dan cross disiplin antara kedua disiplin ilmu tersebut.
Kalau kita pinjam pengelompokan
disiplin ilmu olahraga yang dibuat oleh Olympic Scientific Congress di Quebec
City, Canada tahun 1976, maka dikenal adanya 4 kelompok, yaitu :
Ilmu-ilmu
Biologi (Biological Science)
- Fisiologi olahraga
- Biomekanika olahraga
- Kesehatan olahraga (Sport Medicine)
- Gizi olahraga (Sport Nutition), dll.
Ilmu-ilmu
peri laku manusia (Behavioral Science)
- Pendidikan olahraga (termasuk Coaching)
- Psikologi olahraga
- Sosiologi olahraga
Humaniora
(Humsnities),
- Filsafat olahraga
- Sejarah olahraga
- Teologia olahraga.
Varia
(yang berarti agak sukar dikelompokkan), seperti
- Manajemen olahraga
- Infra struktur olahraga (Sport Facilities)
- Jurnalistik olahraga (Sport Journalistic / Publisistic)
- Hukum olahraga (Sport Law) {Proceeding : Olympic Scientific Congress, Quebec City, Canada , 1976).
Kalau kita simak Undang-Undang R.I.
No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, maka dikenal adanya tiga
ruang lingkup olahraga [Pasal 17] yaitu :
- Olahraga pendidikan
- Olahraga rekreasi
- Olahraga prestasi. ( U.U. R.I. No. 3 , Tahun 2005)
Dan 20 di jelaskan juga mengenai Ruang
Lingkup Olahraga, yaitu:
- Olahraga pendidikan, Olahraga pendidikan diselenggarakan sebagai bagian proses pendidikan yang dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal melalui kegiatan intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler. Olahraga pendidikan dimulai pada usia dini pada jalur pendidikan formal yang dilaksanakan pada setiap jenjang pendidikan dan dibimbing oleh guru/dosen olahraga dan dapat dibantu oleh tenaga keolahragaan yang disiapkan oleh setiap satuan pendidikan.
- Olahraga rekreasi, Olahraga rekreasi dilakukan sebagai bagian proses pemulihan kembali kesehatan dan kebugaran yang dapat dilaksanakan oleh setiap orang, satuan pendidikan, lembaga, perkumpulan, atau organisasi olahraga. Olahraga Rekreasi bertujuan: memperoleh kesehatan, kebugaran jasmani, dan kegembiraan; membangun hubungan sosial; atau melestarikan dan meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional.
- Olahraga prestasi, lahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa yang dilakukan oleh setiap orang yang memiliki bakat, kemampuan dan potensi untuk mencapai prestasi. Olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses pembinaan dan pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan pengetahuan dan teknologi keolahragaan serta Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat berkewajiban menyelenggarakan, mengawasi, dan mengendalikan kegiatan olahraga prestasi.
a. Manajemen
Dalam Olahraga Kompetitif
Istilah olahraga yang digunakan disini
merupakan istilah generik, sehingga pengetahuannya tidak terbatas pada pengertian
sempit olahraga prestasi-kompetitif-elit untuk sementara olahragawan yang
pelaksanaannya dikelola secara formal seperti lazim dijumpai pada cabang-cabang
olahraga resmi, tetapi juga jenis-jenis aktivitas jasmani lainnya yang bersifat
informal.
Olahraga kompetitif adalah jenis
kegiatan olahraga yang menitikberatkan peragaan performa dan pencapaian
prestasi maksimal yang biasanya dikelola oleh organisasi olahraga formal, baik
nasional maupun internasional (KDI Keolahragaan, 2000: 10-11), olahraga,
terutama olahraga kompetitif, menekankan aspek performa dan prestasi sehingga
di dalamnya terlibat unsur perjuangan, kesungguhan, dan faktor surprise sebagai
lawan dari faktor untung-untungan sehingga performa itu dicapai melalui usaha
pribadi.
b. Manajemen
Dalam Aktivitas Fisik Yang Memerlukan Skills dan Latihan
Pada saat ini bermunculan klub-klub latihan
olahraga, baik bolavoli, sepak bola, badminton, beladiri maupun senam. Berdasarkan
pengamatan latihan beladiri,
bolavoli dan bulutangkis yang mendominasi.
Sepakbola lapangan besar jauh berkurang dibanding dulu, yang menjamur adalah
futsal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah lapangan yang memadai di
daerah-daerah semakin berkurang. Futsal menjadi alternatif berikutnya.
Sedangkan beladiri, bolavoli dan
bulutangkis, lapangan yang diperlukan tidak begitu luas, selain itu waktu
pelaksanaan juga relatif fleksibel, dapat dilakukan sore hari maupun malam
hari. Bukan rahasia lagi kalau olahraga memerlukan biaya yang sangat besar,
baik dalam pemenuhan sarana prasarana latihan maupun penyelenggaraan event
olahraga tersebut.
Semangat masyarakat dalam melaksanakan olahraga
ini perlu dipelihara, dibina dan dikelola dengan baik agar dapat berkelanjutan
dan meningkat. Harapannya dapat melahirkan bibit olahragawan-olahragawan yang
dapat berprestasi di tingkat nasional maupun internasional. Implementasi dari
gagasan ini adalah pemberian pembelajaran tentang bagaimana mengelola sebuah
klub olahraga dengan baik melalui manajemen olahraga.
2. Komponen
Ruang Lingkup Manajemen Olahraga
a. Industri
Olahraga
Banyak defenisi industri
olahraga yang dapat dilihat untuk memahami konsep industri olahraga. Beberapa
tokoh telah memberikan defenisinya yang berkaitan tentang industri Olahraga
tersebut. Dae-Hwan dalam Lutan (2004) mengemukakan bahwa industri olahraga
adalah industri yang menciptakan nilai tambah dengan memproduksi dan
menyediakan olahraga yang berkaitan dengan peralatan dan layanan (jasa) yaitu
peralatan/perlengkapan olahraga yang berkaitan dengan aktivitas olahraga
seperti kompetisi olahraga, pelatihan, dan pesta olahraga. Selanjutnya, Miller
dkk dalam Harsuki (2005) menyatakan bahwa industri olahraga adalah semua
produk, barang, servis, tempat, orang-orang dan pemikiran yang ditawarkan pada
pelanggan yang berkaitan dengan olahraga.
Mencermati dua defenisi
tersebut di atas, kiranya sudah dapat dijadikan acuan untuk merubah persepsi
yang mengatakan bahwa industri olahraga tersebut terbatas hanya pada alat-alat
olahraga saja. Pada hal konteks industri olahraga dalam manajemen modern
meliputi barang dan jasa yang dalam hal ini berhubungan dengan olahraga.
Berkaitan dengan hal
ini, Parks dkk dalam Harsuki (2005) mengemukakan bahwa segment produksi
olahraga dibagii atas tiga bagian. Pertama adalah segment penampilan olahraga (sport
performance) meliputi bermacam-macam produk seperti olahraga sekolah
yang disponsori, perkumpulan kebugaran, camp olahraga, olahraga profesional,
dan taman olahraga kota. Kedua adalah segmen produksi olahraga (sport
production) ini dapat diberikan contoh misalnya bola basket, bola tenis,
sepatu olahraga, kolam renang, serta perlengkapan olahraga yang lainnya. Ketiga
adalah segmen promosi olahraga (sport promotion) antara lain barang
dagangan seperti kaos atau baju yang berlogo, media cetak elektronika, sport
marketing agency, dansport event organizer. Terlihat sangat besar
peluang bisnis yang dapat ditumbuhkembangkan berkaitan dengan produksi
olahraga.
Industri olahraga tidak dapat
terlepas dari bisnis olahraga. Berbicara tentang bisnis secara sederhana dapat
dikatakan bagaimana keuntungan didapat dari sebuah produk yang dijual. Untuk
membuat dan menjual sebuah produk yang baik maka peran manajemen sangat
penting. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa industri olahraga erat
hubungannya dengan bisnis olahraga dan manajemen olahraga.
b. Produk
Olahraga
Amerika memang sudah dikenal sebagai negara superkapitalis. Ide-ide
cemerlang dalam meraup keuntungan sudah tidak perlu diragukan lagi. Bagi
Amerika, berbagai macam cara siap dilakukan demi tercapai keuntungan yang
dahsyat nan abadi.
MTV, berhasil mengemudikan peredaran musisi seluruh dunia sebagai alat
pendulang uangnya. Satu musisi lahir, satu musisi lenyap, semua dilakukan bak
sebuah mesin uang.
Kembali ke olah raga, baru-baru ini salah satu orang terkaya di Amerika
(ke 164), yaitu Stanley Kroenke dengan yakin membeli saham
Arsenal, salah satu klub besar dan favorit di Inggris. Maka lengkaplah sudah
kepemilikan empat klub besar Inggris yang sudah dibeli oleh para kapitalis
Amerika. Liverpool dibeli oleh George Gillet dan Tom Hicks. Randy Lerner
membeli Aston Villa. Sebelumnya Malcolm Glazer menguasai MU.
Hal ini membuktikan bahwa :
- Olah raga merupakan ladang bisnis yang menggiurkan (jika digarap dengan baik)
- Atlet merupakan profesi yang terhormat
- Amerika benar-benar cerdik melihat peluang bisnis
Olahraga memang bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan jasmani kita. Namun
dibalik manfaat tersebut, olahraga juga mempunyai peluang bisnis yang
menguntungkan.
Apalagi jika melihat minat dan antusiasme masyarakat Indonesia terhadap
kompetisi olahraga tingkat nasional maupun internasional sudah sangat tinggi.
Hanya dengan sedikit polesan manajemen olahraga yang andal, sebuah pagelaran
olahraga yang sehat akan menjadi lebih menarik dan memberikan keuntungan bisnis
yang besar.
Sayangnya, pagelaran olahraga selama ini tidak dikelola sebagai peluang
bisnis yang dapat diraih dengan manajemen olahraga yang andal. Sehingga timbul
kesan, pagelaran olahraga di Tanah Air masih sebatas ajang rekreasi tontonan dan
ajang perjuangan untuk meraih pengakuan dunia internasional.
Padahal, peluang menghasilkan keuntungan bagi penyelenggara, federasi,
atlet, dan sponsor masih sangat terbuka lebar. Kondisi inilah yang dicermati
oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI), sehingga mereka
tergerak untuk membuka peluang dan potensi olahraga melalui seminar
interna-sional yang bertajuk "Indonesia?s Sports Management with Better
Education Towards The Development of Sustainability Sports Industry".
Steering Committee Seminar Sport with Better Education, Adi Widiatmo
Mangunadikusumo mengungkapkan, saat ini olahraga sudah menjadi makrokosmos
ekonomi. Olahraga berperan fungsi sebagai media promosi dan kampanye pemasaran,
baik itu menjadi ajang sasaran, pasar maupun sebagai komoditi.
"Fenomena ini seharusnya telah menyadarkan kita untuk menjadikan
olahraga sebagai prime mover atau penggerak laju pertumbuhan ekonomi yang
membuka kesempatan kerja, membuka peluang usaha dan ikut mensejahterakan
masyrakat. Oleh karena itu, kami berencana mengadakan seminar internasional
tentang Sports Management with Better Education Towards The Development of
Sustainability Sports Industry pada 8 September 2009 mendatang di
Jakartas," jelas Adi.
Di berbagai negara industri maju dan modern, seperti halnya di Amerika,
Inggris, Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, Belanda, Jepang, Korea Selatan dan
China, olahraga telah menjadi industri unggulan sebagai pemasok devisa negara.
Bahkan, di sana, para atlet begitu dihargai dan menjadi sebuah profesi
profesional. Dengan ber-kaca dari keberhasilan negara-negara tersebut dan
tingginya minat masyarakat dalam negeri terhadap pagelaran olahraga, bukan tak
mungkin jika Indonesia juga mampu menjadikan olahraga sebagai industri
unggulan.
Olahraga yang telah dirancang sebagai tindustri
modern yang berskala global, terbuktikan telah menjadi lokomotif atau
multiplier effect terhadap tumbuhnya kegiatan bisnis baru, misalnya pariwisata,
tempat hiburan, perhotelan, restoran, pengembangan usaha kecil terutama makanan
dan minuman. Sehingga pada akhirnya itu semua dapat menciptakan lapangan
pekerjaan.
c. Koordinasi
Proses Produk Olahraga
KEGIATAN olahraga memiliki nilai kepada
kehidupan manusia, baik nilai ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Nilai-nilai
olahraga itu mempengaruhi keberhasilan pembangunan nasional, termasuk
pembangunan ekonomi dan kualitas sumber daya manusia. Bahkan dapat dikatakan
sistem manajemen dan pembinaan olahraga merupakan bagian integral pembangunan
kualitas sumber daya manusia.
Olahraga kurang memiliki kontribusi kepada pembangunan nasional. Padahal
olahraga memiliki nilai ekonomi karena dapat meningkatkan produktivitas manusia
sebagai sumber Sayangnya, sebagian pihak menganggap kegiatan olahraga (termasuk
Jasmani dan daya pembangunan.
Kesegaran jasmani yang memadai meningkatkan kemampuan kerja optimal
serta dapat menghemat biaya pemeliharaan kesehatan. Pembinaan olahraga secara
matang di masa depan akan memberi kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan
perorangan. Misalnya melimpah ruahnya bonus yang diterima Taufik Hidayat
setelah mendapat medali emas olimpiade.
Kita pun dapat mengembangkan bisnis dan kegiatan yang berkaitan dengan
olahraga. Olahraga pun dapat memicu kegiatan bisnis baru, misalnya pariwisata,
tempat hiburan (rekreasi), perhotelan, restoran, pengembangan usaha kecil
(makanan dan minuman, serta jajanan lainnya). Akhirnya derivasinya dapat
menciptakan lapangan pekerjaan.
Pada saat ini orang Indonesia tidak akan sulit untuk menemukan fitness
centre, bowling alleys, kursus, klub dan organisasi olahraga, serta
pertandingan, turnamen, dan fasilitas olahraga yang dioperasikan secara bisnis.
Usaha intensifikasi dan ekstensifikasi perlu dilanjutkan dan merupakan peluang
bisnis bagi seorang berjiwa wirausaha.
Pelaku dan pakar olahraga hendaknya memiliki kesadaran bahwa peranan
olahraga dalam menciptakan bisnis sangat mungkin dan diperlukan. Mereka tidak
dapat berjalan sendiri dalam melakukan industrialisasi olahraga. Karena itu
hendaknya menggandeng pemilik modal sehingga bersinergi menghasilan rencana
bisnis yang matang dan dapat diandalkan.
Dalam kaitan inilah menurut Arismunandar (1997), wawasan bisnis dan
manajemen diperlukan untuk memajukan dan mengembangkan bisnis olahraga. Hal ini
penting karena maju dan berkembangnya bisnis itu akan memicu penelitian dan
pengembangan, meningkatkan mutu pendidikan dan pengembangan ilmu dan teknologi
olahraga, meningkatkan prestasi, serta memperbanyak kesempatan kerja.
Setiap pertandingan memerlukan penonton dan hendaknya menarik banyak
penonton. Pertandingan tanpa penonton pastilah gersang. Motif berprestasi atlet
akan menurun apabila tidak ada penonton. Bagaimanapun juga teriakan penonton
merupakan pemacu semangat bertanding para atlet.
Pertandingan kurang penonton pun dapat dipastikan membangkrutkan panitia
penyelenggara. Di sarnping pendapatan dari tiket akan merosot drastis, para
pengusaha atau perusahaan pun kurang berminat mensponsori pertandingan itu.
Kondisi ini akan memoros kepada rendahnya tingkat kesejahteraan pelaku olahraga
(terutama atlet dan pelatih) serta kurangnya sarana dan prasarana olahraga.
Jika situasinya seperti itu maka akan menjadi lingkaran setan. Kualitas
atlet menurun mengakibatkan prestasinya jeblok dan akhirnya pertandingan tidak
bermutu. Dampaknya apresiasi masyarakat terhadap olahraga rendah sehingga tidak
datang manakala ada pertandingan olahraga. Karena itu memajukan olahraga,
meningkatan partisipasi dan apresiasi masyarakat, prestasi dan bisnis olahraga,
saling berkaitan dan saling menunjang.
REFERENSI :
- Anonim. (2003). Gerakan Nasional Garuda Emas. Jakarta: KONI Pusat.
- Arifin Abdulrachman. (1973). Kerangka Pokok-Pokok Manajemen Umum. Jakarta: PT. Ikhtiar Baru.
- Bambang Tri Cahyono.(1995). Pengadaan Sumberdaya Manusia. Jakarta: IWAPI.
- Beveridge D. (1989. Tantangan Berprestasi. Jakarta: Banapura Aksara.
- Dirjen Olahraga Depdiknas. (2002). Pedoman Mekanisme Koordinasi Pembinaan Olahraga, Kesegaran Jasmani dan Kelembagaan Olahraga. Jakarta:Ditjen Olahraga.
- Dornan J. dan Maxwell J.C. (1998). Strategi Menuju Sukses. Jakarta: Network Twenty One.
- Hesselbein F. Goldsmith M. dan Beckhard R. (1997). The Leader of The Future. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
- Imai M, Gamba Kaizen. (1998). Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah pada Manajemen, Jakarta: Yayasan Toyota.
- ISORI. (2003). Menata Ulang Bangunan Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta: PP. ISORI.
- James A. Fitzsimmons, Mona J. Fitzsimmons. (1994). Service Management for Competitive Advantage. Singapore: Mc Graw-Hill, Inc.
- Kantor Menpora. (1997). Visi 2020 Olahraga Indonesia. Jakarta: Menpora.\
- Komaludin. (1989). Manajemen. Jakarta: Depdikbud-Dirjen Dikti.
- KONI. (1999). Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Jakarta: KONI Pusat
- Kotter J.P. (1997). Leading Change. Jakarta: PT. Sun.
- Kouzes J.M., dan Posner B-2. (1997). Kredibilitas. Jakarta: Profesional Books.
- Malayu S.P. Hasibuan. (1999). Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara.
- Morrisey G.L. (2002). Pemikiran Strategis. Jakarta: Prenhallindo.
- Prajudi Atmosudirdjo. (1978). Dasar-Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta: Seri Pustaka Ilmu.
- Rusli Luthan. (2003). Olahraga, Kebijakan dan Politik, Jakarta: KONI dan Dirjen Olahraga.
- Salusu. (2000). Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta: Grasindo.\
- Sondang P. Siagian. (1992). Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
- Stoner J.A. (1986). Manajemen. Jakarta: Erlangga.
- Sunarto dan Sahedhy Noor R. (2001). Manajemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: BPFE-UST.
- Terry G.R. (1986). Principle of Management. Illinois Richard : D. Irwin, Inc. Homewood.
- The Liang Gie. (1978). Pengertian, Kedudukan, dan Perincian Ilmu Administrasi. Yogyakarta: Karya Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar