Selasa, 14 September 2021

DASAR DASAR MANAJEMEN - MENDESAIN STRUKTUR ORGANISASI - DESAIN DASAR DAN ADAPTIF

Mendesain Struktur Organisasi - Desain Dasar dan Desain Adaptif




Pengertian Sruktur dan Desain Organisasi

Struktur organisasi berkaitan dengan hubungan yang relatif tetap diantara berbagai tugas yang ada dalam organisasi. Proses untuk menciptakan struktur dan pengambilan keputusan tentang alternatif struktur disebut desain organisasi. Pembentukan struktur organisasi dihadapka pada dua hal, yaitu diferensiasi atau pembagian tugas diantara anggota organisasi, dan integrasi atau koordinasi dalam pembagian tugas tersebut. Struktur organisasi membahas bagaimana cara organisasi membagi tugas  diantara anggota organisasi dan menghasilkan koordinasi diantara tugas-tugas tersebut.

 

Ada lima keputusan desain yang diperlukan untuk menciptakan struktur organisasi yaitu:

1). Pembagian tugas (division of labor)

Berkaitan dengan proses membagi tugas ke dalam suatu unit-unit tugas yang secara  berturut-turut lebih kecil. Manfaat mengorganisasikan tugas adalah kelompok orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja mampu menghasilkan lebih dari yang mereka hasilkan sendiri. Hal penting dalam pembagian kerja adalah sejauh mana tugas-tugas harusnya dispesialisasikan. Keputusan tingkat spesialisasi yang tepat adalah keputusan  desain yang penting karena akan bedampak pada efektivitas organisasi.


2). Departementasi

Merupakan proses mengkombinasikan tugas ke dalam kelompok-kelompok atau departemen-departemen. Derajat kesamaan dari tugas yang ada dalam satu departemen adalah hal pokok.   


3). Rentang kendali

Berkaitan dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan dengan efektif oleh seorang atasan. Organisasi dengan rentang kendali luas  memiliki sedikit tingkat hirarki, banyak orang berada dibawah satu penyelia, sehingga terbentuk struktur organisasi datar (flate). Sedang pada rentang kendali sempit, manajer hanya membawahi beberapa bawahan, terbentuk struktur organisasi yang tinggi. Hal tersebut dapat menghalangi komunikasi antar pribadi yang lebih luas dalam organisasi


4). Delegasi wewenang

Berkaitan dengan sejauh mana wewenang pengambilan keputusan tersebar dalam hirarki organisasi, jika tersebar secara luas maka disebut desentralisasi, sedangkan jika hanya ada di tingkat atas maka disebut sentralisasi. Organisasi yang relatif kecil dan karyawan tidak banyak, serta tugas tidak begitu kompleks biasanya menerapka sentralisasi.   


5). Mekanisme koordinasi

Organisasi harus mengintegrasikan berbagai aktivitas dan orang dalam organisasi. Ada tiga metode yang dapat digunakan untuk melakukan koordinasi:

  • Standardisasi proses kerja: tugas rutin dikoordinasikan dengan prosedur standar operasi
  • Standardisasi hasil: produk harus diproduksi sesuai spesifikasi
  • Standardisasi keahlian: tingkat keahlian tinggi melalui pelatihan

 

A. Mendesain Organisasi

Teori Desain Organisasi

Menurut Burns dan Stalker ada dua jenis struktur organisasi yang sangat kontras yaitu desain organisasi mekanistik dan desain organisasi mekanik. Lingkungan eksternal berkaitan dengan struktur organisasi. Ketika lingkungan eksternal stabil, internal organisasi dikelola dengan peraturan, prosedur dan hirarki wewenang yang jelas. Semua keputusan manajerial dibuat pada tingkat puncak, dan sentralisasi weenang yang kuat, atau struktur organisasi mekanistik. Namun jika organisasi menghadapi perubahan lingkungan  yang cepat, memiliki struktur organisasi yang berbeda, organisasi bersifat adaptif dan spontan.

 

Dimensi Struktur Organisasi

Desain dan struktur Organisasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku individu dan kelompok-kelompok yang ada di dalam organisasi. Berbagai perubahan yang terjadi dalam manajemen dalam lingkungan bisnis global saat ini merupakan alasan utama desain dan struktur menjadi lebih diperhatikan.

 

Struktur adalah cara sesuatu disusun atau dibangun Organisasi adalah suatu wadah berkumpulnya minimal dua orang untuk mencapai sebuah tujuan.

 

Robbins (2007) mendefinisikan struktur organisasi sebagai penentuan bagaimana pekerjaan dibagi, dibagi, dan dikelompokkan secara formal.

 

Sedangkan organisasi merupakan unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar, terdiri dari dua orang atau lebih, dan berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus-menerus guna mencapai serangkaian tujuan bersama.

 

Dalam konteks desain organisasi, Ivancevich (2008) mendefinisikannya sebagai proses penentuan keputusan untuk memilih alternatif kerangka kerja jabatan, proyek pekerjaan, dan departemen. Dengan demikian, keputusan atau tindakan-tindakan yang dipilih ini akan menghasilkan sebuah struktur organisasi.

 

Ada enam elemen yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika akan mendesain struktur organisasi.   Ke-enam elemen tersebut meliputi (Robbins, 2007) :

  1. Spesialisasi Pekerjaan adalah sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi dibagi-bagi ke dalam beberapa pekerjaan tersendiri
  2. Departementalisasi adalah dasar yang dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan secara bersama-sama
  3. Rantai komando adalah garis wewenang yang tanpa putus yang membentang dari puncak organisasi ke unit terbawah dan menjelaskan siapa yang bertanggung jawab kepada siapa. Wewenang sendiri merupakan hak yang melekat dalam sebuah posisi manajerial untuk memberikan perintah dan untuk berharap bahwa perintahnya tersebut dipatuhi
  4. Rentang Kendali adalah jumlah bawahan yang dapat diarahkan oleh seorang manajer secara efisien dan efektif
  5. Sentralisasi – Desentralisasi. Sentralisasi adalah sejauh mana tingkat pengambilan keputusan terkonsentrasi pada satu titik di dalam organisasi
  6. Formalisasi adalah sejauh mana pekerjaan pekerjaan di dalam organisasi dilakukan.

 

B. Struktur Mekanistik dan Organic

Struktur organisasi adalah kerangka kerja formal yang dengan kerangka kerja itu tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan. Ketika para manajer menyusun atau mengubah struktur organisasi, mereka terlibat dalam desain organisasi, proses yang melibatkan keputusan-keputusan mengenai keenam unsur penting :

  • Spesialisasi kerja : sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi dibagi-bagi menjadi sejumlah pekerjaan tersendiri; juga dikenal sebagai pembagian kerja
  • Departementalisasi: dasar yang digunakan untuk mengelompokkan sejumlah pekerjaan menjadi satu kelompok atau satu grup. Terdapat lima bentuk umum departementalisasi:

 

Aturan umumnya tidak tertulis, hirarki wewenang tidak jelas, dan wewenang pengambilan keputusan tersebar luas, maka disebut struktur organisasi organik. Perbedaan keduanya dapat dilihat pada tabel berikut,

 

Struktur Organisasi Mekanistik dan Organik

Mekanistik

Organik

Tugas dibagi dalam spesialisasi tinggi

Tugas diterapkan secara jelas dan kaku

Hirarki wewenang dan pengendalian dilakukan secara kaku dengan banyak aturan

Pengendalian tugas sentralistis, tugas diarahkan dari puncak organisasi

Komunikasi bersifat vertikal melalui hirarki formal

Spesialisasi tugas tidak begitu tinggi, pekerja melakukan beragam tugas untuk menyelesaikan tugas kelompok

Tugas tidak dirinci secara ketat, karyawan dapat menyesuaikan dan merumuskan kembali tugas nya melalui interaksi sesama karyawan

Hirarki wewenang dan pengendalian dilakukan secara informal dan sedikit aturan

Pengendalian tugas berada pada tiap bagian dalam organisasi

Komunikasi bersifat horisontal, karyawan dapat berkomunikasi dengan siapa saja yang diperlukan dalam organisasi

 

C. Faktor – Faktor Kontinjensi Yang Memengaruhi Pilihan Struktur

Setelah memahami dimensi struktur pada artikel sebelumnya, maka pada artikel ini akan dijelaskan pentingnya faktor-faktor kontingensi yang perlu dipertimbangkan dalam merancang organisasi. Adapun faktor-faktor tersebut adalah ukuran dari organisasi, teknologi yang digunakan, lingkungan eksternal, tujuan dan strategi serta budaya dari organisasi.

  • Ukuran organisasi atau size, dapat dilihat dari organisasi secara keseluruhan atau dilihat dari sudut pandang divisional
  • Teknologi yang digunakan organisasi dimaksud dengan alat, teknik maupun aksi yang digunakan untuk mengubah input menjadi output
  • Lingkungan eksternal dimaksud dengan beberapa batasan luar organisasi seperti pemerintah,pelanggan, pemasok, dan komunitas keuangan
  • Tujuan dan strategi organisasi, hal ini mendefinisikan tujuan dan teknik kompetisi yang dilakukan oleh organisasi
  • Budaya organisasi, dimaksud dengan nilai yang mendasari suatu organisasi didalam bertindak.

Kelima faktor diatas beserta dengan dimensi struktural yang dijelaskan pada artikel sebelumnya adalah saling terkait. Dalam hal ini, faktor kontingensi tertentu akan mempengaruhi dimensi struktural lainnya, seperti spesialisasi, formalisasi hingga komponen hirarki dalam organisasi.

 

D. Desain Organisasi Tradisional

Desain organisasi tradisional berupa :

1. Struktur sederhana

Desain organisasi dengan departementalisasi rendah, rentang kendali luas, wewenang terpusat, dan formalisasi rendah. Kebanyakan digunakan oleh pengusaha kecil dimana pemilik dan manajer adalah satu orang yang sama. Ketika organisasi bertumbuh dengan bertambahnya tugas dan kebutuhan jumlah karyawan maka manajer memilih untuk mengorganisasi berdasarkan pada;

2. Struktur fungsional 

Struktur organisasi yang mengelompokkan spesialisasi pekerjaan yang serupa atau terkait ke dalam satu kelompok

3. Struktur divisional  

Struktur organisasi yang terdiri atas unit atau divisi yang terpisah dan mempunyai otonomi yang relatif terbatas dengan manajer divisi yang mempunyai wewenang dan bertanggung jawab atas operasional kinerja unitnya. Contoh Wal Mart Stores Inc. Divisinya meliputi Wal Mart Realty International, Specialty Store, Sam’s Club dan Supercenters

 

E. Desain Organisasi Kontemporer

Desain organisasi kontemporer berupa :

1. Struktur berbasis tim 

Struktur organisasi di mana keseluruhan organisasi tersusun oleh sejumlah kelompok kerja atau tim. Untuk itu pemberdayaan karyawan dan kebebasan dalam mendesain pekerjaan menurut cara mereka yang paling baik sangat menentukan keberhasilan karena tidak ada garis wewenang manajerial yang kaku yang mengalir dari atas ke bawah

2. Struktur matriks 

Struktur organisasi yang menugaskan para spesialis dari departemen fungsional yang berbeda-beda untuk bekerja pada satu atau lebih proyek. Para karyawan dalam organisasi matriks mempunyai dua manajer: manajer departemen fungsional dan manajer proyek atau manajer produk mereka yang berbagi wewenang. Manajer proyek mempunyai otoritas atas anggota fungsional yang terkait dengan sasaran proyek, sementara keputusan kenaikan pangkat dan usulan gaji menjadi tanggung jawab manajer fungsional

3. Struktur proyek 

Struktur organisasi di mana para karyawan senantiasa bekerja di sejumlah proyek. Berbeda dengan struktur matriks, struktur proyek tidak mempunyai departemen formal tempat para karyawan kembali setelah proyek selesai. Sebagai gantinya mereka akan membentuk lagi sepanjang proyek baru membutuhkan

4. Organisasi tanpa batas 

Organisasi yang desainnya tidak didefinisikan oleh atau terbatas pada batas-batas horizontal, vertical, atau eksternal yang dipaksakan oleh struktur yang telah ditentukan sebelumnya

5. Organisasi pembelajar 

Organisasi yang telah mengembangkan kemampuan untuk terus menerus beradaptasi dan berubah karena para anggota berperan aktif dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang terkait dengan pekerjaan

 

F. Mengorganisasikan Untuk Berkolaborasi

Kolaborasi adalah praktek kerja dimana individu bekerja sama, untuk tujuan yang sama, untuk mencapai manfaat bisnis dengan maksud mencapai efisiensi dan efektifitas

 

Definisi Kolaborasi merupakan proses partisipasi beberapa orang, kelompok, dan organisasi yang bekerja sama untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kolaborasi menyelesaikan visi bersama, mencapai hasil positif bagi khalayak yang mereka layani, dan membangun sistem yang saling terkait untuk mengatasi masalah dan peluang. Kolaborasi juga melibatkan berbagi sumber daya dan tanggung jawab untuk secara bersama merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program-program untuk mencapai tujuan bersama. Anggota kolaborasi harus bersedia untuk berbagi visi, misi, kekuatan, sumber daya dan tujuan.

 

Definisi Umum: Bentuk penataan yang kooperatif diantara dua pihak atau lebih (yang mungkin atau mungkin tidak memiliki hubungan sebelumnya) yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.


Knowledge Management (KM) : Metode Efektif mentransfer ‘KNOW HOW‘ antar individu, sehingga penting untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Kolaborasi merupakan ajaran utama dari KM.


Negosiasi : Resolusi konflik strategi yang menggunakan kedua ketegasan dan kerjasama untuk mencari solusi yang menguntungkan bagi semua pihak. Ini berhasil biasanya di mana tujuan peserta yang kompatibel, dan interaksi di antara mereka adalah penting dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut.


Pada dasarnya, dalam kolaborasi perusahaan adalah model alami (karena kolaborasi adalah inti dari organisasi). Kolaborasi antar-perusahaan adalah perdagangan untuk kepentingan semua pihak yang terlibat. Ada banyak skenario untuk berkolaborasi. Dalam konteks bisnis, beberapa situasi berulang: orang-orang dalam proyek bekerja sama, mencari inovasi di luar perusahaan, dua perusahaan menciptakan proposal bersama-sama, atau beberapa perusahaan bermitra untuk membentuk rantai pasokan.

 

Tujuan Kolaborasi

Tujuan dari kolaborasi adalah untuk membawa individu, lembaga, organisasi, dan masyarakat itu sendiri bersama-sama dalam suasana mendukung secara sistematis memecahkan masalah yang ada dan muncul yang tidak bisa dengan mudah diselesaikan oleh satu kelompok saja. Kolaborasi harus fokus pada peningkatan, komunikasi kapasitas dan efisiensi sekaligus meningkatkan hasil.

 

Prinsip-prinsip Kolaborasi

  1. Mulailah dengan tujuan yang mempersatukan.
  2. Menciptakan, memelihara dan melihat kembali Misi dan pernyataan Visi. Visi merupakan gambaran masa depan dan harus ditulis dalam konteks masa sekarang. Misi menjelaskan tujuan dari kerjasama – ini adalah alasan mendasar untuk keberadaan kolaborasi itu.
  3. Tetapkan tujuan dan sasaran yang terukur.
  4. Tetapkan harapan yang tinggi – mengharapkan yang terbaik dari orang-orang yang dengannya Anda bekerja.
  5. Sebagai kelompok, identifikasi pemimpin untuk kolaborasi yang berpikiran terbuka, bersedia untuk berbagi kepemimpinan dan memberdayakan orang lain.
  6. Menunjukkan rasa hormat bagi anggota kolaborasi (mempertimbangkan waktu orang, transportasi, kebutuhan perawatan anak, akses dan kenyamanan, mengakui kontribusi orang lain, dan menjadi fleksibel.)
  7. Mengembangkan komunikasi yang terbuka dan jujur ​​- ingatlah bahwa setiap orang perlu didengarkan.
  8. Mendapatkan umpan balik dan mengevaluasi upaya kolaborasi.
  9. Bertahan dengan hal itu, bertahan dan saling mendukung!
  10. Rayakan keberhasilan.

 

Manfaat Kolaborasi

Manfaat kolaborasi mungkin langsung atau jangka panjang, langsung atau tidak langsung. Penting untuk dicatat bahwa beberapa anggota kolaborasi mungkin akan mendapat keuntungan lebih dari yang lain. Manfaat meliputi :

  1. Peningkatan pengiriman pemrograman;
  2. Peluang bagi pengembangan profesional;
  3. Peningkatan komunikasi dan informasi yang disempurnakan;
  4. Peningkatan penggunaan program dan sumber daya yang tersedia dalam komunitas;
  5. Penghapusan duplikasi;
  6. Datang dalam berbagai bentuk, ukuran dan durasi yang bervariasi – satu ukuran tidak cocok untuk semua
  7. Peningkatan ketersediaan sumber daya, dan
  8. Peningkatan citra publik.
  9. Permasalahan sarana dan mentalitas;
  10. Kurangnya staf atau waktu untuk berpartisipasi dalam kolaborasi;
  11. Benturan dengan fokus dan prioritas organisasi antara kolaborasi dan anggotanya;
  12. Ketidakpercayaan dari organisasi lain;
  13. Memperlambat pengambilan keputusan;
  14. Terbatasnya sumber daya atau kurangnya keinginan untuk berbagi sumber daya yang ada;
  15. Posisi pernyataan yang tidak sesuai dengan kebijakan dari anggota koalisi individu;
  16. Penarikan dukungan sebagai akibat dari tekanan luar dari individu atau kelompok;
  17. Penurunan tingkat kerjasama antar kolaborator selama krisis.

 

Hambatan kolaborasi

  1. Permasalahan sarana dan mentalitas;
  2. Kurangnya staf atau waktu untuk berpartisipasi dalam kolaborasi;
  3. Benturan dengan fokus dan prioritas organisasi antara kolaborasi dan anggotanya;
  4. Ketidakpercayaan dari organisasi lain;
  5. Memperlambat pengambilan keputusan;
  6. Terbatasnya sumber daya atau kurangnya keinginan untuk berbagi sumber daya yang ada;
  7. Posisi pernyataan yang tidak sesuai dengan kebijakan dari anggota koalisi individu;
  8. Penarikan dukungan sebagai akibat dari tekanan luar dari individu atau kelompok;
  9. Penurunan tingkat kerjasama antar kolaborator selama krisis.

 

Kasus Bisnis untuk Kolaborasi

Definisi lain dari kolaborasi adalah “Sebuah pengalaman penggunaan untuk audio, video, web, dan kolaborasi data yang memecah jarak, waktu, dan hambatan media, dan memungkinkan orang untuk berkomunikasi dengan satu sama lain di mana saja, kapan saja, dan di media apapun dari beberapa titik akhir”

Secara implisit dalam definisi ini adalah tiga keunggulan penting dari aplikasi kolaborasi: kedekatan, kesederhanaan dan interoperabilitas.

  1. Kedekatan: Dalam rangka untuk memberikan dampak bisnis yang maksimal, solusi kolaborasi (produk dan aplikasi yang terkait) harus tersedia pada permintaan dan dukungan interaksi real-time sehingga karyawan Anda dapat bertemu kapan saja mereka perlu, dan di mana pun mereka berada. Bagi peserta yang tidak dapat berinteraksi secara real-time, solusi kolaborasi yang benar memungkinkan semua elemen dari suara-sesi, konten, dan video-akan diarsipkan sebagai pengalaman keseluruhan untuk akses kemudian hari dan berbagi.
  2. Kesederhanaan: Pengalaman pengguna memainkan peran penting dalam solusi kolaborasi. Karena banyak orang menghadapi perubahan kebiasaan kerja yang ditetapkan dengan keengganan, solusi kolaboratif harus mudah digunakan untuk mencapai adopsi pengguna akhir secara luas yang sangat penting bagi perwujudan penuh dari manfaat bisnis dan, bukan yang tidak signifikan, pengembalian investasinya.
  3. Interoperabilitas: Solusi Kolaborasi yang disusun bukan satu produk atau aplikasi, tetapi serangkaian produk yang terintegrasi dan aplikasi yang mencakup suara telepon, konferensi suara dan video serta berbagi konten, maupun informasi Unified Communications (UC) lainnya seperti fitur konferensi Web, presence awareness, dan instant messaging. Hal penting berikutnya adalah setiap elemen tunggal dari solusi kolaborasi harus didasarkan pada standar yang terbuka dari suatu organisasi independen yang diakui seperti International Telecommunication Union (ITU). Dari perspektif kegunaan, interoperabilitas berarti bahwa solusi kolaborasi harus berinteraksi satu sama lain, terlepas dari lingkungan jaringan UC yang mendasarinya.

 

Pengaruh Kolaborasi terhadap Bisnis secara keseluruhan

Ketika para karyawan memiliki perangkat kolaborasi yang mudah digunakan dan memungkinkan sesuai permintaan interaksi, perusahaan biasanya mengalami dua perubahan mendasar :

  • Bisnis dapat “merasakan dan merespon” lebih cepat
  • Kualitas keputusan bisnis dengan meningkatkan “akses di mana saja” untuk informasi penting dan personil kunci


Kedua perubahan tersebut akan memiliki implikasi langsung terhadap kasus bisnis untuk berkolaborasi. Ketika kita mempertimbangkan peluang untuk meningkatkan kecepatan dan agility perusahaan, kita perlu melakukan mengidentifikasi operasi dan proses yang lebih baik dan cepat sehingga pengambilan keputusan dapat membuat perbedaan nyata dalam kinerja bisnis. Kita dapat mengupayakan bahwa perusahaan dapat mencapai keuntungan yang signifikan tidak hanya dengan alur kerja dan proses yang melibatkan pekerja yang mobile atau virtual, tetapi juga dengan karyawan yang lokasinya-tetap juga.

 

Perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya dengan memanfaatkan kolaborasi untuk :

  1. Mengurangi Biaya Overhead Karyawan
  2. Mengurangi Kebutuhan Travel
  3. Turut mendukung program ‘Go Green’
  4. Pelatihan jarak jauh
  5. Manajemen Proyek

 

Penggunaan kolaborasi juga dapat diterapkan lebih luas dalam proses perekrutan SDM – baik dalam hal mengurangi beban yang berhubungan dengan perjalanan maupun dalam mempercepat perekrutan seluruh alur kerja dan wawancara. Perhatikan bahwa biaya dapat dieliminasi apabila wawancara dapat dilakukan dengan menggunakan konferensi video bukan dengan menerbangkan calon ke lokasi manajer perekrutan.


Selain menurunkan biaya perjalanan yang berhubungan dengan perekrutan, penggunaan solusi Unified Communications juga dapat mengurangi jadwal perekrutan dengan mempersatukan interaksi antara perekrut eksekutif HR, dan kandidat.

 

Perhatikan contoh pada Gambar 3, berdasarkan statistik dari Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat dan pengalaman dari sebuah perusahaan bioteknologi di luar Boston yang secara aktif menggunakan konferensi video dalam proses perekrutan mereka. Selain melakukan wawancara jarak jauh, mereka merekam dan arsip sesi sehingga stakeholder informasi lainnya dapat meninjau sesi di lain waktu-meningkatkan paparan calon dan membantu memastikan keputusan perekrutan terbaik.

 

Akselerasi kecepatan bisnis dapat membawa dampak yang signifikan terhadap pekerjaan kunci lainnya mengalir juga. Gambar 4 menggambarkan bagaimana penggunaan solusi kolaboratif dapat menghasilkan reduksi yang cukup besar dalam interval pengembangan produk dengan memperketat hubungan baik secara internal antara beberapa departemen dan kelompok kerja, maupun eksternal dengan mitra-mitra utama dan pemasok.

 


Kesimpulan Kolaborasi

Kolaborasi dapat didefinisikan sebagai proses partisipasi sekelompok orang, dan atau organisasi yang bekerja sama untuk mencapai hasil yang diinginkan, dengan menyelesaikan visi secara bersama, dengan memberikan hasil positif bagi konsumennya, dan membangun sistem yang saling terkait untuk mengatasi masalah dan peluang. Kolaborasi akan melibatkan berbagi sumber daya dan tanggung jawab yang bersama-sama merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program-program untuk mencapai tujuan bersama, dimana seluruh anggota kolaborasi harus bersedia untuk berbagi visi, misi, kekuatan, sumber daya dan tujuan.

 

Penerapan kolaborasi dalam kegiatan operasional perusahaan sehari hari dapat memberikan nilai tambah dengan mengurangi biaya dan alur kerja secara signifikan. Kolaborasi dalam penerapan dalam kegiatan bisnis dapat diterapkan untuk mewujudkan karyawan yang mobile, sehingga mereduksi biaya perjalanan, lebih ramah lingkungan karena menghemat pemakaian kertas, emisi gas buang, serta meningkatkan kecepatan dengan mengurangi beberapa alur operasional.

 

G. Pengaturan – Pengaturan Kerja Yang Fleksibel

Flexible Working Time atau Flexi Time adalah sistem pengaturan kerja yang memberi lebih banyak kebebasan kepada karyawan dalam mengatur jam kerja mereka. Flexi Time memegang prinsip bahwa jam kerja karyawan tidak mutlak, asalkan pekerjaan selesai tepat waktu dengan kualitas pekerjaan sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan. Serta bisa memenuhi jumlah jam yang sudah disepakati dalam perjanjian kerja, yaitu 40 jam per minggu. Biasanya perusahaan yang memiliki sistem Flexitime ini juga membebaskan tempat bekerja para karyawan sehingga mereka tidak perlu ke kantor setiap hari.

Jam kerja fleksibel adalah sistem pengaturan kerja yang memberi lebih banyak kebebasan kepada karyawan dalam mengatur jam kerja mereka. Banyak manfaat yang didapat jika menggunakan sistem jam kerja fleksibel. Tidak hanya karyawan yang merasakan, namun perusahaan juga akan mendapat efek yang positif.

 

1. Keuntungan Menggunakan Flexi Time

a. Produktivitas Karyawan Meningkat

Evaluasi kepuasan kinerja karyawan yang menurun bisa jadi disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya adalah ketidaktepatan penerapan sistem jam kerja. Anda dapat menjadikan jam kerja fleksibel sebagai solusinya. Menurut penelitian The Motley Fool, jam kerja fleksibel dapat meningkatkan produktivitas 60% karyawan daripada mereka harus bekerja di kantor dengan jam kerja rutin. Karena mereka bisa memiliki manajemen waktu yang lebih baik. Produktivitas karyawan dapat meningkat karena mereka bekerja pada waktu yang paling maksimal menurut mereka. Sehingga risiko kesalahan akibat human error dan lembur kerja dapat dihindari.


b. Karyawan Memiliki Pola Hidup Seimbang dan Bahagia

Penelitian menunjukkan bahwa kebahagiaan karyawan meningkat 10% ketika mereka lebih bebas mengatur jam kerja mereka sendiri. Kemudian 74% responden menyatakan kehidupan pribadi mereka dan kehidupan pekerjaan menjadi lebih seimbang ketika jam kerja mereka lebih fleksibel. Bahkan penelitian Powwownow juga menyatakan bahwa 67% karyawan berharap perusahaan mereka memiliki sistem jam kerja flexi time.
Selain itu, perusahaan dengan penerapan Flexi time didalamnya akan lebih menguntungkan bagi keluarga yang suami istri sama-sama bekerja. Keduanya akan tetap bisa mengatur jam kerja tanpa mengganggu waktu mengurus anak-anak dan rumah tangga. 84% karyawan yang sudah memiliki anak menjadikan sistem flexi time sebagai faktor paling penting dalam memilih pekerjaan.


c. Retensi Karyawan Meningkat

Melihat begitu banyak manfaat yang akan diterima karyawan, baik secara materiil maupun secara psikis, tentu mereka akan semakin loyal terhadap perusahaan. Karyawan akan menghilangkan keinginan untuk keluar dari perusahaan dengan sistem flexi time. Artinya, retensi karyawan akan meningkat dan turnover rate karyawan semakin menurun. Flexi time dapat menjadi salah satu strategi Anda mempertahankan karyawan perusahaan.


d. Daya Tarik Perekrutan Karyawan

Flexi time juga dapat menjadi salah satu daya tarik besar dalam merekrut karyawan. Penelitian menunjukkan 70% calon karyawan lebih tertarik pada pekerjaan yang memiliki jam kerja fleksibel. Bahkan 30% calon karyawan akan memilih pekerjaan dengan gaji yang tidak terlalu tinggi namun memiliki jam kerja fleksibel daripada pekerjaan dengan gaji yang tinggi namun tidak menggunakan sistem flexi time.


e. Karyawan Lebih Hemat

Karyawan akan menekan biaya transportasi karena tidak harus ke kantor setiap hari. Selain biaya, potensi mengalami kecelakaan kerja saat berangkat ke kantor juga terhindari. Secara tidak langsung, kemacetan jalan juga akan berkurang.

 

2. Langkah Pengaturan Flexi Time

Ketika perusahaan Anda memutuskan untuk menggunakan salah satu model kerja Flexi Time diatas, maka ada baiknya Anda mengetahui langkah tepat menerapkan Flexi time di perusahaan.


Pertama, Anda harus mempersiapkan perjanjian kerja yang akan ditawarkan kepada karyawan. Pastikan kebijakan perusahaan sudah jelas dalam mengatur jam kerja karyawan. Jangan lupa juga untuk melibatkan karyawan dalam hal ini agar aspirasi mereka tersampaikan.


Kedua, buat manajemen kerja karyawan yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Mulai dari pembagian jam kerja, siapa saja yang harus hadir pada jam-jam tertentu, siapa saja yang harus bertemu dan meeting dengan klien, dan sebagainya.


Ketiga, perusahaan juga harus memastikan setiap karyawan memiliki koneksi internet yang bagus dan stabil sehingga dapat dihubungi kapanpun ketika mereka tidak sedang di kantor. Selain itu, perusahaan harus menyiapkan teknologi pengelola karyawan yang tepat. Karena perbedaan jam kerja yang kompleks, perusahaan, terutama Anda sebagai HR harus menyiapkan hal tersebut. Gunakan software HR berbasis cloud untuk memudahkan pengelolaan data perusahaan dan data karyawan. Tentukan juga platform yang memungkinkan komunikasi berjalan lancar.


Keempat, berlakukan masa percobaan terlebih dahulu lalu evaluasi setiap bulannya. Untuk membantu proses evaluasi jam kerja fleksibel, software HR tersebut akan merekam hasil pekerjaan karyawan secara tertib. Sehingga proses monitoring dan evaluasi akan memiliki data yang lebih valid dan terukur meskipun karyawan dan Anda sebagai tim HR jarang bertatap muka.


3. Langkah Menerapkan Flexi Time

Seperti yang sudah disinggung sedikit di atas, persiapan pelaksanaan jam kerja fleksibel harus dilakukan secara matang. Selain itu semua, instrumen pendukung sistem kerja ini harus dapat dipertanggungjawabkan dan dipastikan mampu mengontrol produktivitas karyawan. Talenta, sebagai software HR berbasis cloud yang terpercaya, memiliki fitur yang dapat membantu Anda mengelola absensi karyawan meskipun menggunakan flexi time.

 

REFERENSI :

  1. Suad Husnan dan Suwarsono. Studi Kelayakan Proyek, Edisi 3, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 1994.
  2. Siswanto Sutojo, Studi Kelayakan Proyek : Teori dan Praktek, seri manajemen No.66, PPM, Jakarta, 1993.
  3. Sri Handaru Yuliati dan R. Agus Sartono, Studi Kelayakan, Depdikbud UT, Jakarta, 1985.
  4. Suratman, Studi Kelayakan Proyek : Teknik dan Prosedur Penyusunan Laporan, J&J Learning, Edisi 1, Cetakan 1, Yogyakarta, 2001.
  5. Husein Umar, Studi Kelayakan Bisnis : Manajemen, Metode dan Kasus.PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,2000.
  6. Kerzner, Harlord, Project Management: A System Approach to Planning, Scheduling and Controlling, 2nd.ed, CBS Publisher & Distributor, New Delhi.
  7. Barrett, Richard (2003). Vocational Business: Training, Developing and Motivating People – Business & Economics– halaman 51.
  8. Griffin, R. (2006). Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.
  9. Lee Katz, Robert (1974). Skills of an Effective Administrator. Harvard Business Press.
  10. Sunaryo, Widodo. Pengantar Pemahaman Tentang Manajemen. Slide Presentasi Program Pascasarjana Universitas Pakuan.
  11. David, Fred R. 2011. Strategic Management Manajemen Strategi Konsep, Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
  12. Wheelen, Thomas L., Hunger, J. David. 2010. Strategic Management and Business Policy Achieving Sustainability. Twelfth Edition. Pearson.
  13. Hariadi, Bambang. 2003. Strategi Manajemen. Malang: Banyumedia Publishing.
  14. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi Ketiga.  Jakarta: Salemba Empat.
  15. Suwandiyanto, M. 2010. Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan. Online.

 

SUMBER LAIN :

Wikipedia.org. Manajemen.

https://cerdasco.com/proses-manajemen-strategis/

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEPEMIMPINAN & PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KEPEMIMPINAN & PENGAMBILAN KEPUTUSAN Oleh : Eko Yulianto, ST, MM, MSD (NIDN 0325077407) A. Pendahuluan Pengelolaan suatu bisnis, baik it...