Rabu, 08 September 2021

MANAJEMEN OLAHRAGA - PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN OLAHRAGA

Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Olahraga

 



Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

 

Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital. Jiwa kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada human relations.

 

Pengertian Pengambilan Keputusan dikemukakan oleh :

Ralp C. Davis,

Keputusan dapat dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, serta harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan.

Mary Follet,  

Seorang pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti; logika, realita, rasional, dan pragmatis.

James A.F. Stoner

Secara umum pengertian teori pengembilan keputusan adalah, teknik pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan atau proses memilih tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

 

 

Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu diperhadapkan dengan istilah organisasi dari bentuk, dan model yang berbeda-beda. Organisasi itu antara lain organisasi politik,  organisasi olahragaorganisasi sekolahorganisasipemerintahan, organisasi kepemudaaan, dan organisasi keagamaan. Setiap organisasi dibentuk karena adanya sebuah tujuan. 

 

Organisasi bisnis biasanya bertujuan untuk mencari keuntungan finansial, organisasi kemasyarakatan biasanya bertujuan untuk tujuan kemasyarakatan, organisasi politik biasanya untuk tujuan kekuasaan dan organisasi keagamaan biasanya untuk tujuan misi atau dakwah.Tujuan tersebut menurut AsakuWalisongo (2013) dicerminkan oleh sasaran yang harus dilakukan baik dalam jangka pendek, maupun jangka panjang.Implementasinya setiap organisasi merumuskan visi, misi, serta tujuan baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

 

Setiap organisasi tentu memiliki pemimpin dan kepemimpinan.Biasanya pemimpin memiliki pengaruh lebih besar dalam upaya pencapaian tujuan organisasi, oleh karena pemimpin sering diistilahkan dengan orang yang mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan yang diharapakan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Northouse's (2007 : 3),   leadership is a process by which a person influences others to accomplish an objective and directs the organization in a way that makes it more cohesive and coherent.

 

Pendapat itu sejalan dengan yang disampaikan  olehHusaini Usman (2013 : 312), kepemimpinan ialah ilmu dan seni mempengaruhi, orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jadi jelas bahwa pemimpin memiliki pengaruh besar terhadap sukses tidaknya sebuah oraganisasi.

 

Salah satu fungsi yang harus dilakukan pemimpin dalam upaya pencapaian tujuan adalah bagaimana pemimpin itu bisa mengambil keputusan dengan efektif.Dalam realita pengambilan keputusan bukanlah hal yang sedernana, sebab setiap pengambilan keputusan biasanya mengandung dua konsekuensi sekaligus baik konsekuensi positif maupun konsekuensi negatif. Namun demikian seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan dari beberapa pilihan yang dihadapai. 

 

Seorang pemimpin diharapkan mengikuti pendapat Terry dalam Marzuki (2015 : 2),  bahwa dalam mengambil keputusan hendaklah memilih yang terbaik dari berbagai altenatif yang tersedia. Salah satu tugas terpenting seorang pemimpin adalah untuk menentukan yang terbaik bagi organisasi dan para anggotanya.Namun dalam mengambil keputusan, terkadang pemimpin pun menghadapi dilema dan seolah berada di persimpangan jalan. 

 

Apalagi jika pilihan yang ada membuat Anda harus mengorbankan kepentingan orang lain atau memberikan resiko yang akan merugikan tim.Kadangkala keputusan sulit harus diambil demi terwujudnya cita-cita bersama.Adakalanya pemimpin ternyata mengambil keputusan yang salah dan merugikan organisasi. Tetapi melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan masih lebih baik dibandingkan tidak melakukan tindakan apapun sama sekali.

 

Kecepatan dan ketepatan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan lazimnya menjadi tolak ukur kompetensi dan kredibilitas yang dimilikinya. Jika pemimpin lamban dan ragu-ragu dalam bertindak, anak buah akan melihat bahwa pemimpin tersebut adalah pemimpin yang tidak berani mengambil resiko.  Terbiasa cepat dalam pengambilan keputusan memang bukan pekerjaan mudah, butuh rasio yang jernih dan intuisi yang tajam agar bisa menghasilkan keputusan yang tepat.Menarik untuk dikaji bagaimana seorang pemimpin bisa mengambil keputusan dengan baik, dalam pengertian efektif, efisien, meminimalkan resiko,  serta bermanfaat bagi kemajuan organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan. 


1. Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi Olahraga

 Definisi Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan.

 

Definisi pengambilan keputusan menurut beberapa ahli :

George R. Terry

Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternative perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternative yang ada.

 

Sondang P. Siagian

Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternative yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepaat.

 

James A. F. Stoner

Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

 

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah  suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.

 
Dasar Pengambilan Keputusan

Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu :

  1. Intuisi, Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.
  2. Pengalaman, Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.
  3. Fakta, Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
  4. Wewenang, Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
  5. Logika/Rasional, Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semua unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada pengambilan keputusan secara logika terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

    • Kejelasan masalah
    • Orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai
    • Pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya
    • Preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria
    • Hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal.

Tahap Pengambilan Keputusan

Proses Tahan Pengambilan Keputusan

  1. Identifikasi masalah, Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu mengindentifikasikan masalah yang ada di dalam suatu organisasi.
  2. Pengumpulan dan penganalisis data, Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat membantu memecahkan masalah yang ada.
  3. Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan, Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara pemecahannya.
  4. Pemilihan salah satu alternatif terbaik, Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan alternative yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya.
  5. Pelaksanaan keputusan, Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain.
  6. Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan, Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang telah dibuat.

 

Jenis-jenis Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat dikelompokkan berdasarkan prosesnya, berdasarkan jumlah orang yang ikut serta dalam pembuatan keputusan dan berdasarkan jenis problem.

 

Berdasarkan  prosesnya,  pengambilan  keputusan dapat dibagi menjadi dua yaitu :

  1. Pengambilan keputusan emosional adalah pengambilan keputusan berdasarkan emosi. Pengambilan keputusan hanya berdasarkan perasaannya tidak berupaya untuk mencari alternatif-alternatif yang merupakan solusi problem. Solusi hanya muncul dalam emosi pemimpin berdasarkan pengalaman hidupnya. Pengalaman tersebut memberikan kecenderungan untk mengambil solusi yang selama ini telah dianggap baik dalam menyelesaikan problem yang dihadapi.
  2. Pengambilan keputusan rasional adalah keputusan yang berdasarkan informasi yang objektif dan proses logis. Prosesnya konsisten dengan pola terusji, melakukan penilaian dan perhitungan alternatif-alternatif yang bersedia mencapai pilihan maksimal dalam keterbatasan sumber-sumber dalam lingkungan.  Prosesnya adalah sebagai berikut :
  3. Berorientasi pada tujuan organisasi. Pencapaian tujuan organisasi atau tujuan individu, jika pembuatan keputusan menyangkut kehidupan pribadi merupakan dasar utama analisis problem dan analisis alternatif-alternatif.
  4. Kejelasan problem. Problem yang dianalisis dan didefinisikan secara jelas dengan informasi objektif yang dapat dikumpulkan.
  5. Pengambilan keputusan  dengan kreatif dan inovatif. Pengambilan keputusan dengan tidak kreatif mempunyai kecenderungan untuk membuat keputusan secara emosional. Dengan menggunakan kreativitasnya, pengambilan keputusan dapat menemukan alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah, kemudian memilih salah satu alternatif yang bermanfaat bagi pencapaian organisasi. Inovasi memungkinkan pengambilan keputusan melaksanakan keputusan dengan baik.  Pilihan alternatif digunakan dengan menggunakan kriteria dan pembobotan.  Memilih alternatif dengan nilai tertinggi untuk pencapaian tujuan.

Berdasarkan orang yang ikut serta dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini dikelompokkan dalam :

  1. Pengambilan keputusan individual adalah pengambilan keputusan yang dilakukan sendiri oleh pengambilan keputusan tanpa mengikutsertakan orang lain. Keuntungan pengambilan keputusan individual prosesnya cepat, lebih ekonomis dan tepat dalam keadaan krisis. Namun teknik pengalaman keputusan ini dapat menimbulkan konflik ketika keputusan dilaksanakan. Ketika melibatkan orang lain akan mengalami hambatan karena bukan keputusannya.
  2. Pengambilan keputusan kelompok adalah pengambilan keputusan yang dilakukan dalam kelompok. Pengambilan keputusan membuat komisi, satuan tugas, panel penelaah, tim studi, panitia atau tim pakar dan sebagainya untuk melakukan proses pengambilan keputusan.

Gaya Pengambilan keputusan

Dalam membuat keputusan pemimpin/manajer menggunakan gaya pengambilan keputusan. Menurut Robert dan Angelo (2007) gaya pengambilan keputusan merupakan kombinasi mengenai bagaimana individu mempresepsikan dan memahami stimuli dan cara umum dimana ia memilih untuk informasi. Peneliti mengembangkan suatu model gaya pengambilan keputusan dalam dua dimensi :

  1. Orientasi nilai yaitu seberapa tinggi pengambilan keputusan memfokuskan diri pada memerhatikan tugas dan teknik atau memerhatikan orang dan masyarkakat ketika mengambil keputusan.
  2. Toleransi kepada ambiguitas adalah seberapa tinggi kebutuhan untuk struktur atau kontrol dalam hidupnya. Jika kedua dimensi tersebut digabungkan, maka dapat menciptakan empat gaya pengambilan keputusan, antara lain :

    • Gaya membuat keputusan direktif. Orang dengan gaya mengambil keputusan direktif mempunyai toleransi untuk ambiguitas  dan berorientasi memerhatikan ke arah tugas dan teknikal ketika mengambil keputusan.
    • Gaya mengambil keputusan analitikal. Gaya mengambil keputusan ini mempunyai toleransi untuk ambiguitas dan karakteristiknya cenderung untuk terlalu menganalisis interaksi. Orang dengan gaya ini senang untuk mempertimbangkan lebih banyak informasi dan alternatif daripada gaya pengambilan keputusan direktif.
    • Gaya mengambil keputusan konseptual. Orang dengan gaya mengambil keputusan konseptual mempunyai toleransi untuk ambiguitas dan cenderung untuk memfokuskan pada orang atau aspek sosial dari situasi kerja.
    • Gaya mengambil keputusan behavioral. Gaya mengambil keputusan ini paling berorientasi pada orang. Orang yang mempunyai gaya pengambilan keputusan ini dapat bekerja baik dengan orang yang menyenangi interaksi sosial dimana pendapat dikemukakan dan dipertukarkan secara terbuka.
    • Implikasi terhadap penelitian


Pengambilan Keputusan Dalam Berbagai Kondisi

Kondisi-kondisi dalam Pengambilan Keputusan (Decision Making) – Pengambilan Keputusan merupakan suatu fungsi yang sangat penting bagi Manajemen. Keputusan yang diambil pada dasarnya adalah berdasarkan informasi yang diterima oleh pihak manajemen dalam berbagai kondisi dan akan mempengaruhi pihak manajemen dalam mengambil suatu keputusan. Kondisi-kondisi tersebut dapat berupa kondisi pasti (Certainty), kondisi tidak pasti (uncertainty) dan kondisi beresiko (Risk).

 

3 Kondisi dalam Pengambilan Keputusan

Berikut ini beberapa pembahasan singkat mengenai kondisi-kondisi yang mempengaruhi manajemen dalam pengambilan Keputusan.

  1. Kondisi Pasti (Certainty), Yang dimaksud dengan kondisi pasti (Certainty) adalah kondisi dimana pihak manajemen atau manajer memiliki informasi yang cukup untuk mengetahui hasil keputusan sebelum keputusan tersebut dibuat. Manajer mengetahui dengan jelas alternatif yang tersedia serta kondisi dan konsekuensi dari tindakan pengambilan keputusan tersebut. Kemungkinan kesalahan dalam pengambilan keputusan dalam kondisi pasti ini relatif kecil. Teknik-teknik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan pengambilan keputusan dalam kondisi pasti ini diantaranya seperti program linear atau analisis jaringan kerja  yaitu CPM (Critical Path Method)  atau PERT (Project Evaluation and Review Technique).
  2. Kondisi Risiko (Risk), Ketika seorang Manajer tidak memiliki informasi yang lengkap dalam mengambil suatu keputusan maka timbulah risiko (Risk). Manajer yang bersangkutan mungkin memahami permasalahan yang terjadi dan juga memiliki alternatifnya, namun manajer tidak dapat memastikan apakah alternatif-alternatif yang diberikan tersebut dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi sesuai dengan hasil yang diharapkannya.  Dalam situasi risiko ini, manajer harus menentukan probabilitas yang terkait dengan setiap alternatif atas dasar informasi yang tersedia dan juga berdasarkan pengalamannya. Teknik yang sering digunakan untuk pengambilan keputusan dalam kondisi Risiko ini teknik probabilitas seperti model keputusan probabilistik, model inventori probabilistik, model antrian probabilistik.
  3. Kondisi Tidak Pasti (Uncertainty), Dibawah kondisi Tidak Pasti, Keputusan yang diambil penuh dengan ketidakpastian, probabilitas hasil dari pengambilan keputusan tersebut tidak diketahui. Kondisi tidak pasti ini bisa saja timbul dikarenakan minimnya informasi yang diterima. Manajer yang mengambil keputusan dalam kondisi tidak pasti ini harus membuat asumsi tertentu tentang situasi yang dihadapi untuk memberikan kerangka yang wajar untuk pengambilan keputusan. Intuisi, penilaian dan pengalaman Manager tersebut memegang peranan yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan dalam kondisi yang penuh dengan ketidakpastian ini. Teknik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan pengambilan keputusan dalam kondisi tidak pasti ini diantaranya seperti Metode Maximax, Metode Maximin, Metode Regret, Metode Laplace dan Metode Realisme.


Perubahan Dalam Pengambilan Keputusan

Dalam proses berlangsungnya suatu keputusan tentu tidak selamanya berlangsung sesuai dengan rencana yang diharapkan. Secara umum dampak perubahan keputusan tersebut dapat dikeiompokkan menjadi dua kelompok perubahan, yaitu

  1. Incremental Changes, Incremental change merupakan dampak perubahan keputusan yang dapat diperkirakan atau ditaksir berapa persentase perubahan yang akan terjadi ke depannya tentu berdasarkan data-data yang terjadi di masa Ialu (historis).
  2. Turbulence Change, Turbulence change merupakan pengambilan keputusan dalam kondisi perubahan yang sulit untuk diperkirakan. Contohnya bencana alam, perubahan kondisi politik, demonstrasi buruh, dan sebagainya. Walaupun data-data tersebut ada namun kejadian seperti itu belum tentu memiliki kesamaan kondisi dan situasi seperti dulu. Seperti jatuh dan bergantinya presiden di lrak baik sebelum Saddam Hussein maupun pada saat Saddam Hussein ditangkap atau diturunkan posisinya dari Presiden Irak secara paksa oleh tentara Amerika dan sekutunya. Perlu kita pahami bahwa data keputusan yang terlalu Iama sulit untuk dijadikan sebagai data prediksi ke depan, dan jika ke depan terlalu jauh untuk diprediksi maka ketepatan atau tingkat akurat prediksi juga menjadi bagian yang diragukan hasilnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, yaitu :

  1. Internal organisasi seperti ketersediaan dana, SDM, kelengkapan peralatan, teknologi, dan sebagainya. Biasanya faktor ini berada di dalam suatu organisasi itu sendiri untuk terciptanya suatu keputusan dalam organisasi.
  2. Eksternal organisasi seperti keadaan sosial politik, ekonomi, hukum, dan sebagainya. Faktor ini berasal dari luar yang terkait dalam organisasi.
  3. Ketersediaan informasi yang diperlukan. Seberapa banyaknya informasi yang ada atau seberapa lengkap dan akuratnya informasi yang didapatkan untuk menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang tepat.
  4. Kepribadiaan dan kecakapan pengambil keputusan. Dalam faktor ini dibutuhkan kebijaksanaan dan ketegasan dalam mengambil keputusan dengan tidak bersifat merugikan.

 

Faktor lain yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dalam organisasi adalah :

  1. Adanya pengaruh tekanan dari luar, Adanya pengaruh tekanan dari luar merupakan suatu proses yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan, dikarenakan proses cepat atau lambatnya pembuat keputusan tergantung dari banyaknya tekanan diterima. Kadang pembuat keputusan ragu-ragu dalam menentukan, namun adanya pengaruh tekanan dari luar dapat mempercepat keputusan yang diambil. Hal ini dikarenakan tidak adanya ketegasan dari pemimpin organisasi dalam penyelesaian masalah. Sehingga kepribadian yang baik diperlukan untuk menangani suatu tekanan yang datang khususnya dari luar organisasi.
  2. Adanya pengaruh kebiasaan lama atau sifat-sifat pribadi, Faktor sifat yang baik maupun tidak baik yang ada dalam diri seorang pembuat keputusan, merupakan hal yang dapat mempengaruhi keputusannya tersebut . Dalam hal ini seorang pembuat keputusan akan terbiasa dengan sifat pribadinya. Hal ini dapat dilihat dari sisi kepribadian seorang pemimpin, bagaimana dia mengambil sebuah keputusan dalam mengahadapi masalah. Tentunya seorang oemimpin organisasi harus bijaksana dalam bersikap ketika ada masalah dan mengambil keputusan. Akan menjadi baik jika seseorang membuat keputusan dengan melihat situasi sekitar tidak hanya berdasarkan kebijakan pribadi saja supaya dapat menguntungkan pihak-pihak lain.
  3. Pengaruh dari kelompok lain, Kelompok lain juga dapat mempengaruhi suatu keputusan dikarenakan kelompok atau organisasi tersebut mempunyai keputusan yang dapat dipertimbangkan oleh pemimpin organisasi lain dalam menyikapi masalah dan pengaruh kelompok lain ini juga dapat menjatuhkan organisasi serta mementingkan kepentingan kelompok tersebut. Hal ini bahkan dapat menimbulkan suatu perpecahan dalam organisasi diantara para anggotanya. Untuk menghindarinya maka dibutuhkan solidaritas yang kuat antara para anggota serta menanamkan prinsip-prinsip yang dimiliki organisasi dalam setiap pengambilan keputusan.
  4. Faktor pengalaman, Faktor pengalaman seorang pembuat keputusan adalah hal yang sangat penting, karena banyaknya pengalaman orang tersebut maka ia akan berani dalam menentukan keputusan. Hal ini juga berkaitan terhadap keahlian yang dimiliki oleh pemimpin atau anggota karena pengalaman yang pernah dialaminya.  Pengalaman juga dapat dijadikan suatu pelajaran dalam mengambil keputusan yang tepat bagi organisasi.


2. Manfaat Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi Olahraga

Keterlibatan  manajer, official, pelatih dan atlet dalam pengambilan keputusan dalam organisasi  olahraga akan sangat membantu pimpinan organisasi untuk memilah dan mempertimbangkan suatu keputusan. Walaupun pada akhirnya, pimpinan yang memutuskan suatu keputusan. Akan tetapi sebelum keputusan tersebut diambil para anggota organisasi baik itu manajer, official, pelatih dan atlet, akan dapat merumuskan gagasan-gagasan untuk membantu mencapai tujuan organisasi.

 

Menurut Pride dalam buku Business (2014: 179)  Pengambilan keputusan adalah pemilihan satu alternatif dari serangkaian alternatif. Sedangkan Perlibatan manajer, official, pelatih dan atlet  adalah suatu proses mengikutsertakan para manajer, official, pelatih dan atlet pada semua level organisasi olahraga dalam pembuatan keputusan dan pemecahan masalah yang dapat berupa ide, saran kritik dan sebagainya (Fandy Tjiptono 2003;128).

 

Manfaat keterlibatan manajer, official, pelatih dan atlet  dan usur olahraga dalam pengambilan keputusan :

  1. Menumbuhkan inovasi dan kreativitas, Para manajer, official, pelatih, atlet dan unsur olahraga yang diijinkan memberi gagasan akan merasa bahwa dirinya dipercaya dalam organisasi olahraga yang mereka cintai tersebut. Karena dari situ timbul suatu kebanggaan juga aktualisasi diri sebagai orang yang berguna.
  2. Meningkatan tanggung jawab, Ketika para manajer, official, pelatih, atlet dan unsur olahraga diberikan kesempatan untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan akan ada rasa tanggung jawab dan merasa dihargai.
  3. Meningkatkan mutu dan kualitas kerja, Partisipasi manajer, official, pelatih, atlet dan unsur olahraga akan meningkatkan semangat sehingga secara tidak langsung akan menciptakan performa yang baik.
  4. Target akan dicapai tepat waktu, Gagasan dan ide dari para anggota akan ditampung oleh pimpinan organisasi olahraga lalu pimpinan dapat mempertimbangkan dan memutuskan dari pengambilan keputusan sehingga masalah akan cepat terselesaikan juga akan menjadi fokus terhadap target.
  5. Saling mendukung sebagai satu tim kerja, Dengan pimpinan meminta partisipasi para anggotanya untuk memberi gagasan akan membuat hubungan personal yang baik antara pimpinan organisasi olahraga dan anggota (manajer, official, pelatih, atlet dan unsur olahraga). Pengambilan keputusan atas suatu permasalahan akan lebih efektif dan efisien jika melibatkan para manajer, official, pelatih, atlet dan unsur olahraga. Tentunya hal-hal tersebut akan tercapai jika kondisi mental dan emosional manajer, official, pelatih, atlet dan unsur olahraga dikelola dengan baik. 

 

Keterlibatan manajer, official, pelatih, atlet dan unsur olahraga di dalam organisasi olahraga tidak melulu tentang fisik, namun juga melibatkan emosi dan mental. Jika emosi dan mental terkelola dengan baik akan membawa hal positif bagi organisasi olahraga, berbeda jika organisasi olahraga atau pimpinan mengabaikan para manajer, official, pelatih, atletnya akan menimbulkan rasa demotivasi serta turunnya semangat berprestasi dari pada manajer, official, pelatih, atlet. Karena manajer, official, pelatih, atlet dan unsur olahraga merupakan bagian dari elemen pengelolaan  kegiatan organisasi, keberhasilan suatu organisasi olahraga juga ada kontribusi dari pada manajer, official, pelatih, atlet dan unsur olahraga.

 

REFERENSI :

  1. Anonim. (2003). Gerakan Nasional Garuda Emas. Jakarta: KONI Pusat.
  2. Arifin Abdulrachman. (1973). Kerangka Pokok-Pokok Manajemen Umum. Jakarta: PT. Ikhtiar Baru.
  3. Bambang Tri Cahyono.(1995). Pengadaan Sumberdaya Manusia. Jakarta: IWAPI.
  4. Beveridge D. (1989. Tantangan Berprestasi.  Jakarta: Banapura Aksara.
  5. Dirjen Olahraga Depdiknas. (2002). Pedoman Mekanisme Koordinasi Pembinaan Olahraga, Kesegaran Jasmani dan Kelembagaan Olahraga. Jakarta:Ditjen Olahraga.
  6. Dornan J. dan Maxwell J.C. (1998). Strategi Menuju Sukses.  Jakarta: Network Twenty One.
  7. Hesselbein F. Goldsmith M. dan Beckhard R. (1997). The Leader of The Future. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
  8. Imai M,  Gamba Kaizen. (1998). Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah pada Manajemen, Jakarta: Yayasan Toyota.
  9. ISORI. (2003). Menata Ulang Bangunan Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta: PP. ISORI.
  10. James A. Fitzsimmons, Mona J. Fitzsimmons. (1994). Service Management for Competitive Advantage. Singapore: Mc Graw-Hill, Inc.
  11. Kantor Menpora. (1997). Visi 2020 Olahraga Indonesia.  Jakarta: Menpora.\
  12. Komaludin. (1989). Manajemen. Jakarta: Depdikbud-Dirjen Dikti.
  13. KONI. (1999). Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Jakarta:  KONI Pusat
  14. Kotter J.P. (1997). Leading Change.  Jakarta: PT. Sun.
  15. Kouzes J.M., dan Posner B-2. (1997).  Kredibilitas. Jakarta: Profesional Books.
  16. Malayu S.P. Hasibuan. (1999). Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara.
  17. Morrisey G.L.  (2002).  Pemikiran Strategis. Jakarta: Prenhallindo.
  18. Prajudi Atmosudirdjo. (1978). Dasar-Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta: Seri Pustaka Ilmu.
  19. Rusli Luthan. (2003). Olahraga, Kebijakan dan Politik, Jakarta: KONI dan Dirjen Olahraga.
  20. Salusu. (2000). Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta: Grasindo.\
  21. Sondang P. Siagian. (1992). Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
  22. Stoner J.A. (1986). Manajemen. Jakarta: Erlangga.
  23. Sunarto dan Sahedhy Noor R. (2001). Manajemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: BPFE-UST.
  24. Terry G.R. (1986). Principle of Management. Illinois Richard : D. Irwin, Inc. Homewood.
  25. The Liang Gie. (1978). Pengertian, Kedudukan, dan Perincian Ilmu Administrasi. Yogyakarta: Karya Kencana.

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEPEMIMPINAN & PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KEPEMIMPINAN & PENGAMBILAN KEPUTUSAN Oleh : Eko Yulianto, ST, MM, MSD (NIDN 0325077407) A. Pendahuluan Pengelolaan suatu bisnis, baik it...