Senin, 13 September 2021

MANAJEMEN OLAHRAGA - EFEKTIFITAS DALAM ORGANISASI OLAHRAGA

 Efektifitas Dalam Organisasi Olahraga

 




Setiap manusia tentunya pernah mengalami berorganisasi.Tanpa manusia sadari, mereka telah memasuki ruang lingkup dalam berorganisasi. Ciri sederhana yang dapat kita cermati adalah dengan adanya kerja sama antarmanusia dalam mencapai kebutuhan-kebutuhannya. Hal ini merupakan salah satu ciri terciptanya organisasi.Organsasi-organisasi seperti yang dapat dijumpai sekarang ini bukanlah sesuatu yang baru dalam kehidupan manusia.Sebenarnya organisasi sudah ada sejak awal keberadaan manusia, tapi bentuknya masih sangat sederhana.Sejalan dengan perkembangan zaman, semakin maju pula organisasi yang ada salah satunya Efektivitas Organisasi.

 

Mempelajari Efektivitas Organisasi memang tidak begitu mudah, sebab objek studinya tidak tampak. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain atau kerjasama. Dalam suatu kerjasama ddibutuhkan Efektivitas organisasi untuk mencapai tujuan tersebut. Maka disinilah diperlukan Efektivitas Organisasi yang akan dijelaskan dalam makalah ini.

 

A. Pengertian Efektifitas Organisasi

Ahli manajemen mengartikan efektifitas sebagai kemampuan organisasi menghasilkan laba sebesar-besarnya, ahli politik mengartikan sebagai kemampuan organisasi memperoleh posisi yang lebih kuat diantara organisasi-organisasi lain, Sedangkan karyawan mengartikan sebagai kemampuan organisasi memberikan tingkat kesejahteraan setinggi-tingginya kepada anggota dan lain-lain. Menurut Etzioni, efektifitas sebagai kemampuan organisasi dalam mencari sumber dan memanfaatkannya secara efisien dalam mencapai tujuan tertentu.

 

B. Pengukuran efektifitas organisasi

1. Kriteria efektifitas

Kriteria efektifitas dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu :

  • Dari segi lingkup pengukurannya dikenal adanya efektifitas mikro dan makro.
    • Kriteria makro ialah pengukuran efektifitas dari sudut yang luas, contohnya keutungan organisasi atau pencapaian tujuan akhir organisasi.
    • Kriteria mikro ialah pengukuran efektifitas dengan menitikberatkan pada salah satu aspek yang sempit, contohnya penampilan anggota atau tingkat ketidak hadiran karyawan.
  • Dari segi jumlah variable yang digunakan dalam pengukuran dikenal adanya efektifitas modal variable tunggal dan jamak.
    • Pengukuran dengan criteria tunggal ialah cara melihat efektifitas organisasi dengan hanya menggunakan satu variable saja. Banyak pilihan variable yang digunakan dalam teknik ini, contohnya produktifitas diukur dengan data tentang output(produk akhir yang dihasilkan), kepuasan kerja diukur dengan daftar pertanyaan yang diisi oleh para karyawan, keuntungan organisasi dapat dilihat dari data berupa angka-angka yang diperoleh dari bagian pembukuan.
    • Pengukuran dengan criteria jamak adalah cara melihat efektifitas organisasi dengan menggunakan sebuah model yang mencakup beberapa variable, dimana hubungan antara berbagai variable ikut diperhitungkan.
  • Dari segi waktu pengukurannya dikenal adanya efektifitas statis dan dinamis
    • Pengukuran statis adalah melihat efektifitas dorganisasi dengan mendasarkan diri pada aktivitas yang telah dilakukan.
    • Dari karakteristik dinamika organisasi orang berusaha mengukur efektifitas organisasi di waktu yang akan dating.
  • Dari segi tingkat generalisasinya dikenal adanya efektifitas terbatas dan umum.
    • Teknik umum dimana efektifitas diukur dengan criteria yang dapat diterapkan pada semua jenis organisasi.
    • Teknik kedua adalah pengukuran efektifitas yang menggunakan criteria lebih khusus sesuai dengan karakteristik organisasi yang bersangkutan. Gibson dan kawan-kawan mengemukakan 5 aspek yang dapat digunakan sebagai kritera, yaitu :
      • Produksi, Produksi ialah kemampuan organisasi menghasilkan produk (output) yang dibutuhkan oleh lingkungan. Dalam hal ini mencakup jumlah(kuantitas) dan mutu (kualitas)
      • Efisiensi, Efisiensi menunjuk pada pengukuran yang berkenaan dengan penggunaan sumber yang langka oleh organisasi. Efisiensi merupakan perbandingan anatara output dan input. Efisiensi dapat dilihat dari besarnya biaya dan waktu yang diperlukan untuk proses produksi per unit produk, besarnya biaya dan waktu yang diperlukan seiap siswa sampai dengan lulus, dsb.
      • Kepuasan, Kepuasan menunjuk pada keberhasilan organisasi memenuhi kebutuhan yang dirasakan oleh para anggota dan juga kepuasan bagi para pemakai barang dan jasa yang dihasilkan.Kepuasan dapat diukur dari besar kecilnya tingkat kemangkiran, tingkat ketidakhadiran, tingkat keluar masuk organisasi, dan semangat kerja yang ditunjukkan anggota.
      • Kemampuan adaptasi, Kemampuan adaptasi adalah kesanggupan organisasi melakukan perubahan sesuai dengan tuntutan keadaan.Semakin tinggi frekuensi tingkat ketidakpastian situasi yang menuntut tindakan penyesuaian, semakin mudah melihat kemampuan organisasi dalam melakukan adaptasi.
      • Pengembangan organisasi, Pengembangan organisasi adalah criteria efektifitas yang menunjuk kepada kemampuan organisasi untuk memandang jauh kedepan dan melakuakan investasi dalam rangka mempertahankan hidup dan mengembangkan usaha organisasi.Criteria pengembangan lebih menekankan pada upaya organisasi dalam jangka panjang.

 

2. Berbagai pendekatan dalam melihat efektifitas organisasi

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam melihat efektifitas organisasi, yaitu:

a. Pendekatan tujuan

Pendekatan tujuan adalah pendekatan yang paling lazim digunakan unutuk menilai dan melihat efektifitas sebuah organisasi.Hampir senua definisi tentang organisasi yang dapat dijumpai dalam kepustakaan mengemukakan bahwa pembentukan organisasi adalah dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Meskipun pendekatan tujuan merupakan teknik yang sederhana, mudah, dan masuk akal tetapi kenyataannya sering dihadapkan pada berbagai problem, diantaranya :

  • Tujuan sebuah organisasi tidak selamanya menghasilkan sesuatu yang tampak, sehingga mudah diatur.
  • Sebuah organisasi kadang-kadang memiliki tujuan yang berdimensi ganda.
  • Menentukan tujuan khusus sebuah organisasi itu sendiri sering sulit dilakukan.


b. Pendekatan teori system

Teori system memandang organisasi dari dua sudut, yaitu intern dan ekstern.Secara intern organisasi dipandang sebagai kesatuan yang terdiri dari sejumlah bagian.Bagian-bagian tersebut satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi dan bergantung.  Sebagai kelompok kerjasama, mekanisme kerja organisasi mengikuti siklus: input-proses-output. Sedangakan secara ekstern organisasi dipandanag sebagai bagian darai lingkungan, inputnya diambil dari lingkungan, dan outputnya diserap oleh lingkungan. Pendekatan teori system, memandang organisasi dengan dua penekanan, yaitu :

  • Bahwa organisasi mutlak perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan lingkungan.
  • Bahwa secara intern organisasi harus memberikan perhatian cukup pada siklus: input-proses-output.
  • Dengan jalan pikiran seperti itu, maka sebuah organisasi dapat dikatakan efektif apabila memenuhi dua criteria berikut:
  • Mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan lingkungan.
  • Mampu mengelola siklus input-proses-output dengan efisien.

c. Efektifitas organisasi dengan ukuran variable tunggal

Efektifitas organisasi yang paling banyak digunakan ialah dengan model variable tunggal.Efektifitas ini dianggap palig relevan dengan tujuan pengukuran. Tetapi, efektifitas ini memilki tiga kelemahan, yaitu :

  • Sebuah variable tidak akan sanggupmenggambarkan keseluruhan aspek yang menunjukkan tingkat efektifitas sebuah organisasi. Contohnya, variable produktivitas hanya mampu menunjukkan seberapa besar volume produk yang dihasilkan oleh sebuah organisasi pada satu kesatuan waktu tertentu.
  • Beberapa variable yang dijadikan criteria untuk melihat efektifitas sebuah organanisasi sering menggambarkan pertimbangan nilai yang bersifat normative dari pada kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan secara objektif.
  • Penggunaan satu variable saja sebagai criteria untuk menentukan efektifitas tidak memberikan informasi tentang porsi yang sesungguhnya yang diberikan dalam menyumbang efektifitas organisasi.

 

Berbagai criteria Yang digunakan dalam Pengukuran Efektifitas Organisasi

 

No

Jenis Kriteria

Keterangan

1.

Prestasi Umum

Sejauh mana organisasi melakukan seluruh tugas pokok atau mencapai seluruh sasarannya.

2.

Kualitas

Kualitas produk yang dihasilkan organisasi

3.

Produktifitas

Volume produk yang dihasilkan organisasi. Produk dapat diukur menurut tiga tingkatan: individual, kelompok, organisasi

4.

Kesiagaan

Kemampuan menyelesaikan suatu tugas khusus yang mungkin dihadapi organisasi

5.

Efisiensi

Rasio antara input dan output atau biaya dan keuntungan

6.

Laba atau Penghasilan

Keuntungan atas modal yang ditanamkan dalam organisasi dilihat dari pemiliknya atau jumlah keuntungan yang masih tersisa setelah dikurangi semua biaya operasi

7.

Pertumbuhan

Kemampuan organisasi mengembangkan diri. Perbandingan antara keadaan organisasi masa lalu dan sekarang

8.

Pemanfaatan Lingkungan

Keberhasilan organisasi berinteraksi dengan lingkungan dan mendapatkan sumber daya yang langka untuk kepentingan operasi organisasi, terutama untuk tujuan jangka panjang

9.

Stabilitas

Kemampuan organisasi memelihara struktur, fungsi, dan berbagai sumber daya, khususnya pada saat-saat yang sulit.

10.

Tingkat Keluar-masuk Pekerja

Frekuensi keluar masuknya pekerja atas permintaan sendiri.

11.

Kemangkiran

Frekuensi kasus kepergian pekerja meninggalkan pekerjaan sebelum waktunya.

12.

Kecelakaan

Frekuensi terjadinya peristiwa yang merugikan organisasi, baik menyangkut pekerja maupun factor organisasi yang lain.

13.

Semangat Kerja

Gairah yang dimiliki anggota untuk berusaha lebih keras dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

14.

Motivasi

Dorongan yang ada pada anggota untuk melibatkan diri dalam kegiatan yang bertujuan mencapai sasaran organisasi

15.

Kepuasan

Tingat kesenangan yang diperoleh anggota dari keterlibatannya dalam organisasi.

16.

Penerimaan Tujuan Organisasi

Kesediaan individu atau bagian organisasi menerima tujuan organisasi karena percaya bahwa tujuan organisasi adalah benar dan layak dicapai.

17.

Kekompakan

Variabel yang berkutub dua: konflik dan keterpaduan. Kutub keterpaduan diwarnai oleh adanya hubungan yng harmonis antar anggota, komunikasi lancer dan terbuka, koordinasi mudah dan rapi.  Sedangkan konflik diwarnai oleh pertengkaran, komuniksi macet, dan koordinasi buruk.

18.

Keluwesan

Kemampuan organisasi mengubah prosedur standard operasi untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah.

19.

Penilaian Pihak Luar

Reputasi yang diberikan public terhadap organisasi. Publik ialah pihak-pihak yang berkepentingan dengan organisasi, baik secara langsung maupun tidak langsung.

 

d. Efektifitas Organisasi dengan ukuran variable jamak

Karena penggunaan variabel tunggal sebagai kriteria untuk melihat efektivitas organisasi banyak menimbulkan bias, maka orang berusaha menggunakan sejumlah variabel sekaligus untuk mengukur efektivitas sebuah organisasi.

Variabel-variabel itu (berkududukan sebagai variabel bebas) dilihat kaitannya dengan efektivitas (sebagai variabel terikat) dalam sebuah model analisis.

Sebagai contoh, variabel-variabel: produktivitas, kepuasan kerja, dan pertumbuhan, sekaligus digunakan untuk melihat keberhasilan sebuah organisasi. Sudah barang tentu model analisis tersebut tidak harus melibatkan seluruh variabel yang ada. Disamping tidak mungkin mengenali seluruh variabel yang berpengaruh terhadap efektifitas organisasi, penggunaan terlalu banyak variable juga menyulitkan analisis.

 

3. Model – Model Efektifitas

a. Model Tujuan (Goal Model)

Suatu organisasi menurut definisnya diciptakan dan dirancang secara sengaja untuk mencapai satu atau lebih tujuan yang ditentukan. Model tujuan merupakan model yang paling banyak digunakan sebagai kriteria efektifitas. Model tujuan pada dasarnya menyatakan bahwa efektivitas organisasi harus dinilai dalam bentuk pencapaian hasil akhir dan bukan cara atau prosesnya.

Kegunaannya terbatas karena ketergantungannya pada tujuan yang dapat diukur dan terikat pada batas waktu. Karena tidak semua organisasi memiliki tujuan dengan karakteristik-karakteristik tersebut, manager hendakya memilih model ini hanya bila hasih akhir yang menjadi sasaran jelas dan kapan harus terjadi.


b. Model Sumber Daya Sistem (System Resource Model)

Model Sumber Daya Sistem menekankan pandangan tentang organisasi sebagai struktur sosial yang dapat diidentifikasi dan saling ketergantungan antara organisasi dan lingkungannya. Saling ketergantungan mengambil bentuk transaksi dimana sumber daya – sumber daya berharga dan langka dipertaruhkan dalam kondisi persaingan.

Sukses organisasi dalam kompetisi ini  selama suatu periode tertentu dipandang sebagai efektivitas organisasi. Model Sumber daya sistem menekankan akuisisi sumber daya yang dibutuhkan sebagai kriteria penilaian efektivitas.


c. Multiple Constituency models

Model-model multiple constituency mengembangkan kriteria penilaian efektivitas organisasi atas dasar berbagai preferensi stakeholders yang berbeda terhadap kinerja organisasi. Ada 4 model distributif, yaitu:

Model Relativistik, memandang efektivitas bukan sebagai pernyataan tunggal tentang kinerja organisasi, tetapi sebagai seperangkat (atau barangkali banyak) pernyataan, masing-masing mencerminkan kriteria penilaian setiap pihak yang terlibat dengan derajat yang berbeda-beda dalam organisasi.

Perspektif Kekuasaan, mengajukan bahwa organisasi efektive adalah yang dapat memuaskan permintaan para anggota koalisi dominan dan paling kuasa sebagai upaya untuk menjamin dukungan mereka yang berkelanjutan agar kelangsungan organisasi terjamin.

Perspektif Keadilan, organisasi ini disebut efektive bila mampu meminumkan “kekecewaan” anggota terhadap konsekuensi nyata yang mereka alami akibat partisipasi mereka dalam organisasi.

Evolutionary Perspective, memandang penilaian efektivitas organisasional sebagai suatu proses seleksi dalam evolusi masyarakat. Kinerja efektif merupakan cerminan adaptasi organisasi dalam menghadapi berbagai kendala lingkungan.


d. The Competing Values Model

Model ini didasarkan pada anggapan bahwa individu-individu menilai efektivitas organisasional dengan membuat trade offs antar 3 dimensi nilai umum. Ke-3 dimensi nilai tersebut adalah: fokus organisasional (tugas-orang), struktur organisasional (kendali-flexibilitas), dan hubungan prasarana dan hasil akhir organisasional (proses-pengeluaran).

Model Proses Internal

Perspektif proses Internal mendasarkan diri pada kepercayaan bahwa para individu harus memiliki kesempatan untuk mengaktualisasi diri, mempertahankan integritas dan keunikan mereka dalam tatanan organisasional. Oleh karena itu, model didasarkan pada suatu rangkaian prinsip-prinsip normatif yang mengarahkan organisasi seharusnya bergungsi untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia agar dapat mencapai potensi maksimal.


e. Model Legitimasi

Model legitimasi menyatakan bahwa kelangsungan hidup organisasi merupakan tujuan utama. Perspektif ini beranggapan bahwa melakukan kerja yang benar (doing the right things) jauh lebih penting dibanding melakukan kerja secara benar (doing thing right), model legitimasi cocok untuk analisis efektivitas ditingkat makro, yaitu dalam penentuan organisasi mana yang “selamat” menurun atau mati.


f. Model Ketidak-efektivan

Model ketidak-efektifan memusatkan pada faktor-faktor yang menghambat sukses kerja organisasi, bukan faktor-faktor yang menyumbangka pada keberhasilan. Menurut pendekatan ini, efektifitas dipandang sebagai suatu kontinum berkisar dari tidak efektif sampai tingkat efektifitas tinggi.

Model ketidak-efektifan paling cocok bila kriteria efektifitas tidak dapat diidentifikasi atau tidak dapat disetujui bersama, dan bila ada kebutuhan untuk mengembangkan secara sistematik strategi-strategi pengembangan organisasi.

 

4. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas baik yang bersifat intern ataupun ekstern. Faktor-faktor itu meliputi antara lain :

a. Karakteristik Organisasi

Yang dimaksud dengan karakteristik organisasi terutama berkenaan dengan struktur dan teknologi yang digunakan didalamnya. Efektivitas ini dipengaruhi oleh tingkat kompleksitas dan formalitas struktur serta sistem kewenangan dalam pengambilan keputusan (sentralisasi versus desentralisasi).

Namun demikian, secara umum dapat dikemukakan bahwa kondisi yang memberikan peluang lebih besar daripada tercapainya tingkat efektivitas yang tinggi ialah apabila sebuah organisasi menggunakan struktur yang memiliki tingkat kompleksitas rendah, formalitas rendah, dan sistem desentralisasi.


b. Karakteristik Lingkungan

Keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya dipengaruhi oleh kemampuannya berinteraksi dengan lingkungan. Dimensi-dimensi lingkungan yang mempengaruhi efektifitas sebuah organisasi meliputi :

  • Tingkat keterpaduan keadaan lingkungan
  • Ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan
  • Tingkat rasionalitas organisasi

Atas dasar ketepatan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan tersebut diperoleh tingkat efektivitas tertentu bagi organisasi yang bersangkutan. Dengan kata lain, efektivitas sebuah organisasi dipengaruhi oleh tingkat ketepatannya dalam menanggapi lingkungan. Oleh karena itu organisasi (dalam hal ini pimpinan) dituntut untuk melakukan pemantauan terhadap perubahan lingkungan secara terus menerus dan berusaha menanggapinya secara tepat dengan melakukan berbagai penyesuaian, baik menyangkut struktur, teknologi, proses, maupun tingkah laku anggota.


c. Faktor Pekerja

Tingkah laku anggota dapat merupakan hubungan yang sangat berarti bagi pencapaian efektivitas organisasi, tetapi dapat pula merupakan penghambat yang sanggup mengurangai bahkan menggagalkan efektivitas. Masing-masing anggota memiliki karakteristik tertentu yang tidak selalu sama dengan karakteristik anggota lain.

Secara langsung ataupun tidak, setiap anggota tentu berupaya mencapai tujuan pribadinya. Konsekuensinya, tingkah laku yang mereka tunjukkan dapat berbeda-beda satu sama lain.


d. Kebijakan manajemen

Kebijakan  yang ditempuh seorang pimpinan dalam mengelola organisasi berpengaruh langsung terhadap efektivitas organisasi. Secara garis besar segi-segi yang berkaitan dengan kebijakan pimpinan mencangkup penentuan tujuan, pencarian dan pemanfatan sumber daya, penciptaan lingkungan yang merangsang anggota untuk berprestasi, proses komunikasi, pengambilan keputusan, dan kebijakan yang menyangkut kemampuan organisasi dalam merespon lingkungan.

 

C. Fungsi kepemimpinan dan kaitannya dengan efektivitas organisasi

1. Perencanaan

Fungsi perencanaan mencangkup perumusan tujuan yang hendak dicapai dan penentuan cara yang tepat untuk mencapainya.

Tiga macam tujuan berdasarkan operasionalisasi perumusannya, yaitu :

  • Tujuan tingkat pertama, yaitu tujuan yang perumusannya masih bersifat abstrak dan sering disebut misi organisasi (mission)
  • Tujuan tingkat kedua, yaitu tujuan yang perumusannya sudah lebih konkrit atau sering disebut goal
  • Tujuan tingkat ketiga, yaitu tujuan yang dirumuskan secara operasional atau sering disebut objective

Efektivitas organisasi yang berkaitan dengan fungsi perencanaan dapat dilihat dari tingkat kejelasan perumusan masing-masing jenis tujuan, saling keterikatan dan konsistensinya satu sama lain serta tingkat ketepatan cara yang dipilih untuk mencapainya.


2. Pengorganisasian

Fungsi pengorganisasian mencangkup keseluruhan aktivitas yang berkenaan dengan pengelolaan struktur, proses, dan hubungan-hubungan di antara para anggota. Koontz berpendapat bahwa rendahnya efektivitas disebabkan oleh :

  • Kegagalan menyusun rencana dengan tepat
  • Kegagalan dalam menjelaskan hubungan-hubungan di antara para anggota
  • Kegagalan mendelegasikan kewenangan
  • Kegagalan membuat keseimbangan dalam pendelegasian
  • Keracunan antara jalur resmi dan informasi
  • Kewenangan tanpa tanggung jawab
  • Tanggung jawab tanpa kewenangan
  • Kesembronoan dalam penggunaan tenaga staff
  • Kesalahan dalam penggunaan kewenangan fungsional
  • Bawahan terlalu banyak
  • Kesalahan dalam penggunaan unit pelayanan
  • Ada kesan berlebihan pada berbagai aspek

 

Berikut ini beberapa yang perlu dilakukan pimpinan untuk mencapai tujuannya, yaitu :

  • Mengidentifikasi seluruh tugas yang diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
  • Mendeskripsikan isi dan sifat setiap tugas yang ada
  • Menentukan dasar-dasar untuk melakukan pengelompokan kepada seluruh anggota
  • Menyerahkan tugas-tugas yang telah dikelompokkan kepada seluruh anggota
  • Menentukan dasar-dasar pembentukan unit organisasi yang diperlukan
  • Mengelompokkan anggota ke dalam unit-unit yang sudah dibentuk
  • Mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab kepada anggota sesuai dengan fungsi dan peranannya masing-masing dalam organisasi

Efektivitas yang berkenaan dengan fungsi pengorganisasian ditentukan oleh tingkat ketepatan pemilihan struktur, pengaturan hubungan antar anggota, dan pemilihan orang atau karyawan sesuai dengan karakteristik serta jenis tugas yang ditangani.


3. Pengarahan

Pengarahan merupakan fungsi pimpinan yang berkaitan langsung dengan anggota.para aggota perlu digerakkan dan didorong agar bersedia saling bekerjasama guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Setiap anggota memiliki sifat yang khusus dan kebutuhan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan-perbedaan itu menyebabkan perbedaan tingkahlaku yang mereka tunjukkan dalam organisasi.

Efektivitas organisasi yang berkaitan dengan fungsi pengarahan tampak pada tingkat kesungguhan para anggota dalam melaksanakan tugas dan juga pada tingkat kerjasama yang mereka tunjukkan.Semakin positif tingkahlaku anggota berarti semakin berhasil tindakan pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan.


4. Pengawasan

Fungsi pengawasan berkaitan dengan upaya penyusunan antara rencana yang telah disusun dengan pelaksanaan atau hasil yang benar-benar dicapai.Untuk mengetahui apakah hasil yang dicapai sesuai dengan rencana yang telah disusun, diperlukan informasi tentang tingkat pencapaian hasil dan juga patokan (standard) sebagai criteria pembanding.

Efektivitas organisasi yang berkaitan dengan fungsi pengawasan tampak pada tingkat kemampuan pimpinan dalam mengenali terjadinya penyimpangan dan melakukan tindakan perbaikan. Semakin sedikit penyimpangan yang terdeteksi , semakin efektif pelaksanaan fungsi pengawasan.

 

D. Presfektif Efektivitas

Manajer dan lainnya yang tertarik pada bagaimana organisasi dapat efektif dapat memfokuskan pada satu atau seluruh ketiga perspektif. Tingkat yang paling dasar adalah efektivitas individual, yang menekankan pada kinerja tugas dari karyawan tertentu atau anggota organisasi. Tugas yang harus dikerjakan merupakan bagian pekerjaan atau posisi dalam organisasi.

 

Individu jarang bekerja sendiri, dalam bentuk isolasi dari rekan lain dalam organisasi. Biasanya, karyawan bekerja dalam kelompok, sehingga masih diperlukan perspektif lain dari efektivitas yakni efektivitas kelompok.

 

Perspektif yang ketiga adalah efektivitas organisasi. Organisasi terdiri dari individu dan kelompok: karenanya efektivitas organisasi juga terdiri dari efektivitas individu dan kelompok. Tetapi efektivitas organisasi lebih dari sekedar penjumlahan efektivitas individu dan kelompok.

 

E. Tiga Cara Untuk Berfikir Mengenai Efektivitas

1. Pendekatan Tujuan Mencapai Efektivitas

Pendekatan tujuan untuk mendefinisikan dan mengevaluasi efetivitas merupakan pendekatan evaluasi yang tertua dan paling luas digunakan. Menurut pendekatan ini, keberadaan organisasi dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan  tertentu. Menurut praktisi yang berpengaruh dan penulis manajemen dan perilaku manajemen yang sebelumnya menyatakan, “Apa yang kami maksud dengan efektivitas adalah pencapaian sasaran dari upaya bersama.Derajat pencapaian menunjukkan derajat efektivitas.”


2. Pendekatan Teori Sistem Efektivitas

Teori sistem memungkinkan kita menjelaskan perilaku organisasi baik internal maupun eksternal. Proses yang kompleks ini dapat disederhanakan untuk tujuan analitis dengan memanfaatkan konsep dasar teori sistem.

Teori sistem juga dapat menjelaskan menenai perilaku individu dan kelompok.“Masukan” perilaku individu adalah sebab-sebab yang berkembang dari tempat kerja.Contoh sebab dapat berupa pengarahan manajer untuk melakukan suatu tugas tertentu. Masukan (sebab) ini lalu diproses  oleh mental individu dan proses psikologikal untuk menghasilkan suatu hasil tertentu.

Hal yang sama, kita dapat menjelaskan perilaku suatu kelompok dalam lingkup teori sistem. Contohnya, perilaku sekelompok karyawan untuk bersatu dapat dijelaskan dari sisi ketidak-adilan menajerial dalam memberikan tugas (masukan) dan keterpaduan kelompok (proses).


3. Pendekatan Sistem dan Umpan Balik

Dengan istilah yang sederhana, umpan balik ditujukan pada informasi yang mencerminkan hasil dari suatu tindakan atau serangkaian tindakan oleh seorang, kelompok atau organisasi. Kita akan melihat di seluruh tulisan ini bagaimana pentingnya umpan balik dalam memperkuat usaha  belajar, dan mengembangkan kepribadian, perilaku kelompok dan kepemimpinan. Teori sistem menekankan pada pentingnya menanggapi umpan balik informasi.

 

G. Efektivitas, Efesiensi Dan Bahaya

“Pengukuran yang berlebih-lebihan”

Organisasi dibentuk agar dapat menjadi unit social yang paling efektif dan efisien. Efektivitas organisasi diukur dari tingkat sejauh mana ia berhasil mencapai tujuannya. Sedangkan efisiensi organisasi dikaji dari segi jumlah sumber daya yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu unit masukan (unit of output). Biasanya, masukan berkaitan erat, tetapi tidak sama, dengan tujuan organisasi. Misalnya, perusahaan Ford memproduksikan mobil (output) tetapi tujuannya tentu mencari untung. Unit masukan merupakan suatu jumlah tertentu yang dapat diukur tentang apa yang dapat dihasilkan oleh organisasi, dan hal ini dinyatakan dalam bentuk mobil, pasien yang sudah sembuh, atau juga yang tidak dihasilksan. Efisiensi akan semakin meningkat apabila biaya (sumber daya yang digunakan) menurun.

 

Pengukuran terhadap efektivitas dan efisiensi dapat menimbulkan problem yang cukup rumit. Apabila suatu organisasi memiliki tjuan yang terbatas dan konkrit, secara komparatif biasanya efektivitas mudah diukur. Untuk memperjelas permasalahannya disini akan dikemukakan contoh mengenai dua organisasi;

 

Organisasi pertama memiliki tujuan membangun suatu terusan/kanal yang menghubungkan Laut Merah dan Laut Tengah, dan organisasi kedua bermaksud membangun terowongan antara Perancis dan Inggris.

 

Dari contoh tersebut jelas organisasi pertama lebih efektif sedangkan yang kedua tidak. Apabila tujuan organisasi bersifat kontinu, pengukuran efektifitasnya malah akan lebih kompleks. Kalau tujuan suatu korporasi mencari untung dan kemudian mencapai keuntungan sebesar 3% pada tahun pertama, dan 4% pada tahun berikutnya dan kemudian malah tidak memperoleh keuntungan sama sekali pada tahun ke 4, apakah perusahaan itu dapat dikatakatan sebagai perusahaan yang efektif? Dalam hubungan ini untuk dapat mengukur efektifivas hendaknya disusun suatu standar tertentu, misalnya, “Keuntungan dibandingkan dengan keuntungan yang diterima oleh korporasi yang sama dalam jangka waktu yang sama pula”.

 

Akhirnya, organisasi yang masukannya tidak terbentuk material (misalnya, gereja), biasanya pengukuran terhadap efektivitasnya akan sangat sulit.

 

Problem seperti itu akan timbul pula dalam mengukur efisiensi organisasi maupun beberapa konsep lain yang berkaitan dengan itu, misalnya masukan, produktivitas dan biaya. Sampai sejauh ini memang masih terbuka kemungkinan untuk menentukan berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat sebuah mobil didalam suatu pabrik tertentu dibandingkan dengan pabrik yang lain (walaupun dalam masalah ini terdapat juga beberapa problem yang rumit, misalnya dalam mengukur amortisasi peralatan modal dan perubahan moral para pekerja). Tetapi apabila harus dibandingkan efisiensi antara 2 rumah sakit (kadang-kadang diukur dari segi biaya per setiap tempat tidur), atau efisiensi dua sekolah (yang justru jarang sekali diukur secara serius oleh para ahli dibidang organisasi), maka konsepnya akan semakin kabur. Seperti diketahui satu rumah sakit atau gereja akan lebih efisien dibandingkan dengan yang lain apabila dapat menghasilkan produk yang sama dengan biaya yang lebih rendah. Tetapi justru “kesamaan” (sameness) inilah merupakan susuatu yang sulit ditentukan.

 

Distorsi yang disebabkan karena terlalau menekankan kepada pengukuran akan emakin besar apanila masuikan organisasi yang lebih penting dan rill tidak dapat dihitung, dan juga kalau sementara itu beberapa aspek ekstern produk itu – yang secara dangkal berkaitan dengan substansinya – sudap dapat diukur. Pimpinan Sekolah Menengah Atas yang mencoba memberi penilaian terhadap kualitas kurikulumnya dari segi jumlah murid yang berhasil lulus menempuh Regents Examinations (dengan lebih menitik beratkan kepada satu komponen efektivitas) akhirnya mengetahui bahwa para guru kurang menaruh perhatian terhadap masalah pengembangan kepribadian untuk melatih murid-muridnya dalam menghadapi ujian. Apabila seorang pastor terlalu sering diselidiki oleh atasannya untuk mengetahui sudah berapa banyak dana yang telah terkumpul guna membangun katedral baru, akan atau mengenai berapa banyak anak-anak mengikuti pelajaran sekolah minggu didalam jemaatnya, akibatnya pastor itu akan lebih memusatkan kegiatannya untuk mengumpulkan dana dan jumlah murid sekolah minggu; padahal tugas yang utama ialah memberikan pelayanan spritiual kepada anggota jemaat.

 

Opini

Dua konsep efektivitas yang saling bersaing berasal dari 2 teori organisasi. Teori tujuan didasarkan pada pandangan bahwa organisasi bersifat rasional, satu kesatuan yang memiliki misi tertentu, tujuan dan sasaran. Seberapa baik mereka berfungsi (seberapa efektif) dinilai dari seberapa berhasil dalam mencapai tujuan. Teori sistem menganggap organisasi sebagai kesatuan sosial sebagai bagian dari lingkungan yang lebih luas dan apabila ingin terjaga kelangsungan hidupnya, fungsinya harus memenuhi tuntunan lingkungan.

 

Perspektif  multiple constituency atas efektivitas organisasi menjelaskan bahwa keberadaan organisasi harus memenuhi tuntunan beragam individu dan institusi (konstituensi). Masing-masing tentu memiliki harapan dimana organisasi harus memenuhinya melalui kinerja.

 

 

REFERENSI :

  1. Anonim. (2003). Gerakan Nasional Garuda Emas. Jakarta: KONI Pusat.
  2. Arifin Abdulrachman. (1973). Kerangka Pokok-Pokok Manajemen Umum. Jakarta: PT. Ikhtiar Baru.
  3. Bambang Tri Cahyono.(1995). Pengadaan Sumberdaya Manusia. Jakarta: IWAPI.
  4. Beveridge D. (1989. Tantangan Berprestasi.  Jakarta: Banapura Aksara.
  5. Dirjen Olahraga Depdiknas. (2002). Pedoman Mekanisme Koordinasi Pembinaan Olahraga, Kesegaran Jasmani dan Kelembagaan Olahraga. Jakarta:Ditjen Olahraga.
  6. Dornan J. dan Maxwell J.C. (1998). Strategi Menuju Sukses.  Jakarta: Network Twenty One.
  7. Hesselbein F. Goldsmith M. dan Beckhard R. (1997). The Leader of The Future. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
  8. Imai M,  Gamba Kaizen. (1998). Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah pada Manajemen, Jakarta: Yayasan Toyota.
  9. ISORI. (2003). Menata Ulang Bangunan Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta: PP. ISORI.
  10. James A. Fitzsimmons, Mona J. Fitzsimmons. (1994). Service Management for Competitive Advantage. Singapore: Mc Graw-Hill, Inc.
  11. Kantor Menpora. (1997). Visi 2020 Olahraga Indonesia.  Jakarta: Menpora.\
  12. Komaludin. (1989). Manajemen. Jakarta: Depdikbud-Dirjen Dikti.
  13. KONI. (1999). Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Jakarta:  KONI Pusat
  14. Kotter J.P. (1997). Leading Change.  Jakarta: PT. Sun.
  15. Kouzes J.M., dan Posner B-2. (1997).  Kredibilitas. Jakarta: Profesional Books.
  16. Malayu S.P. Hasibuan. (1999). Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara.
  17. Morrisey G.L.  (2002).  Pemikiran Strategis. Jakarta: Prenhallindo.
  18. Prajudi Atmosudirdjo. (1978). Dasar-Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta: Seri Pustaka Ilmu.
  19. Rusli Luthan. (2003). Olahraga, Kebijakan dan Politik, Jakarta: KONI dan Dirjen Olahraga.
  20. Salusu. (2000). Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta: Grasindo.\
  21. Sondang P. Siagian. (1992). Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
  22. Stoner J.A. (1986). Manajemen. Jakarta: Erlangga.
  23. Sunarto dan Sahedhy Noor R. (2001). Manajemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: BPFE-UST.
  24. Terry G.R. (1986). Principle of Management. Illinois Richard : D. Irwin, Inc. Homewood.
  25. The Liang Gie. (1978). Pengertian, Kedudukan, dan Perincian Ilmu Administrasi. Yogyakarta: Karya Kencana.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEPEMIMPINAN & PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KEPEMIMPINAN & PENGAMBILAN KEPUTUSAN Oleh : Eko Yulianto, ST, MM, MSD (NIDN 0325077407) A. Pendahuluan Pengelolaan suatu bisnis, baik it...