Efektifitas Dalam Organisasi Olahraga
Setiap manusia tentunya pernah mengalami
berorganisasi.Tanpa manusia sadari, mereka telah memasuki ruang lingkup dalam
berorganisasi. Ciri sederhana yang dapat kita cermati adalah dengan adanya
kerja sama antarmanusia dalam mencapai kebutuhan-kebutuhannya. Hal ini
merupakan salah satu ciri terciptanya organisasi.Organsasi-organisasi seperti
yang dapat dijumpai sekarang ini bukanlah sesuatu yang baru dalam kehidupan
manusia.Sebenarnya organisasi sudah ada sejak awal keberadaan manusia, tapi
bentuknya masih sangat sederhana.Sejalan dengan perkembangan zaman, semakin
maju pula organisasi yang ada salah satunya Efektivitas Organisasi.
Mempelajari Efektivitas Organisasi memang
tidak begitu mudah, sebab objek studinya tidak tampak. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya memerlukan
bantuan orang lain atau kerjasama. Dalam suatu kerjasama ddibutuhkan Efektivitas
organisasi untuk mencapai tujuan tersebut. Maka disinilah diperlukan Efektivitas Organisasi yang akan dijelaskan
dalam makalah ini.
A. Pengertian Efektifitas Organisasi
Ahli manajemen mengartikan efektifitas sebagai
kemampuan organisasi menghasilkan laba sebesar-besarnya, ahli politik
mengartikan sebagai kemampuan organisasi memperoleh posisi yang lebih kuat
diantara organisasi-organisasi lain, Sedangkan karyawan mengartikan sebagai
kemampuan organisasi memberikan tingkat kesejahteraan setinggi-tingginya kepada
anggota dan lain-lain. Menurut Etzioni, efektifitas sebagai kemampuan
organisasi dalam mencari sumber dan memanfaatkannya secara efisien dalam
mencapai tujuan tertentu.
B. Pengukuran efektifitas organisasi
1. Kriteria efektifitas
Kriteria efektifitas dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu :
- Dari segi lingkup pengukurannya dikenal adanya efektifitas mikro dan makro.
- Kriteria makro ialah pengukuran efektifitas dari sudut yang luas, contohnya keutungan organisasi atau pencapaian tujuan akhir organisasi.
- Kriteria mikro ialah pengukuran efektifitas dengan menitikberatkan pada salah satu aspek yang sempit, contohnya penampilan anggota atau tingkat ketidak hadiran karyawan.
- Dari segi jumlah variable yang digunakan dalam pengukuran dikenal adanya efektifitas modal variable tunggal dan jamak.
- Pengukuran dengan criteria tunggal ialah cara melihat efektifitas organisasi dengan hanya menggunakan satu variable saja. Banyak pilihan variable yang digunakan dalam teknik ini, contohnya produktifitas diukur dengan data tentang output(produk akhir yang dihasilkan), kepuasan kerja diukur dengan daftar pertanyaan yang diisi oleh para karyawan, keuntungan organisasi dapat dilihat dari data berupa angka-angka yang diperoleh dari bagian pembukuan.
- Pengukuran dengan criteria jamak adalah cara melihat efektifitas organisasi dengan menggunakan sebuah model yang mencakup beberapa variable, dimana hubungan antara berbagai variable ikut diperhitungkan.
- Dari segi waktu pengukurannya dikenal adanya efektifitas statis dan dinamis
- Pengukuran statis adalah melihat efektifitas dorganisasi dengan mendasarkan diri pada aktivitas yang telah dilakukan.
- Dari karakteristik dinamika organisasi orang berusaha mengukur efektifitas organisasi di waktu yang akan dating.
- Dari segi tingkat generalisasinya dikenal adanya efektifitas terbatas dan umum.
- Teknik umum dimana efektifitas diukur dengan criteria yang dapat diterapkan pada semua jenis organisasi.
- Teknik kedua adalah pengukuran efektifitas yang menggunakan criteria lebih khusus sesuai dengan karakteristik organisasi yang bersangkutan. Gibson dan kawan-kawan mengemukakan 5 aspek yang dapat digunakan sebagai kritera, yaitu :
- Produksi, Produksi ialah kemampuan organisasi menghasilkan produk (output) yang dibutuhkan oleh lingkungan. Dalam hal ini mencakup jumlah(kuantitas) dan mutu (kualitas)
- Efisiensi, Efisiensi menunjuk pada pengukuran yang berkenaan dengan penggunaan sumber yang langka oleh organisasi. Efisiensi merupakan perbandingan anatara output dan input. Efisiensi dapat dilihat dari besarnya biaya dan waktu yang diperlukan untuk proses produksi per unit produk, besarnya biaya dan waktu yang diperlukan seiap siswa sampai dengan lulus, dsb.
- Kepuasan, Kepuasan menunjuk pada keberhasilan organisasi memenuhi kebutuhan yang dirasakan oleh para anggota dan juga kepuasan bagi para pemakai barang dan jasa yang dihasilkan.Kepuasan dapat diukur dari besar kecilnya tingkat kemangkiran, tingkat ketidakhadiran, tingkat keluar masuk organisasi, dan semangat kerja yang ditunjukkan anggota.
- Kemampuan adaptasi, Kemampuan adaptasi adalah kesanggupan organisasi melakukan perubahan sesuai dengan tuntutan keadaan.Semakin tinggi frekuensi tingkat ketidakpastian situasi yang menuntut tindakan penyesuaian, semakin mudah melihat kemampuan organisasi dalam melakukan adaptasi.
- Pengembangan organisasi, Pengembangan organisasi adalah criteria efektifitas yang menunjuk kepada kemampuan organisasi untuk memandang jauh kedepan dan melakuakan investasi dalam rangka mempertahankan hidup dan mengembangkan usaha organisasi.Criteria pengembangan lebih menekankan pada upaya organisasi dalam jangka panjang.
2. Berbagai pendekatan
dalam melihat efektifitas organisasi
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam
melihat efektifitas organisasi, yaitu:
a. Pendekatan
tujuan
Pendekatan tujuan adalah pendekatan yang
paling lazim digunakan unutuk menilai dan melihat efektifitas sebuah
organisasi.Hampir senua definisi tentang organisasi yang dapat dijumpai dalam
kepustakaan mengemukakan bahwa pembentukan organisasi adalah dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Meskipun pendekatan tujuan merupakan teknik yang
sederhana, mudah, dan masuk akal tetapi kenyataannya sering dihadapkan pada
berbagai problem, diantaranya :
- Tujuan sebuah organisasi tidak selamanya menghasilkan sesuatu yang tampak, sehingga mudah diatur.
- Sebuah organisasi kadang-kadang memiliki tujuan yang berdimensi ganda.
- Menentukan tujuan khusus sebuah organisasi itu sendiri sering sulit dilakukan.
b. Pendekatan
teori system
Teori system memandang organisasi dari dua
sudut, yaitu intern dan ekstern.Secara intern organisasi dipandang sebagai
kesatuan yang terdiri dari sejumlah bagian.Bagian-bagian tersebut satu dengan
yang lainnya saling mempengaruhi dan bergantung. Sebagai kelompok
kerjasama, mekanisme kerja organisasi mengikuti siklus: input-proses-output.
Sedangakan secara ekstern organisasi dipandanag sebagai bagian darai
lingkungan, inputnya diambil dari lingkungan, dan outputnya diserap oleh
lingkungan. Pendekatan teori system, memandang organisasi dengan dua penekanan,
yaitu :
- Bahwa organisasi mutlak perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan lingkungan.
- Bahwa secara intern organisasi harus memberikan perhatian cukup pada siklus: input-proses-output.
- Dengan jalan pikiran seperti itu, maka sebuah organisasi dapat dikatakan efektif apabila memenuhi dua criteria berikut:
- Mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan lingkungan.
- Mampu mengelola siklus input-proses-output dengan efisien.
c. Efektifitas
organisasi dengan ukuran variable tunggal
Efektifitas organisasi yang paling banyak
digunakan ialah dengan model variable tunggal.Efektifitas ini dianggap palig
relevan dengan tujuan pengukuran. Tetapi, efektifitas ini memilki tiga
kelemahan, yaitu :
- Sebuah variable tidak akan sanggupmenggambarkan keseluruhan aspek yang menunjukkan tingkat efektifitas sebuah organisasi. Contohnya, variable produktivitas hanya mampu menunjukkan seberapa besar volume produk yang dihasilkan oleh sebuah organisasi pada satu kesatuan waktu tertentu.
- Beberapa variable yang dijadikan criteria untuk melihat efektifitas sebuah organanisasi sering menggambarkan pertimbangan nilai yang bersifat normative dari pada kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan secara objektif.
- Penggunaan satu variable saja sebagai criteria untuk menentukan efektifitas tidak memberikan informasi tentang porsi yang sesungguhnya yang diberikan dalam menyumbang efektifitas organisasi.
Berbagai criteria Yang digunakan dalam
Pengukuran Efektifitas Organisasi
No |
Jenis Kriteria |
Keterangan |
1. |
Prestasi
Umum |
Sejauh mana organisasi melakukan seluruh
tugas pokok atau mencapai seluruh sasarannya. |
2. |
Kualitas |
Kualitas produk yang dihasilkan organisasi |
3. |
Produktifitas |
Volume produk yang dihasilkan organisasi.
Produk dapat diukur menurut tiga tingkatan: individual, kelompok, organisasi |
4. |
Kesiagaan |
Kemampuan menyelesaikan suatu tugas khusus
yang mungkin dihadapi organisasi |
5. |
Efisiensi |
Rasio antara input dan output atau biaya dan
keuntungan |
6. |
Laba
atau Penghasilan |
Keuntungan atas modal yang ditanamkan dalam
organisasi dilihat dari pemiliknya atau jumlah keuntungan yang masih tersisa
setelah dikurangi semua biaya operasi |
7. |
Pertumbuhan |
Kemampuan organisasi mengembangkan diri.
Perbandingan antara keadaan organisasi masa lalu dan sekarang |
8. |
Pemanfaatan
Lingkungan |
Keberhasilan organisasi berinteraksi dengan
lingkungan dan mendapatkan sumber daya yang langka untuk kepentingan operasi
organisasi, terutama untuk tujuan jangka panjang |
9. |
Stabilitas |
Kemampuan organisasi memelihara struktur,
fungsi, dan berbagai sumber daya, khususnya pada saat-saat yang sulit. |
10. |
Tingkat
Keluar-masuk Pekerja |
Frekuensi keluar masuknya pekerja atas
permintaan sendiri. |
11. |
Kemangkiran |
Frekuensi kasus kepergian pekerja
meninggalkan pekerjaan sebelum waktunya. |
12. |
Kecelakaan |
Frekuensi terjadinya peristiwa yang
merugikan organisasi, baik menyangkut pekerja maupun factor organisasi yang
lain. |
13. |
Semangat
Kerja |
Gairah yang dimiliki anggota untuk berusaha
lebih keras dalam rangka mencapai tujuan organisasi. |
14. |
Motivasi |
Dorongan yang ada pada anggota untuk
melibatkan diri dalam kegiatan yang bertujuan mencapai sasaran organisasi |
15. |
Kepuasan |
Tingat kesenangan yang diperoleh anggota
dari keterlibatannya dalam organisasi. |
16. |
Penerimaan
Tujuan Organisasi |
Kesediaan individu atau bagian organisasi
menerima tujuan organisasi karena percaya bahwa tujuan organisasi adalah
benar dan layak dicapai. |
17. |
Kekompakan |
Variabel yang berkutub dua: konflik dan
keterpaduan. Kutub keterpaduan diwarnai oleh adanya hubungan yng harmonis
antar anggota, komunikasi lancer dan terbuka, koordinasi mudah dan
rapi. Sedangkan konflik diwarnai oleh pertengkaran, komuniksi
macet, dan koordinasi buruk. |
18. |
Keluwesan |
Kemampuan organisasi mengubah prosedur standard
operasi untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah. |
19. |
Penilaian
Pihak Luar |
Reputasi yang diberikan public terhadap
organisasi. Publik ialah pihak-pihak yang berkepentingan dengan organisasi,
baik secara langsung maupun tidak langsung. |
d. Efektifitas Organisasi dengan ukuran variable jamak
Karena penggunaan
variabel tunggal sebagai kriteria untuk melihat efektivitas organisasi banyak
menimbulkan bias, maka orang berusaha menggunakan sejumlah variabel sekaligus
untuk mengukur efektivitas sebuah organisasi.
Variabel-variabel
itu (berkududukan sebagai variabel bebas) dilihat kaitannya dengan efektivitas
(sebagai variabel terikat) dalam sebuah model analisis.
Sebagai contoh,
variabel-variabel: produktivitas, kepuasan kerja, dan pertumbuhan, sekaligus
digunakan untuk melihat keberhasilan sebuah organisasi. Sudah barang tentu
model analisis tersebut tidak harus melibatkan seluruh variabel yang ada.
Disamping tidak mungkin mengenali seluruh variabel yang berpengaruh terhadap
efektifitas organisasi, penggunaan terlalu banyak variable juga menyulitkan
analisis.
3. Model – Model
Efektifitas
a. Model Tujuan (Goal Model)
Suatu organisasi
menurut definisnya diciptakan dan dirancang secara sengaja untuk mencapai satu
atau lebih tujuan yang ditentukan. Model tujuan merupakan model yang paling
banyak digunakan sebagai kriteria efektifitas. Model tujuan pada dasarnya
menyatakan bahwa efektivitas organisasi harus dinilai dalam bentuk pencapaian
hasil akhir dan bukan cara atau prosesnya.
Kegunaannya
terbatas karena ketergantungannya pada tujuan yang dapat diukur dan terikat
pada batas waktu. Karena tidak semua organisasi memiliki tujuan dengan
karakteristik-karakteristik tersebut, manager hendakya memilih model ini hanya
bila hasih akhir yang menjadi sasaran jelas dan kapan harus terjadi.
b. Model Sumber Daya Sistem (System Resource Model)
Model Sumber Daya
Sistem menekankan pandangan tentang organisasi sebagai struktur sosial yang
dapat diidentifikasi dan saling ketergantungan antara organisasi dan lingkungannya.
Saling ketergantungan mengambil bentuk transaksi dimana sumber daya – sumber
daya berharga dan langka dipertaruhkan dalam kondisi persaingan.
Sukses organisasi
dalam kompetisi ini selama suatu periode tertentu dipandang sebagai
efektivitas organisasi. Model Sumber daya sistem menekankan akuisisi sumber
daya yang dibutuhkan sebagai kriteria penilaian efektivitas.
c. Multiple Constituency models
Model-model
multiple constituency mengembangkan kriteria penilaian efektivitas organisasi
atas dasar berbagai preferensi stakeholders yang berbeda terhadap kinerja
organisasi. Ada 4 model distributif, yaitu:
Model
Relativistik, memandang efektivitas bukan sebagai pernyataan tunggal tentang
kinerja organisasi, tetapi sebagai seperangkat (atau barangkali banyak)
pernyataan, masing-masing mencerminkan kriteria penilaian setiap pihak yang
terlibat dengan derajat yang berbeda-beda dalam organisasi.
Perspektif
Kekuasaan, mengajukan bahwa organisasi efektive adalah yang dapat memuaskan
permintaan para anggota koalisi dominan dan paling kuasa sebagai upaya untuk
menjamin dukungan mereka yang berkelanjutan agar kelangsungan organisasi
terjamin.
Perspektif
Keadilan, organisasi ini disebut efektive bila mampu meminumkan “kekecewaan”
anggota terhadap konsekuensi nyata yang mereka alami akibat partisipasi mereka
dalam organisasi.
Evolutionary
Perspective, memandang penilaian efektivitas organisasional sebagai suatu
proses seleksi dalam evolusi masyarakat. Kinerja efektif merupakan cerminan
adaptasi organisasi dalam menghadapi berbagai kendala lingkungan.
d. The Competing Values Model
Model ini
didasarkan pada anggapan bahwa individu-individu menilai efektivitas
organisasional dengan membuat trade offs antar 3 dimensi nilai umum. Ke-3
dimensi nilai tersebut adalah: fokus organisasional (tugas-orang), struktur
organisasional (kendali-flexibilitas), dan hubungan prasarana dan hasil akhir
organisasional (proses-pengeluaran).
Model Proses Internal
Perspektif proses
Internal mendasarkan diri pada kepercayaan bahwa para individu harus memiliki
kesempatan untuk mengaktualisasi diri, mempertahankan integritas dan keunikan
mereka dalam tatanan organisasional. Oleh karena itu, model didasarkan pada
suatu rangkaian prinsip-prinsip normatif yang mengarahkan organisasi seharusnya
bergungsi untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia agar dapat
mencapai potensi maksimal.
e. Model Legitimasi
Model legitimasi
menyatakan bahwa kelangsungan hidup organisasi merupakan tujuan utama.
Perspektif ini beranggapan bahwa melakukan kerja yang benar (doing the right
things) jauh lebih penting dibanding melakukan kerja secara benar (doing thing
right), model legitimasi cocok untuk analisis efektivitas ditingkat makro,
yaitu dalam penentuan organisasi mana yang “selamat” menurun atau mati.
f. Model Ketidak-efektivan
Model
ketidak-efektifan memusatkan pada faktor-faktor yang menghambat sukses kerja
organisasi, bukan faktor-faktor yang menyumbangka pada keberhasilan. Menurut
pendekatan ini, efektifitas dipandang sebagai suatu kontinum berkisar dari
tidak efektif sampai tingkat efektifitas tinggi.
Model
ketidak-efektifan paling cocok bila kriteria efektifitas tidak dapat
diidentifikasi atau tidak dapat disetujui bersama, dan bila ada kebutuhan untuk
mengembangkan secara sistematik strategi-strategi pengembangan organisasi.
4. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas
Berikut ini
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas baik yang bersifat intern
ataupun ekstern. Faktor-faktor itu meliputi antara lain
:
a. Karakteristik Organisasi
Yang dimaksud
dengan karakteristik organisasi terutama berkenaan dengan struktur dan
teknologi yang digunakan didalamnya. Efektivitas ini dipengaruhi oleh tingkat
kompleksitas dan formalitas struktur serta sistem kewenangan dalam pengambilan
keputusan (sentralisasi versus desentralisasi).
Namun demikian,
secara umum dapat dikemukakan bahwa kondisi yang memberikan peluang lebih besar
daripada tercapainya tingkat efektivitas yang tinggi ialah apabila sebuah
organisasi menggunakan struktur yang memiliki tingkat kompleksitas rendah,
formalitas rendah, dan sistem desentralisasi.
b. Karakteristik Lingkungan
Keberhasilan
sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya dipengaruhi oleh kemampuannya
berinteraksi dengan lingkungan. Dimensi-dimensi lingkungan yang mempengaruhi
efektifitas sebuah organisasi meliputi :
- Tingkat keterpaduan keadaan lingkungan
- Ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan
- Tingkat rasionalitas organisasi
Atas dasar
ketepatan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan tersebut diperoleh tingkat
efektivitas tertentu bagi organisasi yang bersangkutan. Dengan kata lain,
efektivitas sebuah organisasi dipengaruhi oleh tingkat ketepatannya dalam
menanggapi lingkungan. Oleh karena itu organisasi (dalam hal ini pimpinan)
dituntut untuk melakukan pemantauan terhadap perubahan lingkungan secara terus
menerus dan berusaha menanggapinya secara tepat dengan melakukan berbagai
penyesuaian, baik menyangkut struktur, teknologi, proses, maupun tingkah laku
anggota.
c. Faktor Pekerja
Tingkah laku
anggota dapat merupakan hubungan yang sangat berarti bagi pencapaian
efektivitas organisasi, tetapi dapat pula merupakan penghambat yang sanggup
mengurangai bahkan menggagalkan efektivitas. Masing-masing anggota memiliki
karakteristik tertentu yang tidak selalu sama dengan karakteristik anggota
lain.
Secara langsung
ataupun tidak, setiap anggota tentu berupaya mencapai tujuan pribadinya.
Konsekuensinya, tingkah laku yang mereka tunjukkan dapat berbeda-beda satu sama
lain.
d. Kebijakan
manajemen
Kebijakan yang ditempuh seorang
pimpinan dalam mengelola organisasi berpengaruh langsung terhadap efektivitas
organisasi. Secara garis besar segi-segi yang berkaitan dengan kebijakan
pimpinan mencangkup penentuan tujuan, pencarian dan pemanfatan sumber daya,
penciptaan lingkungan yang merangsang anggota untuk berprestasi, proses
komunikasi, pengambilan keputusan, dan kebijakan yang menyangkut kemampuan
organisasi dalam merespon lingkungan.
C. Fungsi kepemimpinan dan kaitannya dengan efektivitas
organisasi
1. Perencanaan
Fungsi perencanaan mencangkup perumusan tujuan
yang hendak dicapai dan penentuan cara yang tepat untuk mencapainya.
Tiga macam tujuan berdasarkan operasionalisasi
perumusannya, yaitu :
- Tujuan tingkat pertama, yaitu tujuan yang perumusannya masih bersifat abstrak dan sering disebut misi organisasi (mission)
- Tujuan tingkat kedua, yaitu tujuan yang perumusannya sudah lebih konkrit atau sering disebut goal
- Tujuan tingkat ketiga, yaitu tujuan yang dirumuskan secara operasional atau sering disebut objective
Efektivitas organisasi yang berkaitan dengan
fungsi perencanaan dapat dilihat dari tingkat kejelasan perumusan masing-masing
jenis tujuan, saling keterikatan dan konsistensinya satu sama lain serta
tingkat ketepatan cara yang dipilih untuk mencapainya.
2. Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian mencangkup keseluruhan
aktivitas yang berkenaan dengan pengelolaan struktur, proses, dan
hubungan-hubungan di antara para anggota. Koontz berpendapat bahwa rendahnya
efektivitas disebabkan oleh :
- Kegagalan menyusun rencana dengan tepat
- Kegagalan dalam menjelaskan hubungan-hubungan di antara para anggota
- Kegagalan mendelegasikan kewenangan
- Kegagalan membuat keseimbangan dalam pendelegasian
- Keracunan antara jalur resmi dan informasi
- Kewenangan tanpa tanggung jawab
- Tanggung jawab tanpa kewenangan
- Kesembronoan dalam penggunaan tenaga staff
- Kesalahan dalam penggunaan kewenangan fungsional
- Bawahan terlalu banyak
- Kesalahan dalam penggunaan unit pelayanan
- Ada kesan berlebihan pada berbagai aspek
Berikut ini beberapa yang perlu dilakukan
pimpinan untuk mencapai tujuannya, yaitu :
- Mengidentifikasi seluruh tugas yang diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
- Mendeskripsikan isi dan sifat setiap tugas yang ada
- Menentukan dasar-dasar untuk melakukan pengelompokan kepada seluruh anggota
- Menyerahkan tugas-tugas yang telah dikelompokkan kepada seluruh anggota
- Menentukan dasar-dasar pembentukan unit organisasi yang diperlukan
- Mengelompokkan anggota ke dalam unit-unit yang sudah dibentuk
- Mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab kepada anggota sesuai dengan fungsi dan peranannya masing-masing dalam organisasi
Efektivitas yang berkenaan dengan fungsi
pengorganisasian ditentukan oleh tingkat ketepatan pemilihan struktur,
pengaturan hubungan antar anggota, dan pemilihan orang atau karyawan sesuai
dengan karakteristik serta jenis tugas yang ditangani.
3. Pengarahan
Pengarahan merupakan fungsi pimpinan yang
berkaitan langsung dengan anggota.para aggota perlu digerakkan dan didorong
agar bersedia saling bekerjasama guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Setiap anggota memiliki sifat yang khusus dan
kebutuhan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan-perbedaan itu menyebabkan
perbedaan tingkahlaku yang mereka tunjukkan dalam organisasi.
Efektivitas organisasi yang berkaitan dengan
fungsi pengarahan tampak pada tingkat kesungguhan para anggota dalam
melaksanakan tugas dan juga pada tingkat kerjasama yang mereka
tunjukkan.Semakin positif tingkahlaku anggota berarti semakin berhasil tindakan
pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan.
4. Pengawasan
Fungsi pengawasan berkaitan dengan upaya
penyusunan antara rencana yang telah disusun dengan pelaksanaan atau hasil yang
benar-benar dicapai.Untuk mengetahui apakah hasil yang dicapai sesuai dengan
rencana yang telah disusun, diperlukan informasi tentang tingkat pencapaian
hasil dan juga patokan (standard) sebagai criteria pembanding.
Efektivitas organisasi yang berkaitan dengan
fungsi pengawasan tampak pada tingkat kemampuan pimpinan dalam mengenali
terjadinya penyimpangan dan melakukan tindakan perbaikan. Semakin sedikit
penyimpangan yang terdeteksi , semakin efektif pelaksanaan fungsi pengawasan.
D. Presfektif Efektivitas
Manajer dan lainnya yang tertarik pada
bagaimana organisasi dapat efektif dapat memfokuskan pada satu atau seluruh
ketiga perspektif. Tingkat yang paling dasar adalah efektivitas individual,
yang menekankan pada kinerja tugas dari karyawan tertentu atau anggota
organisasi. Tugas yang harus dikerjakan merupakan bagian pekerjaan atau posisi
dalam organisasi.
Individu jarang bekerja sendiri, dalam bentuk
isolasi dari rekan lain dalam organisasi. Biasanya, karyawan bekerja dalam
kelompok, sehingga masih diperlukan perspektif lain dari efektivitas yakni
efektivitas kelompok.
Perspektif yang ketiga adalah efektivitas
organisasi. Organisasi terdiri dari individu dan kelompok: karenanya
efektivitas organisasi juga terdiri dari efektivitas individu dan kelompok.
Tetapi efektivitas organisasi lebih dari sekedar penjumlahan efektivitas
individu dan kelompok.
E. Tiga Cara Untuk
Berfikir Mengenai Efektivitas
1. Pendekatan
Tujuan Mencapai Efektivitas
Pendekatan tujuan untuk mendefinisikan dan
mengevaluasi efetivitas merupakan pendekatan evaluasi yang tertua dan paling
luas digunakan. Menurut pendekatan ini, keberadaan organisasi dimaksudkan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut praktisi yang berpengaruh
dan penulis manajemen dan perilaku manajemen yang sebelumnya menyatakan, “Apa
yang kami maksud dengan efektivitas adalah pencapaian sasaran dari upaya
bersama.Derajat pencapaian menunjukkan derajat efektivitas.”
2. Pendekatan
Teori Sistem Efektivitas
Teori sistem memungkinkan kita menjelaskan
perilaku organisasi baik internal maupun eksternal. Proses yang kompleks ini
dapat disederhanakan untuk tujuan analitis dengan memanfaatkan konsep dasar
teori sistem.
Teori sistem juga dapat menjelaskan menenai
perilaku individu dan kelompok.“Masukan” perilaku individu adalah sebab-sebab
yang berkembang dari tempat kerja.Contoh sebab dapat berupa pengarahan manajer
untuk melakukan suatu tugas tertentu. Masukan (sebab) ini lalu
diproses oleh mental individu dan proses psikologikal untuk
menghasilkan suatu hasil tertentu.
Hal yang sama, kita dapat menjelaskan perilaku
suatu kelompok dalam lingkup teori sistem. Contohnya, perilaku sekelompok karyawan
untuk bersatu dapat dijelaskan dari sisi ketidak-adilan menajerial dalam
memberikan tugas (masukan) dan keterpaduan kelompok (proses).
3. Pendekatan
Sistem dan Umpan Balik
Dengan istilah yang sederhana, umpan balik
ditujukan pada informasi yang mencerminkan hasil dari suatu tindakan atau
serangkaian tindakan oleh seorang, kelompok atau organisasi. Kita akan melihat
di seluruh tulisan ini bagaimana pentingnya umpan balik dalam memperkuat
usaha belajar, dan mengembangkan kepribadian, perilaku kelompok dan
kepemimpinan. Teori sistem menekankan pada pentingnya menanggapi umpan balik
informasi.
G. Efektivitas, Efesiensi
Dan Bahaya
“Pengukuran
yang berlebih-lebihan”
Organisasi dibentuk agar dapat menjadi unit
social yang paling efektif dan efisien. Efektivitas organisasi diukur dari
tingkat sejauh mana ia berhasil mencapai tujuannya. Sedangkan efisiensi
organisasi dikaji dari segi jumlah sumber daya yang dipergunakan untuk
menghasilkan suatu unit masukan (unit of output). Biasanya, masukan berkaitan
erat, tetapi tidak sama, dengan tujuan organisasi. Misalnya, perusahaan Ford
memproduksikan mobil (output) tetapi tujuannya tentu mencari untung. Unit
masukan merupakan suatu jumlah tertentu yang dapat diukur tentang apa yang
dapat dihasilkan oleh organisasi, dan hal ini dinyatakan dalam bentuk mobil,
pasien yang sudah sembuh, atau juga yang tidak dihasilksan. Efisiensi akan
semakin meningkat apabila biaya (sumber daya yang digunakan) menurun.
Pengukuran terhadap efektivitas dan efisiensi
dapat menimbulkan problem yang cukup rumit. Apabila suatu organisasi memiliki
tjuan yang terbatas dan konkrit, secara komparatif biasanya efektivitas mudah
diukur. Untuk memperjelas permasalahannya disini akan dikemukakan contoh
mengenai dua organisasi;
Organisasi pertama memiliki tujuan membangun
suatu terusan/kanal yang menghubungkan Laut Merah dan Laut Tengah, dan
organisasi kedua bermaksud membangun terowongan antara Perancis dan Inggris.
Dari contoh tersebut jelas organisasi pertama
lebih efektif sedangkan yang kedua tidak. Apabila tujuan organisasi bersifat
kontinu, pengukuran efektifitasnya malah akan lebih kompleks. Kalau tujuan
suatu korporasi mencari untung dan kemudian mencapai keuntungan sebesar 3% pada
tahun pertama, dan 4% pada tahun berikutnya dan kemudian malah tidak memperoleh
keuntungan sama sekali pada tahun ke 4, apakah perusahaan itu dapat dikatakatan
sebagai perusahaan yang efektif? Dalam hubungan ini untuk dapat mengukur
efektifivas hendaknya disusun suatu standar tertentu, misalnya, “Keuntungan
dibandingkan dengan keuntungan yang diterima oleh korporasi yang sama dalam
jangka waktu yang sama pula”.
Akhirnya, organisasi yang masukannya tidak
terbentuk material (misalnya, gereja), biasanya pengukuran terhadap
efektivitasnya akan sangat sulit.
Problem seperti itu akan timbul pula dalam
mengukur efisiensi organisasi maupun beberapa konsep lain yang berkaitan dengan
itu, misalnya masukan, produktivitas dan biaya. Sampai sejauh ini memang masih
terbuka kemungkinan untuk menentukan berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan
untuk membuat sebuah mobil didalam suatu pabrik tertentu dibandingkan dengan
pabrik yang lain (walaupun dalam masalah ini terdapat juga beberapa problem
yang rumit, misalnya dalam mengukur amortisasi peralatan modal dan perubahan moral
para pekerja). Tetapi apabila harus dibandingkan efisiensi antara 2 rumah sakit
(kadang-kadang diukur dari segi biaya per setiap tempat tidur), atau efisiensi
dua sekolah (yang justru jarang sekali diukur secara serius oleh para ahli
dibidang organisasi), maka konsepnya akan semakin kabur. Seperti diketahui satu
rumah sakit atau gereja akan lebih efisien dibandingkan dengan yang lain
apabila dapat menghasilkan produk yang sama dengan biaya yang lebih rendah.
Tetapi justru “kesamaan” (sameness) inilah merupakan susuatu yang sulit
ditentukan.
Distorsi yang disebabkan karena terlalau
menekankan kepada pengukuran akan emakin besar apanila masuikan organisasi yang
lebih penting dan rill tidak dapat dihitung, dan juga kalau sementara itu
beberapa aspek ekstern produk itu – yang secara dangkal berkaitan dengan
substansinya – sudap dapat diukur. Pimpinan Sekolah Menengah Atas yang mencoba
memberi penilaian terhadap kualitas kurikulumnya dari segi jumlah murid yang
berhasil lulus menempuh Regents Examinations (dengan lebih menitik beratkan
kepada satu komponen efektivitas) akhirnya mengetahui bahwa para guru kurang
menaruh perhatian terhadap masalah pengembangan kepribadian untuk melatih
murid-muridnya dalam menghadapi ujian. Apabila seorang pastor terlalu sering
diselidiki oleh atasannya untuk mengetahui sudah berapa banyak dana yang telah
terkumpul guna membangun katedral baru, akan atau mengenai berapa banyak
anak-anak mengikuti pelajaran sekolah minggu didalam jemaatnya, akibatnya
pastor itu akan lebih memusatkan kegiatannya untuk mengumpulkan dana dan jumlah
murid sekolah minggu; padahal tugas yang utama ialah memberikan pelayanan
spritiual kepada anggota jemaat.
Opini
Dua konsep
efektivitas yang saling bersaing berasal dari 2 teori organisasi. Teori tujuan
didasarkan pada pandangan bahwa organisasi bersifat rasional, satu kesatuan
yang memiliki misi tertentu, tujuan dan sasaran. Seberapa baik mereka berfungsi
(seberapa efektif) dinilai dari seberapa berhasil dalam mencapai tujuan. Teori
sistem menganggap organisasi sebagai kesatuan sosial sebagai bagian dari
lingkungan yang lebih luas dan apabila ingin terjaga kelangsungan hidupnya,
fungsinya harus memenuhi tuntunan lingkungan.
Perspektif multiple
constituency atas efektivitas organisasi menjelaskan bahwa keberadaan
organisasi harus memenuhi tuntunan beragam individu dan institusi
(konstituensi). Masing-masing tentu memiliki harapan dimana organisasi harus
memenuhinya melalui kinerja.
REFERENSI :
- Anonim. (2003). Gerakan Nasional Garuda Emas. Jakarta: KONI Pusat.
- Arifin Abdulrachman. (1973). Kerangka Pokok-Pokok Manajemen Umum. Jakarta: PT. Ikhtiar Baru.
- Bambang Tri Cahyono.(1995). Pengadaan Sumberdaya Manusia. Jakarta: IWAPI.
- Beveridge D. (1989. Tantangan Berprestasi. Jakarta: Banapura Aksara.
- Dirjen Olahraga Depdiknas. (2002). Pedoman Mekanisme Koordinasi Pembinaan Olahraga, Kesegaran Jasmani dan Kelembagaan Olahraga. Jakarta:Ditjen Olahraga.
- Dornan J. dan Maxwell J.C. (1998). Strategi Menuju Sukses. Jakarta: Network Twenty One.
- Hesselbein F. Goldsmith M. dan Beckhard R. (1997). The Leader of The Future. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
- Imai M, Gamba Kaizen. (1998). Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah pada Manajemen, Jakarta: Yayasan Toyota.
- ISORI. (2003). Menata Ulang Bangunan Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta: PP. ISORI.
- James A. Fitzsimmons, Mona J. Fitzsimmons. (1994). Service Management for Competitive Advantage. Singapore: Mc Graw-Hill, Inc.
- Kantor Menpora. (1997). Visi 2020 Olahraga Indonesia. Jakarta: Menpora.\
- Komaludin. (1989). Manajemen. Jakarta: Depdikbud-Dirjen Dikti.
- KONI. (1999). Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Jakarta: KONI Pusat
- Kotter J.P. (1997). Leading Change. Jakarta: PT. Sun.
- Kouzes J.M., dan Posner B-2. (1997). Kredibilitas. Jakarta: Profesional Books.
- Malayu S.P. Hasibuan. (1999). Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara.
- Morrisey G.L. (2002). Pemikiran Strategis. Jakarta: Prenhallindo.
- Prajudi Atmosudirdjo. (1978). Dasar-Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta: Seri Pustaka Ilmu.
- Rusli Luthan. (2003). Olahraga, Kebijakan dan Politik, Jakarta: KONI dan Dirjen Olahraga.
- Salusu. (2000). Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta: Grasindo.\
- Sondang P. Siagian. (1992). Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
- Stoner J.A. (1986). Manajemen. Jakarta: Erlangga.
- Sunarto dan Sahedhy Noor R. (2001). Manajemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: BPFE-UST.
- Terry G.R. (1986). Principle of Management. Illinois Richard : D. Irwin, Inc. Homewood.
- The Liang Gie. (1978). Pengertian, Kedudukan, dan Perincian Ilmu Administrasi. Yogyakarta: Karya Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar