Perancangan Proses, Jasa & Perancangan
Sistem Kerja
Semua organisai/perusahaan mempunyai maksud dan tujuan. Mereka membuat dan
menjual berbagai produk atau menawarkan jasa-jasa
tertentu. Produk adalah sesuatu atau kebutuhan yang mampu memberikan
kepuasan, bisa berupa barang ataupun jasa. Organisasi-organisasi perusahaan
harus selalu menyesuaikan desain produk dan jenis jasa yang mereka
tawarkan dengan apa yang dibutuhkan dan diinginkan para konsumen. Berbagai
desain produk dan jasa baru muncul menjadi kenyataan karena seseorang
percaya bahwa ada kebutuhan akan produkdan jasa tersebut. Adalah tanggung
jawab para manajer untuk selalu menemukan produ-produk dan jasa-jasa baru
yang mungkin ditawarkan oleh organisasi.
Perusahaan diciptakan untuk menghasilkan produk berupa barang dan jasa.
Seiring dengan perkembangan zaman, perusahaan semakin banyak berdiri sehingga
persainganpun semakin ketat. Dengan demikian, perusahaan – perusahaan tersebut
melakukan inovasi terhadap produk yang dihasilkan baik berupa barang dan jasa
agar perusahaan tersebut dapat bersaing. Inovasi yang dilakukan dapat berupa
desain atau rancangan dari produk yang akan diciptakan serta melakukan seleksi
proses jasa yang akan dihasilkan.
Dengan demikian, agar perusahaan tersebut dapat bersaing dengan perusahaan
lainnya, maka perusahaan tersebut harus meningkatkan kualitas produk dan jasa
yang dihasilkannya serta melakukan inovasi terhadap produk dan jasa yang
dihasilkan tersebut dengan cara membuat desain/rancangan produk dan jasa serta
seleksi proses jasa sehingga perusahaan tersebut dapat bersaing dan lebih
unggul dari perusahaan lainnya.
Meskipun tidak ada istilah yang tepat sesuai untuk menguraikannya, proses
yang serupa dengan desain produksi juga terdapat pada jasa, yang terjadi dan
menggambarkan antaraksi antara desain jasa yang ditawarkan dengan desain sistem
produksinya.Perancangan produk dan perancangan jasa tidak mempunyai perbedaan
secara mendasar, hanya dalam suatu organisasi jasa, pelayanan yang diberikan
merupakan “produk“-nya. Organisasi-organisasi jasa biasanya lebih fleksibel dan
dapat merubah kegiatan-kegiatan mereka lebih cepat dibanding
perusahaan-perusahaan manufaktur. Motivasi untuk mengubah jasa ang
ditawarkan dapat berupa faktor–faktor biaya atau kualitas jasa yang diukur
sebagai prestasi waktu dan dimensi–dimensi lainnya. Beberapa macam penyesuaian
dalam bentuk jasa yang ditawarkan adalah sebagai berikut :
- Pengalihan berbagai kegiatan yang bersangkutan dengan jasa kepada klien dan pelanggan. Hal ini merupakan teknik penurunan biaya yang paling lazim. Dalam rumah sakit, pasar swalayan, dan jasa penyediaan makanan siap santap, pasien atau pelanggan menjalankan beberapa kagiatn yang semula merupakan bagian dari jasa itu. Hasilnya biasanya berupa turunnya biaya tenaga kerja dan hilangnya beberapa kegiatan yang semula dilaksanakan oleh system produksinya.
- Menghilangkan beberapa aspek jasa secara keseluruhan.
- Mengubah bauran jasa yang ditawarkan.
- Mengubah waktu reaksi untuk jasa, yaitu memberikan jasa yang kurang baik dengan menerapkan sumber daya yang lebih sedikit pada system operasinya.
- Mengubah aspek–aspek lain dari kualitas jasa, mungkin berupa perubahan ragam jasa yang ditawarkan.
A. Rancangan proses
Diantara
keputusan penting yang harus diambil oleh para manajer operasi adalah keputusan
yang meliputi rancangan proses fisik untuk memproduksi barang dan jasa.
1. Seleksi proses
Seleksi
proses merupakan serangkaian keputusan mengenai tipe atau jenis produksi dan
peralatan yang digunakan.
Proses
produksi dapat dibedakan baik atas dasar karakteristik aliran prosesnya maupun
tipe pesanan langganan. Dimensi klasifikasi proses produksi pertama adalah
aliran produk atau urutan operasi-operasi. Ada tiga tipe aliran :
a. Tipe Aliran
1). Aliran Garis
Produk terstandarisasi dan
mengalir dari satu operasi atau tempat kerja ke operasi berikutnya dengan
urutan yang telah ditetapkan sebelumnya. Operasi-operasi aliran garis dapat
dibagi menjadi dua tipe produksi, yaitu :
a). Produksi
Massa (mass production)
Memproduksi kumpulan-kumpulan
produk dalam jumlah besar dengan mengikuti serangkaian operasi yang sama dengan
kumpulan produk sebelumnya, sehingga proses ini sering disebut sebagai repetitive process.
b). Produksi
Terus-menerus (continuous production)
Produksi yang ditandai dengan
waktu produksi yang relatif lama untuk menghindari penyetelan-penyetelan,
persiapan-persiapan lain dan kemacetan-kemacetan yang mahal.
Pola aliran garis biasanya efisien
tetapi juga tidak fleksibel. Efisiensi ini diakibatkan oleh substitusi proses
operasi padat karya dengan proses padat modal dan standarisasi pengerjaan
tugas-tugas rutin. Tingkat efisiensi yang tinggi diperlukan untuk menutup biaya
peralatan-peralatan khusus melalui produksi dalam volume yang relatif besar.
Contoh : Produksi mie instant,
surat kabar, dll.
2). Aliran
Intermiten
Aliran intermiten mempunyai ciri
produksi dalam kumpulan-kumpulan atau kelompok-kelompok barang yang sejenis
pada interval-interval waktu yang terputur. Suatu produk atau pekerjaan akan
mengalir baku sampai dengan menjadi produk akhir tidak mempunyai pola yang
pasti.
Pola aliran intermiten sangat
fleksibel dalam perubahan volume atau produk, karena operasinya menggunakan
oeralatan serba guna dan tenaga kerja berketerampilan tinggi. Fleksibilitas ini
menimbulkan berbagai masalah dalam pengendalian persediaan, skedul dan
kualitas, di samping juga agak tidak efisien.
Pola ini dapat diterapkan dalam
produksi barang-barang yang tidak distandarisasi atau volume produksinya
rendah, karena pola ini adalah paling ekonomis dan melibatkan risiko paling
kecil.
Contoh :
Produksi furniture dan kerjainan lainnya
3). Aliran Proyek
Aliran ini digunakan unuk
memproduksi produk-produk khusus atau unik. Biasanya setiap unit produk dibuat
sebagai sauatu barang tunggal. Masalah signifikan dalam manajemen proyek adalah
perencanaan, pengurutan, scheduling dan pengawasan kegiatan-kegiatan individual
yang mengarahkan penyelesaiaan proyek secara keseluruhan.
Contoh dari aliran proyek ini
antara lain adalah : Pesawat, kapal, kereta api, jembatan, gedung dll.
Perbedaan
Karakteristik Proses
Karakteristik
|
Garis
|
Intermiten
|
Proyek
|
Produk
|
|
|
|
Tipe order
|
Kontinyu/kumpulan besar
|
Kumpulan
|
Unit Tunggal
|
Aliran produk
|
Berurutan
|
Berpola tidak
pasti
|
Tidak ada
|
Variasi produk
|
Rendah
|
Tinggi
|
Sangat tinggi
|
Tipe pasar
|
Massa
|
Pesanan
|
Khusus (unik)
|
Volume
|
Tinggi
|
Menengah
|
Unit tunggal
|
Tenaga
kerja
|
|
|
|
Ketrampilan
|
Rendah
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Tipe kegiatan
|
Bersifat
pengulangan
|
Tidak rutin
|
Tidak Rutin
|
Upah
|
Rendah
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Kapital
|
|
|
|
Investasi
|
Tinggi
|
Menengah
|
Rendah
|
Persediaan
|
Rendah
|
Tinggi
|
Menengah
|
Peralatan
|
Mesin khusus
|
Serba guna
|
Serba guna
|
Sasaran
|
|
|
|
Fleksibilitas
|
Rendah
|
Menengah
|
Tinggi
|
Biaya
|
Rendah
|
Menengah
|
Tinggi
|
Kualitas
|
Konsisten
|
Lebih variabel
|
Lebih variabel
|
Waktu penyelesaian
|
Rendah
|
Menengah
|
Tinggi
|
Perencanaan
dan
Pengawasan
|
|
|
|
Produksi
|
Mudah
|
Sulit
|
Sulit
|
Kualitas
|
Mudah
|
Sulit
|
Sulit
|
Persediaan
|
Mudah
|
Sulit
|
Sulit
|
Pada pembilang, total waktu kerja
yang terlibat untuk melakukan pekerjaan adalah jam mesin (machine hours) atau
jam kerja (labor hours) yang sebenarnya dipakai untuk melaksanakan pekerjaan.
Ini tidak termasuk waktu pekerjaan menunggu akibat gangguan pekerjaan (job
interference). Penyebut adalah total waktu yang dipakai untuk menyelesaikan
pekerjaan, termasuk seluruh waktu tunggu. Aliran intermiten biasanya mempunyai
TE kira-kira 10% atau 20%, jarang lebih dari 40%. Sebaliknya, nilai TE pada
operasi aliran garis dapat mencapai 90%-100%.
Klasifikasi
proses produksi berdasarkan tipe langganan dibagi dua, yaitu :
1). Proses
Produksi untuk Pesanan.
Proses ini pada dasarnya
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa atas dasar permintaan atau pesanan
tertentu langganan akan suatu produk. Dalam proses produksi untuk pesanan,
kegiatan pemrosesan menyesuaikan denganspesifikasi pesanan langganan secara
individual.
Faktor terpenting dalam
pelaksanaan proses produksi untuk pesanan adalah waktu penyelesaian. Sebelum
pesanan dilakukan, harus dilakukan kesepakatan waktu penyelesaian terlebih
dahulu.
2). Proses
Produksi untuk Persediaan
Proses ini menetapkan bahwa
perusahaan selalu melakukan kegiatan produksi guna mengisi persediaan yang ada.
Permintaan langganan dipenuhi dengan produk-produk standar dari
persediaan. Persediaan digunakan untuk memenuhi permintaan yang tidak pasti dan
merencanakan kebutuhan kapasitas. Oleh karena itu, forecasting, manajemen
persediaan, dan perencanaan kapasitas menjadi esensial bagi suatu operasi
produksi untuk persediaan.
Faktor terpenting yang harus
diperhatikan adalah tindakan penggunaan aktiva produksi (persediaan dan
kapasitas) dan pelayanan langganan, yang mencakup perputaran persediaan,
pemanfaatan kapasitas, penggunaan kerja lembur, dan persentase permintaan dapat
dipenuhi dari persediaan.
Perbedaan pokok kedua jenis proses
produksi tersebut dijelaskan dalam tabel berikut ini :
Karakteristik
|
Pesanan
|
Persediaan
|
|
|
|
Produk
|
Spesifikasinya ditentukan langganan
Tidak
distandarisasi
Volume
kecil
Variasi
besar
Relatif
mahal
|
Spesifikasinya ditentukan perusahaan
Distandarisasikan
Volume
besar
Variasi
kecil
Relatif
murah
|
Sasaran
|
Pemenuhan waktu
penyelesaiaan dan pengelolaan kapasitas
|
Keseimbangan
persediaan, kapasitas dan pelayanan
|
Masalah utama
|
Ketepatan pengiriman
Pengawasan
pengiriman
|
Forecasting
Perencanaan
produksi
Pengendalian
persediaan
|
2. Keputusan
seleksi proses
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
pembuatan keputusan seleksi proses secara ringkas dapat diperinci sebagai
berikut :
1) Kebutuhan
modal.
2) Kondisi
pasar.
3) Tenaga kerja
4) Bahan mentah
5) Teknologi
6) Ketrampilan
manajemen
Pemilihan Di
antara Berbagai Alternatif Pemrosesan
Banyak keputusan-keputusan seleksi
proses bersangkutan dengan kapasitas-kapasitas peralatan atau proses alternatif
untuk memproduksi tingkat keluaran tertentu. Dalam masalah ini, analisis break
even dapat digunakan untuk membantu pembuatan keputusan pemilihan di antara
berbagai proses alternatif tersebut, melalui perbandingan keuntungan-keuntungan
relatif setiap proses.
Contoh Kasus :
Dibawah ini kasus produksi sekrup
yang dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga jenis mesin yang ada.
Biaya-biaya ketiga mesin tersebut adalah sebagai berikut :
Mesin A
(Rp)
|
Mesin B
(Rp)
|
Mesin C
(Rp)
|
|
Biaya Tetap
|
10.000
|
30.000
|
60.000
|
Biaya Variabel (per unit)
|
300
|
200
|
100
|
Dengan data tersebut kita diminta
untuk menentukan alternatif proses produksi yang seharusnya digunakan
perusahaan untuk volume produksi di bawah 400 unit. Pertama, kita mengubah data
menjadi bentuk persamaan biaya ( X = volume produksi ) :
TCA = 10.000 + 300 X
TCB = 30.000 + 200 X
TCC = 60.000 + 100 X
Pada volume produksi sebesar 400
unit :
TCA = 10.000 + 300 (400) =
130.000
TCB = 30.000 + 200 (400)
= 110.000
TCC = 60.000 + 100 (400)
= 100.000
Berdasarkan perhitungan
“break-points” mesin dapat disumpulkan bahwa :
1) Untuk volume
produksi dibawah di bawah 200 unit, proses produksi yang dipilih adalah dengan mesin
A.
2) Untuk volume
produksi antara 200 sampai dengan 300 unit, produksi dengan mesin B yang
sebaiknya digunakan.
3. Strategi
proses-produk
Strategi proses produk adalah
sebuah keputusan penting yang dilakukan oleh manajer operasi adalah menemukan
cara produksi yang terbaik. Sebuah strategi proses (process strategy) atau
transformasi adalah sebuah pendekatan organisasi untuk mengubah sumber daya
menjadi barang dan jasa.
Tujuan strategi proses adalah
menemukan suatu cara memproduksi barang dan jasa yang memenuhi persyaratan
pelanggan dan spesifikasi produk yang berada dalam batasan biaya dan manajerial
lain. Strategi proses produk merupakan proses yang akan mempunyai dampak jangka
panjang pada efisiensi dan produksi, begitu juga pada fleksibelitas biaya, dan
kualitas barang yang diproduksi
Empat Strategi Proses
1). Fokus pada
Proses
Tujuh puluh lima persen dari semua
produksi global berdedikasi untuk membuat produk yang bervolume rendah, tetapi
bervariasi tinggi, pada tempat yang disebut dengan “job shop”.
Fasilitas seperti itu diatur
sesuai dengan aktivitas atau proses tertentu
Contoh perusahaan yang menggunakan
strategi fokus pada proses :
# Dalam sebuah pabrik, proses yang
ada mungkin berupa departemen yang menangani pengelasan, penghalusan, dan
pengecatan.
# Dalam sebuah kantor, proses yang
ada dapat berupa penanganan utang, penjualan, dan pembayaran.
# Dalam sebuah restoran proses
tersebut, mungkin berupa bar, panggangan, dan pembuat roti.
2). Fokus
Berulang
Proses berulang berada di antara
strategi yang terfokus pada produk dan proses. Proses berulang menggunakan
modul.
Modul adalah bagian atau komponen
yang telah dipersiapkan sebelumnya, yang sering berada dalam proses yang
kontinu.
Lini proses berulang (repetitive
process) sama dengan lini perakitan klasik.
Lini yang secara luas digunakan di
dalam hampir seluruh perakitan mobil dan peralatan rumah tangga; lebih
terstruktur dan karenanya menjadi lebih tidak fleksibel dibandingkan adanya
customizing yang lebih dibandingkan suatu proses kontinu; modul (sebagai
contoh, daging, keju, saus, buah tomat, bawang) dirakit untuk mendapatkan suatu
quasi-custom produk, yaitu roti lapis keju.
Dengan cara ini, perusahaan
memperoleh keunggulan ekonomis dari model yang kontinu (di mana banyak modul
disiapkan) dan keunggulan umum model, yaitu volume rendah, dengan banyak
variasi
3). Fokus pada
produk
Proses yang memiliki volume tinggi
dan variasi yang rendah adalah proses fokus pada produk (product-focused).
Fasilitas diatur di sekeliling
produk. Proses ini disebut juga dengan proses kontinu, sebab mempunyai lintasan
produksi yang sangat panjang, dan kontinu.
Produk seperti kaca, kertas,
lembaran timah, bohlam lampu, bir, dan baut dibuat melalui suatu proses yang
kontinu
Beberapa produk, seperti bohlam
lampu, dibuat dalam proses yang diskrit; yang lain, seperti gulungan kertas,
adalah non-diskrit
Perusahaan dapat mendirikan
fasilitas yang terfokus pada produk hanya dengan standardisasi dan pengendalian
kualitas yang efektif.
Sebuah organisasi yang memproduksi
bola lampu yang sama, atau roti hot dog setiap hari dapat mengatur fasilitas di
sekitar produk.
Sebuah organisasi memiliki
kemampuan yang tidak bisa dipisahkan untuk menetapkan standar dan menjaga
kualitas tertentu, yang berbanding terbalik dengan organisasi yang memproduksi
produk unik tiap hari, seperti percetakan atau rumah sakit umum.
4). Fokus Mass
Customization
Para manajer operasi telah
memproduksi jasa dan barang pilihan ini melalui apa yang dikenal sebagai mass
customization.
Tetapi mass customization bukan
hanya tentang variasi produk, tetapi bagaimana secara ekonomis mengetahui
dengan apa yang diinginkan pelanggan dan kapan pelanggan menginginkannya
Mass customization merupakan
pembuatan produk dan jasa yang dapat memenuhi keinginan pelanggan yang semakin
unik, secara cepat dan murah.
Mass customization memberikan kita
variasi produk yang biasanya disediakan oleh manufaktur yang bervolume rendah
(terfokus pada proses) dengan biaya seperti manufaktur yang bervolume tinggi
dan terstandardisasi (terfokus pada produk).
Bagaimanapun, untuk mencapai mass
customization merupakan suatu tantangan yang membutuhkan peningkatan kemampuan
operasional. Kaitan antara logistik, produksi dan penjualan semakin erat. Para
manajer operasi harus menggunakan sumber daya organisasi yang imajinatif dan
agresif untuk membentuk proses yang gesit, yang memproduksi produk tertentu
dengan cepat dan murah.
B. Rancangan operasi jasa
1. Mendefinisikan jasa
Pengertian Jasa
Sebagian
besar definisi mengenai jasa menekankan sifat jasa yang tidak dapat diraba.
Dikatakan bahwa jasa adalah sesuatu yang diproduksi dan dikonsumsi secara
bersamaan. Jadi, jasa tidak pernah ada hanya hasilnya dapat diamati sesudah
jasa itu dilakukan.
Perancangan
produk dan perancangan jasa tidak mempunyai perbedaan secara mendasar, hanya
dalam suatu organisasi jasa, pelayanan yang diberikan merupakan “produk”-nya.
Faktor-faktor
keputusan yang Perlu Dipertimbangkan dalam Perancangan Jasa
Organisasi-organisasi
jasa harus memutuskan beberapa faktor kunci pelayanannya, yang secara ringkas
dapat diperinci sebagai berikut :
a. Lini
pelayanan yang ditawarkan.
Organisasi jasa harus memutuskan
seberapa luas lini pelayanan yang akan ditawarkan. Sebagai contoh, perusahaan
asuransi harus memutuskan apakah akan menawarkan asuransi kehidupan atau
kekayaan, atau keduanya.
b. Ketersediaan
pelayanan
Perusahaan harus menentukan lokasi
fasilitas-fasilitas untuk memberikan pelayanan yang baik, apakah satu lokasi terpusat
atau tersebar di berbagai daerah.
c. Tingkat
pelayanan.
Organisasi harus menyeimbangkan
antara tingkat pelayanan yang diberikan kepada para langganannya dengan
kebutuhan untuk beroperasi secara ekonomik pada saaat yang sama.
d. Garis tunggu
dan kapasitas pelayanan.
Salah satu
pertimbangan yang paling penting disain jasa adalah keputusan -keputusan yang menyangkut antara biaya waktu yang dikeluarkan
konsumen untuk menunggu dan dilayani dengan biaya penyediaan kapasitas
pelayanan yang lebih besar untuk mengurangi waktu menunggu.
2. Kerangka rancangan jasa
Adanya empat
unsur yang perlu diperhatikan dalam memproduksi jasa. Unsur-unsur itu adalah :
1) Pelanggan
2) Strategi
3) Manusia
4) Sistem
Pelanggan
tentu berada dipusat dari segitiga jasa, karena jasa harus selalu berpusat
kepada pelanggan. Manusia adalah karyawan dari perusahaan jasa yang
bersangkutan. Strategi adalah pandangan atau filosofi yang dipakai untuk
mengarahkan segala aspek dari penyerahan jasa. Sistem adalah sistem fisik dan
prosedur yang dipakai.
Garis
penghubung dari pelanggan ke strategi menunjukkan bahwa strategi harus
memperhatikan pelanggan terlebih dahulu dengan cara memenuhi kebutuhan yang
sebenarnya. Garis dari pelanggan ke sistem menunjukkan bahwa sistem hendaknya
dirancang dengan mengutamakan pelanggan. Garis dari pelanggan ke manusia
menunjukkan bahwa setiap orang hendaknya: bukan saja orang-orang di bagian
operasi yang menyerahkan jasa, tetapi seluruh orang dalam organisasi. Garis
dari manusia ke sistem menunjukkaan bahwa orang untuk menyerahkan jasa yang
baik bergantung pada sistem. Garis dari strategi ke sistem menunjukkan bahwa
sistem hendaknya mengikuti strategi secara logik. Garis dari strategi ke
manusia menunjukkan bahwa setiap orang dalam organisasi hendaknya memahami
orang di baris depan yang memberikan layanan jasa sering kali dipisahkan dari
strategi.
3. Menetapkan strategi dan produk jasa
Strategi jasa
menetapkan dalam bisnis apa anda bergerak. Strategi ini memberikan pedoman
untuk merancang produk, sistem penyerahan dan pengukuran. Strategi jasa
memberikan suatu pandangan tentang macam dan jenis jasa apa yang akan disajikan
oleh perusahaan.
4. Sistem penyerahan ke pelanggan
Sistem
penyerahan jasa terdiri dari unsur-unsur fisik dan tenaga kerja yang digunakan
untuk memproduksi jasa tersebut. Biasanya kelima unsur berikut ini
dipertimbangkan sebagai bagian dari sistem penyerahan jasa :
1) Teknologi. Tingkat
otomasi, peralatan, tingkat integrasi vertikal.
2) Aliran proses. Urutan
kejadian yang digunakan untuk memproduksi jasa.
3) Jenis proses. Jumlah
kontak yang terlibat, tingkat pelayanan dan integrasi.
4) Lokasi dan
ukuran. Tempat dimana proses jasa dialokasikan, ukuran dari
masing-masing tempat.
5) Tenaga kerja.
Ketrampilan, jenis organisasi, sistem imbalan, tingkat partisipasi.
5. Analisis aliran proses
Sebagian
besar proses untuk jasa atau manufaktur, dapat diperbaiki dengan membuat
diagram alurnya. Ide dasarnya adalah menentukan setiap langkah proses dan
menggambarkan diagram alur dari seluruh tahap dan hubungannya. Sebagai hasil
dari diagram ini, proses dapat dianalisis untuk meningkatkan efisiensi dan
pelayanan pelanggan.
Contoh untuk jasa penyewaan mobil
C. Perancanaan & Pengukuran Kerja
Pengukuran
Kerja (Work Measurement) adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai
aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada suatu perusahaan. Hasil pengukuran
tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi
tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan
memerlukan penyesuaian–penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.
Dalam
pengukuran kerja, biasanya dilihat dari proses operasi dalam perusahaan dapat
efisien atau tidak biasanya didasarkan atas lama waktu untuk membuat suatu
produk atau melaksanakan suatu pelayanan (jasa). Jumlah waktu yang harus
digunakan untuk melaksanakan kegiatan tertentu dibawah kondisi kerja normal
disebut standar pekerja (labor standards).
Metode
Manajer
operasional dapat menetapkan standar pekerja yang benar yaitu secara tepat
dapat menentukan rata-rata waktu yang dibutuhkan seorang karyawan untuk
melaksanakan aktivitas tertentu dalam kondisi kerja normal. Penetapan standar
pekerja dapat menggunakan empat cara yaitu :
Pengalaman Masa Lalu (Historical
Experience)
Standar
pekerja dapat diestimasi berdasarkan apa yang telah terjadi di masa lalu yaitu
berapa jam kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Cara ini
memiliki kelebihan karena relatif mudah dan murah didapatkan. Standar seperti
ini lazimnya didapatkan datanya dari kartu waktu pekerja atau dari data
produksi. Akan tetapi kelemahannya adalah tidak obyektif dan tidak dapat
diketahui keakuratannya apakah kecepatan kerjanya layak atau tidak, dan apakah
kejadian yang tidak biasa sudah diperhitungkan atau belum. Oleh karena itu penggunaan
teknik ini tidak dianjurkan maka tiga cara yang lain adalah yang dianjurkan.
Studi Waktu (Time Study)
Studi waktu
adalah bagian dari prosedur pengukuran kerja yang digunakan, dimana usaha
manusia menjadi bagian dari aktivitas produktif dan beberapa prosedur yang
digunakan untuk mengukur human
time untuk beberapa konsep
dari sebuah level standar dari suatu usaha (Mundel and Danner, 1994).
Studi
terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja, yang melibatkan teknik dalam
penetapan waktu baku yang diijinkan untuk melakukan tugas yang telah diberikan
berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan faktor kelelahan,
pekerja dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan. Analisa studi waktu dapat
menggunakan beberapa teknik untuk menetapkan sebuah standar yaitu dengan cara
studi waktu menggunakan stopwatch, pengolahan data dengan menggunakan
komputerisasi, data standar, dasar mengenai data gerakan, pengambilan contoh
kerja, dan perhitungan berdasarkan masa lalu. Setiap teknik mempunyai penerapan
tersendiri pada setiap kondisi, studi analisis waktu harus dapat diketahui
ketika hal ini harus menggunakan teknik tertentu dan kemudian menggunakan
teknik tersebut secara benar.
Standar waktu
digunakan untuk menentukan tenaga kerja dan peralatan yang dibutuhkan; untuk
membantu dalam pengembangan metode kerja yang efektif; untuk mengatur pekerja
dalam melakukan pekerjaannya; untuk membantu dalam membandingkan performansi
kerja dari suatu rencana yang sudah ditetapkan dengan beban kerja dan
sumberdaya yang digunakan; dan untuk melaksanakan pengukuran produktivitas
secara total . Aktivitas
pengukuran waktu kerja diperkenalkan pertama kali untuk penyelesaian kerja.
Dengan adanya waktu ini maka sistem pengaturan upah atau insentif akan dapat
dibuat berdasarkan “a fair day’s pay for a fair day’s work”. Begitu pula
dengan mengetahui waktu ini maka estimasi akan keluaran kerja yang dihasilkan
serta jadwal perencanaan kerja dapat dibuat secara lebih akurat.
Standar Waktu Yang Telah
Ditentukan (Predetermined Time Study)
Suatu
pembagian pekerjaan manual menjadi elemen dasar kecil yang waktunya telah
ditetapkan dan dapat diterima secara luas. Caranya dengan menjumlahkan faktor
waktu bagi setiap elemen dasar dari pekerjaan. Cara ini membutuhkan biaya yang
besar. Metode yang paling umum adalah metode pengukuran waktu (MTM = Methods Time Measurement).
Standar waktu yang telah ditetapkan merupakan perkembangan dari gerakan dasar
yang disebut sebagai Therblig yang ditemukan oleh Frank Gilbreth, yang mencakup
aktifitas seperti memilih, mengambil, mengarahkan, merakit, menjangkau,
memegang, beristirahat, meneliti.
Standar waktu
yang telah ditetapkan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan studi
waktu yaitu :
1) Standar waktu
dapat dibuat di laboratorium sehingga prosedur ini tidak mengganggu aktifitas
sesungguhnya,
2) Karena
standar dapat ditentukan sebelum pekerjaan benar-benar dilakukanmaka dapat
digunakan untuk membuat rencana,
3) Tidak ada
pemeringkatan kinerja yang dibutuhkan,
4) Serikat
pekerja cenderung menerima metode ini sebagai cara yang wajar untuk menetapkan
standar,
5) Standar waktu
yang telah ditentukan biasanya efektif pada perusahaan yang melakukan sejumlah
besar penelitian pada tugas yang sama.
Pengambilan Sampel Kerja (Work
Sampling)
Metode ini
dikembangkan di Inggris oleh L. Tipper pada tahun 1930. Pengambilan sampel
kerja memperkirakan persentase waktu yang dihabiskan oleh seorang pekerja pada
beragam pekerjaan. Hasilnya digunakan untuk menentukan bagaimana karyawan
mengalokasikan waktu mereka di antara aktivitas yang beragam. Hal ini akan
mendorong adanya perubahan karyawan, penugasan ulang, perkiraan biaya aktivitas
dan kelonggaran keterlambatan bagi standar pekerja. Apabila pengambilan sampel
ini untuk menetapkan kelonggaran keterlambatan, maka sering disebut penelitian
rasio keterlambatan (ratio delay study). Prosedur dalam metode ini ada
lima langkah sebagai berikut :
1) Mengambil
sampel awal untuk mendapatkan sebuah perkiraan nilai parameter seperti
persentase waktu sibuk seorang pekerja,
2) Hitung ukuran
sampel yang dibutuhkan,
3) Buat jadwal
pengamatan pada waktu yang layak. Konsep angka acak digunakan untuk menapatkan
pengamatan yang benar-benar acak,
4) Lakukan
pengamatan dan catat aktivitas pekerja,
5) Tentukan
bagaimana pekerja menghabiskan waktu mereka biasanya dalam persentase.
Fokus pada
pengambilan sampel kerja adalah untuk menentukan bagaimana para pekerja
mengalokasikan waktu mereka di antara beragam aktivitas yang dilakukannya. Hal
ini dapat dicapai dengan menetapkan persentase waktu yang dihabiskan oleh
seorang pekerja pada aktifitas yang ada pada sejumlah waktu tertentu. Seorang
analis hanya mencatat aktivitas yang dilakukan secara acak.
REFERENSI :
Bunawan, Pengantar Manajemen Operasi :
Seri Diktat Kuliah, Gunadarma, Jakarta, Edisi Terbaru
Eddy Herjanto, Manajemen Produksi dan
Operasi, Edisi Kedua, Grasindo, Jakarta, atau Edisi terbaru
T. Hani Handoko, Dasar-dasar Manajemen
Produksi dan Operasi, BPFE, Yogyakarta, Edisi terbaru
Sofyan Assauri, Manajemen Produksi dan
Operasi, LP FEUI, Jakarta, Edisi terbaru
Pangestu Subagyo, Manajemen Operasi,
BPFE, Yogyakarta, Edisi Terbaru
Buku-buku Manajemen Opersional lain yang
berkaitan ( Diusahakan terbitan terbaru )
Sumber Lain :
http://fachturengineering.blogspot.co.id/2012/10/perancangan-tata-letak-pabrik.html
https://alena19.wordpress.com/2011/03/13/perancangan-proses-produk-dan-jasa/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengukuran_Kerja_Manajemen_Operasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar