Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini membawa pengaruh yang
cukup besar bagi perekonomian di Indonesia maupun di dunia. Para pelaku bisnis
nasional perlu menyadari bahwa dalam situasi persaingan yang sangat ketat ini, mutlak
diperlukan strategi yang handal agar produknya memiliki keunggulan. Setiap
pebisnis bebas menawarkan produk dengan berbagai cara, antara lain lewat harga
yang kompetitif, pelayanan yang baik dan kualitas dari suatu produk maupun
jasa.
Pelayanan menjadi salah satu syarat utama bagi kesuksesan bisnis. Kompetisi global memberikan pilihan kepada konsumen dan mereka semakin sadar biaya dan sadar nilai, dalam meminta produk dan jasa yang berkualitas tinggi. Dengan meningkatnya kepekaan konsumen terhadap produk dan jasa, maka daya saing dan daya tahan setiap usaha harus memandang rendahnya biaya yang dikorbankan, tetapi juga ditentukan oleh efektifitas pelayanan. Hal inilah yang mendasari pemikiran akan perlunya suatu sistem manajemen terpadu seperti Total Quality Management (TQM) agar dapat menghasilkan berbagai produk dan jasa yang berkualitas tinggi. Kualitas produk atau jasa yang dihasilkan harus diimbangi dengan pengeluaran biaya yang seminimal mungkin dan pelayanan yang se-efisien mungkin.
Pelayanan menjadi salah satu syarat utama bagi kesuksesan bisnis. Kompetisi global memberikan pilihan kepada konsumen dan mereka semakin sadar biaya dan sadar nilai, dalam meminta produk dan jasa yang berkualitas tinggi. Dengan meningkatnya kepekaan konsumen terhadap produk dan jasa, maka daya saing dan daya tahan setiap usaha harus memandang rendahnya biaya yang dikorbankan, tetapi juga ditentukan oleh efektifitas pelayanan. Hal inilah yang mendasari pemikiran akan perlunya suatu sistem manajemen terpadu seperti Total Quality Management (TQM) agar dapat menghasilkan berbagai produk dan jasa yang berkualitas tinggi. Kualitas produk atau jasa yang dihasilkan harus diimbangi dengan pengeluaran biaya yang seminimal mungkin dan pelayanan yang se-efisien mungkin.
Total Quality Management merupakan suatu konsep manajemen modern yang berusaha untuk merespon secara tepat terhadap setiap perubahan yang ada, baik yang didorong oleh kekuatan eksternal maupun internal. Total Quality Management juga merupakan tantangan terhadap teori manajemen tradisional. Pendekatan tradisional menekankan tujuan perusahaan pada usaha memaksimumkan laba, sedangkan Total Quality Management lebih berfokus pada tujuan perusahaan untuk melayani kebutuhan pelanggan dengan memasok barang dan jasa pelayanan yang memiliki kualitas sebaik mungkin.
Total Quality Management memberikan landasan bagi manajemen kualitas dan merupakan suatu alternatif dalam menjamin kepuasan pelanggan. Total Quality Management memberikan suatu struktur (kerangka) dan alat bagi manajemen kualitas sehingga pada keseluruhan operasi terdapat upaya yang berkelanjutan yang memusatkan perhatian pada kelompok bidang kualitas. Konsep kualitas yang berorientasi pada kepuasan pelanggan secara terpadu bersamaan dengan biaya kualitas yang rasional harus dibentuk sebagai salah satu tujuan implementasi dan perencanaan bisnis dan produk yang primer dan pengukuran prestasi dari pemasaran, perekayasaan, produksi, hubungan industrial, dan fungsi pelayanan dari perusahaan.
Prinsip Total
Quality Management dalam pencapaian tujuannya adalah melakukan
perbaikan kualitas secara terus-menerus sehingga perusahaan dapat meningkatkan
labanya melalui dua jalur. Jalur pertama yaitu jalur pasar, yakni perusahaan
dapat memperbaiki posisi persaingannya sehingga pangsa pasarnya semakin besar
dan harga jualnya dapat lebih tinggi. Kedua hal ini mengarah pada meningkatnya
penghasilan sehingga laba yang diperoleh semakin besar. Sedangkan jalur kedua
yaitu jalur biaya, yakni perusahaan dapat meningkatkan output yang bebas dari kerusakan
melalui upaya perbaikan kualitas. Hal ini menyebabkan biaya operasi perusahaan
berkurang dan dengan demikian laba yang diperoleh akan meningkat.
Penerapan Total
Quality Management sangat berkaitan erat dengan kualitas. Kualitas
yang dimaksud lebih terfokus pada karakteristik produk atau jasa, melibatkan
pelanggan dan pemasok dimana masukan dari para pelanggan terhadap produk atau
jasa selalu dievaluasi untuk meningkatkan performa dari produk atau jasa
tersebut. Pengendalian kualitas merupakan aktivitas teknik dari manajemen yang
mana berdasarkan aktifitas itu, dapat diukur ciri-ciri kualitas produk/jasa dan
membandingkan dengan spesifikasi atau persyaratan tertentu, serta mengambil
tindakan penyesuaian jika terjadi perbedaan antara penampilan yang sebenarnya
dengan standar yang telah ditentukan.
Dengan pengendalian kualitas diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat ditekan serendah mungkin dan proses produksi dapat diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai. Diharapkan pula proses yang baik sejak awal akan menghasilkan produk yang baik, sehingga proses produksi harus stabil dan dalam batas-batas kontrol agar sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.
Dengan pengendalian kualitas diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat ditekan serendah mungkin dan proses produksi dapat diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai. Diharapkan pula proses yang baik sejak awal akan menghasilkan produk yang baik, sehingga proses produksi harus stabil dan dalam batas-batas kontrol agar sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.
Nasution (2005:178)
mengatakan bahwa peningkatan kualitas berbanding lurus dengan peningkatan
biaya, sehingga ketika manajemen memutuskan untuk meningkatkan kualitas, secara
otomatis biaya akan meningkat. Pandangan ini dianggap keliru oleh para pioner
kualitas karena dalam paradigma baru dikatakan bahwa kualitas tidak memerlukan
biaya (quality has no cost). Dalam prakteknya, ketika pada saat
produk/jasa dihasilkan dan ternyata masih ada barang yang cacat atau pelayanan
yang tidak sesuai dengan yang diharapkan makakesalahan tersebut akan menjadi
pemborosan bagi perusahaan karena dibutuhkan biaya perbaikan atau terjadi
konsumen komplen terhadap jasa pelayanan tersebut sehingga menyebabkan citra
dari perusahaan menjadi buruk dan berdampak konsumen manjadi tidak loyal. Tapi,
ketika peningkatan kualitas dan “maintenance” terhadap kualitas tersebut senantiasa
dijaga, maka hal-hal yang tidak diinginkan tersebut justru dapat dihindari.
Manajemen
Mutu dan Masalah Lain Manajemen
Operasional
I. Pengertian Mutu
1. Pengertian dan Konsep Total Quality Management.
Tjiptono (2003:4) mendefinisikan Total Quality Management sebagai “Suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya”. Sedangkan Gasperz (2001:5) mendefinisi Total Quality Managementsebagai “Suatu cara meningkatkan performansi secara terus-menerus (continuous performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia”. Pengertian Total Quality Management yang diungkapkan para ahli pada umumnya sama, yakni merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Total Quality Management merupakan pendekatan manajemen sistematik yang berorientasi pada organisasi, pelanggan, dan pasar melalui kombinasi antara pencarian fakta praktis dan penyelesaian masalah guna menciptakan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktifitas dan kinerja lain dalam perusahaan. Dasar pemikiran diperlukannya Total Quality Management sangatlah sederhana, yakni bahwa cara yang terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk menghasilkan kualitas yang terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses dan lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan menerapkanTotal Quality Management. Penerapan Total Quality Management dalam suatu perusahaan dapat memberikan beberapa manfaat utama yang pada gilirannya meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan, sehingga diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi.
2.
Prinsip-Prinsip Total
Quality Management.
Menurut Hensler dan Brunellin yang dikutip oleh Tjiptono (2003: 14-15) ada empat prinsip utama dalam Total Quality Management. Keempat Prinsip tersebut adalah :
1)
Kepuasan Pelanggan
Dalam Total
Quality Management, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas.
Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi tertentu, tetapi
kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Kebutuhan pelanggan diusahakan
untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk dalam harga, keamanan, dan
ketepatan waktu.
2)
Respek terhadap setiap orang.
Dalam perusahaan
berkualitas, setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta
dan kreatifitas yang khas. Dengan demikian, karyawan merupakan sumber daya
organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam organisasi
diperlukan dengan baik dan diberikan kesempatan untuk terlibat dan
berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
3)
Manajemen Berdasarkan Fakta
Perusahaan kelas
berkualitas berorientasi pada fakta, maksudnya bahwa setiap keputusan selalu
didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan. Ada dua konsep pokok yang
berkaitan dengan hal ini: (1) prioritas, yakni suatu konsep yang menyatakan
bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang
bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada; (2) variasi atau
variabilitas kinerja manusia, variasi/variabilitas (keragaman)
kinerja/kemampuan dari setiap anggota merupakan bagian yang wajar dari setiap
sistem organisasi. Maksudnya, setiap perbedaan yang terjadi dikaji, kemudian
ditetapkan langkah/kebijakan yang paling sesuai untuk diterapkan. Dengan
demikian, manajemen dapat memprediksikan hasil dari setiap keputusan dan
tindakan yang dilakukan.
4)
Perbaikan yang berkesinambungan
Agar dapat sukses,
setiap perusahaan perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan
perbaikan secara berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini adalah siklus
PDCAA (plan-do-check-act-analyze), yang terdiri dari
langkah-langkah perencanaan, dan melakukan tindakan koreksi terhadap hasil yang
diperoleh.
3. Elemen-Elemen dalam Total Quality Management.
Nasution (2005:324) mengemukakan The Malcolm Balridge National Award (1987) yang merupakan salah satu pengesahan mutu untuk mengakui Total Quality Management sebagai bagian penting dari strategi usaha, dimana The Malcolm Balridge National Award ini berfokus pada sistem manajemen mutu terpadu dan menghasilkan perbaikan sistem mutu. Konsep-konsep penting dalam kriteria pengujian penghargaan Malcolm Balridge (sejak tahun 1987 s/d sekarang) adalah sebagai berikut :
1)
Mutu adalah
didefinisikan oleh pelanggan
2) Kepemimpinan senior usaha perlu menciptakan nilai mutu yang jelas dan
membangun nilai kedalam care perusahaan
3) Keunggulan mutu diperoleh dari sistem dan proses yang didesain dengan baik
dan dilaksanakan dengan baik.
4) Perbaikan yang berkesinambungan harus merupakan bagian dari manajemen serta
semua sistem dan proses
5) Perusahaan perlu mengembangkan tujuan serta juga rencana strategik dan
operasional untuk mencapai kepemimpinan mutu.
6) Memperpendek waktu tanggapan dari semua operasi dan proses dari kebutuhan
perusahaan sebagai bagian usaha perbaikan mutu.
7) Operasi dan keputusan perusahaan harus didasarkan pada fakta dan data
8) Semua karyawan harus secara tepat dilatih dan dikembangkan serta dilibatkn
dalam aktifitas mutu.
9) Mutu desain dan pencegahan kesalahan harus merupakan unsur utama dalam sistem
mutu.
10) Perusahaan perlu mengkomunikasikan persyaratan mutu kepada pemasok dan
bekerja untuk meningkatkan kinerja mutu pemasok.
Kriteria mutu Malcolm Balridge berfokus pada 7 area topik yang menjadi
elemen dari Total Quality Management yang secara integral dan
dinamis berhubungan (Nasution 2005:326) yaitu sebagai berikut :
1)
Kepemimpinan (Leadership)
Total Quality
Management dapat dilaksanakan jika semua manajer di setiap
lini menerapkan Total Quality Management sebagai suatu
filosofi dengan menyusun sasaran dan merencanakan strateginya.
2)
Informasi dan Analisis (Information and analysis)
Setiap kejadian yang
berhubungan dengan kualitas menjadi informasi yang sangat penting, informasi
tersebut kemudian dikaji dan di evaluasi sehingga efisiensi dapat tercapai.
3)
Perencanaan Kualitas
Strategis (Strategic Quality Planning)
Perencanaan adalah sesuatu yang sangat penting, untuk
itu harus disusun secara matang. Tanpa perencanan maka tidak dapat diukur
efektivitas pelaksanaannya.
4)
Pengembangan Sumber Daya Manusia (Human Resource Management)
Karyawan dalam perusahaan dituntut keterlibatannya secara penuh. Tanpa keterlibatan dan partisipasi penuh, maka filosofi tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu kepuasan kepada karyawan adalah salah satu cara melibatkan mereka dalam seluruh kegiatan perusahaan.
Karyawan dalam perusahaan dituntut keterlibatannya secara penuh. Tanpa keterlibatan dan partisipasi penuh, maka filosofi tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu kepuasan kepada karyawan adalah salah satu cara melibatkan mereka dalam seluruh kegiatan perusahaan.
5)
Manajemen Kualitas Proses (Management Quality Process)
Hal ini meliputi pendesainan dan pengenalan kualitas dan pelayanan. Pihak manaajemen juga akan terus mengadakan proses perbaikan terus menerus
Hal ini meliputi pendesainan dan pengenalan kualitas dan pelayanan. Pihak manaajemen juga akan terus mengadakan proses perbaikan terus menerus
6)
Hasil-hasil Kualitas (Quality Result)
Hasil-hasil kualitas diketahui melalui survey pendahuluan yang bersifat
eksploratif, diidentifikasi melalui semua atribut produk yang menentukan
kepuasan pelanggan dan persepsi pelanggan tentang kualitas produk.
7)
Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction)
Kepuasan pelanggan adalah tujuan akhir atau batu ujian dari program mutu gabungan suatu organisasi, yang diintegrasikan petunjuk keunggulan dan kontinuitas yang menggambarkan mutu total.
Kepuasan pelanggan adalah tujuan akhir atau batu ujian dari program mutu gabungan suatu organisasi, yang diintegrasikan petunjuk keunggulan dan kontinuitas yang menggambarkan mutu total.
II.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
mutu
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Mutu Produk
Menurut Husein (2000 : 37), konsumen pada dasarnya memandang kualitas atas
5 dimensi yaitu :
1. Performance.
Merupakan dimensi yang paling basic dan berhubungan dengan fungsi utama
dari suatu produk. Konsumen akan senang apabila harapan mereka terhadap suatu
dimensi terpenuhi. Bagi setiap produk, performance tergantung darifungtional
value yang di janjikan oleh perusahaan.
2. Features
Yaitu
aspek performansi yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan
produk dan pengembangannya.
3. Durability
Merupakan
keawetan yang menunjukkan suatu pengukuran terhadap siklus produk, baik secara
teknis maupun waktu. Produk tersebut disebut awet kalau sudah banyak digunakan
atau sudah lama sekali digunakan. Bagi konsumen, awet yang berhubungan dengan aspek waktu lebih mudah
dimengerti. Karna itu, sebagian besar produk-produk yang menjanjikan keawetan
lebih menonjolkan masalah awet dalam hal waktu.
4. Conformance
Dimensi
ini menunjukkan seberapa jauh suatu produk dapat me standar atau spesifikasi
tertentu. Hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang
telah di tuturkan sebelumnya berdasarkan keinginan konsumen. Konfirmasi
merefleksikan derajat ketepatan antara karakteristik desain produk dengan
karakteristik kualitas standar yang telah ditetapkan.
5. Reliability
Reliability menunjukkan keadaan
atau kualitas produk yang dapat memberikan keyakinan kepada konsumen untuk
memilih produk tersebut, dengan kata lain konsumen akan percaya dengan kualitas
produk tersebut.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mutu produk, menurut Feigenbaum
(2000 : 7) adalah :
a. Market(pasar)
Jumlah
produk baru dan lebih baik yang ditawarkan di pasar, terus tumbuh pada laju
eksplosit. Kebanyakan dari produk ini adalah hasil perkembangan-perkembangan
teknologi baru bukan hanya produk itu sendiri tetapi juga bahan dan metode yang
mendasari pembuatan produk tersebut.
b. Money(uang)
c.
Meningkatnya
persaingan di dalam banyak bidang, bersamaan dengan fluktuasi ekonomi dunia
telah menurunkan batas (margin) laba. Pada waktu yang bersamaa, kebutuhan akan
diotomasi. Pengeluaran biaya yang lebih besar untuk proses dan perlengkapan
yang baru. Kenyataan ini telah memfokuskan perhatian manajer dibidang biaya
mutu sebagai salah satu “titik lunak” tempat biaya operasi dan kerugian dapat
diturunkan untuk mempebaiki laba.
d. Management (manajemen)
Tanggung jawab mutu telah didistribusikan antara beberapa kelompok khusus.
Bagian kendali mutu harus direncanakan pengukuran-pengukuran mutu. Pada seluruh
aliran, proses yang menjamin bahwa hasil akhir memenuhi persyaratan-persyaratan
mutu. Hal ini telah menambah beban manajemen puncak, khususnya dipandang dari
bertambahnya kesulitan dalam mengalokasikan tanggung jawab yang tepat untuk
mengoreksi penyimpangan standart mutu.
e. Man(manusia)
Pertumbuhan
yang cepat dalam pengetahuan teknis dan penciptaan seluruh bidang-bidang baru
seperti elektronika, komputer telah mempercepat suatu permintaan yang besar
akan karyawan dengan pengetahuan khusus.
f.
Motivation(motivasi)
Meningkatnya
kerumitan dalam membawa mutu produk kedalam pasar telah memperbesar makna
kontribusi setiap karyawan terhadap mutu. Penelitian tentangmotivasi manusia
menunjukkan bahwa sebagai tambahan hadiah uang. Hal ini membimbing kearah
kebutuhan yang tidak pernah ada sebelumnya, yaitu pendidikan mutu dan
komunikasi yang lebih baik tentang kesadaran mutu.
g. Materials(bahan)
Disebabkan
oleh biaya produksi dan persyaratan mutu, para ahli teknik memilih bahan dengan
batasan yang lebih ketat dari pada sebelumnya dan menggunakan banyak bahan yang
baru, yang disebut logam dan campuran eksotik untuk pemakaian khusus. Akibatnya
spesifikasi bahan menjadi lebih ketat dan keanekaragaman bahan menjadi lebih
besar.
h. Machine
and mechanisation (mesin dan mekanisasi)
Mutu yang baik sebuah faktor yang kritis dalam memelihara waktu kerja mesin
agar fasilitasnya dapat dimanfaatkan sepunuhnya. Semakin besar usaha peusahaan
untuk melakukan pemekanisasian dan otomasi untuk mencapai penurunan biaya, mutu
yang baik semakin kritis, baik untuk membuat penurunan-penurunan ini
menjadi nyata dan untuk meningkatkan pekerja dan pemakaian mesin hingga ke
nilai yang memuaskan.
i.
Modern information methods (metode informasi modern)
Evolusi teknologi komputer yang cepat telah membuka kemungkinan untuk
mengumpulkan, menyimpan, mengambil kembali dan manipulasi informasi pada suatu
skala yang tidak pernah terbayang sebelumnya. Teknologi informasi baru yang
ampuh ini menyediakan cara untuk mengandalkan produk dan jasa bahkan hingga setelah
sampai ke pelanggan.
j.
Mounting
product requirements (persyaratan proses produksi)
Kemajuan
pesat dalam kerumitan kerekayasaan rancangan yang memerlukan kendali yang jauh
lebih ketat pada seluruh proses pembuatan, telah membuat hal-hal kecil yang sebelumnya
terabaikan menjadi penting secara potensial. Meningkatnya kerumitan dan
persyaratan-persyaratan prestasi yang lebih tinggi bagi produk telah menekankan
pentingnya keamanan dan kehandalan produk.
Dengan
demikian, kita lihat bahwa banyak dari faktor yang mempengaruhi mutu ini
mengalami perubahan terus menerus.
III.
Biaya yang berhubungan dengan
mutu
1.
Pengertian Biaya
Kualitas
Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk. Menurut Blocher, dkk (2000:220), biaya kualitas didefinisikan sebagai biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan produk yang berkualitas rendah dan denganopportunity cost dari hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat dari rendahya kualitas. Jadi biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan. Biaya kualitas merupakan biaya yang terjadi karena adanya kesadaran akan perlunya menghindari kesalahan sehingga tidak terjadi pemborosan atau biaya yang terjadi karen adanya kesalahan pada produk yang sudah terlanjur terjadi dan harus diperbaiki.
2.
Jenis-Jenis Biaya Kualitas.
Menurut Russel yang dikutip oleh Ariani (2004:9), biaya kualitas digolongkan dalam dua golongan besar, yaitu :
a.
Cost Of Conformance
Biaya yang termasuk dalam cost of conformace adalah biaya pencegahan dan biaya penilaian, karena biaya-biaya tersebut terjadi dalam rangka memastikan kualitas produk sesuai dengan keinginan pelanggan.
Biaya yang termasuk dalam cost of conformace adalah biaya pencegahan dan biaya penilaian, karena biaya-biaya tersebut terjadi dalam rangka memastikan kualitas produk sesuai dengan keinginan pelanggan.
b.
Biaya pencegahan (prevention cost)
Biaya pencegahan
merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan
(mencegah cacat kualitas) atau semua biaya yang berkaitan dengan setiap
kegiatan yang dirancang untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan yang tepat
dilaksanakan dengan benar sejak pertama kali. Biaya pencegahan meliputi :
1)
Biaya pelatihan
kualitas, yaitu pengeluaran-pengeluaran untuk program-program pelatihan
internal dan eksternal.
2)
Biaya Teknik dan
perencanaan kualitas, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan patokan rencana kualitas produk
yang dihasilkan.
3)
Biaya pemeliharaan
peralatan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memasang, menyesuaikan,
mempertahankan, memperbaiki, dan menginspeksi peralatan produksi, proses dan
sistem.
4)
Biaya penjaminan
supplier, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan kebutukan dan
pengukuran data, auditing dan pelaporan kualitas.
c.
Biaya penilaian (Detection/Appraisal Cost)
Biaya penilaian
dikeluarkan dalam rangka pengukuran dan analisis data untuk menentukan apakah
produk atau jasa sesuai dengan spesifikasinya dan persyaratan-persyaratan
kualitas. Tujuan utama penilaian adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan
dan kerusakan sepanjang proses perusahaan, misalnya mencegah pengiriman
barang-barang yang tidak sesuai dengan persyaratan kepada pelanggan. Biaya ini
meliputi :
1)
Biaya pengujian dan
inspeksi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menguji dan menginspeksi
kesesuaian barang yang akan datang, produk dalam proses dan produk selesai
dengan kualifikasi yang tercantum dalam pesanan
2)
Peralatan pengujian,
yaitu biaya yang dikelurkan untuk memperoleh, mengoperasikan, atau
mempertahankan kualitas, software, mesin dan peralatan pengujian atau penilaian
kualitas produk dan proses
3)
Audit kualitas, yaitu
biaya yang meliputi pemeriksaan kualitas produk, seperti gaji dan upah semua
orang yang terlibat dalam penilaian kualitas produk dan jasa dan pengeluaran
lain yang dikeluarkan selama penilaian kualitas.
4)
Evaluasi persediaan,
yaitu biaya yang meliputi pengujian produk di gudang, dengan tujuan untuk
mendeteksi terjadinya penurunan kualitas produk
5)
Biaya informasi, yaitu
biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan dan membuktikan laporan kualitas.
d.
Cost Of Non Conformance
Biaya yang termasuk
kedalam Cost of Non Conformance adalah biaya kegagalan
internal dan ekternal karena biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang
dikeluarkan karena menghasilkan produk yang cacat dan opportunity cost karena
ditolaknya produk atau jasa.
1)
Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)
Merupakan biaya yang
terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan persyaratan atau biaya yang
dikeluarkan karena rendahnya kualitas yang ditemukan sejak penilaian awal dan
sebelum barang atau jasa dikirimkan kepada pelanggan. Pengukuran biaya
kegagalan internal dilakukan dengan menghitung kerusakan produk sebelum
meninggalkan pabrik.
Biaya kegagalan internal meliputi :
a)
Biaya tindakan
koreksi, adalah biaya untuk waktu yang dihabiskan untuk menemukan penyebab
kegagalan dan untuk mengoreksi masalah.
b)
Sisa bahan, adalah
kerugian yang timbul karena adanya sisa bahan baku yang tidak terpakai dalam
upaya memenuhi tingkat kualitas yang dikehendaki.
c)
Biaya pengerjaan
kembali, adalah biaya yang timbul untuk melakukan proses pengerjaan ulang agar
dapat memenuhi standar kualitas yang disyaratkan.
d)
Biaya proses, adalah
biaya yang dikeluarkan untuk mendesain ulang produk atau proses dan
pemberhentian mesin yang tidak direncanakan dan gagalnya produksi karena adanya
penyelaan proses untuk perbaikan dan pengerjaan kembali.
e)
Biaya ekspedisi,
adalah biaya yang dikeluarkan untuk mempercepat operasi pengolahan karena
adanya waktu yang dihabiskan untuk perbaikan dan pengerjaan kembali.
f)
Biaya inspeksi dan
pengujian ulang, adalah biaya yang dikeluarkan selama inspeksi ulang atau
pengujian ulang atas produk-produk yang telah diperbaiki.
g)
Factory Contact
Engineering, adalah biaya yang berhubungan dengan waktu yang
digunakan oleh para ahli produk atau produksi yang terlibat dalam
masalah-masalah produksi yang menyangkut kualitas.
2) Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Cost)
Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk itu dikirimkan kepada pelanggan, seperti biaya dalam rangka meralat cacat kualitas setelah produk sampai ke pelanggan dan laba gagal yang diperoleh karena hilangnya peluang sebagai akibat adanya produk atau jasa yang tidak dapat diterima oleh pelanggan. Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan karena dapat membuat reputasi buruk , kehilangan pelanggan dan kehilangan pangsa pasar.
Biaya kegagalan eksternal meliputi :
a) Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari pelanggan, biaya ini
meliputi semua biaya yang ditimbulkan karena adanya keluhan-keluhan tertentu,
sehingga diperlukan pemeriksaan, reparasi atau penggantian/penukaran produk.
Biaya penanganan keluhan ini dibedakan antara yang masih bergaransi dan masa
garansinya sudah lewat.
b) Pelayanan (service)
produk, adalah biaya yang dikeluarkan akibat dari usaha untuk memperbaiki
ketidaksempurnaan atau untuk pengujian khusus atau untuk memperbaiki yang cacat
yang bukan disebabakan oleh adanya keluhan pelanggan.
c) Biaya penarikan
kembali dan pertanggung jawaban produk, biaya untuk menangani pengembalian
produk, perbaikan atau penggantian, biaya hukum atau biaya penyelesaian hukum.
d) Penjualan yang hilang
karena produk yang tidak memuaskan, margin kontribusi yang hilang karena
pesanan yang tertunda, penjualan yang hilang dan menurunnya pangsa pasar.
IV.
Inspeksi
Sebuah sistem operasi
yang baik mempunyai suatu pengendalian atas proses yang dilakukan. Tugas
manajemen operasi bukan hanya membuat sistem-sistem, namun juga memastikan
sistem tersebut memenuhi standar dengan inspeksi. Inspeksi ialah suatu cara
memastikan operasi telah mencapai kualitas yang diharapkan.
Inspeksi meliputi
pengukuran, perasaan, perabaan, penimbangan, atau pemeriksaan produk dengan
tujuan menemukan proses yang buruk sesegera mungkn. Perlu diingat, inspeksi
tidak memperbaiki kekurangan dalam sistem atau atau cacat pada produk atau
mengubah suatu produk dan meningkatkan nlainya. Inspeksi hanya berfungsi
menemukan kekurangan atau cacat.
Meski begitu, inspeksi
bukanlah solusi sempurna yang tidak memiliki kekurangan. Pada suatu percobaan,
110 produk cacat digabungkan dengan lot produk yang sempurna kemudian dilakukan
inspeksi. Hasilnya, pada inspeksi pertama, pengawas hanya menemukan 68 barang
cacat, tiga kali tahap inspeksi untuk menemukan 30 barang cacat berikutnya, dan
2 barang cacat tidak pernah ditemukan. Karena itu, proses yang baik dan
pemberdayaan pekerja merupakan solusi yang lebih baik daripada melakukan
inspeksi.
Inspeksi terbaik
adalah inspeksi yang dilakukan pada sumber produksi. Hal ini disebut inspeksi
sumber. Idenya adalah setiap pemasok, proses, dan pekerja memperlakukan langkah
berikutnya dalam proses sebagai pelanggan sehingga memastikan produknya tiba
dengan sempurna di pelanggan sebenarnya.
Inspeksi dapat dibantu
dengan dengan penggunaan daftar periksa dan pengendalian seperti perangkat yang
aman dari kesalahan yanag disebut poka-yoke. Poka-yoke adalah
alat atau teknik bebas kesalahan yang memastikan produksi produk yang baik
setiap saat. Contohnya mulut selang pompa bensin, ukuran standar kartos kentang
gorang di McDonald’s, dan perlatan paket operasi di rumah sakit.
Pada organisasi
berorientasi jasa, titik inspeksi ditetapkan pada lokasi yang luas. Inspeksi
terbagi dua berdasarkan karakteristik kualitas. Inspeksi atribut adalah
inspeksi yang menggolongkan barang cacat atau baik tanpa mencantumkan
keterangan derajat kecatatan. Inspeksi variabel adalah
inspeksi yang menggolongkan barang ke dalam suatu kontinum seperti dimensi,
ukuran, berat, kecepatan, dan kekuatan.
1.
Tujuan
inspeksi
Untuk memastikan sebuah sistem menghasilkan tingkat yang diharapkan maka
perlu dilakukan sesuatu pengendalian proses. Proses terbaik adalah yang
memiliki varisai kecil dari standar yang duharapkan. Tugas manajer operasi
adalah untuk membangun sebuah sistem dan memverifikasisering kali dengan
melakukan inspeksi, bahwa mereka memenuhi standar. Inspeksi, meliputi
pengukuran, perasaan, perabaan, penimbangan, atau pengecekan produk. Tujuannya
nya adalah menemukan proses yang buruk segera mungkin. Inspeksi harus dilihat
sebagai sebuah audit. Audit tidak menambahkan nilai pada produk. Jadi terdapat
dua masalah yang berkaitan dengan inspeksi (1) kapan inspeksi
dilakukan, dan (2) dimana inspeksi dilakukan.
2.
Pemeriksaan
barang
Inspeksi terbaik dapat dipikirkan sebagai tidak adanya inspeksi sama sekali
“inspeksi” ini selalu dilakukan pada sumbernya – kerjakan pekerjaan dengan
baik, dan operator yang memastikan hal ini. Halini dapat disebut sebagai
inspeksi sumber dan konsistensi dengan konsep pemberdayaan karyawan, diman
karyawan masing-masinglah mengecek pekerjaannya sendiri. Idenya adalah bahwa
setiap pemasok, proses, dan karyawan melakukan langkah berikut dalam
proses sebagai pelanggan, memastikan produk sempurna pada “pelanggan”
berikut. Inspeksi bisa bisa dibantu dengan menggunakan daftar
pengecekan dan pengendalian seperti alat yang aman dari
kesalahan, yang dapat disebut poka-yoke, sebuah nama yang
dipinjamkan dari orang jepang.
Poka-yoke adalah alat atau
teknik yang bebas kesalahan yang memastikan produksi yang baik setiap saaat.
Alat khusus ini menghindari kesalahan dan memberikan umpan balik dari suatu
permasalahan secara cepat.
3.
Waktu
dan tempat inspeksi
Kapan dan Dimana
Inspeksi Dilakukan
Pemutusan kapan dan
dimana inspeksi dilakukan akan bergantung pada tipe proses dan nilai tambah
pada setiap tahap. Inspeksi dapat terjadi pada salah satu titik berikut :
1)
Pada pabrik pemasok
anda saat pemasok sedang memproduksi.
2)
Pada tempat anda saat
menerima produk dari pemasok anda.
3)
Sebelum dilakukan
proses yang mahal dan tidak dapat diubah.
4)
Selama tahap demi
tahap proses produksi.
5)
Saat prouksi atau jasa
selesai.
6)
Sebelum pengantaran
dari tempat anda.
7)
Pada titik kontak
pelanggan.
Pada alat TQM yang
dibahas sebelumnya membantu keputusan “ kapan dan dimana inspeksi dilakukan”.
Walaupun demikian, inspeksi bukanlah merupakan pengganti dari produk tangguh
yang diproduksi oleh karyawan yang terlatih dalam suatu proses yang baik. Pada
suatu percobaan yang terkenal dilakukan oleh sebuah perusahaan penelitian
independen, 100 produk cacat ditambahkan pada lot yang “sempurna” dan kemudian
harus dilakukan inspeksi 100%. Pengawas menemukan hanya 68 produk cacat pada
inspeksi pertama mereka. Dibutuhkan tiga kali tahapan untuk
menentukan 30 cacat.
4.
Variabel
inspeksi
Saat inspeksi dilakukan, karakteristik kualitas dapat dihitung sebagai atribut atau variabel.
Inspeksi atribut menggolongkan barang baik atau cacat. Atribut tidak menjawab,
masalah derajat kecacatan. Inspeksi variabel menghitung dimensi seperti berat,
kecepatan, tinggi, atau kekuatan untuk melihat apakah suatu barang dapat masuk
dalam batasyang dapat diterima. Dengan mengetahui apakah atribut variabel yang
sedang di inspeksi akan membantu kita memutuskan pengendalian kualitas
statistik mana yang harus diambil.
V.
Sistem Pengawasan Statistikal
1.
Atribut
2.
Pengambilan sample
3.
Keuntungan metode statistic
VI.
Pemeliharaan Fasilitas
Dua pelayanan
penting dalam kegiatan-kegiatan produksi adalah pemeliharaan
(maintenance) dan penanganan bahan (material handling). Pemeliharaan yang
baik menjamin bahwa fasilitas-fasilitas produktif akan dapat beroperasi secara efektif.
Hal ini dihasilkan dari suatu kombinasi pemeliharaan preventif yang
mengantisipasi daya pakai mesin-mesin dan perbaikan kerusakan. Bila terjadi
kerusakan, secepat mungkin harus diperbaiki agar biaya sistem mesin yang tidak
produktif dan tenaga kerja menganggur dapat diminimumkan. Berbagai sistem
penanganan bahan juga esensial bagi produksi efektif. Dengan demikian dapat
diketahui apakah bahan-bahan akan dipindahkan dengan truk pengangkut bahan atau
menggunakan sistem ban berjalan kompleks yang dikendalikan komputer, sehingga
kegiatan utamanya adalah mengkoordinasi perpindahan atau pergerakan bahan
mentah, barang dalam proses dan barang jadi dari satu fasilitas ke fasilitas
yang lain. Dengan tujuan agar bahan yang tepat ada di tempat yang tepat dan pada
waktu yang tepat serta dalam kuantitas yang tepat.
1. Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)
Tindakan merawat mesin
atau peralatan pabrik dengan memperbaharui umur masa pakai dan
kegagalan/kerusakan mesin. (Setiawan F.D, 2008). Menurut M.S Sehwarat dan J.S
Narang, (2001) dalam bukunya “Production Management” pemeliharaan (maintenance)
adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan secara berurutan untuk menjaga atau
memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai dengan standar (sesuai dengan
standar fungsional dan kualitas). Menurut Sofyan Assauri (2004) pemeliharaan
adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan pabrik dan
mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya
terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang
direncanakan.
Kata pemeliharaan
diambil dari bahasa yunani terein artinya merawat, menjaga dan
memelihara. Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang
dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya sampai suatu
kondisi yang bisa diterima. Dari berbagai definisi menurut para ahli dapat
disimpulkan bahwa kegiatan pemeliharaan dilakukan untuk merawat ataupun
memperbaiki peralatan perusahaan agar dapat melaksanakan produksi dengan
efektif dan efisien sesuai dengan pesanan yang telah direncanakan dengan hasil
produk yang berkualitas.
2. Tujuan Pemeliharaan (Maintenance)
Menurut Daryus A,
(2008) dalam bukunya manajemen pemeliharaan mesin. Tujuan pemeliharaan yang
utama sebagai berikut :
a.
Untuk memperpanjang
kegunaan asset,
b.
Untuk menjamin
ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi dan mendapatkan
laba investasi maksimum.
c.
Untuk menjamin
kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan
darurat setiap waktu,
d.
Untuk menjamin
keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.
3. Fungsi Pemeliharaan (Maintenance)
a.
Mesin dan peralatan
produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan akan dapat dipergunakan
dalam jangka waktu panjang.
b.
Pelaksanaan proses
produksi dalam perusahaan yang bersangkutan berjalan dengan lancar.
c.
Dapat menghindarkan
diri atau dapat menekan sekecil mungkin terdapatnya kemungkinan
kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan peralatan produksi selama proses
produksi
berjalan.
d.
Peralatan produksi
yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka proses dan pengendalian
kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik pula.
e.
Dapat dihindarkannya
kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan produksi yang digunakan.
f.
Apabila mesin dan
peralatan produksi berjalan dengan baik, maka penyerapan bahan baku dapat
berjalan normal,
g.
Dengan adanya
kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi dalam perusahaan, maka
pembebanan mesin dan peralatan produksi yang ada semakin baik.
4. Kegiatan – Kegiatan Pemeliharaan (Maintenance)
Kegiatan pemeliharaan
dalam suatu perusahaan menurut Manahan P. Tampubolon, (2004) meliputi berbagai
kegiatan sebagai berikut :
a.
Inspeksi (inspection)
Kegiatan inspeksi
meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara berkala dimana maksud
kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai
peralatan atau fasilitas produksi yang baik untuk menjamin kelancaran proses
produksi. Sehingga jika terjadinya kerusakan, maka segera diadakan
perbaikan-perbaikan yang diperlukan sesuai dengan laporan hasil inspeksi dan
berusaha untuk mencegah sebab-sebab timbulnya kerusakan dengan melihat
sebab-sebab kerusakan yang diperoleh dari hasil inspeksi.
b.
Kegiatan teknik (engineering)
Kegiatan ini meliputi
kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli, dan kegiatan-kegiatan
pengembangan peralatan yang perlu diganti, serta melakukan
penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut. Dalam kegiatan
inilah dilihat kemampuan untuk mengadakan perubahan-perubahan dan
perbaikan-perbaikan bagi perluasan dan kemajuan dari fasilitas atau peralatan
perusahaan. Oleh karena itu kegiatan teknik ini sangat diperlukan terutama
apabila dalam perbaikan mesin-mesin yang rusak tidak didapatkan atau diperoleh
komponen yang sama dengan yang dibutuhkan.
c.
Kegiatan produksi (Production)
Kegiatan ini merupakan
kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu merawat, memperbaiki mesin-mesin
dan peralatan. Secara fisik, melaksanakan pekerjaan yang disarankan atau yang
diusulkan dalam kegiatan inspeksi dan teknik, melaksankan kegiatan service dan
pelumasan (lubrication). Kegiatan produksi ini diperlukan usaha-usaha
perbaikan segera jika terdapat kerusakan pada peralatan.
d.
Kegiatan administrasi (Clerical Work)
Kegiatan administrasi
ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan-pencatatan mengenai
biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan dan
biaya-biaya yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan, komponen (spareparts)
yang dibutuhkan, laporan kemajuan (progress report) tentang apa yang
telah dikerjakan, waktu dilakukannya inspeksi dan perbaikan, serta lamanya
perbaikan tersebut, komponen (spareparts) yag tersedia di bagian
pemeliharaan. Jadi dalam pencatatan ini termasuk penyusunan planning danscheduling,
yaitu rencana kapan suatu mesin harus dicek atau diperiksa, dilumasi atau
di service dan di resparasi.
e.
Pemeliharaan bangunan (housekeeping)
Kegiatan ini merupakan
kegiatan untuk menjaga agar bangunan gedung tetap terpelihara dan terjamin
kebersihannya.
VII.
Penanganan Bahan
1.
Arti dan Peran Penanganan Bahan
Penanganan bahan
(material handling) adalah kegiatan mengangkat, mengangkut dan meletakkan
bahan/barang-barang dalam proses di dalam pabrik, kegiatan mana dimulai dari
sejak bahan-bahan masuk atau diterima di pabrik sampai pada barang jadi/produk
akan dikeluarkan dari pabrik. Penanganan bahan (material handling) memiliki
peran penting dalam suatu pabrik. Pada perusahaan yang maju, pekerjaan
material handling merupakan sebagian besar dari kegiatan perusahaan pabrik dan
memakan biaya lebih dari lima puluh persen (50%) dari seluruh biaya
produksi. Biaya penanganan bahan terdiri atas upah untuk orang yang memindahkan
bahan (material handling), biaya investasi dari berbagai alat pemindahan bahan
yang digunakan, dan biaya-biaya yang tidak dapat dipisahkan dan termasuk dalam
biaya produksi untuk mengerjakan produk hasilnya. Dari biaya-biaya penanganan
bahan (material handling) ini ada sebagian yang termasuk dalam biaya langsung
(direct cost) dan ada sebagian lagi yang merupakan biaya tak langsung (indirect
cost).
2.
Tujuan Penanganan Bahan
Tujuan penanganan
bahan (material handling) adalah sebagai berikut :
1)
Menyediakan
atau menempatkan bahan-bahan di tempat kerja, "Make Ready"
2)
Melakukan kegiatan
yang nyata dalam pengolahan atau pembuatan barang "Do"
3)
Memindahkan
barang-barang, bahan-bahan dari tempat kerja "Put Away ".
Pada
dasamya tujuan diadakannya penanganan bahan (material handling) adalah
untuk menghilangkan pemborosan atau inefisiensi. Sehingga dapat
juga disimpulkan bahwa tujuan penanganan bahan (materialhandling) adalah
untuk mengangkat, mernindahkan serta menempatkan material pada saat dibutuhkan,
dan untuk melancarkan proses produksi agar barang-barang dapat diselesaikan tepat pada waktunya, serta unutuk menekan biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi.
3.
Hal Yang
Perlu Diperhatikan dalam Penanganan Bahan
1)
Produk, bentuk dan ukuran, jumlah unit rata-rata yang harus dipindahkan,
daya tahan terhadap getaran dan benturan,
bentuk dari bahan baku, dan barang setengah jadi yang harus dipindahkan.
2)
Pabrik,
lokasi pintu, lokasi tangga, daya tahan lantai, letak rungan, dan jalur
yang tersedia.
3)
Proses
produksi, urutan, arah pemindahan material, dan perlengkapan produksi.
4) Peralatan penanganan bahan.
4.
Prinsip Sistem Penanganan Bahan
Prinsip dasar sistem
penanganan bahan ada 17, yakni :
1)
Sistem penanganan
bahan yang disusun harus memenuhi tujuan dan persyaratan dasar.
2)
Sistem penanganan dan
penyimpanan hendaknya terintegrasi. Peralatan penanganan bahan dan
prosedurnya didisain sedemikian rupa dengan mempertimbangkan faktor kemampuan
manusia dan keterbatasannya.
3)
Metode dan
peralatan penanganan bahan yang dipilih harus memberikan biaya per
unit angkut yang rendah.
4)
Faktor pemakaian
energi dari sistem material handling dan prosedurnya harus diikutsertakan dalam
melakukan justifikasi ekonomi.
5)
Pemakaian ruangan yang
seefektif mungkin.
6)
Sedapat mungkin
memanfaatkan gaya berat dalam memindahkan bahan dengan tetap memperhatikan
keterbatasan.
7)
Gunakan komputerisasi
dalam penanganan bahan.
8)
Dalam penanganan dan
penyimpanan arus data harus terintegrasi dengan arus fisik material.
9)
Urutan operasi dan
tata letak peralatan harus efektif dan efisien.
10)
Standarisasikan metode
dan peralatan penanganan bahan.
11)
Mekanisasikan
peralatan penanganan bahan untuk efisiensi.
12)
Metode dan
peralatan penanganan bahan harus mempunyai dampak minimal terhadap
lingkungan.
13)
Metode penanganan
harus sesederhana mungkin dengan mengeliminasi, mengurangi atau
mengkombinasikan gerakan dan atau peralatan yang tidak perlu.
14)
Metode dan peralatan
harus bisa menangani berbagai kondisi operasi.
15)
Metode dan peralatan
material handling harus sesuai dengan peraturan keselamatan yang berlaku.
16)
Sistem material
handling harus mencakup jadwal pemeliharaan, jadwal perbaikan, serta kebijakan
jangka panjang.
5. Manfaat dari penanganan bahan
1)
Penghematan
biaya produksi, penurunan biaya persediaan, penggunaan ruangan lebih efisien, serta meningkatkan produktifitas
perusahaan.
2)
Pengurangan
sisa afval, yaitu produk-produk yang tidak sesuai standar.
3)
Menaikkan
luas produksi.
4)
Peningkatan
kondisi kerja karyawan.
5) Distribusi material akan berjalan lebih baik.
6.
Hal Yang Dapat
Dilakukan untuk Menurunkan Biaya Penanganan Bahan
1)
Pengurangan jumlah dan
jarak pengangkutan. Hal ini dapat ditempuh dengan mengadakan perubahan terhadap
layout.
2)
Pengurangan waktu yang
dibutuhkan di dalam pengangkutan bahan. Hal ini dapat dicapai dengan mengurangi
atau menghilangkan sama sekali waktu-waktu menunggu (waiting time). Dengan
melakukan penghematan terhadapwaktu maka akan terdapat penghematan berbagai
macam biaya disampung itu jadwak waktupun dapat dipercepat. Penghematan waktu
berarti pula pemanfaatan alat-alat penanganan bahan secara
lebih efektif.
3)
Pemilihan alat
pengangkutan bahan yang tepat alat-alat pengangkutan bahan harus dipilih agar
biaya operasional dan biaya modalnya minimum, terdapat keluwesan yang tinggi
dalam pengangkutan bahan-bahan memiliki tingkat keselamatan yang tinggi, dan
sebagainya.
7.
Tugas-tugas dari bagian penanganan bahan antara lain :
1)
Mengadakan
penyelidikan dan analisis untuk dapat menentukan bagaimana kegiatan penanganan
bahan dilakukan sehingga dapat lebih efisien.
2)
Merencanakan, mengadakan
pengujian/pengetesan dari perkembangan alat-alat penanganan bahan yang baru.
3)
Memberikan
nasihat-nasihat/rekomendasi mengenai perbaikan-perbaiakan yang perlu dilakuakan
dalam cara-cara pemindahan penanganan bahan dan dalam pemasangan perlengkapan
atau peralatan penanganan yang baru.
4)
Mengikuti pelaksanaan
dan membuat laporan mengenai pemasangan perlengkapan atau peralatan penanganan
(handling) yang baru tersebut.
8.
Aspek-aspek produksi yang menyangkut penanganan bahan :
1)
Desain produk (product
design), dimana produk yang direncanakan haruslah dibuat sedemikian rupa
sehingga mudah diangkut atau dipindahkan.
2)
Perencanaan tata letak
(plan lay out), dimana bagian-bagian dan peralatan haruslah diatur agar supaya
pemindahan bahan-bahan/barang-barang dalam proses dapat berjalan dengan lancar,
sehingga dapat mengurangi waktu pengerjaan dan waktu penanganan bahan.
3)
Perencanaan produksi
(production planning), di mana urutan-urutan proses produksi haruslah diatur
sedemikian rupa sehingga pemindahan bahan-bahannya mudah dilaksanakan.
4)
Pengepakan (packaging)
haruslah memperhatikan agar handling-nya mudah, dimana bungkusan atau pakannya
mudah diangkut atau dipindahkan.
REFERENSI :
1.
Bunawan, Pengantar Manajemen Operasi : Seri Diktat Kuliah,
Gunadarma, Jakarta, Edisi Terbaru
2.
Eddy Herjanto, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua,
Grasindo, Jakarta, atau Edisi terbaru
3.
T. Hani Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi,
BPFE, Yogyakarta, Edisi terbaru
4.
Sofyan Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi, LP FEUI,
Jakarta, Edisi terbaru
5.
Pangestu Subagyo, Manajemen Operasi, BPFE, Yogyakarta, Edisi
Terbaru
6.
Buku-buku Manajemen Opersional lain yang berkaitan (
Diusahakan terbitan terbaru )
Sumber
Lain :
http://akupersit.blogspot.co.id/2013/04/manajemen-mutu-tqm.html
https://pubon.blogspot.co.id/2013/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-mutu.html
http://about-oprasional.blogspot.co.id/2013/10/peranan-inspeksi.html
http://betesdalia.blogspot.co.id/2015/05/pemeliharan-dan-penanganan-bahan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar