Selasa, 13 Desember 2016

MANAJEMEN OPERASIONAL - MANAJEMEN MUTU DAN MASALAH LAIN MANAJEMEN OPERASIONAL




Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini membawa pengaruh yang cukup besar bagi perekonomian di Indonesia maupun di dunia. Para pelaku bisnis nasional perlu menyadari bahwa dalam situasi persaingan yang sangat ketat ini, mutlak diperlukan strategi yang handal agar produknya memiliki keunggulan. Setiap pebisnis bebas menawarkan produk dengan berbagai cara, antara lain lewat harga yang kompetitif, pelayanan yang baik dan kualitas dari suatu produk maupun jasa.
Pelayanan menjadi salah satu syarat utama bagi kesuksesan bisnis. Kompetisi global memberikan pilihan kepada konsumen dan mereka semakin sadar biaya dan sadar nilai, dalam meminta produk dan jasa yang berkualitas tinggi. Dengan meningkatnya kepekaan konsumen terhadap produk dan jasa, maka daya saing dan daya tahan setiap usaha harus memandang rendahnya biaya yang dikorbankan, tetapi juga ditentukan oleh efektifitas pelayanan. Hal inilah yang mendasari pemikiran akan perlunya suatu sistem manajemen terpadu seperti Total Quality Management (TQM) agar dapat menghasilkan berbagai produk dan jasa yang berkualitas tinggi. Kualitas produk atau jasa yang dihasilkan harus diimbangi dengan pengeluaran biaya yang seminimal mungkin dan pelayanan yang se-efisien mungkin.

Total Quality Management merupakan suatu konsep manajemen modern yang berusaha untuk merespon secara tepat terhadap setiap perubahan yang ada, baik yang didorong oleh kekuatan eksternal maupun internal. Total Quality Management juga merupakan tantangan terhadap teori manajemen tradisional. Pendekatan tradisional menekankan tujuan perusahaan pada usaha memaksimumkan laba, sedangkan Total Quality Management lebih berfokus pada tujuan perusahaan untuk melayani kebutuhan pelanggan dengan memasok barang dan jasa pelayanan yang memiliki kualitas sebaik mungkin.
Total Quality Management memberikan landasan bagi manajemen kualitas dan merupakan suatu alternatif dalam menjamin kepuasan pelanggan. Total Quality Management memberikan suatu struktur (kerangka) dan alat bagi manajemen kualitas sehingga pada keseluruhan operasi terdapat upaya yang berkelanjutan yang memusatkan perhatian pada kelompok bidang kualitas. Konsep kualitas yang berorientasi pada kepuasan pelanggan secara terpadu bersamaan dengan biaya kualitas yang rasional harus dibentuk sebagai salah satu tujuan implementasi dan perencanaan bisnis dan produk yang primer dan pengukuran prestasi dari pemasaran, perekayasaan, produksi, hubungan industrial, dan fungsi pelayanan dari perusahaan.

Prinsip Total Quality Management dalam pencapaian tujuannya adalah melakukan perbaikan kualitas secara terus-menerus sehingga perusahaan dapat meningkatkan labanya melalui dua jalur. Jalur pertama yaitu jalur pasar, yakni perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingannya sehingga pangsa pasarnya semakin besar dan harga jualnya dapat lebih tinggi. Kedua hal ini mengarah pada meningkatnya penghasilan sehingga laba yang diperoleh semakin besar. Sedangkan jalur kedua yaitu jalur biaya, yakni perusahaan dapat meningkatkan output yang bebas dari kerusakan melalui upaya perbaikan kualitas. Hal ini menyebabkan biaya operasi perusahaan berkurang dan dengan demikian laba yang diperoleh akan meningkat.

Penerapan Total Quality Management sangat berkaitan erat dengan kualitas. Kualitas yang dimaksud lebih terfokus pada karakteristik produk atau jasa, melibatkan pelanggan dan pemasok dimana masukan dari para pelanggan terhadap produk atau jasa selalu dievaluasi untuk meningkatkan performa dari produk atau jasa tersebut. Pengendalian kualitas merupakan aktivitas teknik dari manajemen yang mana berdasarkan aktifitas itu, dapat diukur ciri-ciri kualitas produk/jasa dan membandingkan dengan spesifikasi atau persyaratan tertentu, serta mengambil tindakan penyesuaian jika terjadi perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dengan standar yang telah ditentukan.
Dengan pengendalian kualitas diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat ditekan serendah mungkin dan proses produksi dapat diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai. Diharapkan pula proses yang baik sejak awal akan menghasilkan produk yang baik, sehingga proses produksi harus stabil dan dalam batas-batas kontrol agar sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.

Nasution (2005:178) mengatakan bahwa peningkatan kualitas berbanding lurus dengan peningkatan biaya, sehingga ketika manajemen memutuskan untuk meningkatkan kualitas, secara otomatis biaya akan meningkat. Pandangan ini dianggap keliru oleh para pioner kualitas karena dalam paradigma baru dikatakan bahwa kualitas tidak memerlukan biaya (quality has no cost). Dalam prakteknya, ketika pada saat produk/jasa dihasilkan dan ternyata masih ada barang yang cacat atau pelayanan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan makakesalahan tersebut akan menjadi pemborosan bagi perusahaan karena dibutuhkan biaya perbaikan atau terjadi konsumen komplen terhadap jasa pelayanan tersebut sehingga menyebabkan citra dari perusahaan menjadi buruk dan berdampak konsumen manjadi tidak loyal. Tapi, ketika peningkatan kualitas dan “maintenance” terhadap kualitas tersebut senantiasa dijaga, maka hal-hal yang tidak diinginkan tersebut justru dapat dihindari.

Manajemen Mutu dan Masalah Lain  Manajemen Operasional

                                I.   Pengertian Mutu

1.      Pengertian dan Konsep Total Quality Management.

Tjiptono (2003:4) mendefinisikan Total Quality Management sebagai “Suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya”. Sedangkan Gasperz (2001:5) mendefinisi Total Quality Managementsebagai “Suatu cara meningkatkan performansi secara terus-menerus (continuous performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia”. Pengertian Total Quality Management yang diungkapkan para ahli pada umumnya sama, yakni merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Total Quality Management merupakan pendekatan manajemen sistematik yang berorientasi pada organisasi, pelanggan, dan pasar melalui kombinasi antara pencarian fakta praktis dan penyelesaian masalah guna menciptakan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktifitas dan kinerja lain dalam perusahaan. Dasar pemikiran diperlukannya Total Quality Management sangatlah sederhana, yakni bahwa cara yang terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk menghasilkan kualitas yang terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses  dan lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan menerapkanTotal Quality Management. Penerapan Total Quality Management dalam suatu perusahaan dapat memberikan beberapa manfaat utama yang pada gilirannya meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan, sehingga diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi.

2.      Prinsip-Prinsip Total Quality Management.

Menurut Hensler dan Brunellin yang dikutip oleh Tjiptono (2003: 14-15) ada empat prinsip utama dalam Total Quality Management. Keempat Prinsip tersebut adalah
:
1)      Kepuasan Pelanggan
Dalam Total Quality Management, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi tertentu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk dalam harga, keamanan, dan ketepatan waktu.
2)      Respek terhadap setiap orang.
Dalam perusahaan berkualitas, setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreatifitas yang khas. Dengan demikian, karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam organisasi diperlukan dengan baik dan diberikan kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
3)      Manajemen Berdasarkan Fakta
Perusahaan kelas berkualitas berorientasi pada fakta, maksudnya bahwa setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan. Ada dua konsep pokok yang berkaitan dengan hal ini: (1) prioritas, yakni suatu konsep yang menyatakan bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada; (2) variasi atau variabilitas kinerja manusia, variasi/variabilitas (keragaman) kinerja/kemampuan dari setiap anggota merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi. Maksudnya, setiap perbedaan yang terjadi dikaji, kemudian ditetapkan langkah/kebijakan yang paling sesuai untuk diterapkan. Dengan demikian, manajemen dapat memprediksikan hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
4)      Perbaikan yang berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini adalah siklus PDCAA (plan-do-check-act-analyze), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, dan melakukan tindakan koreksi terhadap hasil yang diperoleh.

3.      Elemen-Elemen dalam Total Quality Management.

Nasution (2005:324) mengemukakan The Malcolm Balridge National Award (1987) yang merupakan salah satu pengesahan mutu untuk mengakui Total Quality Management sebagai bagian penting dari strategi usaha, dimana The Malcolm Balridge National Award ini berfokus pada sistem manajemen mutu terpadu dan menghasilkan perbaikan sistem mutu. Konsep-konsep penting dalam kriteria pengujian penghargaan Malcolm Balridge (sejak tahun 1987 s/d sekarang) adalah sebagai berikut
:
1)      Mutu adalah didefinisikan oleh pelanggan
2)      Kepemimpinan senior usaha perlu menciptakan nilai mutu yang jelas dan membangun nilai kedalam care perusahaan
3)      Keunggulan mutu diperoleh dari sistem dan proses yang didesain dengan baik dan dilaksanakan dengan baik.
4)      Perbaikan yang berkesinambungan harus merupakan bagian dari manajemen serta semua sistem dan proses
5)      Perusahaan perlu mengembangkan tujuan serta juga rencana strategik dan operasional untuk mencapai kepemimpinan mutu.
6)      Memperpendek waktu tanggapan dari semua operasi dan proses dari kebutuhan perusahaan sebagai bagian usaha perbaikan mutu.
7)      Operasi dan keputusan perusahaan harus didasarkan pada fakta dan data
8)      Semua karyawan harus secara tepat dilatih dan dikembangkan serta dilibatkn dalam aktifitas mutu.
9)      Mutu desain dan pencegahan kesalahan harus merupakan unsur utama dalam sistem mutu.
10)  Perusahaan perlu mengkomunikasikan persyaratan mutu kepada pemasok dan bekerja untuk meningkatkan kinerja mutu pemasok.


Kriteria mutu Malcolm Balridge berfokus pada 7 area topik yang menjadi elemen dari Total Quality Management yang secara integral dan dinamis berhubungan (Nasution 2005:326) yaitu sebagai berikut :
1)      Kepemimpinan (Leadership)
Total Quality Management dapat dilaksanakan jika semua manajer di setiap lini menerapkan Total Quality Management sebagai suatu filosofi dengan menyusun sasaran dan merencanakan strateginya.
2)      Informasi dan Analisis (Information and analysis)
Setiap kejadian yang berhubungan dengan kualitas menjadi informasi yang sangat penting, informasi tersebut kemudian dikaji dan di evaluasi sehingga efisiensi dapat tercapai.
3)      Perencanaan Kualitas Strategis (Strategic Quality Planning)
Perencanaan adalah sesuatu yang sangat penting, untuk itu harus disusun secara matang. Tanpa perencanan maka tidak dapat diukur efektivitas pelaksanaannya.
4)      Pengembangan Sumber Daya Manusia (Human Resource Management)
Karyawan dalam perusahaan dituntut keterlibatannya secara penuh. Tanpa keterlibatan dan partisipasi penuh, maka filosofi tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu kepuasan kepada karyawan adalah salah satu cara melibatkan mereka dalam seluruh kegiatan perusahaan.
5)      Manajemen Kualitas Proses (Management Quality Process)
Hal ini meliputi pendesainan dan pengenalan kualitas dan pelayanan. Pihak manaajemen juga akan terus mengadakan proses perbaikan terus menerus
6)      Hasil-hasil Kualitas (Quality Result)
Hasil-hasil kualitas diketahui melalui survey pendahuluan yang bersifat eksploratif, diidentifikasi melalui semua atribut produk yang menentukan kepuasan pelanggan dan persepsi pelanggan tentang kualitas produk.
7)      Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction)
Kepuasan pelanggan adalah tujuan akhir atau batu ujian dari program mutu gabungan suatu organisasi, yang diintegrasikan petunjuk keunggulan dan kontinuitas yang menggambarkan mutu total.

                              II.       Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Produk
Menurut Husein (2000 : 37), konsumen pada dasarnya memandang kualitas atas 5 dimensi yaitu :
1.      Performance.
Merupakan dimensi yang paling basic dan berhubungan dengan fungsi utama dari suatu produk. Konsumen akan senang apabila harapan mereka terhadap suatu dimensi terpenuhi. Bagi setiap produk, performance tergantung darifungtional value yang di janjikan oleh perusahaan.
2.      Features
Yaitu aspek performansi yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.
3.      Durability
Merupakan keawetan yang menunjukkan suatu pengukuran terhadap siklus produk, baik secara teknis maupun waktu. Produk tersebut disebut awet kalau sudah banyak digunakan atau sudah lama sekali digunakan. Bagi konsumen, awet yang berhubungan dengan aspek waktu lebih mudah dimengerti. Karna itu, sebagian besar produk-produk yang menjanjikan keawetan lebih menonjolkan masalah awet dalam hal waktu.
4.      Conformance
Dimensi ini menunjukkan seberapa jauh suatu produk dapat me standar atau spesifikasi tertentu. Hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah di tuturkan sebelumnya berdasarkan keinginan konsumen. Konfirmasi merefleksikan derajat ketepatan antara karakteristik desain produk dengan karakteristik kualitas standar yang telah ditetapkan.
5.      Reliability
Reliability menunjukkan keadaan atau kualitas produk yang dapat memberikan keyakinan kepada konsumen untuk memilih produk tersebut, dengan kata lain konsumen akan percaya dengan kualitas produk tersebut.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mutu produk, menurut Feigenbaum (2000 : 7) adalah :
a.      Market(pasar)
Jumlah produk baru dan lebih baik yang ditawarkan di pasar, terus tumbuh pada laju eksplosit. Kebanyakan dari produk ini adalah hasil perkembangan-perkembangan teknologi baru bukan hanya produk itu sendiri tetapi juga bahan dan metode yang mendasari pembuatan produk tersebut.
b.      Money(uang)
c.       Meningkatnya persaingan di dalam banyak bidang, bersamaan dengan fluktuasi ekonomi dunia telah menurunkan batas (margin) laba. Pada waktu yang bersamaa, kebutuhan akan diotomasi. Pengeluaran biaya yang lebih besar untuk proses dan perlengkapan yang baru. Kenyataan ini telah memfokuskan perhatian manajer dibidang biaya mutu sebagai salah satu “titik lunak” tempat biaya operasi dan kerugian dapat diturunkan untuk mempebaiki laba.
d.      Management (manajemen)
Tanggung jawab mutu telah didistribusikan antara beberapa kelompok khusus. Bagian kendali mutu harus direncanakan pengukuran-pengukuran mutu. Pada seluruh aliran, proses yang menjamin bahwa hasil akhir memenuhi persyaratan-persyaratan mutu. Hal ini telah menambah beban manajemen puncak, khususnya dipandang dari bertambahnya kesulitan dalam mengalokasikan tanggung jawab yang tepat untuk mengoreksi penyimpangan standart mutu.
e.      Man(manusia)
Pertumbuhan yang cepat dalam pengetahuan teknis dan penciptaan seluruh bidang-bidang baru seperti elektronika, komputer telah mempercepat suatu permintaan yang besar akan karyawan dengan pengetahuan khusus.
f.        Motivation(motivasi)
Meningkatnya kerumitan dalam membawa mutu produk kedalam pasar telah memperbesar makna kontribusi setiap karyawan terhadap mutu. Penelitian tentangmotivasi manusia menunjukkan bahwa sebagai tambahan hadiah uang. Hal ini membimbing kearah kebutuhan yang tidak pernah ada sebelumnya, yaitu pendidikan mutu dan komunikasi yang lebih baik tentang kesadaran mutu.
g.      Materials(bahan)
Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan mutu, para ahli teknik memilih bahan dengan batasan yang lebih ketat dari pada sebelumnya dan menggunakan banyak bahan yang baru, yang disebut logam dan campuran eksotik untuk pemakaian khusus. Akibatnya spesifikasi bahan menjadi lebih ketat dan keanekaragaman bahan menjadi lebih besar.
h.      Machine and mechanisation (mesin dan mekanisasi)
Mutu yang baik sebuah faktor yang kritis dalam memelihara waktu kerja mesin agar fasilitasnya dapat dimanfaatkan sepunuhnya. Semakin besar usaha peusahaan untuk melakukan pemekanisasian dan otomasi untuk mencapai penurunan biaya, mutu yang baik semakin kritis, baik untuk membuat penurunan-penurunan  ini menjadi nyata dan untuk meningkatkan pekerja dan pemakaian mesin hingga ke nilai yang memuaskan.
i.        Modern information methods (metode informasi modern)
Evolusi teknologi komputer yang cepat telah membuka kemungkinan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengambil kembali dan manipulasi informasi pada suatu skala yang tidak pernah terbayang sebelumnya. Teknologi informasi baru yang ampuh ini menyediakan cara untuk mengandalkan produk dan jasa bahkan hingga setelah sampai ke pelanggan.
j.        Mounting product requirements (persyaratan proses produksi)
Kemajuan pesat dalam kerumitan kerekayasaan rancangan yang memerlukan kendali yang jauh lebih ketat pada seluruh proses pembuatan, telah membuat hal-hal kecil yang sebelumnya terabaikan menjadi penting secara potensial. Meningkatnya kerumitan dan persyaratan-persyaratan prestasi yang lebih tinggi bagi produk telah menekankan pentingnya keamanan dan kehandalan produk.

Dengan demikian, kita lihat bahwa banyak dari faktor yang mempengaruhi mutu ini mengalami perubahan terus menerus.

                            III.       Biaya yang berhubungan dengan mutu

1.      Pengertian Biaya Kualitas

Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk. Menurut Blocher, dkk (2000:220), biaya kualitas didefinisikan sebagai biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan produk yang berkualitas rendah dan denganopportunity cost dari hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat dari rendahya kualitas. Jadi biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan. Biaya kualitas merupakan biaya yang terjadi karena adanya kesadaran akan perlunya menghindari kesalahan sehingga tidak terjadi pemborosan atau biaya yang terjadi karen adanya kesalahan pada produk yang sudah terlanjur terjadi dan harus diperbaiki.

2.      Jenis-Jenis Biaya Kualitas.

Menurut Russel yang dikutip oleh Ariani (2004:9), biaya kualitas digolongkan dalam dua golongan besar, yaitu
:
a.      Cost Of Conformance
Biaya yang termasuk dalam cost of conformace adalah biaya pencegahan dan biaya penilaian, karena biaya-biaya tersebut terjadi dalam rangka memastikan kualitas produk sesuai dengan keinginan pelanggan.
b.      Biaya pencegahan (prevention cost)
Biaya pencegahan merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan (mencegah cacat kualitas) atau semua biaya yang berkaitan dengan setiap kegiatan yang dirancang untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan yang tepat dilaksanakan dengan benar sejak pertama kali. Biaya pencegahan meliputi :
1)      Biaya pelatihan kualitas, yaitu pengeluaran-pengeluaran untuk program-program pelatihan internal dan eksternal.
2)      Biaya Teknik dan perencanaan kualitas, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan patokan rencana kualitas produk yang dihasilkan.
3)      Biaya pemeliharaan peralatan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memasang, menyesuaikan, mempertahankan, memperbaiki, dan menginspeksi peralatan produksi, proses dan sistem.
4)      Biaya penjaminan supplier, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan kebutukan dan pengukuran data, auditing dan pelaporan kualitas.
c.       Biaya penilaian (Detection/Appraisal Cost)
Biaya penilaian dikeluarkan dalam rangka pengukuran dan analisis data untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan spesifikasinya dan persyaratan-persyaratan kualitas. Tujuan utama penilaian adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kerusakan sepanjang proses perusahaan, misalnya mencegah pengiriman barang-barang yang tidak sesuai dengan persyaratan kepada pelanggan. Biaya ini meliputi :
1)      Biaya pengujian dan inspeksi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menguji dan menginspeksi kesesuaian barang yang akan datang, produk dalam proses dan produk selesai dengan kualifikasi yang tercantum dalam pesanan
2)      Peralatan pengujian, yaitu biaya yang dikelurkan untuk memperoleh, mengoperasikan, atau mempertahankan kualitas, software, mesin dan peralatan pengujian atau penilaian kualitas produk dan proses
3)      Audit kualitas, yaitu biaya yang meliputi pemeriksaan kualitas produk, seperti gaji dan upah semua orang yang terlibat dalam penilaian kualitas produk dan jasa dan pengeluaran lain yang dikeluarkan selama penilaian kualitas.
4)      Evaluasi persediaan, yaitu biaya yang meliputi pengujian produk di gudang, dengan tujuan untuk mendeteksi terjadinya penurunan kualitas produk
5)      Biaya informasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan dan membuktikan laporan kualitas.

d.      Cost Of Non Conformance
Biaya yang termasuk kedalam Cost of Non Conformance adalah biaya kegagalan internal dan ekternal karena biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan karena menghasilkan produk yang cacat dan opportunity cost karena ditolaknya produk atau jasa.

1)      Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)
Merupakan biaya yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan persyaratan atau biaya yang dikeluarkan karena rendahnya kualitas yang ditemukan sejak penilaian awal dan sebelum barang atau jasa dikirimkan kepada pelanggan. Pengukuran biaya kegagalan internal dilakukan dengan menghitung kerusakan produk sebelum meninggalkan pabrik.

Biaya kegagalan internal meliputi :
a)      Biaya tindakan koreksi, adalah biaya untuk waktu yang dihabiskan untuk menemukan penyebab kegagalan dan untuk mengoreksi masalah.
b)      Sisa bahan, adalah kerugian yang timbul karena adanya sisa bahan baku yang tidak terpakai dalam upaya memenuhi tingkat kualitas yang dikehendaki. 
c)      Biaya pengerjaan kembali, adalah biaya yang timbul untuk melakukan proses pengerjaan ulang agar dapat memenuhi standar kualitas yang disyaratkan. 
d)      Biaya proses, adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendesain ulang produk atau proses dan pemberhentian mesin yang tidak direncanakan dan gagalnya produksi karena adanya penyelaan proses untuk perbaikan dan pengerjaan kembali.
e)      Biaya ekspedisi, adalah biaya yang dikeluarkan untuk mempercepat operasi pengolahan karena adanya waktu yang dihabiskan untuk perbaikan dan pengerjaan kembali.
f)       Biaya inspeksi dan pengujian ulang, adalah biaya yang dikeluarkan selama inspeksi ulang atau pengujian ulang atas produk-produk yang telah diperbaiki.
g)      Factory Contact Engineering, adalah biaya yang berhubungan dengan waktu yang digunakan oleh para ahli produk atau produksi yang terlibat dalam masalah-masalah produksi yang menyangkut kualitas.

2) Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Cost)

Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk itu dikirimkan kepada pelanggan, seperti biaya dalam rangka meralat cacat kualitas setelah produk sampai ke pelanggan dan laba gagal yang diperoleh karena hilangnya peluang sebagai akibat adanya produk atau jasa yang tidak dapat diterima oleh pelanggan. Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan karena dapat membuat reputasi buruk , kehilangan pelanggan dan kehilangan pangsa pasar.
Biaya kegagalan eksternal meliputi
:
a)      Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari pelanggan, biaya ini meliputi semua biaya yang ditimbulkan karena adanya keluhan-keluhan tertentu, sehingga diperlukan pemeriksaan, reparasi atau penggantian/penukaran produk. Biaya penanganan keluhan ini dibedakan antara yang masih bergaransi dan masa garansinya sudah lewat.
b)      Pelayanan (service) produk, adalah biaya yang dikeluarkan akibat dari usaha untuk memperbaiki ketidaksempurnaan atau untuk pengujian khusus atau untuk memperbaiki yang cacat yang bukan disebabakan oleh adanya keluhan pelanggan. 
c)      Biaya penarikan kembali dan pertanggung jawaban produk, biaya untuk menangani pengembalian produk, perbaikan atau penggantian, biaya hukum atau biaya penyelesaian hukum. 
d)      Penjualan yang hilang karena produk yang tidak memuaskan, margin kontribusi yang hilang karena pesanan yang tertunda, penjualan yang hilang dan menurunnya pangsa pasar. 


                           IV.       Inspeksi
Sebuah sistem operasi yang baik mempunyai suatu pengendalian atas proses yang dilakukan. Tugas manajemen operasi bukan hanya membuat sistem-sistem, namun juga memastikan sistem tersebut memenuhi standar dengan inspeksi. Inspeksi ialah suatu cara memastikan operasi telah mencapai kualitas yang diharapkan.

Inspeksi meliputi pengukuran, perasaan, perabaan, penimbangan, atau pemeriksaan produk dengan tujuan menemukan proses yang buruk sesegera mungkn. Perlu diingat, inspeksi tidak memperbaiki kekurangan dalam sistem atau atau cacat pada produk atau mengubah suatu produk dan meningkatkan nlainya. Inspeksi hanya berfungsi menemukan kekurangan atau cacat.

Meski begitu, inspeksi bukanlah solusi sempurna yang tidak memiliki kekurangan. Pada suatu percobaan, 110 produk cacat digabungkan dengan lot produk yang sempurna kemudian dilakukan inspeksi. Hasilnya, pada inspeksi pertama, pengawas hanya menemukan 68 barang cacat, tiga kali tahap inspeksi untuk menemukan 30 barang cacat berikutnya, dan 2 barang cacat tidak pernah ditemukan. Karena itu, proses yang baik dan pemberdayaan pekerja merupakan solusi yang lebih baik daripada melakukan inspeksi.

Inspeksi terbaik adalah inspeksi yang dilakukan pada sumber produksi. Hal ini disebut inspeksi sumber. Idenya adalah setiap pemasok, proses, dan pekerja memperlakukan langkah berikutnya dalam proses sebagai pelanggan sehingga memastikan produknya tiba dengan sempurna di pelanggan sebenarnya.

Inspeksi dapat dibantu dengan dengan penggunaan daftar periksa dan pengendalian seperti perangkat yang aman dari kesalahan yanag disebut poka-yokePoka-yoke adalah alat atau teknik bebas kesalahan yang memastikan produksi produk yang baik setiap saat. Contohnya mulut selang pompa bensin, ukuran standar kartos kentang gorang di McDonald’s, dan perlatan paket operasi di rumah sakit.

Pada organisasi berorientasi jasa, titik inspeksi ditetapkan pada lokasi yang luas. Inspeksi terbagi dua berdasarkan karakteristik kualitas. Inspeksi atribut adalah inspeksi yang menggolongkan barang cacat atau baik tanpa mencantumkan keterangan derajat kecatatan. Inspeksi variabel adalah inspeksi yang menggolongkan barang ke dalam suatu kontinum seperti dimensi, ukuran, berat, kecepatan, dan kekuatan.

1.      Tujuan inspeksi
Untuk memastikan sebuah sistem menghasilkan tingkat yang diharapkan maka perlu dilakukan sesuatu pengendalian proses. Proses terbaik adalah yang memiliki varisai kecil dari standar yang duharapkan. Tugas manajer operasi adalah untuk membangun sebuah sistem dan memverifikasisering kali dengan melakukan inspeksi, bahwa mereka memenuhi standar. Inspeksi, meliputi pengukuran, perasaan, perabaan, penimbangan, atau pengecekan produk. Tujuannya nya adalah menemukan proses yang buruk segera mungkin. Inspeksi harus dilihat sebagai sebuah audit. Audit tidak menambahkan nilai pada produk. Jadi terdapat dua masalah yang berkaitan dengan inspeksi (1) kapan inspeksi dilakukan, dan (2) dimana inspeksi dilakukan.

2.      Pemeriksaan barang
Inspeksi terbaik dapat dipikirkan sebagai tidak adanya inspeksi sama sekali “inspeksi” ini selalu dilakukan pada sumbernya – kerjakan pekerjaan dengan baik, dan operator yang memastikan hal ini. Halini dapat disebut sebagai inspeksi sumber dan konsistensi dengan konsep pemberdayaan karyawan, diman karyawan masing-masinglah mengecek pekerjaannya sendiri. Idenya adalah bahwa setiap pemasok, proses, dan karyawan melakukan langkah berikut dalam proses sebagai pelanggan, memastikan produk sempurna pada “pelanggan” berikut. Inspeksi bisa bisa dibantu dengan menggunakan  daftar pengecekan  dan pengendalian seperti alat  yang aman dari kesalahan, yang dapat disebut poka-yoke, sebuah nama yang dipinjamkan dari orang jepang.

Poka-yoke adalah alat atau teknik yang bebas kesalahan yang memastikan produksi yang baik setiap saaat. Alat khusus ini menghindari kesalahan dan memberikan umpan balik dari suatu permasalahan secara cepat.

3.      Waktu dan tempat inspeksi
Kapan dan Dimana Inspeksi Dilakukan
Pemutusan kapan dan dimana inspeksi dilakukan akan bergantung pada tipe proses dan nilai tambah pada setiap tahap. Inspeksi dapat terjadi pada salah satu titik berikut :
1)      Pada pabrik pemasok anda saat pemasok sedang memproduksi.
2)      Pada tempat anda saat menerima produk dari pemasok anda.
3)      Sebelum dilakukan proses yang mahal dan tidak dapat diubah.
4)      Selama tahap demi tahap proses produksi.
5)      Saat prouksi atau jasa selesai.
6)      Sebelum pengantaran dari tempat anda.
7)      Pada titik kontak pelanggan.

Pada alat TQM yang dibahas sebelumnya membantu keputusan “ kapan dan dimana inspeksi dilakukan”. Walaupun demikian, inspeksi bukanlah merupakan pengganti dari produk tangguh yang diproduksi oleh karyawan yang terlatih dalam suatu proses yang baik. Pada suatu percobaan yang terkenal dilakukan oleh sebuah perusahaan penelitian independen, 100 produk cacat ditambahkan pada lot yang “sempurna” dan kemudian harus dilakukan inspeksi 100%. Pengawas menemukan hanya 68 produk cacat pada inspeksi pertama mereka. Dibutuhkan tiga kali tahapan untuk menentukan  30 cacat.

4.      Variabel inspeksi
Saat inspeksi dilakukan, karakteristik kualitas dapat dihitung sebagai atribut atau variabel. Inspeksi atribut menggolongkan barang baik atau cacat. Atribut tidak menjawab, masalah derajat kecacatan. Inspeksi variabel menghitung dimensi seperti berat, kecepatan, tinggi, atau kekuatan untuk melihat apakah suatu barang dapat masuk dalam batasyang dapat diterima. Dengan mengetahui apakah atribut variabel yang sedang di inspeksi akan membantu kita memutuskan pengendalian kualitas statistik mana yang harus diambil.

                             V.       Sistem Pengawasan Statistikal
1.      Atribut
2.      Pengambilan sample
3.      Keuntungan metode statistic

                           VI.       Pemeliharaan Fasilitas
Dua pelayanan penting dalam kegiatan-kegiatan produksi adalah pemeliharaan (maintenance) dan penanganan bahan (material handling). Pemeliharaan yang baik menjamin bahwa fasilitas-fasilitas produktif akan dapat beroperasi secara efektif. Hal ini dihasilkan dari  suatu kombinasi pemeliharaan preventif yang mengantisipasi daya pakai mesin-mesin dan perbaikan kerusakan. Bila terjadi kerusakan, secepat mungkin harus diperbaiki agar biaya sistem mesin yang tidak produktif dan tenaga kerja menganggur dapat diminimumkan. Berbagai sistem penanganan bahan juga esensial bagi produksi efektif. Dengan demikian dapat diketahui apakah bahan-bahan akan dipindahkan dengan truk pengangkut bahan atau menggunakan sistem ban berjalan kompleks yang dikendalikan komputer, sehingga kegiatan utamanya adalah mengkoordinasi perpindahan atau pergerakan bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi dari satu fasilitas ke fasilitas yang lain. Dengan tujuan agar bahan yang tepat ada di tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat serta dalam kuantitas yang tepat.
1.      Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)

Tindakan merawat mesin atau peralatan pabrik dengan memperbaharui umur masa pakai dan kegagalan/kerusakan mesin. (Setiawan F.D, 2008). Menurut M.S Sehwarat dan J.S Narang, (2001) dalam bukunya “Production Management” pemeliharaan (maintenance) adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai dengan standar (sesuai dengan standar fungsional dan kualitas). Menurut Sofyan Assauri (2004) pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.

Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein artinya merawat, menjaga dan memelihara. Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima. Dari berbagai definisi menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemeliharaan dilakukan untuk merawat ataupun memperbaiki peralatan perusahaan agar dapat melaksanakan produksi dengan efektif dan efisien sesuai dengan pesanan yang telah direncanakan dengan hasil produk yang berkualitas.

2.      Tujuan Pemeliharaan (Maintenance)

Menurut Daryus A, (2008) dalam bukunya manajemen pemeliharaan mesin. Tujuan pemeliharaan yang utama  sebagai berikut :
a.      Untuk memperpanjang kegunaan asset,
b.      Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum.
c.       Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu,
d.      Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

3.      Fungsi Pemeliharaan (Maintenance)

a.      Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang.
b.      Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan berjalan dengan lancar.
c.       Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin terdapatnya kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan peralatan produksi selama proses produksi berjalan.                                                                          
d.      Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik pula.
e.      Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan produksi yang digunakan.
f.        Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka penyerapan bahan baku dapat berjalan normal,
g.      Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi dalam perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan produksi yang ada semakin baik.

4.      Kegiatan – Kegiatan Pemeliharaan (Maintenance)

Kegiatan pemeliharaan dalam suatu perusahaan menurut Manahan P. Tampubolon, (2004) meliputi berbagai kegiatan sebagai berikut :
a.      Inspeksi (inspection)
Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara berkala dimana maksud kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai peralatan atau fasilitas produksi yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi. Sehingga jika terjadinya kerusakan, maka segera diadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sesuai dengan laporan hasil inspeksi dan berusaha untuk mencegah sebab-sebab timbulnya kerusakan dengan melihat sebab-sebab kerusakan yang diperoleh dari hasil inspeksi.
b.      Kegiatan teknik (engineering)
Kegiatan ini meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli, dan kegiatan-kegiatan pengembangan peralatan yang perlu diganti, serta melakukan penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut. Dalam kegiatan inilah dilihat kemampuan untuk mengadakan perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan bagi perluasan dan kemajuan dari fasilitas atau peralatan perusahaan. Oleh karena itu kegiatan teknik ini sangat diperlukan terutama apabila dalam perbaikan mesin-mesin yang rusak tidak didapatkan atau diperoleh komponen yang sama dengan yang dibutuhkan.
c.       Kegiatan produksi (Production)                                                                               
Kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu merawat, memperbaiki mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik, melaksanakan pekerjaan yang disarankan atau yang diusulkan dalam kegiatan inspeksi dan teknik, melaksankan kegiatan service dan pelumasan (lubrication). Kegiatan produksi ini diperlukan usaha-usaha perbaikan segera jika terdapat kerusakan pada peralatan.
d.      Kegiatan administrasi (Clerical Work)                                                                       
Kegiatan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan dan biaya-biaya yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan, komponen (spareparts) yang dibutuhkan, laporan kemajuan (progress report) tentang apa yang telah dikerjakan, waktu dilakukannya inspeksi dan perbaikan, serta lamanya perbaikan tersebut, komponen (spareparts) yag tersedia di bagian pemeliharaan. Jadi dalam pencatatan ini termasuk penyusunan planning danscheduling, yaitu rencana kapan suatu mesin harus dicek atau diperiksa, dilumasi atau di service dan di resparasi.
e.      Pemeliharaan bangunan (housekeeping)                                                                     
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk menjaga agar bangunan gedung tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya.

                         VII.       Penanganan Bahan

1.      Arti dan Peran Penanganan Bahan

Penanganan bahan (material handling) adalah kegiatan mengangkat, mengangkut dan meletakkan bahan/barang-barang  dalam proses di dalam pabrik, kegiatan mana dimulai dari sejak bahan-bahan masuk atau diterima di pabrik sampai pada barang jadi/produk akan dikeluarkan dari pabrik. Penanganan bahan (material handling) memiliki peran penting  dalam suatu pabrik. Pada perusahaan yang maju, pekerjaan material handling merupakan sebagian besar dari kegiatan perusahaan pabrik dan memakan biaya lebih dari lima puluh persen  (50%) dari seluruh biaya produksi. Biaya penanganan bahan terdiri atas upah untuk orang yang memindahkan bahan (material handling), biaya investasi dari berbagai alat pemindahan bahan yang digunakan, dan biaya-biaya yang tidak dapat dipisahkan dan termasuk dalam biaya produksi untuk mengerjakan produk hasilnya. Dari biaya-biaya penanganan bahan (material handling) ini ada sebagian yang termasuk dalam biaya langsung (direct cost) dan ada sebagian lagi yang merupakan biaya tak langsung (indirect cost).

2.      Tujuan Penanganan Bahan                                             
Tujuan penanganan bahan (material handling) adalah sebagai berikut :
1)      Menyediakan atau menempatkan bahan-bahan di tempat kerja, "Make Ready" 
2)      Melakukan kegiatan yang nyata dalam pengolahan atau pembuatan barang "Do" 
3)      Memindahkan barang-barang, bahan-bahan dari tempat kerja "Put Away ".

Pada dasamya tujuan diadakannya penanganan bahan (material handling) adalah untuk menghilangkan pemborosan atau inefisiensi. Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa tujuan penanganan bahan (materialhandling) adalah untuk mengangkat, mernindahkan serta menempatkan material pada saat dibutuhkan, dan untuk melancarkan proses produksi agar barang-barang dapat diselesaikan tepat pada waktunya, serta unutuk menekan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.

3.      Hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Penanganan Bahan 

1)      Produk, bentuk dan ukuran, jumlah unit rata-rata yang harus dipindahkan, daya tahan terhadap getaran dan benturan, bentuk dari bahan baku, dan barang setengah jadi yang harus dipindahkan.
2)      Pabrik, lokasi pintu, lokasi tangga, daya tahan lantai, letak rungan, dan jalur yang tersedia.
3)      Proses produksi, urutan, arah pemindahan material, dan perlengkapan produksi. 
4)      Peralatan penanganan bahan.

4.      Prinsip Sistem Penanganan Bahan

Prinsip dasar sistem penanganan bahan ada 17, yakni :
1)      Sistem penanganan bahan yang disusun harus memenuhi tujuan dan persyaratan dasar.
2)      Sistem penanganan dan penyimpanan hendaknya terintegrasi. Peralatan penanganan bahan dan prosedurnya didisain sedemikian rupa dengan mempertimbangkan faktor kemampuan manusia dan keterbatasannya.
3)      Metode dan peralatan penanganan bahan yang dipilih harus memberikan biaya per unit angkut yang rendah.
4)      Faktor pemakaian energi dari sistem material handling dan prosedurnya harus diikutsertakan dalam melakukan justifikasi ekonomi.
5)      Pemakaian ruangan yang seefektif mungkin.
6)      Sedapat mungkin memanfaatkan gaya berat dalam memindahkan bahan dengan tetap memperhatikan keterbatasan.
7)      Gunakan komputerisasi dalam penanganan bahan.
8)      Dalam penanganan dan penyimpanan arus data harus terintegrasi dengan arus fisik material.
9)      Urutan operasi dan tata letak peralatan harus efektif dan efisien.
10)  Standarisasikan metode dan peralatan penanganan bahan.
11)  Mekanisasikan peralatan penanganan bahan untuk efisiensi.
12)  Metode dan peralatan penanganan bahan harus mempunyai dampak minimal terhadap lingkungan.
13)  Metode penanganan harus sesederhana mungkin dengan mengeliminasi, mengurangi atau mengkombinasikan gerakan dan atau peralatan yang tidak perlu.
14)  Metode dan peralatan harus bisa menangani berbagai kondisi operasi.
15)  Metode dan peralatan material handling harus sesuai dengan peraturan keselamatan yang berlaku.
16)  Sistem material handling harus mencakup jadwal pemeliharaan, jadwal perbaikan, serta kebijakan jangka panjang.

5.    Manfaat dari penanganan bahan 

1)      Penghematan biaya produksi, penurunan biaya persediaan, penggunaan ruangan lebih efisien, serta meningkatkan produktifitas perusahaan. 
2)      Pengurangan sisa afval, yaitu produk-produk yang tidak sesuai standar.
3)      Menaikkan luas produksi. 
4)      Peningkatan kondisi kerja karyawan. 
5)      Distribusi material akan berjalan lebih baik.

6.      Hal Yang Dapat Dilakukan untuk Menurunkan Biaya Penanganan Bahan

1)      Pengurangan jumlah dan jarak pengangkutan. Hal ini dapat ditempuh dengan mengadakan perubahan terhadap layout.
2)      Pengurangan waktu yang dibutuhkan di dalam pengangkutan bahan. Hal ini dapat dicapai dengan mengurangi atau menghilangkan sama sekali waktu-waktu menunggu (waiting time). Dengan melakukan penghematan terhadapwaktu maka akan terdapat penghematan berbagai macam biaya disampung itu jadwak waktupun dapat dipercepat. Penghematan waktu berarti pula pemanfaatan alat-alat penanganan bahan secara lebih efektif.
3)      Pemilihan alat pengangkutan bahan yang tepat alat-alat pengangkutan bahan harus dipilih agar biaya operasional dan biaya modalnya minimum, terdapat keluwesan yang tinggi dalam pengangkutan bahan-bahan memiliki tingkat keselamatan yang tinggi, dan sebagainya.

7.      Tugas-tugas dari bagian penanganan bahan antara lain :

1)      Mengadakan penyelidikan dan analisis untuk dapat menentukan bagaimana kegiatan penanganan bahan dilakukan sehingga dapat lebih efisien.
2)      Merencanakan, mengadakan pengujian/pengetesan dari perkembangan alat-alat penanganan bahan yang baru.
3)      Memberikan nasihat-nasihat/rekomendasi mengenai perbaikan-perbaiakan yang perlu dilakuakan dalam cara-cara pemindahan penanganan bahan dan dalam pemasangan perlengkapan atau peralatan penanganan yang baru.
4)      Mengikuti pelaksanaan dan membuat laporan mengenai pemasangan perlengkapan atau peralatan penanganan (handling) yang baru tersebut.

8.      Aspek-aspek produksi yang menyangkut penanganan bahan :

1)            Desain produk (product design), dimana produk yang direncanakan haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga mudah diangkut atau dipindahkan.
2)            Perencanaan tata letak (plan lay out), dimana bagian-bagian dan peralatan haruslah diatur agar supaya pemindahan bahan-bahan/barang-barang dalam proses dapat berjalan dengan lancar, sehingga dapat mengurangi waktu pengerjaan dan waktu penanganan bahan.
3)            Perencanaan produksi (production planning), di mana urutan-urutan proses produksi haruslah diatur sedemikian rupa sehingga pemindahan bahan-bahannya mudah dilaksanakan.
4)            Pengepakan (packaging) haruslah memperhatikan agar handling-nya mudah, dimana bungkusan atau pakannya mudah diangkut atau dipindahkan.

REFERENSI :
1.      Bunawan, Pengantar Manajemen Operasi : Seri Diktat Kuliah, Gunadarma, Jakarta, Edisi Terbaru
2.      Eddy Herjanto, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua, Grasindo, Jakarta, atau Edisi terbaru
3.      T. Hani Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE, Yogyakarta, Edisi terbaru
4.      Sofyan Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi, LP FEUI, Jakarta, Edisi terbaru
5.      Pangestu Subagyo, Manajemen Operasi, BPFE, Yogyakarta, Edisi Terbaru
6.      Buku-buku Manajemen Opersional lain yang berkaitan ( Diusahakan terbitan terbaru )

Sumber Lain :
http://akupersit.blogspot.co.id/2013/04/manajemen-mutu-tqm.html
https://pubon.blogspot.co.id/2013/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-mutu.html
http://about-oprasional.blogspot.co.id/2013/10/peranan-inspeksi.html

http://betesdalia.blogspot.co.id/2015/05/pemeliharan-dan-penanganan-bahan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEPEMIMPINAN & PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KEPEMIMPINAN & PENGAMBILAN KEPUTUSAN Oleh : Eko Yulianto, ST, MM, MSD (NIDN 0325077407) A. Pendahuluan Pengelolaan suatu bisnis, baik it...