Rabu, 14 Desember 2016

EKONOMI MONETER - TEORI TINGKAT BUNGA



Pada prinsipnya, tingkat suku bunga adalah harga atas penggunaan uang yang biasanya dinyatakan dalam persen (%) untuk jangka waktu tertentu. 

Menurut Sukirno (1994:377), pembayaran atas modal yang dipinjam dari pihak lain dinamakan bunga. Bunga yang dinyatakan sebagai persentase dari modal dinamakan tingkat suku bunga. Berarti tingkat bunga adalah persentase pembayaran modal yang dipinjam dari lain pihak.

Menurut Boediono (1985:75) :
Tingkat bunga yaitu sebagai harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Pengertian tingkat bunga sebagai harga ini bisa juga dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti.

Jadi tingkat suku bunga merupakan persentase dari modal yang dipinjam dari pihak luar atau tingkat keuntungan yang didapatkan oleh penabung di Bank atau tingkat biaya yang dikeluarkan oleh investor yang menanamkan dananya pada saham.

1.     Teori Klasik

Menurut Teori Klasik, teori tingkat suku bunga merupakan teori permintaan penawaran terhadap tabungan.  Teori ini membahas tingkat suku bunga sebagai suatu faktor pengimbang antara permintaan dan penawaran daripada investable fund yang bersumber dari tabungan.

Fungsinya yang menonjol dari uang dalam teori ekonomi klasik, adalah sebagai alat pengukur nilai dalam melakukan transaksi, sebagai alat pertukaran untuk memperlancar transaksi barang dan jasa, maupun sebagai alat penyelesaian hubungan hutang-piutang yang menyangkut masa depan.
Teori ekonomi klasik mengasumsikan, bahwa perekonomian senantiasa berada dalam keadaanfull employment.  Dalam keadaan full employment itu seluruh kapasitas produksi sudah dipergunakan penuh dalam proses produksi.  Oleh karena itu, kecuali meningkatkan efisiensi  dan mendorong terjadinya spesialisasi pekerjaan, uang tidak dapat mempengaruhi sektor produksi.  Dengan  perkataan lain sektor moneter, dalam teori ekonomi klasik terpisah sama sekali dari sektor riil dan tidak ada pengaruh timbal balik antara kedua sektor tersebut.
Hubungan antara sektor moneter dan riil, dalam teori ekonomi klasik hanya dijembatani  oleh  tingkat  harga. Jika  jumlah  uang  beredar  lebih  besar  daripada  nilai barang-barang yang tersedia, maka tingkat harga meningkat, jika sebaliknya menurun.
Konsep tabungan menurut klasik dikatakan, bahwa seorang dapat melakukan tiga hal terhadap selisih antara pendapatan dan pengeluaran komsumsinya yaitu: pertama, ditambahkan pada saldo tunai yang ditahannya. Kedua, dibelikan obligasi baru dan ketiga, sebagai pengusaha, dibelikan langsung kepada barang-barang modal.  Asumsi yang digunakan disini adalah bahwa penabung yang rasional tidak akan menempuh jalan yang pertama.  Berdasarkan pada pertimbangan bahwa akumulasi kekayaan dalam bentuk uang tunai adalah tidak menghasilkan.
Menurut teori klasik, bahwa tabungan masyarakat adalah fungsi dari tingkat suku bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungannya.  Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat suku bunga.  Makin tinggi tingkat suku bunga, maka keinginan masyarakat untuk melakukan investasi menjadi semakin kecil.  Hal ini karena biaya penggunaan dana (cost of capital) menjadi semakin mahal,  dan sebaliknya makin rendah tingkat suku bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi akan semakin meningkat.
2.     Teori Keynessian, Preferensi Liquiditas

Teori penentuan tingkat suku bunga Keynes dikenal dengan teori liquidity prefence. Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga semata-mata merupakan fenomena moneter yang mana pembentukannya terjadi di pasar uang.  Artinya tingkat suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang.
Dalam Konsep Keynes, alternatif penyimpangan kekayaan terdiri dari surat berharga (bonds) dan uang tunai. Asumsi Teori Keynes adalah dasar pemilikan bentuk penyimpangan kekayaan adalah perilaku masyarakat yang selalu menghindari resiko dan ingin memaksimumkan keuntungan.

Keynes tidak sependapat dengan pandangan ahli-ahli ekonomi klasik yang mengatakan bahwa tingkat tabungan maupun tingkat investasi sepenuhnya ditentukan oleh tingkat bunga, dan perubahan-perubahan dalam tingkat bunga akan menyebabkan tabungan yang tercipta pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan investasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung dari tinggi rendahnya tingkat bunga.  Ia terutama tergantung dari besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga itu.  Makin besar jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu rumah tangga, semakin besar pula jumlah tabungan yang akan diperolehnya. Apabila jumlah pendapatan rumah tangga itu tidak mengalami kenaikan atau penurunan, peubahan yang cukup besar dalam tingkat bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti keatas jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga dan bukannya tingkat bunga.
Teori permintaan uang Keynes menekankan kepada berapa besar proporsi kekayaan yang dipegang dalam bentuk uang. Berbeda dengan teori klasik, teori Keynes mengasumsikan bahwa perekonomian belum mencapai tingkat full employment. Oleh karena itu, produksi masih dapat ditingkatkan tanpa mengubah tingkat upah maupun tingkat harga-harga. Dengan menurunkan tingkat suku bunga, investasi dapat dirangsang untuk meningkatkan produksi nasional.  Dengan demikian, setidaknya untuk jangka pendek, kebijaksanaan moneter dalam teori Keynes, berperan untuk meningkatkan produksi nasional.  Setelah perekonomian berada dalam keadaan full employment, barulah kebijaksanaan moneter tidak dapat lagi berperan untuk meningkatkan produksi nasional.  Dengan demikian jelaslah bahwa teori Keynes adalah teori ekonomi jangka pendek sebelum mencapai full employment.
Dalam teori Keynes dikenal tiga motif yang mendasari permintaan uang masyarakat, yaitu :
a.      Keperluan Transaksi (Transaction Motive). Yaitu motif memegang uang untuk keperluan transaksi sehari-hari. Besarnya uang untuk keperluan ini tergantung kepada besarnya pendapatan.
b.      Keperluan Berjaga-jaga. Yaitu motif memegang uang karena adanya ketidakpastian mengenai masa datang. Motif transaksi dan motif  berjaga-jaga merupakan fungsi positif dari tingkat pendapatan.
c.       Keperluan Spekulasi. Yaitu motif memegang uang untuk keperluan spekulasi dan mencari keuntungan sebagaimana motif berjaga-jaga, motif permintaan uang untuk spekulasi ini timbul akibat adanya ketidakpastian di masa yang akan datang.  Keynes mengatakan bahwa motif ini berdasarkan kepada keinginan untuk mendapatkan keuntungan dengan mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Teori Keynes tentang Tingkat Suku Bunga

Gambar (a) menunjukkan uang kas diperlukan untuk setiap tingkat pendapatan, berapapun  tingkat suku bunga yang berlaku nilai MT dan MP tidak elastis terhadap perubahan tingkat suku bunga. Pada gambar (b) permintaan uang untuk spekulasi ditentukan oleh tingkat bunga, yaitu:
1)      Apabila tingkat bunga tinggi permintaan rendah karena orang lebih suka memegang surat berharga seperti obligasi daripada memegang uang. 
2)      Sebagai contoh, pada r0 permintaan uang pada spekulasi adalah sebanyak MS1 semakin menurun tingkat bunga semakin banyak permintaan uang untuk spekulasi karena orang lebih suka memegang uang daripada obligasi. Sebaliknya MSp elastis terhadap perubahan tingkat suku bunga dan mempunyai hubungan yang negatif. 

Sebagaimana sudah dikemukakan pada bagian terdahulu, hubungan antara tingkat suku bunga dan tingkat harga berbanding terbalik. Jika tingkat suku bunga meningkat, maka surat-surat berharga akan turun demikian pula sebaliknya. Karena itu pada tingkat suku bunga yang sangat rendah, orang akan cenderung memegang uang kas daripada surat-surat berharga. Seandainya jumlah uang beredar bertambah besar, orang akan cenderung tetap memilih memegang uang kas.  Keadaan seperti ini disebut perangkap liquiditas (liquidity trap) sebab semua uang kas terperangkap ditangan untuk menghindari kerugian dan tidak akan beredar sebagai uang aktif.

3.     Suku Bunga

Edward dan Khan (1985), mengatakan bahwa faktor penentu suku bunga tcrbagi alas 2 (dua) faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar, dan Ekspektasi Inflasi. Sedangkan faktor eksternalnya adalah penjumlahan suku bunga luar negeri dan tingkat Ekspektasi perubahan nilai tukar valuta asing.

Teori ini berhubungan dengan apa yang dikatakan oleh ekonom Inggris John Maynard Keyness, yang telah mengkritik teori ekonomi klasik tentang pengembangan teori tingkat suku bunga. Menurut Keyness, teori klasik berlaku hanya untuk bunga jangka panjang. la mengembangkan teori preferensi likuiditas ini untuk menjelaskan suku bunga untuk jangka pendek. Tingkat suku bunga menurut Keyness adalah harga yang di keluarkan debitur untuk mendorong seorang kreditur memindahkan sumber daya langka (uang) mereka, akan tetapi, uang yang dikeluarkan debitur mempunyai kemungkinan adanya kerugian berupa risiko tidak diterimanya tingkat bunga tertentu.

Menurut teori klasik, bunga adalah bagian dari penggunaan dana yang tersedia untuk dipinjamkan (Loanable Fund). Harga ini terjadi di pasar dana investasi, ini terjadi dimana pada periode waktu tertentu anggota masyarakat memilki kelebihan dari pendapatan kemudian menabung kelebihan pendapatannya. 

Terdapat dua pandangan berbeda mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga (Sukirno, 1994:33) :
a.      Menurut pandangan ahli ekonomi klasik, tingkat bunga dipengaruhi oleh permintaan atas tabungan oleh para investor dan penawaran tabungan oleh rumah tangga.
b.      Menurut pandangan Keynes, tingkat bunga dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar dan preferensi liquiditas atau permintaan uang. Preferensi liquiditas adalah permintaan terhadap uang seluruh masyarakat dalam perekonomian.

Dalam hubungannya dengan permintaan uang, tingkat bunga bisa dibedakan menjadi dua yaitu tingkat bunga dalam negeri dan tingkat bunga luar negeri. Perbedaaan tingkat bunga diantaranya disebabkan beberapa faktor Yaitu : (Sukirno, 2000:385)
a.      Perbedaan resiko, pinjaman pemerintah membayar tingkat bunga yang lebih rendah dari pada tingkat bunga pinjaman swasta karena resikonya lebih kecil.
b.      Jangka waktu pinjaman, semakin lama waktu pinjaman semakin besar tingkat bunga.
c. Biaya administrasi pinjaman, pinjaman yang lebih sedikit jumlahnya akan membayar tingkat bunga yang lebih tinggi.

Dalam realitas sehari-hari terdapat empat macam suku bunga (Khalwaty, 2000:162) yakni : 
a.      Suku bunga dasar, yaitu tingkat suku bunga yang ditentukan oleh Bank Sentralatas kredit yang diberikan kepada perbankan dan tingkat suku bunga yang ditetapkan bank sentral untuk mendiskonto surat-surat berharga yang ditarik atau diambil alih oleh Bank Sentral.
b.      Suku bunga efektif, yaitu suku bunga yang sesungguhnya dibebankan kepada debitur dalam jangka waktu satu tahun apabila suku bunga nominal akan sama dengan nilai suku bunga efektif.
c.       Suku bunga nominal, yaitu tingkat suku bunga yang ditentukan berdasarkan jangka waktu satu tahun.
d.      Suku bunga padanan, yaitu suku bunga yang besarnya dihitung setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, atau setiap tahun untuk sejumlah pinjaman atau investasi selama jangka waktu tertentu yang apabila dihitung secara anuitas akan memberikan penghasilan bunga dengan jumlah yang sama. 

Jika tingkat suku bunga dalam negeri naik, maka permintaan uang akan meningkat. Lain halnya dengan permintaan uang kuasi. Hubungan antara suku bunga dalam negeri dengan jumlah uang kuasi adalah positif Menurut penelitian Boorman (dalam Azis, 2002:24),. Jika suku bunga domestik naik maka jumlah uang kuasi akan meningkat apabila faktor lain tetap (Cateris Paribus). (www.Google.co.id).

Hal ini disebabkan karena masyarakat lebih cenderung menyimpan uangnya di bank sehingga jumlah tabungan maupun deposito baik rupiah dan valuta asing akan bertambah. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga domestik turun masyarakat cenderung lebih suka menyimpan uang tunai, ini berarti jumlah uang kuasi akan menurun.
Menurut teori Preferensi likuiditas (Mankiw, 2003:265) :

Tingkat bunga disesuaikan untuk menyeimbangkan permintan dan penawaran untuk aset perekonomian yang palin likuid (uang). Tingkat bunga salah satu determinan dari beberapa banyak uang yang ingin dipegang orang.

Tingkat bunga merupakan biaya oppurtunitas dari memegang uang yang tidak menghasilkan bunga. Ketika tingkat bunga naik orang-orang ingin memegang lebih sedikit uang. Orang-orang yang memegang kelebihan jumlah uang yang beredar berusaha mengubah sebagian diantaranya dari bentuk uang yang tidak menghasilkan bunga menjadi deposito di bank atau obligasi yang dapat mengasilkan bunga. Untuk menarik kembali dana, Bank dan penerbit obligasi merespon dengan menaikkan tingkat bunga, dimana orang akan merasa aman dengan forto folio aset moneter dan aset non moneter mereka (Mankiw, 2003:266).

Jadi menurut teori preferensi likuiditas, penurunan jumlah uang beredar menaikkan tingkat bunga, dan kenaikan jumlah uang beredar menurunkan tingkat bunga. Dengan melakukan kebijakan uang ketat pemerintah berusaha melakukan pengontrolan terhadap jumlah uang yang beredar.

Menurut pandangan klasik Keynes (Nopirin, 2000:90) mendefenisikan tingkat bunga sebagai fenomena moneter. Artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi, selama uang mempengaruhi tingkat bunga.
 
Dari beberapa pendapat dan pengertian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga selalu menjadi ukuran bagi masyarakat dalam menentukan preferensinya antara menabung (saving) atau menginvestasikan dana yang dimilikinya. Namun pada saat kondisi tingkat suku bunga tinggi, maka hal ini akan mempengaruhi peredaran uang di masyarakat, karena mereka cenderung untuk menabung sebab hal ini dapat menguntungkan mereka. Sehingga hal tersebut dapa mengakibatkan uang yang beredar akan berkurang.

Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya.

Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat.

2.      Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah :
a.      Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.
b.      Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.P
c.       Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.


REFERENSI :
1.      Ekonomi Moneter; Budiono; BPFE Yogyakarta.
2.      Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, O.P. Simorangkir - 2004, Ghalia Indonesia.
3.      Abimanyu, A. dan A. Megantara. Era Baru Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep, dan Implementasi. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
4.      Sadono Sukirno. Makroekonomi teori pengantar.Jakarta: Raja grafindo persada. 2010.

Sumber Lain :
http://www.definisi-pengertian.com/2015/06/pengertian-teori-tingkat-suku-bunga.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEPEMIMPINAN & PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KEPEMIMPINAN & PENGAMBILAN KEPUTUSAN Oleh : Eko Yulianto, ST, MM, MSD (NIDN 0325077407) A. Pendahuluan Pengelolaan suatu bisnis, baik it...