Rabu, 07 April 2021

PENDIDIKAN - PERSPEKTIF ORANG TUA TERHADAP GURU KELAS

 PERSPEKTIF ORANG TUA TERHADAP GURU KELAS

 




Perkembangan pendidikan dan masyarakat memberi dampak yang signifikan terhadap hasil proses pendidikan. Awal mula pendidikan di mulai dari keluarga sebelum masuk jalur pendidikan formal. Ketika siswa/anak didik telah masuk jalur pendidikan formal tidak berarti tanggung jawab pendidikan sepenuhnya berpindah ke tangan guru/pendidik. Peranan orangtua juga sangat menentukan tingkat perkembangan anak dalam menempuh pendidikan.

 

Ciri khas manusia adalah kemampuannya dalam mendidik dan dididik melalui aktivitas pendidikan. Pendidikan adalah aktivitas dari kebudayaan dan merupakan aktivitas pembudayaan sehingga pendidikan menjadi suatu instrumen untuk mentransmisikan kebudayaan pada generasi baru.

 

Dalam sistem kehidupan bermasyarakat yang berbudaya, orangtua, guru, dan anak didik sebenarnya terlibat aktif dan langsung dalam berbagai aktivitas budaya. Walaupun posisi untuk setiap elemen tersebut berbeda-beda, tetapi tetap saling mendukung.

 

 

Perspektif


Istilah "perspekti" seringkali diartikan sebagai sudut pandang/cara pandang orang atau kelompok tertentu tentang sesuatu objek atau barang. dalam arti yang lain, 'perspektif' dapat dilihat sebagai batasan pandangan orang atau kelompok tertentu terhadap objek penglihatannya.

Marilah kita mendalami filosofi 'perspektif' berdasarkan pengertian yang terakhir ini. Pengertian 'perspekrif' yang dilihat sebagai batasan pandangan, secara jelas menampilkan kekurangan tertentu dari sesuatu yang didalami. Artinya, tidak semua hal dapat nampak secara jelas ketika kita membatasi pandangan kita pada bagian tertentu saja. Dan memang kerap terjadi demikian, karena pada dasarnya manusia memiliki katerbatasan juga dalam melihat sesuatu secara keseluruhan.


Kerap kali ada banyak orang yang berpikir bahwa dengan pengetahuannya yang luas ia sudah dapat mengetahui semua hal, padahal sebenarnya apa yang diketahuinya hanyalah sebagian kecil dari makrokosmos yang melingkupinya.

 

Pengertian Perspektif  adalah  suatu cara  pandang terhadap suatu masalah  yang terjadi, atau sudut pandang tertentu yang digunakan dalam melihat suatu fenomena. (Martono : 2010)

 

Definisi Perspektif adalah cara pandang  atau  sudut  pandang  kita  terhadap  sesuatu. (Ardianto  dan  Q-Anees : 2007)

 

 

Guru dan Orang Tua

 

Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu. Guru menempati kedudukan terhormat di masyarakat.

 

Orang tua adalah orang yang telah melahirkan kita atau orang yang mempunyai pertalian darah. Orangtua juga merupakan public figure yang pertama menjadi contoh bagi anak-anak.

Karena pendidikan pertama yang didapatkan anak-anak adalah dari orangtuanya.

 

Orangtua dan guru adalah satu tim dalam pendidikan anak, untuk itu keduanya perlu menjalin hubungan baik. bagi anak-anak yang sudah masuk sekolah, waktunya lebih banyak dihabiska bersama para guru daripada dengan orangtua.

 

Anak-anak umumnya bisa melakukan tugas-tugas mereka dengan baik ketika di sekolah. Sebagian di antaranya bahkan mungkin lebih mudah mempercayai guru mereka. Untuk itu, perlu kiranya setiap orangtua mengetahui dengan baik sosok guru yang mengajar anak-anaknya.

 

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar terjalin hubungan baik antara orangtua dan guru.

  1. Perkenalkan anak dengan gurunya
  2. Mendatangi pertemuan orangtua-guru
  3. Senantiasa berprasangka baik kepada guru
  4. Berkomunikasilah secara teratur
  5. Mensuport kebutuhan pendidikan

 

Ada beberapa cara dalam meningkatkan peran orang tua terhadap pendidikan anak-anak mereka.

 

Pertama, dengan mengontrol waktu belajar dan cara belajar anak. Anak-anak diajarkan untuk belajar secara rutin, tidak hanya belajar saat mendapat pekerjaan rumah dari sekolah atau akan menghadapi ulangan. Setiap hari anak-anak diajarkan untuk mengulang pelajaran yang diberikan oleh guru pada hari itu. Dan diberikan pengertian kapan anak-anak mempunyai waktu untuk bermain.

 

Kedua, memantau perkembangan kemampuan akademik anak. Orang tua diminta untuk memeriksa nilai-nilai ulangan dan tugas anak mereka.

 

Ketiga, memantau perkembangan kepribadian yang mencakup sikap, moral dan tingkah laku anak-anak. Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan berkomunikasi dengan wali kelas untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah.

 

Keempat, memantau efektifitas jam belajar di sekolah. Orang tua dapat menanyakan aktifitas yang dilakukan anak mereka selama berada di sekolah. Dan tugas-tugas apa saja yang diberikan oleh guru mereka. Kebanyakan siswa tingkat SMP dan SMA tidak melaporkan adanya kelas-kelas kosong dimana guru mereka berhalangan hadir. Sehingga pembelajaran yang ideal di sekolah tidak terjadi dan menjadi tidak efektif.

 

Selain semua hal tersebut di atas ada beberapa hal lain perlu diperhatikan yaitu membantu anak mengenali dirinya (kekuatan dan kelemahannya), membantu anak mengembangkan potensi sesuai bakat dan minatnya, membantu meletakkan pondasi yang kokoh untuk keberhasilan hidup anak dan membantu anak merancang hidupnya.

 

Pada banyak kasus, orang tua sering memaksakan kehendak mereka terhadap anak-anak mereka tanpa mengindahkan pikiran dan suara hati anak. Orang tua merasa paling tahu apa yang terbaik untuk anak-anak mereka. Hal ini sering dilakukan oleh orang tua yang berusaha mewujudkan impian mereka, yang tidak dapat mereka raih saat mereka masih muda, melalui anak mereka. Kejadian seperti ini tidak seharusnya terjadi jika orang tua menyadari potensi dan bakat yang dimiliki oleh anak mereka. Serta memberikan dukungan moril dan sarana untuk membantu anak mereka mengembangkan potensi dan bakat yang ada.

 

Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh orang tua dan harus dihindari dalam mendidik anak mereka, antara lain menumbuhkan rasa takut dan minder pada anak, mendidik anak menjadi sombong terhadap orang lain, membiasakan anak hidup berfoya-foya, selalu memenuhi permintaan anak, terutama ketika anak sedang menangis, terlalu keras dan kaku dalam menghadapi anak, terlalu pelit terhadap anak (melebihi batas kewajaran), tidak mengasihi dan menyayangi mereka sehingga mereka mencari kasih sayang di luar rumah, orang tua hanya memperhatikan kebutuhan jasmaninya saja, orang tua terlalu berprasangka baik kepada anak-anak mereka.

 

Untuk itu sudah menjadi kewajiban orang tua untuk juga belajar dan terus menerus mencari ilmu, terutama yang berkaitan dengan pendidikan anak. Agar terhindar dari kesalahan dalam mendidik anak yang dapat berakibat buruk bagi masa depan anak-anak. Orang tua harus lebih memperhatikan anak-anak mereka, melihat potensi dan bakat yang ada di diri anak-anak mereka, memberikan sarana dan prasarana untuk mendukung proses pembelajaran mereka di sekolah. Para orang tua diharapkan dapat melakukan semua itu dengan niat yang tulus untuk menciptakan generasi yang mempunyai moral yang luhur dan wawasan yang tinggi serta semangat pantang menyerah.


Melibatkan Diri Dalam Kehidupan Anak

PADA umumnya orangtua akan lebih memerhatikan perkembangan dan kebutuhan rohani anak ketika ia masih kecil saja. Pada saat ia mulai meginjak remaja, biasanya perhatian orangtua semakin memudar. Hal itu terjadi mungkin karena mereka menganggap anak sudah dapat mandiri dan sudah tidak terlalu banyak lagi membutuhkan perhatian atau bantuan orangtua.

Anggapan orangtua seperti di atas itu adalah tidak benar. Anak remaja justru sangat membutuhkan dukungan, bimbingan, kehadiran, dan perhatian orangtua. Dikala anak mendapatkan kendala dalam hidupnya tentu akan sangat baik bila ia dapat mencurahkan dan mendapatkan masukkan, saran, dan nasehat dari orangtuanya sendiri ketimbang dari teman-temannya.

 

Jika orangtua selalu memberikan perhatian secara aktif. Selalu berusaha melibatkan diri dalam hidup anak, misalnya mendengarkan apa yang ingin ia bicarakan, memotivasi kegiatan sekolahnya, dan membantu anak ketika ia sedang mendapatkan masalah dalam hidupnya. Maka, ketika ia mengetahui hal ini di masa depan nanti, ia akan siap pula memberikan yang terbaik kepada orangtuanya. Ia akan siap mendampingi dan memerhatikan orangtua seperti halnya orangtua telah melakukan semua itu kepadanya.

 

Apabila orangtua mampu menunjukkan kepada anak betapa orangtua sangat mencintai dan menyayanginya, dengan selalu mengekspresikan perhatian secara mendetail terhadap kehidupan anak sejak ia masih kecil, maka hal ini akan menciptakan suatu kebiasaan intim seumur hidup yang memberikan manfaat bagi orangtua (Laura M. Ramirez, 2006).

 

Kunci

Anak akan mampu megingat segala kejadian yang pernah ia alami dalam hidupnya. Termasuk perlakuan orangtua kepadanya. Oleh karena itu, walaupun dalam hal yang kita anggap sepele, tetapi penting bagi orangtua menciptakan tindakan yang mencerminkan rasa cinta dan kasih sayang yang tulus itu kepada anak. Misalnya, menghadiri kegiatan ektrakurikuler anak (karate, kursus musik), mendampingi anak melakukan hobinya (berenang, membantu memilihkan buku bacaan), dan bahkan merawat anak ketika ia sedang sakit. Perlakuan orangtua seperti itu besar kemungkinan akan terbawa oleh anak sampai ia dewasa atau tua nanti. Ikatan batin, kebiasaan yang penuh dengan kehangatan, dan persahabatan yang ‘melebihi segalanya’ ini akan dibawanya kembali oleh anak kepada orangtua. Segala tindakan dan ucapan baik orangtua yang dulu pernah mereka tanam, cepat atau lambat mereka akan merasakan hasilnya. Di masa tua nanti, orangtua maupun anak akan hidup dalam jalinan keluarga yang penuh dengan sikap saling memberi cinta.

 

Orang Tua dan Sekolah

HARAPAN terbesar orang tua adalah ingin memiliki anak yang soleh, sopan, pandai bergaul, pintar dan sukses , tetapi harapan besar ini jangan sampai menjadi tinggal harapan saja. Bagaimana orang tua untuk mewujudkan harapan tersebut, itulah yang paling penting.Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia sangatlah penting dan fundamental, keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya.

 

Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional sosial dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara baik maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periodeperiode kritis yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan baik, maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukan misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri dan kepribadian yang terganggu. Lebih jauh lagi bahkan tugas sebagai makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di lingkungannya akan gagal sama sekali.

 

Peran orang tua dalam hal pendidikan anak sudah seharusnya berada pada urutan pertama, para orang tualah yang paling mengerti benar akan sifat-sifat baik dan buruk anak-anaknya, apa saja yang mereka sukai dan apa saja yang mereka tidak sukai. Para orang tua adalah yang pertama kali tahu bagaimana perubahan dan perkembangan karakter dan kepribadian anak-anaknya, hal-hal apa saja yang membuat anaknya malu dan hal-hal apa saja yang membuat anaknya takut. Para orang tualah yang nantinya akan menjadikan anak-anak mereka seorang yang memiliki kepribadian baik ataukah buruk.

 

Anak-anak pada masa peralihan lebih banyak membutuhkan perhatian dan kasih sayang, maka para orang tua tidak dapat menyerahkan kepercayaan seluruhnya kepada guru di sekolah, artinya orang tua harus banyak berkomunikasi dengan gurunya di sekolah begitu juga sebaliknya, hal penting dalam pendidikan adalah mendidik jiwa anak. Jiwa yang masih rapuh dan labil, kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua dapat mengakibatkan pengaruh lebih buruk lagi bagi jiwa anak. Banyaknya tindakan kriminal yang dilakukan generasi muda saat ini tidak terlepas dari kelengahan bahkan ketidakpedulian para orang tua dalam mendidik anakanaknya.

 

Orang tua dan sekolah merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan memiliki keterkaitan yang kuat satu sama lain. Terlepas dari beragamnya asumsi masyarakat, ungkapan “buah tak akan pernah jauh jatuh dari pohonnya” adalah sebuah gambaran bahwa betapa kuatnya pengaruh orang tua terhadap perkembangan anaknya.

 

Supaya orang tua dan sekolah tidak salah dalam mendidik anak, oleh karena itu harus terjalin kerjasama yang baik di antara kedua belah pihak. Orang tua mendidik anaknya di rumah, dan di sekolah untuk mendidik anak diserahkan kepada pihak sekolah atau guru, agar berjalan dengan baik kerja sama di antara orang tua dan sekolah maka harus ada dalam suatu rel yang sama supaya bisa seiring seirama dalam memperlakukan anak, baik di rumah ataupun di sekolah, sesuai dengan kesepahaman yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam memperlakukan anak.

 

Kalau saja dalam mendidik anak berdasarkan kemauan salah satu pihak saja misalnya pihak keluarga saja taupun pihak sekolah saja yang mendidik anak, hal ini berdasarkan beberapa pengalaman tidak akan berjalan dengan baik atau dengan kata lain usaha yang dilakukan oleh orang tua atau sekolah akan mentah lagi-mentah lagi karena ada dua rel yang harus dilalui oleh anak dan akibatnya si anak menjadi pusing mana yang harus diturut, bahkan lebih jauhnya lagi dikhawatirkan akan membentuk anak berkarakter ganda.

 

Memang pada kenyataannya tidak mudah untuk melaksanakan kesepahaman tersebut, tetapi kalau kita berlandaskan karena rasa cinta kita kepada anak tentunya apapun akan kita lakukan, karena rasa cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat. Kalau hal ini sudah dimiliki oleh kedua belah pihak, hal ini merupakan modal besar dalam mendidik anak. Setiap kejadian yang terjadi, baik di rumah ataupun di sekolah hendaklah dicatat dengan baik oleh kedua belah pihak sehingga ketika ada hal yang janggal pada anak, hal ini bisa dijadikan bahan untuk mengevaluasi sejauhmana perubahan-perubahan yang dialami oleh anak, baik sifat yang jeleknya ataupun sifat yang bagusnya, sehingga di dalam penentuan langkah berikutnya bisa berkaca dari catatn-catatan yang telah dibuat oleh kedua belah pihak.

 

Setiap ada sesuatu hal yang dirasakan janggal pada diri anak baik di rumah ataupun di sekolah, baik orang tua ataupun guru harus sesegera mungkin untuk menanganinya dengan cara saling menginformasikan di antara orang tua dan guru, mungkin lebih lanjutnya mendiskusikannya supaya bisa lebih cepat tertangani masalah yang dihadapai oleh anak dan tidak berlarut-larut. Oleh karena itu seperti apa yang tertulis di atas bahwa orang tua dan sekolah merupakan satu kesatuan yang utuh di dalam mendidik anak, agar apa yang dicita-citakan oleh orang tua atau sekolah dapat tercapai, maka harus ada kekonsistenan dari kedua belah pihak dalam melaksanakan program-program yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.


Pada Kondisi Berbeda Dibulai MEI

Banyak bukti menunjukkan bahwa komunikasi yang positif antara guru dan orangtua sangat membantu anak dalam belajar dan meraih kesuksesan. 

 

Bulan Mei. Berarti, sebuah sekolah sudah memasuki penghujung tahun pelajaran. Ketika memasuki akhir tahun pelajaran, saatnya menengok sejenak ke belakang. Ya, satu tahun ini. Bagaimana target sekolah, target pembelajaran, disiplin, dan seterusnya. Ketika kita bisa melihat dan kemudian menemukan lubang, maka saatnya merefleksi, mengevaluasi, kemudian menyiapkan perbaikan di tahun pelajaran berikutnya.

 

Salah satu yang sangat penting dievaluasi adalah hubungan antara guru dan orangtua. Seorang guru kadang juga melakukan kesalahan. Orangtua siswa kadang melakukan kesalahan juga. Masing-masing memiliki perspektif dan cara berpikir yang berbeda. Biasanya, orangtua memiliki cara pandang yang berbeda dalam penegakan disiplin dengan sekolah. Akibatnya, terjadilah komplain. Dan sebagainya.

Jika tidak dikelola dengan baik, komplain akan berubah menjadi protes. Ini sangat tidak perlu. Jika terus berbeda pandangan dan tidak ada penyelesaian masalah, maka korbannya adalah anak itu sendiri.

 

Komplain merupakan bagian dari proses pembelajaran. Ingat, jika anak mengetahui apa yang kita lakukan, maka anak akan belajar cara menyelesaikan masalah. Maka, baik sekolah maupun orangtua dalam menyampaikan komplain dan menyelesaikan permasalahan harus sangat kooperatif dan bijak agar ada titik temu di antara keduanya.

 

Diskusi antara guru dan orangtua sangat diperlukan. Mereka harus menjadi partner dalam mendidik anak.  Karakter khas anak yang dimilikinya sejak kecil harus sampai ke telinga guru agar cara memperlakukan anak tersebut bisa tepat. Bagaimana memperbaikinya, menumbuhkan, memperkuat, dan kemudian mengembangkan karakter yang sudah bagus.

 

Ketika seorang guru memiliki keahlian dalam mengajar di sekolah, maka orangtua sangat ahli dalam memahami anaknya. Orangtua mendampinginya sejak kecil, maka orangtua lebih tahu tentang karakter, kebiasaan, gaya belajar, kecenderungan, dan sifat-sifat anaknya. Dengan kondisi seperti ini, menyerahkan seluruhnya kepada sekolah tentang persoalan anak bukanlah pilihan yang baik.

 

Sekali lagi, terlibat dalam pendidikan anak sangat bermanfaat bagi anak itu sendiri.Untuk memperkuat hubungan guru dan orangtua, setidaknya ada 6 hal yang harus sering didiskusikan oleh guru dan orangtua,

  1. Prosedur disiplin - Setiap orangtua memiliki karakter yang berbeda dalam mendidik anak. Ada yang menggunakan disiplin tinggi ala militer, ada yang longgar, bahkan ada yang melepas anak begitu saja. Perbedaan inilah yang membuat sekolah dan guru wajib menyampaikan prosedur disiplin yang diterapkan di sekolah. Jika sekolah sudah menyampaikan prosedur disiplin kepada orangtua dan kemudian keduanya menyepakati, maka kemungkinan komplain tentang disiplin akan semakin kecil. Jika orangtua dan guru harus bertemu membahas disiplin anak, maka yang dibahas adalah cara memperkuat disiplin dan berbagi metode agar keduanya bersatu membangun mental dan karakter yang lebih unggul. Bukan saling menyalahkan dan menuntut.
  2. Cara berkomunikasi - Komunikasi antara guru dan orangtua sangat penting. Kesalahan dalam berkomunikasi bisa saja menyebabkan kesalahpahaman. Maka, guru perlu menyampaikan cara dan gaya komunikasinya. Komunikasi bisa dilakukan dengan media apa saja dan kapan saja. Boleh langsung, melalui telephone, atau melalui jejaring sosial berbasis aplikasi (Whatsapp, Line, BBM, dll.)
  3. Prioritas tindakan - Guru dan orangtua harus membicarakan prioritas tindakan yang ingin dilakukan. Prioritas setiap anak bisa saja berbeda. Akan tetapi, prioritas utama harus sudah diketahui oleh guru dan orangtua. Misalnya, prioritas tentang pembentukan rasa nyaman dan aman di kelas, prioritas terhadap pertemanan, dan sebagainya.
  4. Prosedur tindakan - Jika ada kesalahpahaman, apa yang harus dilakukan oleh orangtua ?, Inilah pentingnya prosedur tindakan. Setiap hal yang terjadi pada anak akan terselesaikan dengan baik jika prosedur ini ditaati oleh guru dan orangtua.
  5. Strategi mengajar - Salah satu hal yang sering dikeluhkan oleh orangtua adalah masalah ketuntasan belajar. Mereka bertanya, kenapa anakku belum bisa materi ini dan itu? Bagaimana cara mengajarnya ?, Seorang guru harus berani terbuka untuk membicarakan metode mengajarnya kepada orangtua. Ketika orangtua mengetahui metode mengajar seorang guru, maka orangtua bisa membantu anaknya di rumah. Jika ada anak yang kurang memahami materi tertentu, maka orangua akan lebih bisa memahami dan mengerti. Tidak hanya strategi mengajar yang harus sering dibicarakan, namun juga strategi memotivasi anak. Jika hal ini dilakukan oleh banyak guru di Indonesia, maka guru tidak hanya mencerdaskan anak namun juga mencerdaskan keluarga Indonesia.
  6. Pelayanan Sekolah - Orangtua harus mengetahui apa saja yang mampu dilakukan oleh sekolah dan tidak. Hal ini lebih terkait kepada fasilitas, srana dan prasarana. Dengan transparansi yang baik, maka keduanya akan muncul kepercayaan. Bahkan, jika ada yang tidak mampu dilakukan oleh sekolah, orangtua memiliki kemungkinan yang besar untuk membantu sekolah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEPEMIMPINAN & PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KEPEMIMPINAN & PENGAMBILAN KEPUTUSAN Oleh : Eko Yulianto, ST, MM, MSD (NIDN 0325077407) A. Pendahuluan Pengelolaan suatu bisnis, baik it...