Modul ini menjelaskanTentang Data Ekonomi Makro,
Variabel dan Indikator Ekonomi Makro
Dengan memperhitungkan seluruh
dinamika yang ada dan tantangan yang dihadapi dalam perekonomian domestik dan
global, Pemerintah Indonesia menetapkan asumsi dasar ekonomi makro yang
ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian terkini serta memperhatikan
proyeksi perekonomian mendatang sehingga diharapkan akan lebih realistis dan
kredibel. Demikian disampaikan Presiden Jokowi saat menyampaikan Keterangan
Pemerintah atas Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2017 beserta Nota Keuangannya, di depan Rapat
Paripurna DPR-RI, di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD-RI, Jakarta, Selasa (16/8).
Meskipun ekonomi
makro merupakan bidang kajian ata pembelajaran yang luas, ada dua bidang
penelitian yang mencirikan disiplin ini, kegiatan untuk mempelajari penyebab
dan efek dari fluktuasi jangka pendek penerimaan negara (siklus bisnis), dan
kegiatan untuk mempelajari faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi jangka
panjang (meningkatkan pendapatan Nasional). Model ekonomi makro yang ada dan
ada prediksi yang jamak digunakan oleh pemerintah dan perusahaan-perusahaan
besar untuk membantu dalam pengembangan dan evaluasi kebijakan ekonomi dan
strategi bisnis.
Materi
yang di bahas, Sebagai Berikut :
1. Data
dan indikator ekonomi makro
2. Pengukuran
kegiatan ekonomi
3. Metode
perhitungan PDB
4.
Nilai PDB nominal, riil dan deflator
A.
Indikator
– Indikator Penting Dalam Ekonomi Makro
Ekonomi makro adalah ekonomi yang
menganalisa semua masalah dalam satu system ekonomi. Analisa ini lebih bersifat
umum, ekonomi ini sangat mempengaruhi masyarakat, perusahaan dan pasar.
Pembahasan tentang ekonomi makro
adalah :
1) Faktor yang menentukan kegiatan
system ekonomi
2) Pertumbuhan ekonomi yang rendah
3) Inflasi dan penggangguran tinggi
Dalam masalah di Negara pembahasan
yang sangat serius adalah pertumbuhan ekonomi, defisit anggaran Negara,
tingginya angka kemiskinan, penggangguran dan insflasi, rendahnya nilai kurs
rupiah serta krisis energy, juga ketimpangan neraca perdagangan dan neraca
pembayaran. Pemerintah harus lebih fokus terhadap masalah ini yang berpengaruh
terhadap perkembangan Negara.
Ini adalah permasalahan ekonomi
nasional:
1) Rendahnya pertumbuhan ekonomi
2) Kemiskinan dan pengangguran
4) Defisit APBN
5) Krisis energi
Indikator yang mewakili ekonomi
makro:
1) Pengumuman suku bunga
2) Produk Domestik Bruto (PDB)
3) Indeks Harga Konsumen
4) Indikator Ketenagakerjaan
5) Penjualan Eceraan
6) Neraca Pembayaran
7) Kebijakan Fiskal dan Moneter
Pemerintah
Kebijakan-kebijakan pemerintah
menangani permasalahan ekonomi nasional
1) Meningkatkan investasi dalam negeri
2) Program pengentasan kemiskinan
3) Pelaksanaan pembangunan proyek padat
karya
4) Menciptakan stabilitas nasional
5) Mengurangi laju inflasi
6) Perbaikan anggaran negara
7) Meningkatkan pendapatan pemerintah,
seperti pajak dan ekspor
B.
Dampak
Inflasi dan Penggangguran Terhadap Perekonomian
Dalam
indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok permasalahan
ekonomi makro. Pertama adalah
masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika
angka pertumbuhan positif dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi.
Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum,
yangsecara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inflasi
mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti
semakin besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun masalah
inflasi tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa.
Inflasi juga sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli
darimasyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung kepada upah
riil.Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi
dengan kenaikan upah riil. Masalah ketiga adalah pengangguran. Memang masalah
pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara
berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan
besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya
jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor
kelangkaan modal untuk berinvestasi. Masalah pengangguran itu sendiri tidak
hanya terjadi dinegara-negara berkembang namun juga dialami oleh negara-negara
maju. Namun masalah pengangguran di negara-negara maju jauh lebih mudah
terselesaikan daripada di negara-negara berkembang karena hanya berkaitan
dengan pasang surutnya business cycle dan bukannya karena faktor kelangkaan
investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara
tersebut.
Melalui
makalah inilah saya mencoba untuk mengangkat masalah pengangguran dan inflasi
dengan segala dampaknya di Indonesia yang menurut pengamatan kami sudah semakin
memprihatinkan terutama ketika negara kita terkena imbasdari krisis ekonomi
sejak tahun 1997.
1.
Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Dalam
ilmu ekonomi, Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi
barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata
uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya
tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan,
dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara
terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan
untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai
penyebab meningkatnya harga.
b. Penyebab terjadinya inflasi
Inflasi
dapat disebabkan oleh dua hal, pertama yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi
dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga
termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari
peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab
kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam
hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal
(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan
infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi
tarikan permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya
permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya
likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu
perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas
yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan
bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya
permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor
produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam
permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full
employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas
dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh
banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur
peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi
spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi
desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan
produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan
secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya
ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia
dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan
berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi
nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala
distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat
berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik,
perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk
menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu
kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama
dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur
memainkan peranan yang sangat penting.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu :
kenaikan
harga, misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS
akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.
c. Penggolongan
Berdasarkan
asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari
dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari
dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang
dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga
bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah
inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa
terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan
tarif impor barang.
Inflasi
juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika
kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang
tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun,
apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu
disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan
inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan
meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai
uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Berdasarkan
keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
1)
Inflasi
ringan (kurang dari 10% / tahun)
2)
Inflasi
sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
3)
Inflasi
berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
4)
Hiperinflasi
(lebih dari 100% / tahun)
d. Mengukur inflasi
Inflasi
diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks
harga. Indeks harga tersebut di antaranya :
1)
Indeks
harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang
mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
2)
Indeks
biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
3)
Indeks
harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang
yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan
untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku
meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang
konsumsi.
4)
Indeks
harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas
tertentu.
5)
Indeks
harga barang-barang modal
6)
Deflator
PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang
produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
e. Dampak
Inflasi
memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya
inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif
dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada
saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian
menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat
kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat
dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau
karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi
harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke
waktu.
Bagi
masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil
contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas
tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang
pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya,
orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya
pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan
pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi
juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin
menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di
atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia
usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha
membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi
orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena
pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah
dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang
meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih
rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi
produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi
daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong
untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar).
Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya
merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen
bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup
mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya
terjadi pada pengusaha kecil).
Secara
umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat
spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit
neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat.
f. Dampak inflasi terhadap
perekonomian
Secara
garis besar dampak inflasi terhadap perekonomian antara lain:
1)
terhambatnya
pertumbuhan ekonomi negara, karena berkurangnya investasi dan berkurangnya
minat menabung.
2)
masyarakat
yang berpenghasilan rendah tidak dapat menjangkau harga barang, karena harga
barang mengalami kenaikan.
3)
jika
terdapat kebijakan untuk mengurangi inflasi, maka akan terjadi pengangguran,
karena pemerintah berusaha untuk menekan harga.
4)
masyarakat
akan cenderung untuk menyimpan barang daripada menyimpan uang.
5)
nilai
mata uang turun, karena adanya kenaikan harga barang.
2.
Pengangguran
a. Pengertian Pengangguran
Pengertian
Pengangguran Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15
sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang
yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa smp,
sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal
tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
Pengangguran
atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran
umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran
seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat
pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan
menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap
penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan
pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti
Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang
semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih
banyak orang.
b. Penyebab Pengangguran
Pengangguran
umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah
lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi
masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya
kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat
pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan
pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap
penganggur dan keluarganya.
Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik,
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat
jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Di
negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran
terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga
kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
c. Jenis dan macam pengangguran
1) Berdasarkan jam kerja
Berdasarkan
jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam :
§ Pengangguran Terselubung (Disguised
Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
suatu alasan tertentu.
§ Setengah Menganggur (Under
Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini
merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
§ Pengangguran Terbuka (Open
Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai
pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat
pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
2) Berdasarkan penyebab terjadinya
Berdasarkan
penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam :
§ Pengangguran friksional (frictional
unemployment), Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya
sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis
antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari
lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka
lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan
kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya.
§ Pengangguran konjungtural (cycle unemployment),
Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan
gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
§ Pengangguran struktural (structural
unemployment), Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti :
a)
akibat
permintaan berkurang
b)
akibat
kemajuan dan pengguanaan teknologi
c)
akibat
kebijakan pemerintah
§ Pengangguran musiman (seasonal
Unemployment), Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya
fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus
nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, pedagang durian
yang menanti musim durian.
§ Pengangguran siklikal, Pengangguran
siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
§ Pengangguran teknologi, Pengangguran
teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian
tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
§ Pengangguran siklus, Pengangguran
siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian
karena terjadi resesi. Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan
masyarakat (aggrerate demand).
d. Kebijakan-Kebijakan
Pengangguran
Adanya
bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang
disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut.
1) Cara Mengatasi Pengangguran
Struktural
Untuk
mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
§ Peningkatan mobilitas modal dan
tenaga kerja.
§ Segera memindahkan kelebihan tenaga
kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang
kekurangan.
§ Mengadakan pelatihan tenaga kerja
untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
§ Segera mendirikan industri padat
karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
2) Cara Mengatasi Pengangguran
Friksional
Untuk
mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara
sebagai berikut.
§ Perluasan kesempatan kerja dengan cara
mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya.
§ Deregulasi dan debirokratisasi di
berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru.
§ Menggalakkan pengembangan sektor
informal, seperti home industry.
§ Menggalakkan program transmigrasi
untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya.
§ Pembukaan proyek-proyek umum oleh
pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain
sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang
investasi baru dari kalangan swasta.
3) Cara Mengatasi Pengangguran
Musiman
Jenis
pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut.
§ Pemberian informasi yang cepat jika
ada lowongan kerja di sektor lain, dan
§ Melakukan pelatihan di bidang
keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
4) Cara Mengatasi Pengangguran
Siklus
Untuk
mengatasi pengangguran jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai
berikut.
§ Mengarahkan permintaan masyarakat
terhadap barang dan jasa, dan
§ Meningkatkan daya beli masyarakat
e. Dampak Pengangguran terhadap
Pembangunan Ekonomi
Untuk
mengetahui dampak pengganguran terhadap perekonomian kita perlu mengelompokkan
pengaruh pengganguran terhadap dua aspek ekonomi , yaitu :
1) Dampak
Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara
Tujuan
akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan
kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan
naikterus.Jika tingkat pengangguran di suatu negara
relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan
ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini terjadi
karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti
yang dijelaskan di bawah ini :
a)
Pengangguran
bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang
dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan
nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan
potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang
dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
b)
Pengangguran
akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sector pajak berkurang.
Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan
perekonomian me-nurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan
demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika
penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan
berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun
c)
Pengangguran
tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan menye-babkan
daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang
hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan
Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru.
Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak
akan terpacu.
2) Dampak
pengangguran terhadap Individu yang Meng-alaminya dan Masyarakat
Berikut
ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya
dan terhadap masyarakat pada umumnya:
a)
Pengangguran
dapat menghilangkan mata pencaharian
b)
Pengangguran
dapat menghilangkan keterampilan
c)
Pengangguran
akan menimbulkan ketidakstabilan social politik.
C.
Data
Dan Idikator Ekonomi Makro
Pemerintah mengajukan asumsi ekonomi
makro tahun 2017 sebagai berikut:
1)
Pertumbuhan
ekonomi tahun 2017 diperkirakan mencapai 5,3 persen. Prospek perekonomian global
diperkirakan akan membaik.
Presiden menjelaskan, menghadapi
ketidakpastian yang bersumber dari perlambatan ekonomi di berbagai negara
berkembang, serta prospek pemulihan ekonomi negara-negara maju yang belum
sesuai harapan, namun dampak positif dari implementasi kebijakan pemerintah
yang tertuang dalam paket kebijakan ekonomi I sampai dengan XII diharapkan
mampu menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi yang lebih adil dan merata di
seluruh Indonesia, khususnya melalui keberlanjutan pembangunan infrastruktur.
2)
Laju
inflasi tahun 2017 diperkirakan berada pada kisaran 4,0 persen.
Menurut Presiden, penguatan
konektivitas nasional diproyeksikan mampu menciptakan efisiensi sistem logistik
nasional sehingga hal ini dapat mendukung terciptanya stabilitas harga
komoditas.
“Sebagai komitmen pengendalian
inflasi, Pemerintah juga menyediakan dana cadangan untuk menjaga ketahanan
pangan serta stabilisasi harga. Alokasi dana tersebut antara lain akan
digunakan untuk kebijakan subsidi pangan, program ketahanan pangan seperti
penyelenggaraan operasi pasar, serta penyediaan beras untuk rakyat miskin,” jelas
Presiden.
3)
Nilai
tukar rupiah diperkirakan sebesar Rp13.300 per dolar Amerika Serikat.
Presiden
menjelaskan, upaya penguatan di sektor keuangan dibangun oleh Pemerintah
bersama dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Kerangka pendalama
pasar keuangan ini diharapkan dapat mempengaruhi arus modal masuk ke pasar
keuangan Indonesia serta dapat mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
4)
Rata-rata
suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan, pada tahun
2017 diasumsikan berada pada tingkat 5,3 persen.
5)
Asumsi
rata-rata harga minyak mentah Indonesia diperkirakan sebesar 45 dolar Amerika
Serikat per barel.
“Peningkatan kebutuhan energi dalam
rangka pemulihan ekonomi global menjadi faktor yang mempengaruhi harga minyak
pada tahun 2017,” tutur Presiden.
6)
Volume
minyak dan gas bumi yang siap dijual selama tahun 2017 diperkirakan mencapai
1,93 juta barel setara minyak per hari,
yang terdiri dari produksi minyak
bumi sebesar 780 ribu barel per hari dan gas bumi sekitar 1,15 juta barel
setara minyak per hari.
(http://www.centuryrealtime.com/berita-analisis/komoditi/22-news/vibeconominbusiness/22639-Pemerintah%20Tetapkan%20Asum
si%20Ekonomi%20Makro%20Indonesia%202017)
D.
Pengukuran
Kegiatan Ekonomi
1. Laporan Perekonomian Indonesia
tahun 2016
Laporan
Perekonomian Indonesia merupakan bentuk laporan pelaksanaan Tugas dan Wewenang
Bank Indonesia yang disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Pemerintah pada setiap tahun merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam
UU No.23 Tahun 1999 tentang BI sebagaimana telah diubah dengan UU No.3 Tahun
2004. Laporan ini merupakan salah satu wujud dari akuntabilitas dan
transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang BI yang bertujuan mengevaluasi
perkembangan ekonomi dan keuangan Indonesia.
(http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/perekonomian/Default.aspx)
2.
Perkembangan Ekonomi Indonesia dan Dunia Triwulan
I Tahun 2017
Publikasi triwulan I
tahun 2017 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai perkembangan ekonomi
dunia dan Indonesia hingga triwulan I tahun 2017. Dari sisi perekonomian dunia,
publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara
kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi perekonomian
nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I tahun
2017 dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan investasi dan
kerja sama internasional, industri dalam negeri, serta perekonomian daerah.
Dalam publikasi ini juga tersaji Policy Brief terkait kebijakan pemerintah dan
kondisi ekonomi terkini.
(https://www.bappenas.go.id/index.php?cID=8802)
1)
Pertumbuhan
ekonomi bertambah untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir, naik menjadi
5.0 persen pada tahun 2016 dari 4,9 persen pada 2015, meski ketidakpastian kebijakan
global masih tinggi. Rupiah yang stabil, inflasi yang rendah, turunnya angka
pengangguran dan naiknya upah riil mengangkat kepercayaan konsumen dan konsumsi
swasta. Sebaliknya, belanja pemerintah dan pertumbuhan investasi melambat
menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi untuk 2016 secara keseluruhan.
2)
Fondasi
ekonomi Indonesia tetap kokoh, didukung tingkat pertumbuhan ekonomi yang kuat,
defisit neraca berjalan dan tingkat pengangguran beberapa tahun terakhir yang
rendah dalam, defisit fiskal yang terjaga baik, serta inflasi yang rendah.
Kemiskinan dan ketimpangan juga menurun pada tahun 2016.
3)
Kredibilitas
fiskal yang menguat dengan adanya pemangkasan belanja pemerintah, serta sasaran
yang lebih bisa dicapai dalam APBN 2017, memperkuat kepercayaan investor.
Defisit fiskal pada tahun 2016 sebesar 2,5 persen dari PDB, lebih rendah dari
perkiraan sebesar 2,6 persen di tahun 2015.
4)
Defisit
neraca berjalan saat ini berada di tingkat terendah dalam 5 tahun terakhir,
yaitu 0.8% dari PDB pada kuartal keempat 2016, karena ekspor manufaktur
menguat. Untuk tahun 2016 secara keseluruhan, defisit neraca berjalan berkurang
dari 1,8% dari 2.0% pada tahun 2015.
5)
Pertumbuhan
PDB riil diproyeksikan naik menjadi 5,2 persen di tahun 2017, dan mencapai 5,3
persen pada 2018. Konsumsi rumahtangga diproyeksikan semakin baik dengan adanya
Rupiah yang stabil, upah riil lebih tinggi dan terus menurunnya angka
pengangguran. Pertumbuhan investasi swasta diproyeksikan naik seiring pulihnya
harga-harga komoditas, serta dampak kemudahan moneter pada tahun 2016 dan mulai
berdampaknya reformasi ekonomi belakangan ini. Harga komoditas yang lebih
tinggi juga akan mengurangi hambatan fiskal dan mengangkat belanja pemerintah,
sementara pertumbuhan global yang lebih kuat akan mendorong ekspor.
6)
Inflasi
diperkirakan naik sementara dari 3,5 persen pada tahun 2016 menjadi 4,3 persen
pada tahun 2017 akibat naiknya tarif listrik dan pajak kendaraan.
7)
Beberapa
risiko bagi proyeksi pertumbuhan termasuk perubahan tak terduga dari kebijakan
monter Amerika Serikat, ketidakpastian politik Eropa, inflasi domestik yang
lebih tinggi dari perkiraan, serta pendapatan fiskal yang rendah.
8)
Laporan
ini juga berisi kajian mengenai perdagangan jasa. Dan mengusulkan untuk
menguransi hambatan pada sektor jasa untuk meningkatkan produktivitas dan daya
saing . Menurut data Organization for Economic Cooperation and Development,
Indonesia termasuk negara dengan hambatan terbanyak untuk perdagangan jasa.
Hambatan perdagangan untuk jasa mengurangi mutu sebuah layanan juga menghambat
produktivitas sektor-sektor ekonomi lain. Menghilangkan hambatan tersebut akan
membawa manfaat ekonomi yang luas.
9)
Laporan
edisi Maret 2017 juga membahas perubahan program Kredit Usaha Rakyat dalam hal
pemberian pinjaman bersubsidi untuk usaha mikro, kecil dan menengah telah
berdampak menaikkan biaya program sebesar 10 kali lipat. Dengan sasaran
yang lebih baik, laporan ini menunjukkan bahwa biaya bisa lebih rendah, dan
sisa dananya bisa dialokasikan ke sektor prioritas lain yang belum mendapat cukup
dana. Perlu adanya peninjauan kembali terhadap penggunaan pinjaman bersubsidi
untuk usaha mikro, kecil dan menengah.
(http://www.worldbank.org/in/country/indonesia/publication/indonesia-economic-quarterly-march-2017)
E.
Metode
perhitungan PDB
Factor yang di perhatikan dalam
mengukur pertumbuhan ekonomi adalah produk Domestic Bruto (PDB). Gross Domestic
Product (GDP). Gross Domestic Produk atau Produk Domestik Bruto adalah total
produksi barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu waktu tertentu, di satu
Negara/wilayah tertentu.
Bagaimana PDB/GDP ini diukur? Nilai
PDB diukur dengan cara total nilai dari berbagai barang dan jasa diagregasikan
atau dirata-ratakan nilainya. Tentu hal ini dengan memperhatikan jenis barang
dan jasanya juga. Selain itu juga, ada istilah nilai pendapatan nasional dalam
satuan harga yang di sebut PDB nominal. Nilainya berubah dari waktu ke waktu
sejalan dengan perubahan jumlah produksi barang dan jasa.
Cara mengukur pertumbuhan ekonomi
adalah dengan menggunakan rumus :
g = { (PDBs-PDBk) / PDBk } x 100%
Ket : g = tingkat pertumbuhan ekonomi (Dalam persentase)
PDBs = PDB ril tahun sekarang
PDBk
= PDB ril tahun kemarin
Misalkan :
PDB Amerika tahun 2013 adalah 500
triliun USD. PDB tahun 2014 adalah 650 triliun USD. Pertumbuhan ekonomi Amerika
pada tahun 2014 adalah :
G = { (
650-500 ) / 500 } x 100% = 30 %
Secara kasarnya, yang disebut
pertumbuhan ekonomi bisa dianggap mengacu pada peningakatan nilai total barang
dan jasa dalam perekonomian suatu Negara.
F.
Nilai
PDB Nomoinal, Riil dan Deflator
1.
Pengertian
Pendapatan Nasional
Salah satu indikator
penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode
tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu,
atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh
unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang
dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun,
sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa
tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu
sebagai dasar.
PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Dari data PDB dapat
juga diturunkan beberapa indikator ekonomi penting lainnya, seperti :
a.
Produk
Nasional Bruto
yaitu PDB ditambah
dengan pendapatan neto dari luar negeri. Pendapatan neto itu sendiri merupakan
pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk
Indonesia yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan yang sama
milik penduduk asing yang diperoleh di Indonesia.
b.
Produk
Nasional Neto atas dasar harga pasar
yaitu PDB dikurangi
dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang digunakan dalam
proses produksi selama setahun.
c.
Produk
Nasional Neto atas dasar biaya faktor produksi yaitu
produk nasional neto
atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung neto. Pajak tidak
langsung neto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi
dengan subsidi yang diberikan oleh pemerintah. Baik pajak tidak langsung maupun
subsidi, kedua-duanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau
dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikkan harga jual sedangkan subsidi
sebaliknya. Selanjutnya, produk nasional neto atas dasar biaya faktor produksi disebut
sebagai Pendapatan Nasional.
d.
Angka-angka
per kapita
yaitu ukuran-ukuran
indikator ekonomi sebagaimana diuraikan di atas dibagi dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun.
2.
Kegunaan Statistik Pendapatan Nasional
Data pendapatan
nasional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi
perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini
antara lain adalah :
1)
PDB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber
daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDB yang besar
menunjukkan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
2)
PNB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang
memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu negara.
3)
PDB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setipa sektor dari
tahun ke tahun.
4)
Distribusi PDB harga berlaku menurut sektor menunjukkan
struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara.
Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian
suatu negara.
5)
PDB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan produk
barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan diperdagangkan
dengan pihak luar negeri.
6)
Distribusi PDB menurut penggunaan menunjukkan peranan
kelembagaan dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai
sektor ekonomi.
7)
PDB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat
untuk mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar
negeri.
8)
PDB dan PNB per kapita atas dasar harga berlaku
menunjukkan nilai PDB dan PNB per kepala atau per satu orang penduduk.
9)
PDB dan PNB per kapita atas dasar harga konstan berguna
untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara.
Konsep Dan Definisi PDB Pengeluaran
a.
Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran konsumsi
rumah tangga (PKRT) merupakan pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumah
tangga untuk tujuan konsumsi. Dalam hal ini rumah tangga berfungsi sebagai
pengguna akhir (final demand)
dari berbagai jenis barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Rumah
tangga didefinisikan sebagai individu atau kelompok individu yang tinggal
bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan,
memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang dan jasa secara
bersama-sama utamanya kelompok makanan dan perumahan (UN, 1993).
b.
Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah adalah nilai seluruh jenis output pemerintah dikurangi nilai output
untuk pembentukan modal sendiri dikurangi nilai penjualan barang/jasa (baik
yang harganya signifikan dan tdk signifikan secara ekonomi) ditambah nilai barang/jasa yang dibeli
dari produsen pasar untuk diberikan pada RT secara gratis atau dengan harga
yang tidak signifikan secara ekonomi (social transfer in kind-purchased market
production).
c.
Pembentukan
Modal Tetap Bruto
Secara garis besar
PMTB didefinisikan sebagai pengeluaran unit produksi untuk menambah aset tetap
dikurangi dengan pengurangan aset tetap bekas. Penambahan barang modal meliputi
pengadaan, pembuatan, pembelian barang modal baru dari dalam negeri dan barang
modal baru maupun bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar,
transfer atau barter barang modal). Pengurangan barang modal meliputi penjualan
barang modal (termasuk barang modal yang ditransfer atau barter kepada pihak
lain).
Disebut sebagai
pembentukan modal tetap bruto karena menggambarkan penambahan serta pengurangan
barang modal pada periode tertentu. Barang modal mempunyai usia pakai lebih
dari satu tahun serta akan mengalami penyusutan. Istilah ”bruto”
mengindikasikan bahwa didalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan
atau konsumsi barang modal (Consumption
of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang
digunakan pada proses produksi secara normal selama satu periode.
d.
Inventori
Inventori adalah
persediaan yang dikuasai oleh unit yang menghasilkan untuk digunakan dalam
proses lebih lanjut, dijual, atau diberikan pada pihak lain, atau digunakan
dengan cara lain. Merupakan persediaan yang berasal dari pihak lain, yang akan
digunakan sebagai input antara atau dijual kembali tanpa mengalami proses lebih
lanjut.
e.
Ekspor
- Impor
Secara umum, konsep
ekspor-impor luar negeri yang digunakan dalam penyusunan PDB/PDRB Penggunaan
mengacu pada System of National Accounts (SNA) 1993.
Dalam SNA 1993, transaksi ekspor-impor barang luar negeri dalam komponen PDRB
Penggunaan Provinsi merupakan salah satu bentuk transaksi internasional antara
pelaku ekonomi yang merupakan residen suatu wilayah Provinsi terhadap pelaku
ekonomi luar negeri (non-resident).
Transaksi ekspor barang didefinisikan sebagai transaksi
perpindahan kepemilikan ekonomi (baik berupa penjualan, barter, hadiah ataupun
hibah) atas barang dari residen suatu wilayah Provinsi terhadap pelaku ekonomi
luar negeri (non-resident).
Sebaliknya, impor barang didefinisikan sebagai transaksi
perpindahan kepemilikan ekonomi (mencakup pembelian, barter, hadiah ataupun
hibah) atas barang dari pelaku ekonomi luar negeri (non-resident) terhadap residen suatu wilayah Provinsi.
REFERENSI :
Mankiw, N.G.
(2007), Macroeconomics, 6th edition, Worth Publishers.
Rahardja,
Pratama dan Mandala Manurung (2008), Teori Ekonomi Makro: Suatu Pengantar, edisi
keempat, Buku Seri Teori Ekonomi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Boediono (2001),
Ekonomi Makro, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2, edisi 4, BPFE
Yogyakarta.
Soediyono
(2000), Ekonomi Makro: Analisis IS-LM dan Permintaan-Penawaran Agregat, edisi
Millenium, Penerbit Liberty Yogyakarta.
SUMBER LAIN :
http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-konsep-dan-model-ekonomi-makro-lengkap/
http://ekonominator.blogspot.co.id/search?q=Pasar+Sempurna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar