Sekolah dasar bertanggung jawab
memberikan pengalaman-pengalaman dasar kepada anak,yaitu kemampuan dan
kecakapan membaca,menulis dan berhitung,pengetahuan umum serta perkembangan
kepribadian,yaitu sikap terbuka terhadap orang lain,penuh inisiatif,kreatifitas,dan
kepemimpinan,ketrampilan serta sikap bertanggung jawab guru sekolah dasar
memegang peranan dan memikul tanggung jawab untuk memahami anak dan membantu
perkembangan social pribadi anak.
Bimbingan itu sendiri dapat
diartikan suatu bagian integral dalam keseluruhan program pendidikan yang
mempunyai fungsi positif,bukan hanya suatu kekuatan kolektif.proses yang
terpenting dalam pentingnya bimbingan adalah proses penemuan diri sendiri. Hal
tersebut akan membantu anak mengadakan penyesuaian terhadap situasi baru,
mengembangkan kemampuan anak untuk memahami diri sendiri dan
menerapkannya
dalam situasi mendatang.
Bimbingan bukan lagi suatu tindakan
yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis yang dihadapi oleh anak,tetapi juga
merupakan suatu pemikiran tentang perkembangan anak sebagai pribadi dengan
segala kebutuhan, minat dan kemampuan yang harus berkembang.
Bimbingan dan
konseling bertujuan membantu peserta didik agar memiliki kompetensi
mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau mewujudkan nilai-nilai
yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasainya sebaik
mungkin (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 7). Fokus pelayanan bimbingan
dan konseling ialah manusia (peserta didik). Oleh karena itu tujuan utama dari
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu untuk pemberikan bantuan,
pemahaman, atau pendampingan kepada setiap individu (peserta didik) agar
dapat berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan potensi yang
dimiliki individu (peserta didik) .
Pada dasarnya
tujuan bimbingan dan konseling dan tujuan pendidikan memang dapat dibedakan
tetapi tidak dapat dipisahkan. Secara mendasar bimbingan dan konseling
merupakan salah satu bentuk pendidikan sehingga tujuan bimbingan dan konseling
memperkuat tujuan pendidikan dan menunjang program pendidikan secara
menyeluruh.
Tujuan pelayanan bimbingan dan
konseling mencakup tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari
layanan bimbingan dan konseling adalah sesuai dengan tujuan pendidikan,
sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)
Tahun 2003 (UU No. 20/2003), yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang
cerdas, yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, keperibadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan
memperhatikan butir tujuan BK sebangaimana tercantum diatas, maka dapat
dikatakan salah satu tujuan dari BK di sekolah adalah untuk membantu peserta
didik memperkuat dirinya secara optimal sesuai dengan tahap perkembangannya dan
prestasi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat – bakatnya), latar
belakang dirinya sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.
A. Hakikat
Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar.
M. Surya (1988:12) berpendapat bahwa
bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus
dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan
yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Bimbingan ialah penolong individu
agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik,
2000:193).
Bimbingan adalah suatu proses yang
terus-menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan
kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya,
baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang,
1990:11).
Dari beberapa pendapat di atas dapat
ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan merupakan suatu bentuk bantuan yang
diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal
mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding),
menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan
merealisasikan dirinya (self realization).
Konseling adalah proses pemberian
yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu
yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi oleh klien (Prayitno, 1997:106).
Konseling merupakan upaya bantuan
yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan
pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya
pada masa yang akan datang (Mungin Eddy Wibowo, 1986:39).
Dari pengertian tersebut, dapat
dirangkum ciri-ciri pokok konseling, yaitu :
1) Adanya bantuan dari seorang ahli,
2) Proses pemberian bantuan dilakukan
dengan wawancara konseling,
3) Bantuan diberikan kepada individu
yang mengalami masalah agar memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam
mengatasi masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan datang.
Secara umum tujuan layanan Bimbingan
dan Konseling adalah membantu siswa mengenal bakat, minat, dan kemampuannya
serta memilih dan menyesuaiakan diri dengan kesempatan pendidikan dan
merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan kerja. Sedangkan secara khusus
layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat
mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi-sosial, belajar, dan
karier.
Bimbingan pribadi-sosial dimaksudkan
untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan
pribadi yang taqwa, mandiri, dan bertanggung jawab. Dalam aspek pribadi-sosial,
BK membantu siswa agar :
1) Memiliki kesadaran diri dan dapat
mengembangkan sikap positif.
2) Membuat pilihan secara sehat.
3) Menghargai orang lain.
4) Mempunyai rasa tanggung jawab.
5) Mengembangkan keterampilan hubungan
antar pribadi (interpersonal).
6) Menyelesaikan konflik.
7) Membuat keputusan secara efektif.
Bimbingan belajar dimaksudkan untuk
mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Dalam aspek tugas
perkembangan belajar, BK membantu siswa agar :
1) Dapat melaksanakan
keterampilan/teknik belajar secara efektif.
2) Dapat menentukan tujuan & perencanaan
pendidikan.
3) Mampu belajar secara efektif.
4) Memiliki keterampilan &
kemampuan dalam menghadapi ujian.
Bimbingan karier dimaksudkan untuk
mewujudkan pribadi pekerja dan produktif. Dalam aspek tugas perkembangan
karier, BK membantu siswa agar:
1) Dapat membentuk identitas karier.
2) Dapat merencanakan masa depan.
3) Dapat membentuk pola karier.
4) Mengenali keterampilan, kemampuan,
& minat dalam dirinya.
Carl Rogers (1962), seorang ahli
bimbingan dan konseling dari pendekatan humanistik yang terkenal – suatu
pendekatan yang lebih memanusiawikan manusia, yang mengakui bahwa setiap
manusia memiliki kemampaun untuk mengarahkan dirinya sendiri jika mereka berada
pada konteks lingkungan yang tepat/kondusif untuk mendorong perkembangannya –
berpendapat bahwa tujuan dari banyak profesi bantuan, termasuk di dalamnya
bimbingan dan konseling, adalah untuk meningkatkan perkembangan pribadi
dan pertumbuhan psikologis klien (peserta didik).
Smith (1974) merumuskan suatu tujuan
bimbingan tanpa memperhatikan orientasi teoretiknya. Menurut Smith, para
profesional bimbingan harus memberikan pengalaman fasilitatif kepada para
individu yang dibimbing pada suatu kontinum “penuh gairah – produktif –
kasihan. Pengalaman positif tersebut akan memfasilitasi perkembangan pribadi
individu yang bersifat penuh gairah (menerima, menikmati, memahami, dan terbuka
terhadap diri). Bimbingan juga mengarahkan individu untuk dapat bertindak secara
produktif dalam hubungannya dengan lingkungannya (inteligen, efisien, kreatif,
benar-benar efektif, efisien, menyenangkan orang lain, dan dapat menyesuiakan
diri dengan tugas/pekerjaan). Bimbingan juga perlu membentuk kepribadian welas
asih¸yakni kasihan pada orang lain yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan
perilaku altruis, menyayangi, sensitif, membantu dengan tulus, dan menjadi
fasilitator perkembangan yang efektif.
Menurut Kurikulum 1975, tujuan
khusus bimbingan di sekolah dasar adalah membantu murid agar mampu :
1) Mengatasi kesulitan dalam memahami
dirinya sendiri.
2) Mengatasi kesulitan dalam memahami
lingkungannya yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, dan kehidupan
masyarakat yang lebih luas.
3) Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi
masalah dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
4) Mengatasi kesulitan dalam
menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya dalam bidang pendidikan dan
kemungkinan pekerjaan secara tepat.
Sementara itu, Mapiare (1984)
menyatakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah dasar adalah:
1) Menguasai bahan belajar tuntutan
kurikuler.
2) Membuat pilihan dan menentukan bahan
belajar yang cocok.
3) Memiliki sikap-pandangan belajar
yang mendukung.
4) Mempunyai pola-laku belajar yang
mendukung.
5) Memilih teman bergaul, dan membentuk
kelompok belajar yang serasi.
6) Memecahkan masalah-masalah belajar
yang dihadapinya.
C. Pentingnya
Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar.
Pentingnya Bimbingan dan Konseling
di SD Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang
melatarbelakangi penting bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural
dan aspek psikologis. Secara umum, latar belakang pentingnya bimbingan
berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu:
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut
sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam
pendidikan, salah satunya komponen bimbingan. Bila dicermati dari sudut sosio
kultural, yang melatar belakangi pentingnya proses bimbingan adalah adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak
disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relative menetap.
Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi pentingnya Layanan bimbingan Konseling di sekolah yakni:
1) Masalah perkembangan individu,
2) Masalah perbedaan individual,
3) Masalah kebutuhan individu,
4) Masalah penyesuaian diri dan
kelainan tingkah laku, dan
5) Masalah belajar
D. Fungsi –
Fungsi Bimbingan Konseling di Sekolah dasar
Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan
bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:
1)
Fungsi penyaluran ( distributif ).
Fungsi penyaluran ialah fungsi
bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program
pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah
sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan
ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan
untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan anak
dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
2)
Fungsi penyesuaian ( adjustif ).
Fungsi penyesuaian ialah fungsi
bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat.
Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi
ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.
3)
Fungsi adaptasi ( adaptif).
Fungsi adaptasi ialah fungsi
bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam
mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi
siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri,
kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru.
Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para
siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan
bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14).
E. Peran
seorang guru kelas dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling di sekolah Dasar.
Implementasi kegiatan BK dalam
pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses
belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan
BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang
dirumuskan.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa
ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu :
1) Informator, guru diharapkan sebagai
pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber
informasi kegiatan akademik maupun umum.
2) Organisator, guru sebagai pengelola
kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
3) Motivator, guru harus mampu
merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan
potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas)
sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4) Director, guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang
dicita-citakan.
5) Inisiator, guru sebagai pencetus ide
dalam proses belajar-mengajar.
6) Transmitter, guru bertindak selaku
penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
7) Fasilitator, guru akan memberikan
fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
8) Mediator, guru sebagai penengah
dalam kegiatan belajar siswa.
9) Evaluator, guru mempunyai otoritas
untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku
sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau
tidak.
REFERENSI :
1.
Ahman.
(1998). Bimbingan Perkembangan Model Bimbingan di SD. Bandung : Disertasi PPS
IKIP
2.
Bandung
Depdikbud. (1994/1995). Petunjuk Bimbingan dan Penyulihan di SD. Jakarta :
Dirjen Dikdasmen
3.
Juntina
Nurihsan. (2005). Manajemen Bimbingan dan Koseling di SMA. Jakarta : Gramedia
Sunaryo,
4.
Kartadinata.
(1998/1999). Bimbingan di SD. Jakarta : DirjenDikti.
5.
BBM
1 Hakikat Bimbingan konseling di SD
6.
BBM
2 Teknik Memahami Perlembangan Murid
7.
Nurihsan
Juntika (2002). Pengantar BK Nas. Semarang Aneka Islam Bandung :
8.
Refika
Utama Nurihsan Juntika dan Akun Indianto (2005). Manajemen BK di SD Kurikulum
2004. Jakarta :
9.
Gramedia
Sumarno, H 7 Agung Hartono B (1994) Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :
Dirjen Dikti Depdiknas.
Sumber Lain :
http://bim-sd.blogspot.co.id/2011/09/konsep-dasar-bmbingan-dan-konseling.html
http://sheringholala.blogspot.co.id/2017/05/tujuan-bimbingan-dan-konseling-di.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar