PENGEMBANGAN RUANG KELAS BERKARAKTER
Pengembangan
ruang kelas berkarakter sangat dibutuhkan guna menciptakan suatu ruang kelas
yang aktif dan kreatif serta berpotensi guna menjadikan peserta didik agar
menjadi orang yang berkarakter yang baik. Dalam hal ini guru sangat berperan
penting dalam pengembangan ruang kelas yang berkarakter tersebut. Tetapi bukan
hanya guru yang berperan dalam ruang kelas, namun peserta didik pun mempunyai
peran serta di dalam pengembangan ruang kelas berkarakter. Guru dan peserta
didik harus memiliki kerjasama yang sangat baik agar pengembangan ruang kelas
berarakter tersebut bisa berjalan dengan lancar.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan
sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik.
Karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik
watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara
pandang, berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah laku dalam kehidupan
sehari-hari.
Pendidikan Karakter adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan
peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/ atau kelompok yang unik baik
sebagai warga negara.
Karakter Bangsa adalah kualitas perilaku kolektif
kebangsaan yang khas baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa,
karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah
hati, olah rasa, karsa dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip
Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
A. Unsur-Unsur Pengembang Ruang
Kelas Berkarakter
Dalam
pembentukan sebuah ruang kelas yang berkarakter dibutuhkan beberapa unsur yang
mendukung terjadinya hal tersebut. Beberapa unsur yang penting antara lain :
1. Guru
Guru
merupakan hal yang terpenting dalam sebuah pengembangan ruang kelas yang
berkarakter. Karena guru mempunyai banyak peran dalam sebuah proses pendidikan,
bukan hanya sebagai seorang pendidik dan pengajar tetapi guru juga sebagai
pembentuk karakter dan pembangkit dan pembangkit pandangan serta kreatifitas.
Jadi maksudnya disini adalah guru harus bisa memberikan motivasi dan mampu
memberi pandangan yang positif agar terbentuk peserta didik yang berkarakter.
Guru juga harus bisa mengembangkan respon yang efektif untuk membuat peserta
didik lebih akftif dan kreatif di ruang kelas. Jika guru mampu melakukan hal
tersebut maka ruangan kelas pun akan menjadi sebuah ruang kelas yang
berkarakter.
2. Peserta
Didik
Bukan
hanya guru saja yang harus berperan dalam sebuah pengembangan ruang kelas yang
berkarakter tersebut, tetapi peserta didik pun juga harus ikut serta membantu
guru untuk berperan aktif dalam sebuah pengembangan ruang kelas berkarakter.
Guru tidak akan berhasil membuat ruang kelas menjadi berkarakter jika peserta
didiknya bersikap acuh dan tidak aktif oleh apa yang diberikan seorang guru.
3. Proses
di Dalam Kelas
Sebuah
ruang kelas yang berkarakter juga akan terbentuk dari suatu proses yang terjadi
di dalam kelas tersebut. Suatu proses yang baik dan menarik akan berpengaruh
terhadap pembentukan karakter dalam sebuah ruangan kelas.
B.
Kegiatan-Kegiatan
Pembentuk Ruang Kelas Berkaraker
Dalam
sebuah sekolah atau fasilitas pendidikan, perlu adanya ruang kelas berkarakter
yang dikelola dengan baik. Adapun kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan guna
mengembangkan sebuah ruang kelas yang berkarakter adalah sebagai berikut :
1. Membuat
Ruang Kelas Nyaman dan Bersih
Hal
ini merupakan hal sederhana tetapi penting dalam sebuah kelas. Jika ruangan
kelas nyaman, maka peserta didik akan lebih mudah untuk menerima hal yang baik
dalam pembentukan karakternya.
2. Mengatur
Tata Letak Perabotan Sebaik Mungkin
Tata
letak perabotan sebuah ruangan kelas juga merupakan hal yang sederhana tapi
penting bagi kegiatan pendidikan. Karena jika perabotan terlihat rapi maka
pandangan dan pikiran juga akan terasa nyaman sehingga menciptakan suasana yang
menyenangkan.
3. Membuat
Situasi Kelas Tenang dan Nyaman
Situasi
kelas yang tenang dan nyaman diperlukan guna membantu peserta didik untuk bisa
berpikir lebih baik dalam penerimaan materi. Hal ini diartikan proses belajar
mengajar tetap berlangsung secara aktif, tetapi tidak menimbulkan suatu kericuhan
dalam ruang kelas.
4. Pengecekan
Absensi Peserta Didik Secara Berkala
Hal
ini penting dilakukan untuk mengetahui peserta didik yang sering tidak hadir
agar cepat diketahui apa penyebabnya dan solusi untuk menanggapi hal tersebut.
5. Menyampaikan
Materi dengan Baik
Materi
dalam sebuah pembelajaran merupakan hal yang terpenting dalam proses belajar
mengajar guna menambah kompetensi peserta didik. Maka dari itu menyampaikan
materi itu harus dilakukan dengan baik dan semenarik mungkin agar peserta didik
cepat tanggap terhadap materi yang disampaikan.
6. Memberikan
Tantangan
Tantangan
diperlukan untuk melatih peserta didik dan untuk mengetahui seberapa paham
peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan, misalnya dengan
memberikan tugas serta tanya jawab kepada peserta didik.
7. Membuat
Kelompok Diskusi
Guru
memberikan pengarahan terhadap peserta didik untuk membuat kelompok diskusi
agar masalah yang diberikan guru bisa dipecahkan secara bersama-sama. Dalam hal
ini pemikiran peserta didik tentunya berbeda-beda satu dengan yang lain,
sehingga peserta didik bisa bekerja sama untuk menentukan hasil diskusi
tersebut. Hal ini juga diperlukan untuk mengetahui karakter masing-masing dari
peserta didik.
8. Mengajak
Peserta Didik Berinteraksi
Hal
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara peserta didik untuk berinteraksi
dengan guru ataupun dengan orang yang lebih tua. Ini dapat melatih bahasa dan
juga kesantunan peserta didik untuk membentuk karakternya menjadi lebih baik.
9. Menggunanakan
Sarana dan Prasarana Sekolah yang Modern
Seorang
guru harus kreatif dalam menyampaikan materinya. Misalnya dalam pembelajaran
guru menggunakan LCD untuk mengajar agar peserta didik tidak merasa bosan dan
jenuh. Dan juga guru bisa memperlihatkan video yang bisa memberikan motivasi
yang baik ataupun pengaruh yang baik terhadap karakter peserta didik.
10. Memberikan
Penghargaan atau Hadiah
Sesekali
seorang guru harus memberikan suatu hadiah untuk memicu semangat peserta didik
agar bisa belajar untuk lebih baik. Misalnya jika peserta didik mendapat nilai
yang bagus atau mendapatkan peringkat yang baik, seorang guru bisa memberi
hadiah agar peserta didik merasa dihargai atas kerja kerasnya.
Jika
kegiatan-kegiatan tersebut bisa dilakukan dengan baik maka akan tercipta
suasana ruang kelas yang berkarakter yang bisa menjadikan peserta didiknya juga
mempunyai karakter yang baik. Dan dengan adanya kerjasama yang baik antara guru
dan peserta didik, bisa menciptakan suasana yang harmonis sehingga bisa
menjadikan ruangan kelas yang nyaman. Sehingga masalah yang terjadi dalam ruang
kelas bisa teratasi dan cepat terselesaikan guna mengurangi pengaruh dan dampak
yang negatif agar tercipta karakter yang baik.
Ruang
kelas yang berkarakter mampu tercipta karena adanya peran serta guru dan
peserta didik yang bekerja sama dalam mengembangkan pembentukan karakter untuk
sebuah hal yang baik. Hal tersebut bisa dilihat dari partisipasi dan semangat
peserta didik dalam keikutsertaannya dalam proses belajar mengajar, baik secara
individu maupun secara kelompok. Jadi ruangan kelas yang berkarakter mempunyai
peranan penting dalam proses pembelajaran di sekolah untuk menjadikan peserta
didik mendapatkan karakter yang baik.
C. Strategi Pengembangan Ruang Kelas
Yang Berkarakter
Bagi para pendidikan atau calon
pendidik, membuat peserta didiknya nyaman di ruang kelas dalah hal yang tidak
mudah, apalagi menciptakan rung kelas yang berkarakter. Ini menjadi kesulitan
tersendiri yang di hadapi oleh para pendidik. Butuh strategi-strategi khusus
agar dapat mengembangkan ruang kelas yang berkarakter. Berikut adalah
strategi-strategi yang kurang lebihnya harus dipelajari dan diterapkan oleh
para pendidik atau calon pendidik.
1.
Pengelolaan
Kelas
Pengelolaan kelas dalam bahasa
Inggris diistilahkan sebagai Classroom Management, itu berarti istilah
pengelolaan identik dengan manajemen.Pengertian pengelolaan atau manajemen pada
umumnya yaitu kegiatan-kegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian. Wilford A. Weber
(James M. Cooper, 1995 : 230) mengemukakan bahwa Classroom management
is a complex set of behaviors the teacher uses to establish and maintain
classroom conditions that will enable students to achieve their instructional
objectives efficiently – that will enable them to learn.
Definisi di atas menunjukkan bahwa
pengelolaan kelas merupakan seperangkat perilaku yang kompleks dimana guru
menggunakan untuk menata dan memelihara kondisi kelas yang akan memampukan para
siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efisien. Pengelolaan kelas bukanlah
masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor.
Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain
adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun
secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan anak
didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk
interaksi.Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru
lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179)
Sekolah sebagai organisasi kerja
terdiri dari beberapa kelas, baik yang bersifat paralel maupun yang menunjukkan
penjenjangan. Setiap kelas merupakan untuk kerja yang berdiri sendiri dan
berkedudukan sebagai sub sistem yang menjadi bagian dari sebuah sekolah sebagai
total sistem. Pengembangan sekolah sebagai total sistem atau satu kesatuan
organisasi, sangat tergantung pada penyelenggaraan dan pengelolaan kelas. Baik
di lingkungan kelas masing-masing sebagai unit kerja yang berdiri sendiri
maupun dalam hubungan kerja antara kelas yang satu dengan kelas yang lain.
Oleh karena itu setiap guru kelas
atau wali kelas sebagai pimpinan menengah (middle manager) atau
administrator kelas, menempati posisi dan peran yang penting, karena memikul
tanggung jawab mengembangkan dan memajukan kelas masing-masing yang berpengaruh
pada perkembangan dan kemajuan sekolah secara keseluruhan, setiap murid dan
guru yang menjadi komponen penggerak aktivitas kelas, harus didayagunakan
secara maksimal agar sebagai suatu kesatuan setiap kelas menjadi bagian yang
dinamis di agar sebagai suatu kesatuan setiap kelas menjadi bagian yang dinamis
di dalam organisasi sekolah.
Dari uraian di atas jelas
bahwa program kelas akan berkembangan bilamana guru/wali kelas
mendayagunakan secara maksimal potensi kelas yang terdiri dari tiga unsur
yakni: guru, murid dan proses atau dinamika kelas
Kegiatan-kegiatan yang perlu
dilaksanakan dalam pengelolaan kelas antara lain sebagai berikut :
1) Mengatur tempat duduk peserta didik
2) Menghidupkan kegiatan kelas
3) Mengatur situasi kelas secara
teratur dan tertib
4) Mengecek kehadiran peserta didik
5) Mengatur tata cara berbicara dan tanya
jawab
6) Memberikan tugas kepada peserta
didik dengan tertib dan lancar
7) Mengatur pendistribusian alat dan
bahan pembelajaran
8) Mengumpulkan hasil pekerjaan peserta
didik, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan tersebut.
2.
CintakanLingkungan Yang Kondusif
Yang perlu diperhatikan dalam
menyukseskan pendidikan yang berkarakter di kelas adalah lingkungan yang
kondusif-akademik, baik secara fisik maupun non fisik lingkungan yang
aman,nyaman dan tertib dipadukan dengan optimism dan harpan yang tinggi,serta kegiatan
kegitan yang terpusat pada peserta didik merupakan iklim yang membangkitkan
nafsu gairah dan semangat belajar. Iklim yang demikian akan mendorang
terciptanya masyarakat belajar disekolah, karena iklim belajar yang kondusif
merupan tulang punggung dan factor pendorang yang dapat memberikan daya tarik
tersendiri bagi proses belajar sebaliknya, iklim belajar yang kurang
menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan.
Lingkungan yang kondusif harus
ditunjang oleh berbagai fasilitas belajar yang
menyenangkansepertisarana,laboratorium,pengaturan lingkungan,penampilan dan
sikap guru,hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan guru dan diantara
peserta didik itu sendiri.
Lingkungan yang kondusif antara lain
dapat dikembangkan melalui berbagai layanan dan kegiatan sbb :
1) Memberikan pilihan bagi peserta
didik yang lambat maupun yang cepat dalam tugas pembelajaran
2) Memberikan pembelajaran remedial
bagi peserta didik yang kurang berprestasi
3) Mengembangkan organisasi kelas yang
efektif,menarik,nyaman,dan aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik
secara optimal
4) Menciptakan kerjasama saling
menghargai, baikantara peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru
5) Melibatkan peserta didik dalam
proses perencanaan belajar dan pembelajaran
6) Mengembankan proses pembelajaran
sebagai tanggung jawab bersama antara peserta didik dan guru sehingga guru
lebih banya bertindak sebagai fasilitator dan sumber belajar.
3.
Wujudkan Guru Yang Dapat Ditiru
Guru adalah sosok yang dapat
ditiru karena guru merupakan factor penting yang besar pengaruhnya bahkan
sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik belajar . guru sebagai
penganti peran orang tua disekolah perlu memiliki kesadaran,pemahaman
,kepedulian dan komitmen untuk membimbing peserta didik menjadi manusia soleh
dan bertaqwa. Fitrah kecintaan guru kepada peserta didik telah mendorong
berbagai upaya untuk menjadikan peserta didik menjadi makhluk yang lebih baik. Allah
swt berfirman “ sesungguhnya hartamu dan anak anakmu hanyalah ujian ( bagimu)
dan disisi allah lah pahala yang besar” ( Q.S ath- thaghabumd : 14-15)
Guru sebagai vasilitator setidaknya
harus memiliki tujuh sikap seperti yang diidentifikasikan oleh Rogers (dalam
Knowles,1984) Sebagai berikut :
1) Tidak berlebihan mempertahankan
pendapat dan keyakinannya atau kurang terbuka
2) Dapat lebih mendengarkan peserta
didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya
3) Mau dan mampu menerima ide peserta
dddidik yang inovatif dan kreativ bahkan yang sulit sekalipun.
4) Lebih meningkatkan perhatiannya
terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya terhadapbahan
pembelajaran.
5) Dapat menerima (feedback) baik yang
positif mauapun negatif.
6) Toleransi terhadap kesalahan yang
diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran.
7) Menghargai prestasi peserta didik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan,
khususnya guru baru pada pertemuan pertama dengan peserta didik dikelas sebagai
berikut :
1) Bersikap tenang dan percaya diri
sendiri
2) Tidak menunjukkan rasa cemas, muka
masam atau sikap yang tidak simpatik
3) Memperkenalkan diri
4) Melaksanakan pembelajaran dengan
lancer dan tertib
5) Bertindak disiplin, baik terhadap
siswa maupun terhadap diri sendiri.
4.
Tumbuhkan Disiplin Peserta Didik
Disiplin diri peserta didik
bertujuan untuk membantu menemukan diri serta berusaha menciptakan suasana aman
nyamandan menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran.
Sehingga mereka menaati segala
peraturan yang ditetapkan.
Soelaeman (1985: 77) mengemukakan
bahwa guru berfungsi sebagai pengemban ketertiban yang patut digugu dan ditiru
tetapi tidak diharapkan sikap yang otoriter.
Memerhatikan pendapat reisman dan
payne (1987 :239-241) dapat dikemukaan 9 strategi untuk mendisiplikan pesrta
didik sbb :
1) Konsep diri
2) Ketrampilan berkomunikasi
3) Konsekuensi logis dan alami
4) Klarifikasi nilai
5) Analisis trassaksional
6) Terapi realitas
7) Disiplin yang terintegrasi
8) Modifikasi perilaku
9) tantangan bagi disiplin
Adapun indikator keberhasilan
Program pendidikan karakter di kelas dapat diketahui dari berbagi
perilaku sehari-hari yang tampakdalam setiap aktivitas sebagai berikut :
1) Kesadaran
2) Kejujuran
3) Keikhlasan
4) Kesederhanaan
5) Kemandirian
6) Kepedulian
7) Kebebasan dalam bertindak
8) Kecermatan atau ketelitian
9) Komitmen
D.
Saluran-saluran
Pendidikan karakter
Pendidikan
karakter berpijak pada karakter dasar manusia dari nilai moral universal yang
bersumber dari agama. Menurut ahli psikologi, karakter dasar tersebut adalah
cinta kepada Allah dan ciptaanNya, tanggung jawab, jujur, hormat dan santun,
peduli, kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan lain-lain. Menurut
Doni A. Koesoema, pendidikan karakter terdiri dari beberapa unsur,
diantaranya penanaman karakter dengan pemahaman pada peserta didik tentang
struktur nilai dan keteladanan yang diberikan pengajar dan
lingkungan.
Selanjutnya
kemendiknas menjelaskan bahwa nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam
dunia pendidikan didasarkan pada 4 sumber, yaitu ; Agama, Pancasila, budaya bangsa
dan tujuan pendidikan nasional itu sendiri. Dari keempat sumber tersebut
merumuskan 18 nilai-nilai karakter umum yaitu : Religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung
jawab.
Implementasi
pendidikan karakter harus sejalan dengan orientasi pendidikan. Pola
pembelajarannya dilakukan dengan cara menanamkan nilai-nilai moral tertentu
dalam diri anak yang bermanfaat bagi perkembangan pribadinya sebagai makhluk
individual sekaligus sosial. Implementasi pendidikan karakter harus sesuai
dengan saluran-saluran pendidikan karakter itu sendiri, maksudnya penerapan
atau implikasinya harus mempunyai metodelogi-metodelogi yang tepat yang berbeda
antara satu dan lainnya dissuaikan dimana tempat penerapan pendidikan karakter
itu.Implikasi pendidikan karakter mempunyai berbagai penyaluran yaitu di
lingkungan Keluarga, di Sekolah, di Perguruan Tinggi, dan di lingkungan
luar.Orientasi-orientasi pembelajaran ini lebih ditekankan pada keteladanan
dalam nilai pada kehidupan nyata, baik di sekolah maupun di wilayah publik.
Nilai-nilai
pendidikan karakter perlu dikembangkan dalam penyalurannya terhadap
saluran-saluran pendidikan karakter.Nilai ini berlaku universal, karena dapat
digunakan oleh seluruh semua orang khususnya siswa di Indonesia tanpa adanya
diskriminasi terhadap pihak-pihak tertentu.Nilai-nilai ini bersumber dari
agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut :
1. Agama
Masyarakat
Indonesia adalah masyarakat beragama.Oleh karena itu, kehidupan individu,
masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya.
Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal
dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan
karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari
agama.
2. Pancasila
Negara
kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan
Kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.Pancasila terdapat pada
Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat
dalam UUD 1945.Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi
nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan,
budaya, dan seni.Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan
siswa menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki
kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupannya
sebagai warga negara.
Nilai-nilai
pendidikan karakter perlu dijabarkan sehingga diperoleh deskripsinya.Deskripsi
beguna sebagai batasan atau tolok ukur ketercapain pelaksanaan nilai-nilai
pendidikan karakter di sekolah.adapun deskripsi nilai-nilai pendidikan karakter
adalah sebagai berikut.
Tabel Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter
Nilai
|
Deskripsi
|
1. Religius
|
Sikap dan perilaku yang patuh
dalam melaksanakanajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.
|
2. Jujur
|
Perilaku yang didasarkan pada
upaya menjadikan dirinyasebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
|
3. Toleransi
|
Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama,suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
|
4. Disiplin
|
Tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuhpada berbagai ketentuan dan peraturan.
|
5. Kerja Keras
|
Perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguhdalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
|
6. Kreatif
|
Berpikir dan melakukan sesuatu
untuk menghasilkan caraatau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
|
7. Mandiri
|
Sikap dan perilaku yang tidak
mudah tergantung padaorang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
|
8.Demokratis
|
Cara berfikir, bersikap, dan
bertindak yang menilai samahak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
|
9. Rasa Ingin Tahu
|
Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untukmengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
|
10. Semangat Kebangsaan
|
Cara berpikir, bertindak, dan
berwawasan yangmenempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
|
11. Cinta Tanah Air
|
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat
yang menunjukkankesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik,
sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
|
12.Menghargai Prestasi
|
Sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untukmenghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
|
13.Bersahabat/Komuniktif
|
Tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara,bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
|
14. CintaDamai
|
Sikap, perkataan, dan tindakan
yang menyebabkan oranglain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
|
15. Gemar Membaca
|
Kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagaibacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
|
16. Peduli Lingku-ngan
|
Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegahkerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
|
17. Peduli Sosial
|
Sikap dan tindakan yang selalu
ingin memberi bantuanpada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
|
18. Tanggung-jawab
|
Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugasdan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.
|
REFERENSI :
1. Lickona,
T.(2002) Character Matters. Terjemahan oleh Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi
Aksara. Lickona, T.(2002) Educating for Character.
2. Terjemahan
oleh Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara.
3. Abidin,
Y. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika
4. Aditama
Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter: Solusi yang tepat untuk membangun
bangsa. Jakarata.
5. BP
Migas dan Star Energy. Kemendiknas (2010a), Pengembangan Pendidikan Karakter
dan Budaya Bangsa, Jakarta:
6. Kemendiknas
. Kemendiknas (2011), Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta
7. Alexandria:
ASCD Samani, M. & Hariyanto, (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Remaja Rosda Karya
Sumber
Lain :
http://dedi26.blogspot.co.id/2013/06/pendidikan-karakter-bangsa.html
http://rinitarosalinda.blogspot.co.id/2014/04/konsep-dasar-pendidikan-karakter.html
http://wardconanstory.blogspot.co.id/2016/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-x_24.html
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/pengembangan-ruang-kelas-berkarakter/