Selasa, 07 September 2021

MANAJEMEN OLAHRAGA - RUANG LINGKUP MANAJEMEN OLAHRAGA

Ruang Lingkup Manajemen  Olahraga

 



Pengertian Olahraga

Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. (UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional)

 

Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. (Cholik Mutohir).

 


Manajemen Olahraga. Merupakan proses aktivitas kerjasama antar fungsi dalammanajemen untuk mencapai tujuan. Merupakan aktivitas yg berusaha memperbaiki dan menyempurnakan segala segi dlm usaha kerjasama. Aktivitas itu terutama ditujukan kepada struktur organisasi dan metode kerjasama.

 

1. Ruang Lingkup Manajemen Olahraga

Manajemen olahraga sebenarnya telah ada sejak zaman Yunani kuno yaitu kira-kira pada 12 abad sebelum Masehi, yaitu dengan diselenggarakannya Olympiade kuno. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya olahraga bagi kehidupan manusia. Manajemen olahraga dewasa ini belum berkembang secepat perkembangan olahraga industri atau bisnis. Hal ini disebabkan oleh karena adanya pendapat umum yang menghubungkan olahraga dengan “bermain”, sedangkan bisnis atau industri dengan “bekerja”.

 

Dengan telah berkembangnya olahraga sehingga menjadi disiplin ilmu tersendiri maka sebagaimana manajemen juga telah menjadi disiplin ilmu tersendiri, maka manajemen olahraga adalah merupakan inter dan cross disiplin antara kedua disiplin ilmu tersebut.

 

Kalau kita pinjam pengelompokan disiplin ilmu olahraga yang dibuat oleh Olympic Scientific Congress di Quebec City, Canada tahun 1976, maka dikenal adanya 4 kelompok, yaitu :

 

Ilmu-ilmu Biologi (Biological Science)

  • Fisiologi olahraga
  • Biomekanika olahraga
  • Kesehatan olahraga (Sport Medicine)
  • Gizi olahraga (Sport Nutition), dll.

 

Ilmu-ilmu peri laku manusia (Behavioral Science)

  • Pendidikan olahraga (termasuk Coaching)
  • Psikologi olahraga
  • Sosiologi olahraga

 

Humaniora (Humsnities),

  • Filsafat olahraga
  • Sejarah olahraga
  • Teologia olahraga.

 

Varia (yang berarti agak sukar dikelompokkan), seperti

  • Manajemen olahraga
  • Infra struktur olahraga (Sport Facilities)
  • Jurnalistik olahraga (Sport Journalistic / Publisistic)
  • Hukum olahraga (Sport Law) {Proceeding : Olympic Scientific Congress, Quebec City, Canada , 1976).

 

Kalau kita simak Undang-Undang R.I. No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, maka dikenal adanya tiga ruang lingkup olahraga [Pasal 17] yaitu :

  1. Olahraga pendidikan
  2. Olahraga rekreasi
  3. Olahraga prestasi. ( U.U. R.I. No. 3 , Tahun 2005)

 

Dan 20 di jelaskan juga mengenai Ruang Lingkup Olahraga, yaitu:

  1. Olahraga pendidikan, Olahraga pendidikan diselenggarakan sebagai bagian proses pendidikan yang dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal  maupun nonformal melalui kegiatan intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler. Olahraga pendidikan dimulai pada usia dini pada jalur pendidikan formal yang dilaksanakan pada setiap jenjang pendidikan  dan dibimbing oleh guru/dosen olahraga dan dapat dibantu oleh tenaga keolahragaan yang disiapkan oleh setiap satuan pendidikan.
  2. Olahraga rekreasi, Olahraga rekreasi dilakukan sebagai bagian proses pemulihan kembali kesehatan dan kebugaran yang dapat dilaksanakan oleh setiap orang, satuan pendidikan, lembaga, perkumpulan, atau organisasi olahraga. Olahraga Rekreasi bertujuan: memperoleh kesehatan, kebugaran jasmani, dan kegembiraan; membangun hubungan sosial; atau melestarikan dan meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional. 
  3. Olahraga prestasi, lahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa yang dilakukan oleh setiap orang yang memiliki bakat, kemampuan dan potensi untuk mencapai prestasi. Olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses pembinaan dan pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan pengetahuan dan teknologi keolahragaan serta Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat berkewajiban menyelenggarakan, mengawasi, dan mengendalikan kegiatan olahraga prestasi.

 

a. Manajemen Dalam Olahraga Kompetitif

Istilah olahraga yang digunakan disini merupakan istilah generik, sehingga pengetahuannya tidak terbatas pada pengertian sempit olahraga prestasi-kompetitif-elit untuk sementara olahragawan yang pelaksanaannya dikelola secara formal seperti lazim dijumpai pada cabang-cabang olahraga resmi, tetapi juga jenis-jenis aktivitas jasmani lainnya yang bersifat informal.

 

Olahraga kompetitif adalah jenis kegiatan olahraga yang menitikberatkan peragaan performa dan pencapaian prestasi maksimal yang biasanya dikelola oleh organisasi olahraga formal, baik nasional maupun internasional (KDI Keolahragaan, 2000: 10-11), olahraga, terutama olahraga kompetitif, menekankan aspek performa dan prestasi sehingga di dalamnya terlibat unsur perjuangan, kesungguhan, dan faktor surprise sebagai lawan dari faktor untung-untungan sehingga performa itu dicapai melalui usaha pribadi.

 

b. Manajemen Dalam Aktivitas Fisik Yang Memerlukan Skills dan Latihan

Pada saat ini bermunculan klub-klub latihan olahraga, baik bolavoli, sepak bola, badminton, beladiri maupun senam. Berdasarkan pengamatan latihan beladiri, bolavoli dan bulutangkis yang mendominasi. Sepakbola lapangan besar jauh berkurang dibanding dulu, yang menjamur adalah futsal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah lapangan yang memadai di daerah-daerah semakin berkurang. Futsal menjadi alternatif berikutnya. Sedangkan beladiri,  bolavoli dan bulutangkis, lapangan yang diperlukan tidak begitu luas, selain itu waktu pelaksanaan juga relatif fleksibel, dapat dilakukan sore hari maupun malam hari. Bukan rahasia lagi kalau olahraga memerlukan biaya yang sangat besar, baik dalam pemenuhan sarana prasarana latihan maupun penyelenggaraan event olahraga tersebut.

 

Semangat masyarakat dalam melaksanakan olahraga ini perlu dipelihara, dibina dan dikelola dengan baik agar dapat berkelanjutan dan meningkat. Harapannya dapat melahirkan bibit olahragawan-olahragawan yang dapat berprestasi di tingkat nasional maupun internasional. Implementasi dari gagasan ini adalah pemberian pembelajaran tentang bagaimana mengelola sebuah klub olahraga dengan baik melalui manajemen olahraga.

 

2. Komponen Ruang Lingkup Manajemen Olahraga

a. Industri Olahraga

Banyak defenisi industri olahraga yang dapat dilihat untuk memahami konsep industri olahraga. Beberapa tokoh telah memberikan defenisinya yang berkaitan tentang industri Olahraga tersebut. Dae-Hwan dalam Lutan (2004) mengemukakan bahwa industri olahraga adalah industri yang menciptakan nilai tambah dengan memproduksi dan menyediakan olahraga yang berkaitan dengan peralatan dan layanan (jasa) yaitu peralatan/perlengkapan olahraga yang berkaitan dengan aktivitas olahraga seperti kompetisi olahraga, pelatihan, dan pesta olahraga. Selanjutnya, Miller dkk dalam Harsuki (2005) menyatakan bahwa industri olahraga adalah semua produk, barang, servis, tempat, orang-orang dan pemikiran yang ditawarkan pada pelanggan yang berkaitan dengan olahraga.

 

Mencermati dua defenisi tersebut di atas, kiranya sudah dapat dijadikan acuan untuk merubah persepsi yang mengatakan bahwa industri olahraga tersebut terbatas hanya pada alat-alat olahraga saja. Pada hal konteks industri olahraga dalam manajemen modern meliputi barang dan jasa yang dalam hal ini berhubungan dengan olahraga.

 

Berkaitan dengan hal ini,  Parks dkk dalam Harsuki (2005) mengemukakan bahwa segment produksi olahraga dibagii atas tiga bagian. Pertama adalah segment penampilan olahraga (sport performance) meliputi bermacam-macam produk seperti olahraga sekolah yang disponsori, perkumpulan kebugaran, camp olahraga, olahraga profesional, dan taman olahraga kota. Kedua adalah segmen produksi olahraga (sport production) ini dapat diberikan contoh misalnya bola basket, bola tenis, sepatu olahraga, kolam renang, serta perlengkapan olahraga yang lainnya. Ketiga adalah segmen promosi olahraga (sport promotion) antara lain barang dagangan seperti kaos atau baju yang berlogo, media cetak elektronika, sport marketing agency, dansport event organizer. Terlihat sangat besar peluang bisnis yang dapat ditumbuhkembangkan berkaitan dengan produksi olahraga.

 

Industri olahraga tidak dapat terlepas dari bisnis olahraga. Berbicara tentang bisnis secara sederhana dapat dikatakan bagaimana keuntungan didapat dari sebuah produk yang dijual. Untuk membuat dan menjual sebuah produk yang baik  maka peran manajemen sangat penting. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa industri olahraga erat hubungannya dengan bisnis olahraga dan manajemen olahraga.

 

b. Produk Olahraga

Amerika memang sudah dikenal sebagai negara superkapitalis. Ide-ide cemerlang dalam meraup keuntungan sudah tidak perlu diragukan lagi. Bagi Amerika, berbagai macam cara siap dilakukan demi tercapai keuntungan yang dahsyat nan abadi.

 

MTV, berhasil mengemudikan peredaran musisi seluruh dunia sebagai alat pendulang uangnya. Satu musisi lahir, satu musisi lenyap, semua dilakukan bak sebuah mesin uang.

 

Kembali ke olah raga, baru-baru ini salah satu orang terkaya di Amerika (ke 164), yaitu Stanley Kroenke dengan yakin membeli saham Arsenal, salah satu klub besar dan favorit di Inggris. Maka lengkaplah sudah kepemilikan empat klub besar Inggris yang sudah dibeli oleh para kapitalis Amerika. Liverpool dibeli oleh George Gillet dan Tom Hicks. Randy Lerner membeli Aston Villa. Sebelumnya Malcolm Glazer menguasai MU.

 

Hal ini membuktikan bahwa :

  1. Olah raga merupakan ladang bisnis yang menggiurkan (jika digarap dengan baik)
  2. Atlet merupakan profesi yang terhormat
  3. Amerika benar-benar cerdik melihat peluang bisnis


Olahraga memang bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan jasmani kita. Namun dibalik manfaat tersebut, olahraga juga mempunyai peluang bisnis yang menguntungkan.

 

Apalagi jika melihat minat dan antusiasme masyarakat Indonesia terhadap kompetisi olahraga tingkat nasional maupun internasional sudah sangat tinggi. Hanya dengan sedikit polesan manajemen olahraga yang andal, sebuah pagelaran olahraga yang sehat akan menjadi lebih menarik dan memberikan keuntungan bisnis yang besar.

 

Sayangnya, pagelaran olahraga selama ini tidak dikelola sebagai peluang bisnis yang dapat diraih dengan manajemen olahraga yang andal. Sehingga timbul kesan, pagelaran olahraga di Tanah Air masih sebatas ajang rekreasi tontonan dan ajang perjuangan untuk meraih pengakuan dunia internasional.

 

Padahal, peluang menghasilkan keuntungan bagi penyelenggara, federasi, atlet, dan sponsor masih sangat terbuka lebar. Kondisi inilah yang dicermati oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI), sehingga mereka tergerak untuk membuka peluang dan potensi olahraga melalui seminar interna-sional yang bertajuk "Indonesia?s Sports Management with Better Education Towards The Development of Sustainability Sports Industry".

 

Steering Committee Seminar Sport with Better Education, Adi Widiatmo Mangunadikusumo mengungkapkan, saat ini olahraga sudah menjadi makrokosmos ekonomi. Olahraga berperan fungsi sebagai media promosi dan kampanye pemasaran, baik itu menjadi ajang sasaran, pasar maupun sebagai komoditi.

 

"Fenomena ini seharusnya telah menyadarkan kita untuk menjadikan olahraga sebagai prime mover atau penggerak laju pertumbuhan ekonomi yang membuka kesempatan kerja, membuka peluang usaha dan ikut mensejahterakan masyrakat. Oleh karena itu, kami berencana mengadakan seminar internasional tentang Sports Management with Better Education Towards The Development of Sustainability Sports Industry pada 8 September 2009 mendatang di Jakartas," jelas Adi.

 

Di berbagai negara industri maju dan modern, seperti halnya di Amerika, Inggris, Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, Belanda, Jepang, Korea Selatan dan China, olahraga telah menjadi industri unggulan sebagai pemasok devisa negara.

 

Bahkan, di sana, para atlet begitu dihargai dan menjadi sebuah profesi profesional. Dengan ber-kaca dari keberhasilan negara-negara tersebut dan tingginya minat masyarakat dalam negeri terhadap pagelaran olahraga, bukan tak mungkin jika Indonesia juga mampu menjadikan olahraga sebagai industri unggulan.

 

Olahraga yang telah dirancang sebagai tindustri modern yang berskala global, terbuktikan telah menjadi lokomotif atau multiplier effect terhadap tumbuhnya kegiatan bisnis baru, misalnya pariwisata, tempat hiburan, perhotelan, restoran, pengembangan usaha kecil terutama makanan dan minuman. Sehingga pada akhirnya itu semua dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

 

c. Koordinasi Proses Produk Olahraga

KEGIATAN olahraga memiliki nilai kepada kehidupan manusia, baik nilai ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Nilai-nilai olahraga itu mempengaruhi keberhasilan pembangunan nasional, termasuk pembangunan ekonomi dan kualitas sumber daya manusia. Bahkan dapat dikatakan sistem manajemen dan pembinaan olahraga merupakan bagian integral pembangunan kualitas sumber daya manusia.

 

Olahraga kurang memiliki kontribusi kepada pembangunan nasional. Padahal olahraga memiliki nilai ekonomi karena dapat meningkatkan produktivitas manusia sebagai sumber Sayangnya, sebagian pihak menganggap kegiatan olahraga (termasuk Jasmani dan daya pembangunan.

 

Kesegaran jasmani yang memadai meningkatkan kemampuan kerja optimal serta dapat menghemat biaya pemeliharaan kesehatan. Pembinaan olahraga secara matang di masa depan akan memberi kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan perorangan. Misalnya melimpah ruahnya bonus yang diterima Taufik Hidayat setelah mendapat medali emas olimpiade.

 

Kita pun dapat mengembangkan bisnis dan kegiatan yang berkaitan dengan olahraga. Olahraga pun dapat memicu kegiatan bisnis baru, misalnya pariwisata, tempat hiburan (rekreasi), perhotelan, restoran, pengembangan usaha kecil (makanan dan minuman, serta jajanan lainnya). Akhirnya derivasinya dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

 

Pada saat ini orang Indonesia tidak akan sulit untuk menemukan fitness centre, bowling alleys, kursus, klub dan organisasi olahraga, serta pertandingan, turnamen, dan fasilitas olahraga yang dioperasikan secara bisnis. Usaha intensifikasi dan ekstensifikasi perlu dilanjutkan dan merupakan peluang bisnis bagi seorang berjiwa wirausaha.

 

Pelaku dan pakar olahraga hendaknya memiliki kesadaran bahwa peranan olahraga dalam menciptakan bisnis sangat mungkin dan diperlukan. Mereka tidak dapat berjalan sendiri dalam melakukan industrialisasi olahraga. Karena itu hendaknya menggandeng pemilik modal sehingga bersinergi menghasilan rencana bisnis yang matang dan dapat diandalkan.

 

Dalam kaitan inilah menurut Arismunandar (1997), wawasan bisnis dan manajemen diperlukan untuk memajukan dan mengembangkan bisnis olahraga. Hal ini penting karena maju dan berkembangnya bisnis itu akan memicu penelitian dan pengembangan, meningkatkan mutu pendidikan dan pengembangan ilmu dan teknologi olahraga, meningkatkan prestasi, serta memperbanyak kesempatan kerja.

 

Setiap pertandingan memerlukan penonton dan hendaknya menarik banyak penonton. Pertandingan tanpa penonton pastilah gersang. Motif berprestasi atlet akan menurun apabila tidak ada penonton. Bagaimanapun juga teriakan penonton merupakan pemacu semangat bertanding para atlet.

 

Pertandingan kurang penonton pun dapat dipastikan membangkrutkan panitia penyelenggara. Di sarnping pendapatan dari tiket akan merosot drastis, para pengusaha atau perusahaan pun kurang berminat mensponsori pertandingan itu. Kondisi ini akan memoros kepada rendahnya tingkat kesejahteraan pelaku olahraga (terutama atlet dan pelatih) serta kurangnya sarana dan prasarana olahraga.

 

Jika situasinya seperti itu maka akan menjadi lingkaran setan. Kualitas atlet menurun mengakibatkan prestasinya jeblok dan akhirnya pertandingan tidak bermutu. Dampaknya apresiasi masyarakat terhadap olahraga rendah sehingga tidak datang manakala ada pertandingan olahraga. Karena itu memajukan olahraga, meningkatan partisipasi dan apresiasi masyarakat, prestasi dan bisnis olahraga, saling berkaitan dan saling menunjang.



REFERENSI :

  1. Anonim. (2003). Gerakan Nasional Garuda Emas. Jakarta: KONI Pusat.
  2. Arifin Abdulrachman. (1973). Kerangka Pokok-Pokok Manajemen Umum. Jakarta: PT. Ikhtiar Baru.
  3. Bambang Tri Cahyono.(1995). Pengadaan Sumberdaya Manusia. Jakarta: IWAPI.
  4. Beveridge D. (1989. Tantangan Berprestasi.  Jakarta: Banapura Aksara.
  5. Dirjen Olahraga Depdiknas. (2002). Pedoman Mekanisme Koordinasi Pembinaan Olahraga, Kesegaran Jasmani dan Kelembagaan Olahraga. Jakarta:Ditjen Olahraga.
  6. Dornan J. dan Maxwell J.C. (1998). Strategi Menuju Sukses.  Jakarta: Network Twenty One.
  7. Hesselbein F. Goldsmith M. dan Beckhard R. (1997). The Leader of The Future. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
  8. Imai M,  Gamba Kaizen. (1998). Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah pada Manajemen, Jakarta: Yayasan Toyota.
  9. ISORI. (2003). Menata Ulang Bangunan Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta: PP. ISORI.
  10. James A. Fitzsimmons, Mona J. Fitzsimmons. (1994). Service Management for Competitive Advantage. Singapore: Mc Graw-Hill, Inc.
  11. Kantor Menpora. (1997). Visi 2020 Olahraga Indonesia.  Jakarta: Menpora.\
  12. Komaludin. (1989). Manajemen. Jakarta: Depdikbud-Dirjen Dikti.
  13. KONI. (1999). Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Jakarta:  KONI Pusat
  14. Kotter J.P. (1997). Leading Change.  Jakarta: PT. Sun.
  15. Kouzes J.M., dan Posner B-2. (1997).  Kredibilitas. Jakarta: Profesional Books.
  16. Malayu S.P. Hasibuan. (1999). Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara.
  17. Morrisey G.L.  (2002).  Pemikiran Strategis. Jakarta: Prenhallindo.
  18. Prajudi Atmosudirdjo. (1978). Dasar-Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta: Seri Pustaka Ilmu.
  19. Rusli Luthan. (2003). Olahraga, Kebijakan dan Politik, Jakarta: KONI dan Dirjen Olahraga.
  20. Salusu. (2000). Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta: Grasindo.\
  21. Sondang P. Siagian. (1992). Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
  22. Stoner J.A. (1986). Manajemen. Jakarta: Erlangga.
  23. Sunarto dan Sahedhy Noor R. (2001). Manajemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: BPFE-UST.
  24. Terry G.R. (1986). Principle of Management. Illinois Richard : D. Irwin, Inc. Homewood.
  25. The Liang Gie. (1978). Pengertian, Kedudukan, dan Perincian Ilmu Administrasi. Yogyakarta: Karya Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MANAJEMEN JASA - KUALITAS LAYANAN

  KUALITAS LAYANAN Persaingan di dunia bisnis semakin ketat, mengharuskan perusahaan untuk menyadari bahwa kepuasan pelanggan bukan sekadar ...