Rabu, 24 Februari 2021

PUBLIC SPEAKING & INTERPERSONAL SKILL

Pentingnya Public Speaking & Interpersonal Skill Untuk Karier Serta Cara Meningkatkannya

 


Mungkin, beberapa di antara  rekan - rekan masih merasa gugup saat berbicara di depan umum. Jika termasuk dalam golongan tersebut,  rekan - rekan wajib menguasai keterampilan berbicara di depan umum.

 

Kemampuan yang satu ini akan menuntun rekan - rekan ke dalam sebuah arena yang bernama dunia kerja, di mana  rekan - rekan pasti akan tampil di hadapan umum, kemudian berbicara di depan semuanya.

 

Rekan - rekan akan ada di situasi harus membawakan materi, presentasi, atau bahkan rapat  dengan pimpinan.

 

Sehingga tanpa adanya kemampuan public speaking yang baik, mungkin  rekan - rekan akan kesulitan mengikuti arus dunia kerja juga dunia pendidikan.


 

Apa Itu Interpesonal Skill ?

 

Menurut Spitzberg dan Cupach, interpersonal skill adalah kemampuan seseorang untuk melakukan komunikasi yang efektif.

 

Secara sederhana dan garis besar, interpersonal skill bisa diartikan sebagai suatu kemampuan ataupun ketrampilan milik seseorang untuk mengenal, menghadapi dan berkomunkasi atau interaksi dengan pihak lain, baik secara individu dan kelompok.

 

Intinya adalah, kemampuan membangun hubungan harmonis dengan orang-orang disekitarnya.

 

Peran Penting Interpersonal Skill.

Ketrampilan interpersonal mempunyai peranan yang sangat penting guna mencari kesuksesan. Terkait dengan hal ini, ketrampilan skill dapat dibagi menjadi beberapa jenis.

 

Pertama yaitu ketrampilan mendengar. Komponen terpenting dari komunikasi adalah mendengar. Maksudnya adalah tidak hanya mendengar secara harfiah dengan alat pendengaran atau telinga saja, melainkan mampu mencerna serta menterjemahkan maksud dari pemberi pesan atau orang yang mengajaknya berbicara.

 

Kedua adalah umpan balik atau providing feedback. Umpan balik merupakan suatu interpersonal skill dalam bentuk ketrampilan seseorang untuk memahami segala dampak atas perilaku terhadap diri sendiri dan orang lain.

 

Selanjutnya yang Ketiga merupakan ketrampilan membujuk atau persuading. Dalam hal ini seseorang harus dapat memberikan pengertian atau bujukan pada orang lain. Sehingga orang tersebut bersedia mengikuti kehendak maupun keinginan dari orang yang mengajaknya secara sukarela.

 

Manfaat Keterampilan Interpersonal Skill

Dengan memiliki ketrampilan interpersonal yang baik, Mahasiswa/i  STIE MBI akan mendapatkan banyak sekali manfaat atau keuntungan. Salah satunya adalah mampu menciptakan serta menjaga keharmonisan hubungan dalam pergaulan.

 

Mahasiswa yang memiliki ketrampilan interpersonal yang baik pasti bisa memperoleh prestasi akademik atau sukses profesi lebih tinggi dibanding yang tidak memilikinya.

 

 

Apa Itu Public Speaking ?

 

Mengutip Kecerdasan, berbicara di depan umum adalah Soft Skill yang digunakan untuk membangun interaksi atau relasi dengan audiens saat komunikasi di depan umum.

 

Hal itu tepat di depan orang-orang yang sudah dikenal atau belum sama sekali.

 

Rekan - rekan pasti sering melihat orang-orang yang berbicara atau berpidato dengan lancar dan baik di hadapan ratusan atau bahkan riburan orang.

 

Dan pada kenyataanya, orang tersebut memanfaatkan kemampuan public speaking yang percaya diri dan dapat menyampaikan informasi yang jelas kepada semua orang di blog.

 

Secara umum, kemampuan public speaking memegang peranan penting untuk menggambarkan seseorang terlihat lebih profesional.

 

Banyak orang merasakan takut saat melihat tampil di hadapan banyak orang.

 

Padahal, rasa takut tersebut dapat diatasi dengan baik jika  rekan - rekan mampu menguasai kemampuan public speaking.


 

Mengapa Public Speaking Itu Penting ?

 

Sekilas kita sudah membahas bahwa berbicara di depan umum adalah kemampuan untuk membuat seseorang terlihat percaya diri saat berbicara di hadapan banyak orang.


Secara garis besar, kemampuan ini sangat penting untuk dikuasai oleh seseorang demi prospek karier yang cemerlang.

 

Mengapa demikian ? Dengan menguasai public speaking, setidaknya ada manfaat yang  rekan - rekan dapatkan.

 

1. Meningkatkan kepercayaan diri

Public Speaking akan membantu untuk terus meningkatkan rasa kepercayaan diri.

Hal tersebut tentu sangat berguna bagi perkembangan kariermu dan aktifitas lainnya. Semakin  rekan - rekan percaya diri di depan banyak orang, performa rekan - rekan akan terlihat bagus di mata orang lain.

 

2. Menumbuhkan kepemimpinan

Bagi seorang manajer, salahsatu tugas utama tentu berbicara di hadapan bawahannya, entah itu saat rapat, presentasi proyek, atau hal-hal lainnya.

 

Nah, berbicara di depan umum memegang peran penting untuk membantu seorang manajer manajemen dapat mengontrol dirinya dan membawakan materi atau informasi dengan jelas bawahannya.

 

Di sisi lain, kemampuan ini juga membantu rekan – rekan dalam membimbing bawahannya. Hal tersebut tentu secara perlahan - lahan akan menumbuhkan sifat kepemimpinan dalam diri seseorang.

 

3. Menyampaikan ide atau dengan lancar

Dipetik dari  Skills You Need, Berbicara di depan umum adalah salah satu cara terbaik untuk menyampaikan ide atau pendapat.

 

Sering kali kita merasa ragu atau bahkan tidak percaya diri mengemukakan sesuatu, terutama saat rapat. Hal ini adalah salah satu hal yang harus  rekan - rekan hindari jika ingin menapaki karier yang bagus.

 

Melalui kemampuan public speaking ,  rekan - rekan dapat mengatasi masalah tersebut dengan baik.

 

Seperti yang sudah ada di atas, kemampuan ini akan membantu untuk meningkatkan kepercayaan diri, termasuk saat ingin menyampaikan ide atau pendapat. Ketika berhasil menyampaikan ide atau pendapat dengan baik, bisa jadi  rekan - rekan akan sebagai orang yang berkompeten.

 

Melihat semua manfaat di atas, maka secara tidak langsung kemampuan ini dapat mengantarkan rekan – rekan  kepada orang yang karier yang bagus.

 


Cara Meningkatkan Kemampuan Public Speaking


Sekarang kita sudah tahu kalau public speaking adalah salah satu kemampuan yang wajib dikuasai, terutama bagi para profesional. Jika saat ini  rekan - rekan memang belum benar-benar menguasainya, jangan khawatir. Sebab, kemampuan ini dapat ditingkatkan secara perlahan-lahan, asalkan  rekan - rekan konsisten dalam menjalankannya.

 

Lalu, kira-kira, bagaimana, ya, cara meningkatkan kemampuan public speaking ?

 

1. Latihan dan latihan

Merasa gugup saat maju di depan umum memang hal yang wajar.

Akan tetapi, semua itu dapat diatasi dengan baik jika  rekan - rekan berlatih dan mempersiapkan diri dengan baik sebelumnya.

 

Mengutip Harvard Extension School, berikan waktu untuk kembali berlatih dan mempersiapkan diri dengan membaca ulang catatan yang ingin disampaikan nanti.

 

Selain itu, latihlah dirimu dengan merekam semua pembicaraan rekan – rekan melalui video. Setelah itu,  rekan - rekan bisa melihatnya untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi.

 

Jika sempat, minta bantuan teman rekan – rekan untuk merekam rekaman tersebut dan memberikan kritik serta saran.

 

2. Pahami audiens

Ingat, saat Berbicara di depan umum,  rekan - rekan tidak berbicara tentang dirimu, melainkan tentang audiens.

 

Oleh karena itu, pahami terlebih dahulu siapa saja audiens yang akan datang untuk menonton anda. Hal ini akan membantu untuk menyampaikan pesan yang tepat kepada mereka.

 

Selain itu,  rekan - rekan juga bisa mencari celah untuk menyelipkan humor yang sesuai dengan orang-orang seumuran mereka.

 

3. Latih gaya tubuh

Selain komunikasi verbal, komunikasi nonverbal juga penting untuk diperhatikan dalam public speaking .

 

Menurut Verywell Mind, kombinasi antara ekspresi wajah, gerak tangan, dan gerakan tubuh penting untuk diperhatikan karena dapat menyampaikan apa yang ada di dalam pikiranmu. Jadi, sebisa mungkin, latihlah gerak tubuhmu dengan baik, mulai dari gerakan tangan, posisi tubuh yang tegak, serta pandangan mata yang terus melihat kepada audiens.

 

Jangan sampai, gerak tubuh rekan – rekan hanya terhenti di satu tempat, begitu juga dengan pandangan mata. Kuasai panggung sebaik mungkin dapat membawa atmosfir yang bagus bagi audiens.


Latihan Tidak Membuat Sempurna

Komunikasi yang baik tidak pernah sempurna, dan tidak ada yang mengharapkan Anda menjadi sempurna. Namun, meluangkan waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan akan membantu rekan – rekan  menyampaikan pidato yang lebih baik. Rekan – rekan mungkin tidak dapat sepenuhnya mengguncang saraf, tetapi Anda dapat belajar menguranginya.

 

 

Kamis, 18 Februari 2021

BUDAYA ORGANISASI - PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP BUDAYA ORGANISASI

Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Budaya Organisasi


Kepemimpinan mengandung arti kemampuan mempengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang untuk mncapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.





Sejak beberapa tahun belakangan, para pakar bisnis sangat memperhatikan tentang budaya organisasi. Hal ini dapat dilihat dari tulisan di majalah, buku maupun kegiatan seminar dan pelatihan-pelatihan. Budaya pada dasarnya merupakan pola yang terintegrasi dari perilaku manusia, yang terdiri dari pikiran, bahasa, perbuatan dan hasil- hasil budaya lainnya.

 

Budaya organisasi mempengaruhi cara mengerjakan segala hal dalam organisasi. Tidak jauh berbeda dengan budaya yang mempengaruhi masyarakat, maka budaya organisasi juga akan mempengaruhi sikap dan perilaku semua anggota dalam organisasi tersebut.  Budaya yang kuat dapat memberikan dorogan atau paksaan kepada para anggota untuk bertindak atau berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh organisasi. Organisasi yang dimaksud disini adalah perusahaan dan anggota adalah karyawan.

 

Menurut Anda, apakah ada hubungan kepemimpinan dengan budaya organisasi?  Bagaimana kira-kira hubungan antara keduanya?

 

Kita akan mengetahui keterkaitan antara kepemimpinan dengan budaya organisasi yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Dengan mengetahui hal ini nantinya akan mengubah cara berpikir Anda sebagai seorang pemimpin agar membentuk budaya perusahaan yang lebih baik sehingga berpengaruh ke kinerja karyawan Anda. Mari kita simak bersama penjelasan berikut.

Perubahan  budaya dalam masyarakat meliputi berbagai bentuk meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan laoin sebagainya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan mencakup bagian yang lebih luas dari perubahan sosial, namun didalamnya tidak termasuk berkaitan dengan organisasi sosial. Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan sangat erat. Kebudayaan adalah cara berpikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi ytang bersifat komunikatif seperti simbol-simbol dan bahasa yang menjadi alat pertemuan antar individu atau kelompok. Kebudayaan merupakan hubungan yang kompleks antara  pengetahuan, kepercayaan, kepercayaan, kesenian, adat istiadat  dan setiap kemampuan manusia untuk  mengembangkan kebiasaan sebagai warga masyarakat. Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya (Soemardjan, 1982).


A. Bagaimana Pemimpin Menciptakan Budaya Organisasi

Meningkatkan keberhasilan organisasi melalui penyelarasan budaya menjadi fokus populer pekerjaan di tahun 1980-an. Edgar Schein, dalam bukunya Organizational Culture and Leadership, percaya bahwa pemimpin melalui percakapan sehari-hari mampu membentuk dan mengubah budaya. Budaya dibangun dalam kehidupan sosial dan pemimpin perlu mengikat norma-norma budaya agar sesuai dengan tujuan organisasi. Jika budaya saat ini tidak realistis, pemimpin harus menjadi katalis, atau jembatan, yang menciptakan pemahaman baru dan membantu karyawan menerapkan kebiasaan baru dan akhirnya meyakininya. Para pemimpin juga harus menentukan, memperjelas dan memperkuat pemahaman tentang tindakan dan keyakinan dalam membangun budaya yang diinginkan.

Dibawah ini adalah sejumlah pertanyaan yang dapat anda, para pemimpin, gunakan untuk menilai dan menyelaraskan proyek dan program kerja dalam rangka membentuk budaya yang diinginkan :

  1. Apa unsur-unsur budaya yang diinginkan ada dalam organisasi anda? Bagaimana masing-masing unsur tersebut diterapkan dalam komunikasi dan tindakan di tempat kerja?
  2. Bagaimana anda mengubah rencana manajerial dan cara berkirim pesan?
  3. Bagaimana alat komunikasi anda mendukung karyawan menyampaikan tujuan kerja, perubahan kerja, dan hambatan yang mereka hadapi?
  4. Apa yang bisa anda lakukan untuk memampukan karyawan melakukan percakapan yang transformatif dengan lebih baik?
  5. Seberapa baik tampilan dan nuansa keseluruhan departemen di tempat kerja anda?
  6. Perbaikan apa yang bisa anda ciptakan agar tempat kerja memiliki model kerja yang lebih baik sesuai dengan budaya organisasi yang diinginkan?
  7. Apakah metrik yang anda gunakan pada departemen anda sudah mengikuti perkembangan jaman? Apakah metrik ini dapat menampilkan perubahan yang akan datang dan membantu tim anda mempersiapkan strategi baru dalam bekerja?
  8. Apa yang bisa anda lakukan untuk tetap mengikuti trend and bersiap menangani perubahan?
  9. Ada berapa macam diskusi perkembangan bisnis yang ada dalam organisasi anda?
  10. Bagaimana anda menciptakan budaya pembelajaran yang melebihi kelas training reguler?

Selain itu adalah penting untuk mengenali beberapa perilaku destruktif yang dapat merusak budaya organisasi anda, terutama ketika perilaku ini ditemukan pada lebih dari satu manajer. Berikut adalah beberapa contoh spesifik percakapan dan perilaku yang tidak sesuai dengan karakteristik budaya tim manajemen yang sehat :

Ketika manajer mendepak dan mengeluh satu sama lain. Kebiasaan manajer berbicara buruk tentang rekan-rekan atau manajer karyawan yang lain sangat merusak budaya perusahaan. Ini juga merupakan tanda ketidakdewasaan manajerial.

Ketika manajer menghindar satu sama lain dan memblokir akses kerjasama antar manajer. Para karyawan tidak bodoh, mereka menangkap sinyal negatif yang tersirat dari penghindaran ini.

Ketika manajer malah bersaing (mementingkan posisi), bukannya berkolaborasi (mementingkan tujuan).

Ketika manajer menyatakan visi yang mengesankan tapi gagal untuk menerapkannya karena manajer sendiri tidak mempraktekannya, tidak memberi penilaian, dan tidak ada pembelajaran ulang untuk mengingatnya.

Para pemimpin dapat mengoptimalkan budaya organisasi melalui model kerja yang selaras dan mencontohkan perilaku yang sesuai dengan budaya yang diinginkan. Anda sebagai pemimpin tidak bisa mengharapkan karyawan lebih responsif terhadap perubahan ketimbang anda. Anda juga tidak bisa berharap karyawan lebih kolaboratif ketimbang anda dan jajaran pemimpin lainnya. Anda tidak bisa mengharapkan karyawan untuk menghargai pertumbuhan yang berkelanjutan jika mereka tidak melihat anda melakukan hal yang sama. Intinya semua kebiasaan yang anda dan jajaran pimpinan yang lain lakukan akan menjadi patokan atau percontohan dari model kerja itu sendiri. Ketika model kerja jajaran atas sudah selaras maka jajaran dibawahnya akan mengikuti. Manajemen tim yang sehat akan menghasilkan budaya perusahaan yang sehat.


B. Hubungan Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi

Kepemimpinan dan Budaya organisasi merupakan fenomena yang sangat bergantung, sebab setiap aspek dari kepemimpinan akhirnya membentuk budaya organisasi. Contohnya bila memasuki ruang perkantoran suatu organisasi akan berbeda dengan kantor organisasi lain. Mengapa demikian? Karena pemimpin tiap perusahaan berbeda. Fenomena yang didapatkan seperti etos kerja karyawan, team work, sikap, dan integritas. Semua hal tersebut menggambarkan kepemimpinan yang ada dalam sebuah perusahaan dan juga menggambarkan budaya yang ada pada perusahaan tersebut. Kita akan membahas satu per satu fenomena sebagai akibat dari keterkaitan kepemimpinan dan budaya perusahaan.

  1. Etos Kerja Karyawan, Etos adalah kemampuan seseorang dengan keahlian yang memiliki kredibilitas dan reputasi andal, sehingga dia mendapatkan kepercayaan penuh dari banyak orang. Seseorang dikatakan memiliki etos dianggap terpercaya dan mampu melakukan pekerjaannya dengan andal dan berkualitas. Biasanya dalam perusahaan, etos menggambarkan kemampuan seseorang bersama profesi/pekerjaannya. Etos tidak tergantung pada tingginya pendidikan seseorang atau banyaknya gelar akademis yang dimilikinya. Etos adalah tentang kemampuan bertindak, mengeksekusi, melakukan, menghasilkan yang terbaik dan kerja lapangan yang berkualitas. Dalam budaya organisasi yang kuat, etos dihasilkan dari konsep budaya yang dilembagakan oleh perusahaan melalui nilai-nilai, keyakinan, tata kelola, moral, sistem, prosedur, aturan kepemimpinan, visi, misi, kemampuan, standar, pengetahuan dan perilaku kerja. Hasil akhirnya, etos muncul sebagai gaya kerja, kebiasaan kerja, pola kerja, karakter kerja, dan motivasi kerja. Dimana etos menjadi seperti sebuah kepribadian kerja perusahaan yang diwakili oleh setiap insan perusahaan dengan sepenuh hati. Jadi, budaya organisasi dicetuskan oleh aturan kepemimpinan dari tiap pemimpin perusahaan. Budaya yang kuat akan menghasilkan sebuah etos kerja karyawan yang baik. Misalnya dalam aturan kepemimpinan dituntut untuk disiplin waktu maka budaya perusahaannya adalah kedisplinan dan dalam bekerja etos kerja karyawannya selalu datang kantor tepat waktu. Hal ini berkaitan satu sama lain.
  2. Team Work, Budaya yang kuat membuat semua karyawan patuh pada aturan dan bertanggungjawab untuk menjalankan sistem dengan penuh integritas. Perusahaan yang andal selalu dihasilkan dari sebuah tim yang andal. Tim yang andal lahir dai budaya perusahaa yang kuat. Selain itu juga tim yang andal didasari pada pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan yang baik. Para pemimpin kadang terlalu fokus membangun tim yang kuat untuk melayani kebutuhan bisnis namun lupa membangun budaya perusahaan yang tangguh. Hal ini membuat tim yang dibangun berada dalam fondasi yan rapuh sehingga mudah menemukan ketidakcocokan dan pada akhirnya kinerja karyawan yang rendah.Pemimpin yang memiliki sifat kepemimpinan yang transformasional ialah pemimpin yang mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan kondisi yang ada. Dengan demikian, cara menghadapi berbagai karakter karyawan dalam sebuah tim lebih fleksibel. Setelah membangun budaya perusahaan yang kuat, pemimpin dengan gaya ini akan menyatukan perilaku, sifat, persepsi, karakter, kompetensi, kebiasaan dan etos kerja masing-masing karyawannya. Oleh karena itu, semua individu dalam tim dapat berkolaborasi dengan baik dan kompak. Pemimpin memulai kepemimpinannya dengan visi dan misi. Visi dan misi membutuhka sebuah budaya yang kuat agar dapat mewujudkannya maka pemimpin harus mampu mendefinsikan sebuah budaya perusahaan yang bisa melancarkan geraknya dari misi dan visi menuju proses mewujudkannya. Budaya yang kuat akan menyatukan individu dan kelompok dalam sebuah etos kerja yang produktif sehingga menjadikan mereka bekerja lebih iklas dan juga mereka patuh pada aturan dan bertanggungjawab untuk menjalankan sistem dengan integritas.
  3. Sikap, Dalam membangun sebuah budaya perusahaan, Anda sebagai pemilik bisnis harus mengembangkan sebuah standar sikap yang mendeskripsikan bagaimana visi dan misi perusahaan yang akan diterapkan. Mungkin Anda mengira semua karyawan yang Anda rekrut mengetahui bagaiman cara bersikap dan menghadapi suatu kondisi, misal saat bertemu atau berkomunikasi dengan customer, namun sebenarnya tidak semua karyawan tahu bagaimana cara bersikap dengan tepat. Cara terbaik untuk mendapatkan sikap yang perusahaan inginkan secara konsisten adalah dengan membuat standar secara tertulis dan dapat diukur. Sebagai contoh, karyawan wajib menyapa klien dengan senyuman, memperlihatkan hasil final produk sebelum dibayar oleh klien dan melakukan followup kepada calon klien minimal satu kali. Sikap ini nantinya akan terbentuk menjadi budaya dari perusahaan Anda. Tentunya Anda sebagai seorang pemimpin perlu menyusun standar sikap untuk karyawan Anda agar nantinya budaya perusahaan Anda baik dan diingat sebagai sebuah keunikan dan jati diri perusahaan Anda.
  4. Integritas, Integritas adalah salah satu atribut terpenting/kunci yang harus dimiliki seorang pemimpin. Integritas adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan, nilai, metode, ukuran, prinsip, ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan. Orang yang berintegritas berarti memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat. Karakter kuat maksudnya ialah sikap teguh yang mempertahankan prinsip yang menjadi dasar yang melekat pada dirinya sebagai nilai moral. Nilai integritas dari seorang pemimpin dapat dituangkan dalam budaya perusahaan. Hal ini menjadikan setiap karyawan dalam perusahaan akan memiliki integritas yang sama dengan pemimpinnya sehingga dalam bekerja akan professional dan memiliki visi misi yang sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam perusahaan. Karyawan yang berintegritas akan dipengaruhi dari budaya perusahaan yang telah dibuat oleh pemimpinnya sehingga apa yang tertanam dalam diri karyawan tersebut menjadikan dirinya memiliki sikap kerja yang bertanggungjawab dan memiliki hasil kerja yang baik. Dari keempat fenomena diharapkan menjelaskan bagaimana korelasi kepemimpinan dan budaya organisasi/perusahaan sehingga kedua hal tersebut nantinya sejalan dengan kinerja, sikap serta karakter karyawan dalam lingkungan bekerja yang membantu bisnis Anda berkembang lebih baik.


C. Budaya Organisasi  dan Harapan Pengikut

Budaya merupakan seperangkat nilai yang berguna bagi penetapan konsep hidup manusia. Jika manusia ingin sukses dalam hidupnya maka sesorang harus mengetahui budaya orang lain disekitarnya. Apabila kita hidup dalam lingkungan organisasi maka budaya organisasi yang mengelilingi harus kita pahami. Setelah memahami budaya hidup orang lain, maka langkah berikutnya adalah bagaimana merancang konsep strategik untuk mencapai sasarn yang diinginkan. Proses perencanaan dan pelaksanaan yang berorientasi ke masa depan menjadi bagian dari strategik manajemen. Dalam proses pelaksanaan rencana strategik diperlukan pemimpin yang tangguh yang mampu mempengaruhi semua pengikut dalam suatu organisasi yang dipimpinya.

Kepemimpinan adalah suatu proses dalam mempengaruhi orang lain agar mau atau tidak melakukan sesuatu yang diinginkan. Ada juga yang mengatakan bahwa kepemimpinan (leadership) adalah hubungan interaksi antara pengikut dan pemimpin dalam mencapai tujuan bersama. Gaya kepemimpinan dalam setiap orang berbeda-beda. Adapun ragam gaya kepemimpinan adalah :

  1. Gaya kepemimpinan memberitahu (telling)
  2. Gaya kepemimpina berkonsultais (consulting)
  3. Gaya kepemimpinan berpartisipasi (participanting)
  4. Gaya kepemimpinan mendelegasikan (delegasi)

Kepemimpinan dan gaya kepemimpinan merupakan dua hal yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Salah satu kunci kepemimpinan adalah influence (pengaruh). Pertimbangan utama dari pemimpin adalah mempengaruhi orang lain untuk melakukan hal-hal yang diperlukan dalam mencapai goal yang spesifik dan pertimbangan lainya adalah membangun hubungan pribadi dengan pengikutnya berdasarkan kepercayaan, harapan dan kepedulian yang sebenarnya satu sama lain.

Me­mbangun budaya organisasi/budaya perusahaan tidaklah mudah untuk menciptakanya. Terciptanya budaya organisasi melalui proses yang panjang dan secara bertahap berkelanjutan. Adapun budaya organisasi bisa tumbuh karena nilai budaya dibawa pendiri, Nilai di perkenalkan, Nilai divalidasi, Nilai menjadi budaya, Nilai ditanamkan , Nilai diperkuat, Budaya diperkuat, Budaya dipersoalkan, Budaya dirubah,Budaya baru divalidasi ulang. Kekuatan budaya organisasi ditentukan oleh kedalaman penghayatan nilai-nilai inti, kejelasan pengaturnya, dan keluasan penyebarannya dikalangan segenap anggota.

 

D. Peran Pemimpin Dalam Perubahan Suatu Organisasi

Peran pemimpin sangat diperlukan dalam suatu organisasi khususnya perannya dalam membantu dalam proses perubahan. Banyak definisi mengenai kepemimpin, (Rauch & Behling, 1984) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas dari suatu kelompok yang sudah terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan. House, dkk dalam Yukl (2002) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan dari seorang individu untuk mempengaruhi, memotivasi dan membuat orang untuk memberikan kontribusinya guna mencapai keefektifan dan kesuksesan organisasi. Sedangkan menurut Schein (1992), kepemimpinan adalah kemampuan untuk keluar dari budaya lama untuk memulai proses perubahan yang lebih adaptif. Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk merubah budaya lama ke budaya baru guna mencapai keefektifan dan kesuksesan organisasi.

Kepemimpinan merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Kepemimpinan yang bagus yang dapat memberikan perubahan yaitu kepemimpinan yang efektif. Agar kepemimpinan berjalan efektif, seorang pemimpin harus mendapatkan rasa hormat dan kepercayaan dari orang yang dipimpin. Rasa hormat maupun kepercayaan ini, baru bisa diperoleh ketika kita melihat sosok yang membuktikan apa yang selama ini dia ucapkan. Contohnya, jika kita melihat orang yang selalu bicara tentang kejujuran maka yang kita harapkan adalah apa yang ia sampaikan tersebut terwujud dalam perilaku atau tindakannya sehari-hari. Selain itu pemimpin juga harus mempunyai visi yang jauh ke depan tentang organisasi yang dipimpin maupun keterampilan dalam mengelola dan mengarahkan organisasinya tersebut.

Mengelola perubahan adalah salah satu hal yang paling sulit yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Salah satu alasan kepemimpinan itu penting adalah bahwa di antara organisasi satu dengan organisasi yang lain sudah semakin penuh persaingan, dan perubahan dalam desain organisasi, struktur organisasi, maupun kepemimpinan sangat diperlukan untuk bertahan hidup dalam lingkungan baru. Semakin tinggi tingkat tercapainya perubahan yang dilakukan oleh seorang pemimpin maka semakin kuat kepemimpinan seseorang dalam melakukan tindakan untuk perubahan organisasi. Sebaliknya, semakin lemah kepemimpinan seseorang dalam mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk melakukan perubahan, maka semakin rendah pula tingkat tercapainya perubahan. Hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar mampu membawa perubahan ke arah yang lebih  baik yaitu:

Pertama, Pemimpin harus mampu memiliki kredibilitas dan reputasi yang hebat, agar ia mampu memberikan inspirasi dan motivasi kepada setiap orang. Pemimpin harus memotivasi dan menginspirasi setiap orang dalam setiap detik kehidupan mereka, untuk bersemangat dan bangkit bersama dengan perubahan baru. Pemimpin harus membuat setiap orang menyadari bahwa perubahan itu penting, untuk mengubah hal-hal yang tertinggal zaman dengan hal-hal baru yang sesuai peradaban. Karena jika ada perubahan maka seseorang akan berhenti pada satu titik saja, seseorang tidak dapat berkembang sesuai dengan zamannya, apalagi pada masa sekarang yang ber-era modernisasi. Jika kita tidak mampu mengikuti perkembangan maka kita tertinggal jauh dan kualitas yang kita hasilkan pun tidak lagi menjadi mempunyai daya saing dimata masyarakat. Pemimpin harus memiliki keterampilan untuk dapat mengenali perubahan-perubahan penting, serta mampu mengambil tempat di dalam hati setiap orang, agar semua orang dalam organisasi bisa saling menyatu dan saling berempati, untuk membawa perubahan itu ke arah yang lebih memberi manfaat  positif buat organisasi dan buat setiap manusianya. Perkembangan teknologi informasi yang terjadi sekarang memang menjadi dorongan kuat bagi organisasi untuk berubah. Apabila perusahaan tidak mengikuti perkembangan teknologi informasi, maka perusahaan akan semakin tertinggal dengan perusahaan lain. Sedangkan tekanan sosial dan politik yang terjadi membuat perusahaan harus berfikir secara lebih global untuk mencari peiuang baru guna mencapai kesuksesan. Dorongan-dorongan untuk melakukan perubahan tersebut menyadarkan perusahaan untuk melakukan perubahan. Banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan pada akhirnya tutup dikarenakan tidak mau berubah.

Kedua, Pemimpin harus bisa membangkitkan semangat perubahan dari setiap orang di dalam organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lebih cepat, serta berjuang keras dan bekerja keras untuk mendapatkan hasil perubahan yang lebih baik dari rencana yang ada. Pemimpin harus menyadarkan setiap orang, agar selalu menggunakan cara-cara profesionalisme dalam merespon setiap perubahan. Untuk itu, pemimpin harus duduk bersama dengan semua para karyawannya untuk berbicara tentang perubahan-perubahan yang diinginkan. Semangat di dalam melaksanakan kegiatan kerja karyawan tidak akan terlepas dari semangat kerja sehingga dengan demikian karyawan tersebut akan selalu mampu melaksanakan pekerjaan dengan baik. Pekerjaan yang akan diberikan kepada karyawan perlu diperhatikan juga latar belakang pendidikan sehingga mereka bekerja dengan semangat dan bekerja dengan cara yang efektif. Yang dimaksud dengan semangat kerja adalah dorongan yang menyebabkan melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik.

Ketiga, Pemimpin harus cerdas menggunakan tema perubahan dalam organisasinya, sebagai sarana untuk meningkatkan keuntungan kompetitif bisnisnya. Pemimpin harus bisa menggambarkan perubahan itu secara nyata di pikiran setiap orang, dan memberikan cermin perubahan untuk dapat dilihat setiap orang tentang wujud asli dari perubahan tersebut. Perubahan yang akan dituju harus rasioanal dan memungkinkan untuk berhasil dalam mencapainya. Jangan sampai pemimpin mempunyai ambisi yang berlebihan dalam mempunyai suatu tujuan tertentu hingga sampai tidak memperhitungkan terlebih dahulu resiko-resiko yang dihadapinya.

Keempat, Pemimpin harus memberi inspirasi kepada setiap orang, untuk menghadapi perubahan dalam pekerjaan, untuk menghadapi perubahan dalam keluarga, untuk menghadapi perubahan dalam hidup. Dan dalam semua aspek yang bertujuan untuk meningkatkan gairah dan kepercayaan diri organisasi, untuk memenangkan persaingan dalam kompetisi bisnis yang ketat. Pemimpin harus mengajak dan menggandeng setiap hati dan setiap pikiran, untuk berpikir dan bertindak dalam semangat meningkatkan semua potensi organisasi, agar mampu menangani semua potensi hebat secara lebih baik, dengan cara mengubah hal-hal yang menghambat gerak sukses organisasi. Pemimpin harus cerdas membimbing setiap orang untuk berhenti berwacana secara berkepanjangan, dan mengajak setiap orang untuk melakukan tindakan-tindakan yang membantu organisasi. Tindakan yang terfokus pada upaya meningkatkan kinerja, dalam kemampuan manajemen menghadapi perubahan yang tak pasti. Pemimpin harus selalu menggunakan pola atau model berpikir yang sederhana dan jelas, agar setiap orang di dalam organisasi tidak terjebak dalam cara berpikir yang merumitkan, sehingga makna perubahan itu tidak menjadi kabur. Pola berpikir yang lebih sederhana akan mendekatkan semua solusi terbaik melalui logika dan akal sehat, yang dapat diukur kebenarannya. Oleh karena itu, berpikir sederhana akan menuntun pemimpin dan pengikutnya dalam jalur yang tidak rumit untuk menemukan segala macam solusi terbaik, dimana semua solusi itu masih bisa diukur kebenarannya dengan pikiran jernih yang berlogika cerdas, semua solusi terbaik pada dasarnya telah ada, hanya saja diperlukan keandalan kepemimpinan yang solid dan kuat, untuk menjadi lebih sederhana, jernih, dan sabar dalam menyusuri jalur sederhana menuju puncak penghasil solusi andal buat sebuah perubahan yang hebat dan bermanfaat.

Selain pemimpin harus mampu membawa perubahan, pemimpin juga harus mampu mengelola perubahan agar perubahan yang telah direncanakan dapat berhasil. Salah satu permasalahan yang sering muncul pada proses perubahan adalah adanya penolakan terhadap perubahan (resistant to change). Disinilah peran pemimpin diperlukan untuk meyakinkan dan memotivasi para karyawan untuk melakukan perubahan. Cummings & Worley (2005), mengemukakan bahwa pengelolaan perubahan terfokus pada pengidentifikasian sumber-sumber penolakan terhadap perubahan dan mencari cara bagaimana penolakan-penolakan tadi dapat diselesaikan. Penolakan terhadap perubahan merupakan fenomena yang timbul dalam proses perubahan. Connor dalam Yukl (2002) menjelaskan beberapa hal yang menyebabkan penolakan, yaitu :

Ketidak percayaan kepada orang yang mengusulkan perubahan. Hal ini akan menyebabkan efek yang besar terhadap sumber penolakan yang lain. 

Kepercayaan bahwa perubahan tidak diperlukan. Apabila orang-orang dalam organisasi merasakan bahwa cara/metode yang selama ini mereka gunakan sudah baik, maka adanya rencana perubahan akan membuat mereka menolak. 

Kepercayaan bahwa perubahan tidak dapat dilakukan. Proses perubahan yang akan dilakukan membutuhkan usaha yang besar, sehingga perubahan yang radikal dapat menyebabkan orang meragukan keberhasilan perubahan. 

Ancaman ekonomi. Perubahan yang akan dilakukan membuat karyawan merasa terancam dari segi ekonomi, misalnya perubahan dapat menyebabkan kehilangan pendapatan karena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau penggantian manusia dengan teknologi informasi, sehingga mereka kehilangan pekerjaan. 

Perubahan biasanya berbiaya tinggi. Walaupun perubahan biasanya membawa keuntungan besar bagi perusahaan, tetapi besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan membuat perusahaan berfikir lebih mendalam sebelum menentukan untuk melakukan perubahan. Dalam hal ini, perusahaan harus membandingkan biaya dan keuntungan yang mungkin diperoleh (cost and benefit analysis). 

Ketakutan akan kegagalan individu. Apabila orang-orang dalam organisasi sudah terbiasa menggunakan cara/metode lama maka rencana perubahan membuat mereka ketakutan, jika mereka tidak bisa menggunakan cara/metode baru.

Kehilangan status dan kekuasaan. Perubahan-perubahan besar dalam organisasi dapat menyebabkan beberapa orang merasa terancam akan kehilangan kekuasaan dan status akibat adanya perubahan.

Ancaman terhadap nilai-nilai dan cita-cita organisasi. Adanya perubahan menyebabkan ketakutan-ketakutan akan hilangnya nilai-nilai organisasi yang selama ini telah dianut oleh organisasi. 

Penolakan akan pengaruh (Resentment of interference). Ada beberapa orang yang menolak untuk berubah karena mereka tidak mau dikontrol oleh orang lain. 

Kepemimpinan dan perubahan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, dimana di satu sisi perubahan merupakan suatu tolak ukur berjalannya suatu kepemimpinan. Kepemimpinan dibutuhkan dalam perubahan yang terjadi di era globalisasi sekarang, yang menuntut suatu kelompok bersaing terhadap pengaruh luar agar tidak ketinggalan zaman. Tetapi banyak pendapat yang mengatakan bahwa “beda pemimpin maka beda perubahan”, hal ini dikarenakan karena setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda-beda, tergantung bagaimana pemimpin tersebut mengaturnya. Kepemimpinan itu merupakan suatu seni dan ilmu dalam mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi.  Dimana seni dan ilmu ini harus dimiliki seorang pemimpin dalam memimpin anggotanya untuk mencapai perubahan yang diimpikan. Seni dan ilmu ini justru didapatkan seorang dari pengalaman dan paparan social di sekitarnya yang dengan sendirinya akan membentuk karakter pemimpin tersebut. Kepemimpinan tersebut nantinya akan menghasilkan suatu perubahan dalam organisasinya sesuai dengan kualitas kepemimpinannya. Dalam suatu kepemimpinan dibutuhkan pula suatu kemampuan mengola perubahan, karena suatu perubahan harus disesuaikan dengan tujuan utama dalam suuatu organisasi tersebut. Juga perubahan tersebut dapat diterima oleh anggota, karena tujuan awal dari kemimpinan tersebut adalah bagaimana mengajak anggota-anggota tersebut untuk bergerak bersama menuju tujuan dari organisasi mereka, sehingga dapat dijalankan bersama oleh anggota dan pemimpinnya, karena sesungguhnya posisi pemimpin disini hanya sebagai pengerak dan manager dari anggota organisasi tersebut, sehingga organisasi tersebut bisa mencapai tujuan mereka.

Dalam mencapai perubahan yang diinginkan, pemimpin juga harus memiliki moral yang baik. Sebagai seorang pejabat publik, haruslah orang yang betul-betul bisa menjadi panutan yang baik bagi masyarakatnya. Karena itu cerminan apa yang akan dia lakukan untuk masyarakat nanti. Pejabat publik harus bersih, bukan hanya dari korupsi tapi juga mempunyai budi pekerti dan akhlak yang luhur. Moralitas itu diturunkan dalam perilaku yang etis, nasionalis, dan bervisi kerakyatan. Bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin masa depan yang berkarakter kuat dan  bermoral. Pemimpin masa depan Indonesia haruslah memiliki moral Pancasila dan UUD 1945 sebagai falsafah dan konstitusi bangsa ini. Pemimpin itu, harus memahami tujuan didirikannya negara ini. Seperti yang telah tertuliskan dalam UUD 1945, negara ini bertujuan untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pada kata ‘melindungi segenap bangsa’ maka di situ pemimpin berperan. Bukannya memerosotkan dan menjatuhkan bangsa. Kita sebagai pemuda penerus bangsa harus mampu memberikan sosok teladan yang baik bagi generasi penerus bangsa, harus mampu menjadi pemimpin yang mempunyai karakteristik seperti kejujuran, berorientasi ke depan, berkompeten, dan membangkitkan semangat anggotanya. Seorang pemimpin harus mempunyai sifat kejujuran yaitu yang berhubungan dengan keyakinan pemimpin dapat dipercaya dan bisa dipegang kata-katanya atau janji-janjinya.


E. Kepemimpinan Antar Budaya

Studi kepemimpinan selama lebih dari separuh abad selalu mengambil tempat di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa Barat. Namun belakangan studi kepemimpinan diluar wilayah tersebut mulai berkembang pesat. Alasannya untuk melihat apakah hasil temuan kepemimpinan di barat, bisa diaplikasikan secara general pada wilayah-wilayah lain. Selain itu, adanya peran globalisasi dan perubahan arus demografi membuat ilmuwan ingin melihat bagaimana kepemimpinan bisa berpengaruh dan mengelola individu lintas budaya.

Pengenalan kepada kepemimpinan lintas budaya, Disebabkan karena globalisasi  organisasi yang semakin meningkat, menjadi penting bagi organisasi untuk bisa menemukan kepemimpinan efektif lintas budaya. Karena sederhana, pemimpin akan lebih sering berkonfrontasi dengan individu yang berlatar belakang budaya berbeda. Untuk itu diperlukan penelitian lintas budaya, dimana dalam penelitian lintas budaya dimana penelitian demikian memerlukan variable dan proses lebih luas, untuk dapat memperbaiki teori-teori kepemimpinan. Selain itu, dengan penelitian lintas budaya, peneliti akan dituntut untuk lebih memiliki perspektif luas, yang dengan tantangan itu akhirnya dapat mengimprovisasi bidang penelitian itu sendiri baik dalam metodologi maupun metode pengumpulan data-nya.

Pengaruh budaya dalam perilaku kepemimpinan, Nilai budaya dan tradisi dapat mempengaruhi perilaku manajer dalam berbagai macam cara. Karena nilai tersebut diinternalisasi bersamaan dengan manajer tersebut tumbuh, seringkali aplikasi nilai dalam tingkah laku, dilakukan dalam kondisi tidak sadar. Budaya yang mempengaruhi pun tidak selalu budaya nasional/negara, karena ada factor budaya lain yang dapat mempengaruhi perilaku manajer diluar budaya nasional. Selain itu, belum tentu budaya yang tidak didukung luas oleh sebuah negara tertentu berarti budaya tersebut tidak efektif jika diterapkan, artinya ada beberapa cara pandang negara, atau bangsa tentang budaya yang tidak serta merta berlaku mutlak dalam organisasi. Misalkan bisa jadi tepat waktu adalah budaya yang baik bagi orang barat, namun di asia tenggara harus ada kompromi tentang hal itu. Terakhir, perlku diingat bahwa nilai dan tradisi dari sebuah bangsa dan negara dapat berubah seiring berjalannya waktu.


F. Pemimpin Pembelajar Sebaga Manajer  Antar Budaya

Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk menggerakkan orang-orang dalam mencapai suatu tujuan. Makna kata kepemimpinan erat kaitannya dengan makna kata memimpin. Kata memimpin mengandung makna suatu kemampuan seseorang untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu organisasi sehingga dapat di dayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Kemampuan seorang pemimpin dalam mepengaruhi pengikutnya merupakan faktor dominan yang menentukan keberhasilan suatu organisasi, karena pemimpin memiliki peran sebagai koordinator, motivator  dan katalis yang akan membawa organisasi pada puncak keberhasilan.

Menurut Wahjosumidjo (2008:83) dalam praktik organisasi, kata memimpin mengandung konotasi menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, memberikan teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan, dan sebagainya. Betapa banyak arti yang terkandung dalam kata memimpin, memberikan indikasi betapa luas tugas dan peranan seorang pemimpin organisasi.

Manusia berbudaya adalah manusia yang memiliki perilaku dan tingkah laku yang berakal budi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Manusia diberikan kecerdasan secara alamiah yang merupakan sebuah kemampuan dan daya tangkap yang luar biasa dan lebih tinggi dalam memahami sesuatu.

Cerdas adalah suatu kemampuan yang luar biasa yang dinilai dari segi pikiran atau kelakuan yang dimiliki oleh individu tersebut. Biasanya kelebihan ini bisa membantu mereka agar menjadi beradaptasi dengan lebih dekat pada kehidupan sekitarnya. Orang yang mendapat kesuksesan tentunya bukan hanya dikarenakan memiliki IQ yang tinggi namun juga memiliki emosi yang cerdas, memiliki banyak teman, bisa berkomunikasi dengan baik, mempunyai empati yang tinggi terhadap orang dan lingkungan sekitar dan juga tidak mudah marah atau tempramental.

Sekarang banyak kita temukan berbagai macam orang memberikan brand sebuah kecerdasan, misalnya sebuah telpon seluler cerdas dan kota cerdas. Dengan menggunakan telpon seluler cerdas tersebut kita dapat dengan mudah mengakses apa yang ingin kita ketahui dalam waktu yang cepat dan mudah. Bayangkan jika kita berada di sebuah kota yang beragam informasi mengenai kota itu semua tersedia di dalam telepon seluler, baik mengenai tempat penginapan, rumah makan, tempat ibadah, obyek wisata, transportasi dan lain-lain. Semua itu dengan mudah dapat kita ketahui melalui telpon seluler.

Pada saat ini jikalau kita ingin tahu rute terpendek dan tidak macet, ponsel langsung menyajikan informasi yang dibutuhkan bahkan kapan dan di mana sebaiknya mengisi bahan bakar minyak atau singgah sekedar berbelanja jajanan khas. Melalui telpon cerdas juga kita akan dapat mengetahui apabila kita sedang berada 30 km dari pusat kota dan bermaksud menuju ke pusat kota maksimal dalam 20 menit. Semua gambaran diatas sudah mampukah kita mewujudkan impian tersebut di sebuah lembaga pendidikan yang kita katakan lembaga membentuk kecerdasan dan berbudaya.

Manajemen perubahan adalah pendekatan terstruktur untuk pergeseran/transisi individu, tim, dan organisasi dari keadaan sekarang kemasa depan yang diinginkan. Ini adalah proses organisasi bertujuan membantu karyawan untuk menerima dan merangkul perubahan dalam lingkungan bisnis mereka saat ini . Dalam manajemen proyek , manajemen perubahan mengaju pada proses manajemen proyek dimana perubahan proyek secara resmi diperkenalkan dan disetujui.

Mengubah sikap dan perilaku personil, sebagai praktek multidisiplin yang telah berkembang sebagai hasil dari penelitian ilmiah, Manajemen Perubahan Organisasi harus dimulai dengan diagnosis sistematis situasi saat ini dalam rangka untuk menentukan baik kebutuhan untuk berubah dan kemampuan untuk berubah.Tujuan, isi, dan proses perubahan semua harus ditentukan sebagai bagian dari rencana manajemen perubahan.

Terkait adanya kondisi yang menuntut kita memahami sebuah manajemen perubahan, ada empat sikap yang bisa dipilih terhadap kondisi ini. Empat sikap yang terkait dengan perubahan tersebut di antaranya adalah : Menjadi motor penggerak terhadap perubahan. Di sini, kita memiliki posisi di garda terdepan terhadap proses perubahan yang terjadi. Kita dituntut memiliki pengetahuan tentang konsep dan alasan perlunya sebuah perubahan harus dilakukan.

Dengan demikian, kita bisa mempengaruhi serta meyakinkan pihak lain bahwa kondisi yang ada pada saat ini perlu diubah. Untuk berada pada posisi ini, diperlukan lebih dari sekadarkecerdasan, namun juga keberanian. Sebab, untuk menjadi pelopor perubahan biasanya akan berhadapan dengan sebuah tantangan dari pihak yang sudah nyaman dengan kondisi yang ada, sehingga enggan terhadap perubahan.

 

G. Pemimpin Yang Cerdas dan Berbudaya

Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi seorang manajer yang efektif. Menurut Komang Ardana, dkk (2008:89) kepemimpinan adalah merupakan intisari dari manajemen organisasi, sumber daya pokok dan titik sentral dari setiap aktivitas yang terjadi dalam sautu organisasi. Selanjutnya,  Chris Harijanto (2007:2) kepemimpinan merupakan konsekwensi logis dari perilaku dan budaya manusia yang secara kodrati terlahir sebagi zoon politicon  yang memiliki ketergantungan sosial sangat tinggi dalam memenuhi berbagai kebutuhannya.

Menurut Sondang P. Siagian, dalam Hikmat ( 2009:254), ada empat gaya kepemimpinan :

  • Gaya kepemimpinan otokratis, dimana pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya.
  • Gaya militeristis, seorang pemimpin yang memiliki sifat intruksional, serba formalistik, disiplin dan tertutup bagi kritik.
  • Gaya paternalistis, seorang pemimpin yang selalu menyepelekan kemampuan anak buah, tertutup bagi pekembangan kaderisasi serta kreativitas anak buah tertekan.
  • Gaya atau Model Kontingensi Fielder, keberhasilan kepemimpinan dipe ngaruhi human relationship pemimpin dengan yang dipimpin, staffing dan organizing  yang efektif dan profesional serta otoritas pemimpin yang kuas dan tegas.

Kepemimpinan bukanlah hak mutlak seseorang pejabat formal dalam sebuah organisasi, melainkan oleh kecakapannya dalam memimpin orang lain. Artinya, sangat mungkin seorang bawahan memiliki kecakapan kepemimpinan yang lebih baik daripada atasannya. 

Kepemimpinan seseorang berperan sebagi penggerak dalam proses kerja sama antar manusia dalam organisasi  yang dapat bergerak secara terarah dalam upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Hikmat (2009:252) fungsi utama pemimpin adalah menjalankan kepemimpinannya dengan baik dan benar, artinya berdasarkan aturan main yang telah disepakati dan ditetapkan organisasi. Adapun yang menjadi fungsi utama pemimpin adalah sebagai berikut :

  1. Pengelola organisasi atau pengendali utama manajemen berorganisasi
  2. Motivator, orang yang mendorong dan memberikan dukungan penuh kepada bawahannya untuk bekerja dengan optimal
  3. Pembuat keputusan yang akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan organisasi serta kesejahteraan para anggotanya
  4. Penilai kinerja karyawannya yang akan memberikan penghargaan bagi seluruh prestasi kerja bawahannya.
  5. Dinamisator dan katalisator organisasi, orang yang memajukan organisasi dan mengendalikan situasi dan kondisi yang akan berpengaruh terhadap kemajuan atau kemunduran organisasi.
  6. Stabilisator, orang yang mempunyai kapabilitas terkuat dalam mempertahankan eksistensi organisasi.
  7. Supervisor, yang membina, melatih, mendidik, mengawasi, menilai dan memberikan contoh kerja terbaik bagi seluruh anggota organisasi yang dipimpinnya.

Dengan demikian kepemimpinan adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mengelola orang lain sebagai bawahannya secara bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Bahkan kepemimpinan merupakan suatu seni atau teknik yang dimiliki pemimpin untuk membuat kelompok bawahan dalam organisasi untuk mentaati segala apa yang dikehendakinya yang membuat mereka bersemangat bahkan rela berkorban untuknya dalam mencapai suatu tujuan.

Manusia berbudaya dalam kehidupannya berperilaku baik, bermoral, sopan dan santun terhadap sesama manusia atau mahluk ciptaan tuhan. Manusia berbudaya berperilaku sesuai dengan moral, norma-norma yang berlaku dimasyarakat, sesuai dengan perintah di setiap agama yang diyakini, dan sesuai dengan hukum Negara yang berlaku. Dalam berperilaku, manusia yang berbudaya tidak menjalankan sikap-sikap atau tindakan yang menyimpang dari peraturan-peraturan baik berupa norma- norma yang ada di masyarakat maupun hukum yang berlaku. Semua aturan dan norma dapat dilaksanakan dengan akal yang cerdas, tentunya memberikan sebuah kehidupan yang berbudaya.

Manusia sebagai mahluk berbudaya tentunya memiliki akal dan budi atau pikiran dan perasaan. Dengan akal dan budi manusia berusaha terus menciptakan benda-benda baru untuk memenuhi tuntutan jasmani dan rohani yang akhirnya menimbulkan kebahagiaan. Kebahagiaan bagi manusia sesuatu yang baik, benar dan adil. 

Apa yang telah dilaksanakannya selama menjadi pemimpin akan dipertanggungjawabkannya  secara moral dalam kehidupan, secara formal dengan atasan dan secara agama dalam dunia akhirat. Selain itu manusia juga harus mendayagunakan kecerdasan dan berbudaya untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan di muka bumi ini. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu pada hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil.

 

REFERENSI :

  1. Kusdi. 2011. Budaya Organisasi: Teori, Penelitian dan Praktik. Salemba Empat. Jakarta.
  2. Robbins & Judge. 2015. Perilaku organisasi. Edisi 16. Salemba Empat. Jakarta.
  3. Wibowo. 2016. Budaya Organisasi. Rajawali Press. Jakarta.
  4. Sutrisno, Mudji dan Putranto, Hendar. Teori-Teori Kebudayaan. Jakarta: Kanisius. Hal 148
  5.  Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persad
  6. Wahab, Abdul Azis, Anatomi organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, Bandung:, penerbit Alfabeta, 2008
  7. Chattab, Nevizond (2007), Diagnosis Management : Upaya Peningkatan Keunggulan Organisasi, Penerbit Serambi, Jakarta
  8. Cummings, G. Thomas and Worley, G. Cristhopher (2005), Organizational  Development And Change. Thompson South Western. Internastional Student edition. Uhio USA
  9. Frost, P.J, et.al (1985) Organizational Culture. Sage Publication, Inc, London
  10. Gibson & Ivanicevich & Donnely. (1996), Organisasi : Prilaku, struktur, Proses. Penerjemah Adiarni, N. Binarupa Aksara, Jakarta
  11. Hofstede, G. (1983), The Culture Relativity of Organizational Practice and Theories.

 

SUMBER LAIN :

  • Wikipedia.org. Manajemen.
  • http://teknikkepemimpinan.blogspot.com/2012/09/pengembangan-budaya-organisasi.html
  • https://arbaswedan.id/membangun-budaya-organisasi/
  • https://jurnalmanajemen.com/budaya-organisasi/

 

 


MANAJEMEN JASA - KUALITAS LAYANAN

  KUALITAS LAYANAN Persaingan di dunia bisnis semakin ketat, mengharuskan perusahaan untuk menyadari bahwa kepuasan pelanggan bukan sekadar ...