Sabtu, 29 Mei 2021

MANAJEMEN OPERASIONAL - MANAJEMEN PERSEDIAAN

Manajemen Persediaan




Tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk mengoptimalkan laba perusahaan karena akan berdampak pada kelangsungan usaha. Salah satu unsur yang paling penting dalam pencapaian laba perusahaan adalah persediaan. Apa yang dimaksud dengan persediaan dan apa saja yang termasuk persediaan? Persediaan merupakan aset perusahaan yang dapat berupa persediaan bahan baku, persediaan barang-barang dalam proses produksi, dan barang jadi yang siap dijual.

 

Penjualan akan menurun apabila barang/persediaan yang dibutuhkan tidak sesuai dengan spesifikasi, mutu, dan jumlah yang diminta oleh pelanggan. Begitu pula dengan pembelian, jika pembelian tidak dilakukan dengan baik akan mengakibatkan meningkatnya biaya-biaya. Karena pembelian erat kaitannya dengan persediaan. Contohnya seperti biaya pembelian, sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji petugas gudang, biaya pemeliharaan persediaan, dan biaya kerusakan/kehilangan.

 

Demikian pula dengan produksi harus melakukan pengendalian persediaan dengan cara merencanakan jumlah barang yang akan diproduksi sesuai dengan forecast penjualan. Jika jumlah barang yang diproduksi terlalu sedikit dibandingkan dengan jumlah permintaan konsumen, maka perusahaan akan kehilangan peluang dalam memenuhi omzet. Namun sebaliknya, jika jumlah permintaan dari konsumen jauh lebih kecil dari jumlah barang yang diproduksi, maka perusahaan juga mengalami kerugian karena adanya biaya tambahan dalam penyimpanan barang.

 

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan harus melakukan manajemen persediaan untuk mencapai keseimbangan antara investasi persediaan, produksi, dan pemenuhan kebutuhan konsumen.

 

Kemudian apa yang dimaksud dengan manajemen persediaan? Metode apa yang dapat dilakukan?

 

Manajemen persediaan adalah pengelolaan fungsi penyimpanan dan penanganan persediaan untuk mencapai tingkat pelayanan pelanggan yang lebih baik, meningkatkan turnover persediaan dan keuntungan bagi perusahaan. Metode yang dapat digunakan dalam pengelolaan manajemen persediaan adalah :


1. Metode EOQ (Economic Order Quantity)

Economic Order Quantity atau EOQ merupakan jumlah pemesanan paling ekonomis dengan pertimbangan untuk meminimalkan biaya pemeliharaan barang dari gudang dan biaya pemesanan setiap tahun namun tetap dapat memenuhi kebutuhan penggunaan. Metode ini berlaku untuk permintaan yang dapat ditentukan secara pasti dan bersifat tetap, item barang yang dipesan independen dengan item barang yang lain, pesanan dapat diterima dengan segera dan pasti, jumlah barang keluar tidak terlalu fluktuatif, serta harga barang tersebut bersifat konstan.

 

2. Metode Material Requirement Planning (MRP)

Dalam MRP mencakup kebutuhan material yaitu untuk pengendalian persediaan dan penjadwalan produksi. Tujuan MRP adalah untuk menentukan kebutuhan sekaligus mendukung jadwal produksi, mengendalikan persediaan, menjadwalkan produksi, menjaga jadwal tetap valid dan up-to date, serta secara khusus berguna dalam lingkungan manufaktur yang kompleks dan tidak pasti. Empat tahap dalam proses perencanaan kebutuhan material :

  • Netting, merupakanproses perhitungan kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan.
  • Lotting, merupakanpenentuan besarnya pesanan setiap individu berdasarkan pada hasil perhitungan netting.
  • Offsetting bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan.
  • Exploding merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor setiap tahapan produksi disesuaikan dengan rencana pemesanan.

 

3. Metode Just in Time (JIT)

Metode ini adalah pemecahan masalah yang berkelanjutan sehingga supplier dan komponen-komponen lain ditarik melalui sistem untuk penunjang saat dibutuhkan. JIT bertolak belakang dengan pemborosan yang tidak memberi nilai tambah produk dan mampu mencapai produksi ramping dengan mengurangi persediaan. Ada beberapa pemborosan yang dapat terjadi dalam proses produksi yang terdiri dari kelebihan produksi, proses yang tidak efisien, persediaan, gerakan yang tidak perlu dan produk cacat.

 

4. Metode Analisis ABC

Analisis ABC adalah metode manajemen persediaan untuk mengendalikan sejumlah kecil barang, tetapi mempunyai nilai investasi yang tinggi. Analisis ABC ini menggolongkan barang berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah dan kemudian dibagi menjadi kelas-kelas besar terprioritas sesuai dengan jenis dan fungsi masing-masing barang.

 

Dalam menunjang jalannya manajemen persediaan dengan menggunakan metode-metode diatas, perlu dilakukan pemantauan terhadap pengendalian persediaan mengingat persediaan sangat rentan terhadap kerusakan maupun tindakan penyimpangan lainnya. Pemantauan terhadap pengendalian internal dapat dilaksanakan seefektif mungkin dalam suatu perusahaan untuk mencegah dan menghindari terjadinya kesalahan, kecurangan dan penyelewengan.

 

Dalam skala perusahaan kecil, pengendalian persediaan dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan. Namun untuk skala perusahaan besar, dimana tugas-tugas per masing-masing bagian sangat kompleks menyebabkan pimpinan tidak mungkin lagi ambil bagian secara langsung dalam pemantauan ini. Oleh sebab itu, diperlukan pengawasan dari masing-masing pihak yang bertugas dan memberikan pertanggungjawabannya kepada pimpinan. Pemeriksaan pencatatan persediaan dengan perhitungan fisik harus dapat dilakukan setiap bulan. Sehingga dengan adanya pengawasan disertai dengan manajamen persediaan dapat mengontrol persediaan barang secara maksimal.

 

Pengertian Persediaan

Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi ataupun suku cadang.

 

Sebagai salah satu asset penting dalam perusahaan – karena biasanya mempunyai nilai yang cukup besar serta mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya biaya operasi – perencanaan dan pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan penting untuk mendapat perhatian khusus dari manajemen perusahaan.




1. Jenis-jenis persediaan

Persediaan/ Inventori (Inventory) adalah persediaan atau stok berbagai item atau sumber-sumber yang digunakan dalam organisasi. Sistim Inventori adalah seperangkat kebijakan dan pengendalian yang memantau tingkat persediaan dan menentukan berapa tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus ditambah, dan seberapa besar pesanan harus dibuat.

 

Persediaan didefinisikan sebagai barang, bahan-bahan, atau asset yang dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan di masa yang akan datang. Kebijakan di bidang persediaan dapat dipandang sebagai masalah taktis (tactical problem), sehingga perencanaan kebutuhan persediaan direncanakan dalam kontek jangka waktu menengah selaras dengan keseluruhan rencana produksi, strategi pemasaran dan distribusi.

 

Secara  konvensional, inventori perusahaan manufaktur menunjuk pada item-item yang menjadi bagian dari produk akhir perusahaan. Persediaan dalam manufaktur diklasifikasikan menjadi persediaan bahan baku (raw materials), produk jadi (finished products), komponen (component parts), bahan penolong (supplies) dan barang dalam proses ( work in process). Pada perusahaan jasa, inventori  menunjuk pada barang-barang tangible yang dijual dan bahan penolong yang diperlukan untuk menyajikan jasa. Dalam kebanyakan text book, pembahasan inventori senantiasa difokuskan pada persediaan bahan baku di perusahaan manufaktur.

 

a. Jenis Persediaan/ Inventori

Ada beberapa jenis persediaan antara lain:

  • Persediaan bahan mentah dan bagian-bagiannya.
  • Persediaan komponen
  • Persediaan barang dalam proses
  • Persediaan barang jadi
  • Persediaan supplies

 

b. Tujuan Persediaan/ Inventori

Semua perusahaan termasuk juga  yang operasinya menganut konsep JIT menjaga ketersediaan inventori dengan alasan sebagai berikut :

  • Menjaga independensi operasi. Dengan adanya ketersediaan bahan baku pada pusat kerja memungkinkan fleksibilitas operasi dari pusat tersebut, sehingga mengurangi biaya set-up setiap dilakukan set-up produksi yang baru.
  • Untuk menjaga variasi/fluktuasi permintaan produk. Oleh karena, dalam banyak hal, permintaan tidak dapat diperkiraan dengan sangat tepat, maka untuk dapat mengantisipasinya diperlukan adanya persediaan pengamanan (safety/buffer stock).
  • Memungkinkan fleksibilitas dalam pembuatan skedul  produksi. Dengan adanya persediaan perusahaan dapat menentukan jadual produksi sesuai permintaan sekalipun lead time bahan lama.
  • Memberikan kemanan terhadap variasi waktu pengantaran bahan. Waktu datangnya pesanan bisa saja tertunda yang penyebabnya banyak misalnya adanya kecelakaan, kemacetan lalu lintas, pemogokan atau bencana alam dll. Dengan adanya persediaan perusahaan dapat meminimalisasi pengaruh keterlambatan tersebut terhadap kelancaran operasi.
  • Mendapatkan keuntungan ekonomis dari jumlah pembelian yang lebih besar. Misalnya adnya diskon/potongan harga untuk pembelian dengan jumlah besar tertentu.

 

c. Alasan Perlunya Penyelenggaraan Persediaan/ Inventori

Setidaknya ada empat alasan mengapa perusahaan memerlukan persediaan, yakni :

  • Kesulitan memprediksi tingkat penjualan dan waktu produksi secara akurat (fluctuation inventory).
  • Beberapa item barang memiliki permintaan yang bersifat seasonal (anticipation inventory)
  • Mendapatkan manfaat dari economic of scale dalam produksi dan pembelian (lot size inventory).
  • Jarak dan waktu yang diperlukan untuk pengadaan barang sehubungan dengan  proses transit dalam sistem logistik. untuk sejumlah besar persediaan (pipe-line inventory).
  • Keterlambatan kedatangan bahan baku yang dipesan dapat mengakibatkan terhentinya pelaksanaan produksi. 

 

Perusahaan dapat saja menyelenggarakan persediaan dalam jumlah yang besar, namun demikian persediaan yang besar tidak selalu menguntungkan perusahaan. Beberapa kerugian sehubungan dengan penyelenggaraan persediaan dalam jumlah besar antara lain :

  • Biaya penyimpanan yang menjadi tanggungan perusahaan akan besar.
  • Perusahaan harus mempersiapkan dana yang cukup besar untuk mengadakan pembelian bahan.
  • Tingginya biaya simpan dan investasi dalam persediaan akan mengakibatkan berkurangnya dana untuk pembiayaan dan investasi di bidang lain.
  • Perusahaan menanggung kemungkinan yang cukup besar risiko kerusakan persediaan akibat perubahan kimiawi atau sebab lain.
  • Bila terjadi penurunan harga bahan baku, maka perusahaan akan menderita kerugian yang cukup besar pula. Di sisi lain, bila perusahaan menyelenggarakan persediaan dalam jumlah yang relatif terlalu kecil, maka beberapa kelemahan dari kebijakan tersebut antara lain:
  • Adanya kemungkinan kehabisan bahan karena persediaan habis sebelum waktunya.
  • Akibat sering kehabisan bahan, maka proses produksi menjadi tidak lancar.
  • Persediaan yang terlalu kecil akan meningkatkan frekuensi pembelian, sehingga biaya pesannya pun akan meningkat selaras dengan peningkatan frekuensi pembelian.

 

Untuk menghindari penyelenggaraan persediaan yang terlalu besar maupun yang terlalu kecil, berikut ini beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh perusahaan dalam menyelenggarakan persediaan :

  • Berapa besarnya jumlah unit persediaan bahan yang diselenggarakan perusahaan.
  • Kapan dan berapa jumlah unit bahan akan dibeli oleh perusahaan.
  • Kapan perusahaan yang bersangkutan akan mengadakan pembelian kembali.

 

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan

Terdapat beberapa macam faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku. Adapun beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut :

  • Perkiraan pemakaian bahan baku.
  • Harga bahan baku
  • Biaya persediaan
  • Kebijakan pembelanjaan
  • Pemakaian bahan
  • Waktu tunggu
  • Model pembelian bahan
  • Persediaan pengaman
  • Pembelian kembali

 

e. Karakteristik Persediaan/ Inventori :Independent Demand dan Dependent Demand

Dalam mengelola inventori, perlu dipahami tentang perbedaan antara permintaan independen dan dependen. Secara singkat, perbedaan antara permintaan independen dan dependen yaitu kalau permintaan independen merupakan permintaan yang hanya terkait dengan barang itu sendiri, atau suatu permintaan terhadap berbagai item barang yang tidak ada kaitannya antara satu dengan yang lain. Misalnya, suatu departemen atau divisi menghasilkan berbagai barang/komponen yang tidak saling terkait yang semata-mata untuk memenuhi permintaan eksternal. Misalnya permintaan roti, sepeda, mobil, obat-obatan. Sedangkan permintaan dependen adalah permintaan terhadap suatu barang/komponen sehubungan dengan adanya kebutuhan akan barang/komponen lain yang tersusun dari berbagai komponen. Misalnya permintaan akan ban sepeda divisi ban sepeda muncul karena adanya permintaan akan sepeda pada bagian assembling sepeda.  Permintaan ban sepeda pada divisi ban merupakan permintaan dependen dari divisi lain dalam satu organisasi.

 

f. Klasifikasi Masalah Persediaan/ Inventori  

Langkah awal dalam menganalisis masalah persediaan dilakukan dengan menggambarkan karakteristik pokok dari lingkungan dan sistim persediaan  Berikut karakteristik, atribut, dan persoalan dalam persediaan :


Chataeristic

Atribute

Problems

 

 

 

Number od Item

One or Many

Model – model pengendalian persediaan umumnya mengasumsikan bahwa jumlah item persediaan hanya satu macam

Nature of Demand

Independent or Dependent, Deterministic or Stochastic, Static or Dinamic

Perbedaan sifat permintaan membutuhkan pelaku yang berbeda pula

Number of Time Periode in Planing Horizon

One or Many

Adanya item – item persediaan yang tidak dapat disimpan dalam waktu jangka yang lama

Lead Time

Deterministic or Stochastic

Perbedaan sifat lead time akan mempengaruhi analisis persediaan yang dilakukan

Stock Out

Back Order or Lost Order

Sejauh mana akibat yang ditimbulkan oleh kehabisan persediaan akan memutuskan kebijakan persediaan yang diambil


Penjelasan:

  • Independent Demand adalah permintaan yang tidak dipengaruhi oleh operasi perusahaan melainkan dipengaruhi oleh pasar
  • Dependent Demand adalah permintaan yang terkait dengan permintaan item lain.
  • Deterministic Demand adalah permintaan yang relatif tidak berfluktuasi sehingga dapat diramalkan secara akurat.
  • Stochastic Demand adalah permintaan yang fluktuasi dan variabilitasnya sangat tinggi sehingga sulit diramalkan.
  • Static demand adalah permintaan yang tidak berfluktuasi dari waktu ke waktu.
  • Dynamic Demand adalah jumlah permintaan yang senantiasa bervariasi dari waktu ke waktu.
  • Lead Time adalah jangka waktu antara saat pemesanan dengan saat barang datang dan diterima.
  • Stock-out adalah kehabisan persediaan

 

2. Fungsi-fungsi persediaan

  • Beberapa fungsi penting persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, yaitu :
  • Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan.
  • Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
  • Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang secara musiman atau inflasi
  • Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasaran.

 

REFERENSI :

  1. Bunawan, Pengantar Manajemen Operasi : Seri Diktat Kuliah, Gunadarma, Jakarta, Edisi Terbaru
  2. Eddy Herjanto, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua, Grasindo, Jakarta, atau Edisi terbaru
  3. T. Hani Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE, Yogyakarta, Edisi terbaru
  4. Sofyan Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi, LP FEUI, Jakarta, Edisi terbaru
  5. Pangestu Subagyo, Manajemen Operasi, BPFE, Yogyakarta, Edisi Terbaru
  6. Buku-buku Manajemen Opersional lain yang berkaitan ( Diusahakan terbitan terbaru )

 

Sumber Lain :









Rabu, 26 Mei 2021

PERUBAHAN & KEHARUSAN UNTUK BERUBAH

 PERUBAHAN

 


Mungkin Anda sempat menerima video tentang Google Pixel Buds. Wireless headphone seharga 159 dollar AS yang akan beredar bulan depan ini, dipercaya berpotensi menghapuskan pekerjaan para penerjemah.

 

Headphone ini mempunyai akses pada Google Assistant yang bisa memberikan terjemahan real time hingga 40 bahasa atas ucapan orang asing yang berada di depan Anda.

 

Teknologi seperti ini mengingatkan saya pada laporan PBB yang dikeluarkan oleh salah satu komisi yang dibentuk PBB – On Financing Global Opportunity – The Learning Generation (Oktober 2016).

 

Dikatakan, dengan pencepatan teknologi seperti saat ini, hingga tahun 2030, sekitar 2 miliar pegawai di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaan. Tak mengherankan bila mulai banyak anak-anak yang bertanya polos pada orang tua, “mama, bila aku besar, nanti aku bekerja di mana?”

 

Otot Diganti Robot

 

Perlahan-lahan teknologi menggantikan tenaga manusia. Tak apa kalau itu membuat kita menjadi lebih manusiawi. Semisal kuli angkut pelabuhan yang kini diganti crane dan forklift.

 

Tak hanya di pelabuhan, di supermarket pun anak-anak muda beralih dari tukang panggul menjadi penjaga di control room. Itu sebabnya negara perlu melatih ulang SDMnya secara besar-besaran dan menyediakan pekerjaan alternatif seperti pertanian atau jasa-jasa lain yang masih sangat dibutuhkan.

 

Tetapi teknologi tak hanya mengganti otot. Manusia juga menggunakan teknologi untuk menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya.

 

Di sini kita sudah melihat robot dipakai untuk memasuki rumah yang dikuasai teroris dan memadamkan api.

 

Sekarang kita mendengar tenaga-tenaga kerja yang bertugas di pintu tol akan diganti dengan mesin. Pekerjaan di pintu-pintu tol semakin hari memang semakin berbahaya, baik bagi kesehatan (asap karbon kendaraan), keamanan maupun kenyamanan (tak dilengkapi toilet).

 

Sehingga, memindahkan mereka ke control room atau pekerjaan lain tentu lebih manusiawi.

 

Tetapi, teknologi juga menggantikan jarak sehingga pusat-pusat belanja yang ramai dan macet tiba-tiba sepi karena konsumen memilih belanja dari genggaman tangannya dan barangnya datang sendiri.

 

Maka sejak itu kita menyaksikan pekerjaan-pekerjaan yang eksis 20 tahun lalu pun perlahan-lahan akan pudar. Setelah petugas pengantar pos, diramalkan penerjemah dan pustakawan akan menyusul.

 

Bahkan diramalkan profesi dosen pun akan hilang karena kampus akan berubah menjadi semacam EO yang mengorganisir kuliah dari ilmuwan-ilmuwan kelas dunia. Kasir di supermarket, sopir taksi, loper koran, agen-agen asuransi, dan sejumlah besar akuntan juga diramalkan akan berkurang.

 

Kita tentu perlu memikir ulang pekerjaan-pekerjaan yang kita tekuni hari ini.

 

Pekerjaan-pekerjaan Baru

 

Sebulan yang lalu, di Cambridge – UK, saya menerima kunjungan dari mentee-mentee saya yang sedang melanjutkan study S2. Salah satunya, Icha yang sedang duduk di program S2 bidang perfilman.

 

Saya pun menggali apa saja yang ia pelajari dan rencana-rencana ke depan yang bisa dijembatani yayasan yang saya pimpin.

 

Icha bercerita tentang ilmu yang didapatnya.

 

“Kami disiapkan untuk hidup mandiri,” ujarnya.

 

“Masa depan industri perfilman bukan lagi seperti yang kita kenal. Semua orang kini bisa membuat film tanpa produser dan middleman seperti yang kita kenal. Kami diajarkan menjadi produser indies, tanpa aktor terkenal dengan kamera sederhana, dan pasarkan sendiri via Netflix.

 

Ucapan Icha sejalan dengan Adam, putera saya yang sedang mengambil studi fotografi di School of Visual Arts, New York. Ia tentu tidak sedang mempersiapkan diri menjadi juru potret seperti yang kita kenal selama ini, melainkan mempersiapkan keahlian baru di era digital yang serba kamera.

 

Adam bercerita tentang arahan dosennya yang mirip dengan Icha di UK. “Sepuluh tahun pertama, jangan berpikir mendapatkan gaji seperti para pegawai. Hidup mandiri, membangun keahlian dan persiapkan diri untuk 20 tahun ke depan. Tak mau susah, tak ada masa depan,” ucapnya menirukan advis para dosen yang rata-rata karyanya banyak bisa kita lihat di berbagai galeri internasional.

 

Adam dilatih hidup mandiri, berjuang sedari dini dari satu galeri ke galeri besar lainnya. Dari satu karya ke karya besar lainnya.

 

Memang, pekerjaan-pekerjaan lama akan banyak memudar walau tidak hilang sama sekali. Seperti yang saya ceritakan dalam buku baru saya, Disruption, pada pergantian abad 19 ke abad 20, saat mobil menggantikan kereta-kereta kuda. Ribuan peternak dan pekerja yang menunggu pesanan di bengkel-bengkel kereta kuda pun menganggur. Namun pekerjaan-pekerjaan baru seperti montir, pegawai konstruksi jalanan, pengatur lalu lintas, petugas asuransi, dan sebagainya pun tumbuh.

 

Kereta-kereta kuda tentu masih bisa kita lihat hingga hari ini, mulai dari jalan Malioboro di Yogyakarta sampai di kota New York, Paris, atau London melayani turis. Tetap ada, namun tak sebanyak pada eranya.

 

Namun pada saat ini kitapun menyaksikan munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang tak pernah kita kenal 10-20 tahun lalu: Barista, blogger, web developer, apps creator/developer, smart chief listener, smart ketle manager, big data analyst, cyber troops, cyber psichologyst, cyber patrol, forensic cyber crime specialist, smart animator, game developer, smart control room operator, medical sonographer, prosthodontist, crowd funding specialist, social entrepreneur, fashionista and ambassador, BIM Developer, Cloud computing services, cloud service specialist, Dog Whisperer, Drone operator dan sebagainya.

 

Kita membaca postingan dari para bankir yang mulai beredar, sehubungan dengan tawaran-tawaran untuk pensiun dini bagi sebagian besar karyawannya mulai dari teller, sampai officer kredit.

 

Kelak, bila Blockchain Revolusion seperti yang ditulis ayah-anak Don-Alex Tapscott menjadi kenyataan, maka bukan hanya mesin ATM yang menjadi besi tua, melainkan juga mesin-mesin EDC. Ini tentu akan merambah panjang daftar pekerjaan-pekerjaan lama yang akan hilang.

 

Jangan Tangisi Masa Lalu

 

Di beberapa situs kita pasti membaca kelompok yang menangisi hilangnya ribuan atau bahkan jutaan pekerjaan-pekerjaan lama. Ada juga yang menyalahkan pemimpinnya sebagai masalah ekonomi. Tentu juga muncul kelompok-kelompok penekan yang seakan-akan sanggup menjadi “juru selamat” PHK.

 

Namun perlu disadari gerakan-gerakan itu akan berujung pada kesia-siaan. Kita misalnya menyaksikan sikap yang dibentuk oleh tekanan-tekanan publik seperti itu dari para gubernur yang sangat anti bisnis-bisnis online.

 

Mungkin mereka lupa, dunia online telah menjadi penyedia kesempatan kerja baru yang begitu luas. Larangan ojek online misalnya, bisa mematikan industri kuliner dan olahan rumah tangga yang menggunakan armada go-food dan go-send.

 

Berapa banyak tukang martabak yang kini tumbuh seperti jamur di musim hujan, rumah makan ayam penyet dan pembuat sabun herbal yang juga diantar melalui gojek.

 

Sama halnya dengan menghambat pembayaran noncash di pintu-pintu tol, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk memberikan pelayanan-pelayanan baru yang lebih manusiawi dan lebih aman.

 

Satu hal yang pasti, kita harus mulai melatih anak-anak kita menjadi pekerja mandiri menjelajahi profesi-profesi baru. Ketika mesin dibuat menjadi lebih pandai dari manusia, maka pintar saja tidak cukup.

 

Anak- anak kita perlu dilatih hidup mandiri dengan mental self-driving, self-power, kreativitas dan inovasi, serta perilaku baik dalam melayani dan menjaga tutur katanya di dunia maya (yang sekalipun memberi ruang kebebasan dan kepalsuan).

 

Prof. Rhenald Kasali

Founder Rumah Perubahan

MANAJEMEN JASA - KUALITAS LAYANAN

  KUALITAS LAYANAN Persaingan di dunia bisnis semakin ketat, mengharuskan perusahaan untuk menyadari bahwa kepuasan pelanggan bukan sekadar ...