Minggu, 27 Maret 2016

Pemberdayaan Industri Olahraga Dalam Menghadapi Pasar Bebas




Ditulis Oleh: Farida M.

Di era globalisasi ini munculnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang olahraga mempunyai makna ganda. Di satu sisi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang olahraga menjadi harapan, dan di sisi lain perusahaan-perusahaan tersebut menghadapi kekhawatiran. Menjadi harapan karena di Indonesia sekarang ini banyak sekali muncul bisnis olahraga yang amat berpotensi untuk dapat berkembang. Menjadi kekhawatiran karena industri olahraga (terutama yang masih kecil) mempunyai masalah pokok yaitu (1) permodalan, (2) perolehan peluang pasar, (3) teknologi, (4) strategi pemasaran, (5) jaringan usaha dan kerja sama dan (6) lemahnya mentalitas dan jiwa kewirausahaan.

Jika para pengelola bisnis di bidang olahraga dapat memabaca dan memanfaatkan peluang pasar, industri olahraga merupakan bisnis yang menjanjikan. Produk industri olahraga akan memperoleh peluang yang besar apabila mampu bersaing dengan produk yang dihasilkan oleh berbagai negara dengan berbagai keunggulannya. Ini tergantung pada kemauan dan kreativitas pengelola bisnis olahraga tersebut.

Agar produk industri olahraga mampu bersaing dengan produk dari berbagai negara maka perlu dilakukan pemberdayaan industri tersebut. Pembinaan industri olahraga mencakup pemahaman bisnis olahraga itu sendiri dan lingkungan pasar sekarang, serta kemampuan membuat analisis pasar. Kata Kunci: Pemberdayaan, industri olahraga, pasar bebas.

Pendahuluan

Negara kita tengah giat membangun untuk mencapai suatu keadaan di mana ada keadilan dan kesejahteraan sosial, ekonomi, politik, budaya, dan pertahanan yang dapat dinikmati oleh segala lapisan masyarakat baik lahir maupun batin. Dari keadaan tersebut diharapkan perbedaan antara golongan kaya dan miskin semakin kecil. Namun untuk menuju kesuatu cita-cita yang ideal diperlukan suatu perjuangan yang terus menerus. Ada kalanya sering dihadapkan pada masalah- masalah yang relatif berat dan besar, karena menyangkut hidup orang banyak.

Masalah-masalah tersebut antara lain pengangguran, kemiskinan, pendidikan atau keterampilan yang rendah, dan produktivitas yang kecil. Oleh karena itu bangsa Indonesia harus memacu pembangunan nasional untuk meraih sasaran yang ditetapkan.

Pengangguran dan ketidaktersediaan lapangan kerja tidak hanya menjadi masalah di negara berkembang saja tetapi menjadi masalah di seluruh negara. Untuk manciptakan lapangan kerja dapat melalui pertumbuhan ekonomi dan melalui pertumbuhan industri olahraga. Pertumbuhan industri olahraga tersebut dapat melalui perkembangan inovasi atau penemuan-penemuan baru, peningkatan daya saing di pasar dunia dan kerja sama antara industri olahraga yang berskala kecil dan menengah dengan industri olahraga besar. Kerja sama tersebut diharapkan menjadi suatu kebijakan dalam menciptakan lapangan kerja dan daya saing ekonomi.

Pengembangan industri olahraga perlu mendapat perhatian yang serius agar mampu menciptakan suatu masyarakat yang maju dan lebih bersifat transformatif yaitu masyarakat maju baik secara struktual maupun kultrual. Dimensi struktural tercermin pada upaya mengubah masyarakat yang dulu bersifat agraris menjadi masyarakat industri yang ditopang pada dua kekuatan pokok yaitu industri yang kuat didukung oleh pertanian yang tangguh mencakup penguasaan teknologi serta mempunyai daya saing yang kuat dalam memasuki pasaran global. Sedangkan dimensi kultural tercermin pada nilai-nilai baru yang berkembang dan sangat bermanfaat dalam menopang terbentuknya suatu masyarakat industri olahraga yaitu menyangkut sikap, tingkah laku rasional masyarakat, sadar kesehatan, dan kompetitif.

Industrialisasi olahraga dalam pembangunan ekonomi dapat dilihat dalam kerangka pemikiran dan pola pendekatan yang dikembangkan Masyur Wiratmo (1992) yang mengatakan bahwa negara yang sedang berkembang yakin, bahwa industrialisasi diperlukan agar negaranya bisa tumbuh dan berkembang secara cepat. Sebab dalam proses industrialisasi itu biasanya akan dibarengi dengan percepatan kemajuan teknologi, proses pelatihan sumber daya manusia dan kemudian peningkatan produktifitas, (dan dengan demikian juga upah riil dan pendapatan meningkat) dibandingkan kalau hanya mengandalkan sektor pertanian.

Dengan pembangunan sektor industri olahraga diharapkan akan adanya kaitan ke depan (forward) dan ke belakang (backward) karena sektor industri olahraga lebih stabil dan mudah dikontrol (tidak tergantung musim), dan diharapkan lebih tinggi multipliernya. Di Indonesia industri olahraga memang masih cukup memprihatinkan, tetapi adanya globalisasi membuka kesempatan pasar yang paling luas apalagi dengan pasar bebas.

Adanya pasar bebas juga menimbulkan kekawatiran karena ada masalah yang muncul yaitu apakah perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri olahraga di Indonesia mampu bersaing secara penuh dengan produk- produk yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan dari berbagai negara dengan segala kekuatannya. Usaha industri olahraga yang masih kecil dan menengah mempunyai fleksibelitas dan kecepatan dalam menyesuaikan perkembangan ide dan tuntutan pasar dalam menekan ongkos produksi dan memaksimalkan efisiensi.

Sejalan dengan peningkatan derap industri, nilai produksi terus menunjukkan peningkatan. Peningkatan nilai produksi ini dimungkinkan oleh adanya peningkatan daya saing produk-produk industri olahraga. Peningkatan daya saing tersebut tentunya disertai adanya peningkatan daya beli masyarakat dan pencapaian prestasi melalui produk-produk industri olahraga terutama dalam menembus pasaran internasional.

Profil industri olahraga

Dalam perekonomian nasional, industri olahraga merupakan suatu basis yang cukup besar dalam menunjang struktur industri transformasi, dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Dalam rangka mengantisipasi ketimpangan antara perekonomian di perkotaan dan pedesaan, industri olahraga mempunyai peranan yang kuat.

Peranan industri olahraga tersebut antara lain dapat mendorong restrukturisasi pedesaan ke arah yang lebih berkembang, melalui penyerapan tenagakerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan penyebaran industri.


Untuk menumbuhkan wirausaha baru, dalam mengembangkan industri olahraga perlu adanya pembinaan melalui sentra-sentra industri olahraga. Sasarannya untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih luas. Pembinaan industri olahraga bertujuan untuk meningkatnya pendapatan dan penyebaran industri yang merata. Kecuali itu juga untuk peningkatan kemampuan industri olahraga dalam aspek penyelenggaraan turnamen olahraga, menjual sarana olahraga untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Jika kita mengamati profil usaha industri olahraga di Indonesia, mereka dalam operasionalnya menghadapi masalah pokok : 

  1. Masalah permodalan. Untuk masalah modal para pengusaha dalam menjalankan usahanya belum mengenal dan memanfaatkan lembaga  perbankan. Selain itu para pengusaha industri olahraga (kecil) sulit untuk memperoleh kredit dari bank swasta. Akibatnya pengusaha industri olahraga cenderung menggantungkan pembiayaan perusahaan dari modal sendiri, atau sumber-sumber lainnya seperti keluarga, kerabat, bahkan rentenir. Meskipun mereka mempunyai agunan yang cukup, tetapi mereka tidak memiliki pengetahuan hendak ke mana mereka harus mendapatkan modal yang mudah dan ringan. Kelemahan yang lain dalam mendapatkan modal yaitu pada umumnya industri olahraga lemah dalam menyusun studi kelayakan yang dapat diterima oleh pihak penyedia modal.
  2. Lemah dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Umumnya usaha industri olahraga memperoleh pasar dengan cara-cara pasif. Mereka mengandalkan kekuatan promosi personel selling yaitu komunikasi antar personal. Promosi ini dipilih oleh industri olahraga yang masih kecil karena industri tersebut tidak mempunyai anggaran untuk mengadakan promosi yang lain misal advertensi atau iklan melalui televisi, radio ataupun surat kabar.
  3. Keterbatasan pemanfaatan dan penguasaan teknologi. Hal ini disebabkan karena lemahnya sumber daya manusia dalam menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi. Lemahnya sumber daya manusia tersebut juga disebabkan karena tingkat pendidikan tenaga kerjanya pada umumnya masih rendah, maka tentu saja industri olahraga (kecil) banyak mengalami keterbatasan dalam memanfaatkan teknologi.
  4. Masalah strategi pemasaran produk merupakan salah satu kendala besar bagi industri olahraga yang kecil untuk masuk pasar bebas. Seringkali pemasaran produk industri olahraga kecil harus melalui mata rantai. Pemasaran yang relatif panjang dan penetapan harga jual produk berada di luar kendali  pengusaha industri olahraga tersebut. Dengan kondisi seperti ini menyebabkan para pengusaha industri olahraga hanya mengecap margin keuntungan yang relatif tipis. Kesulitan bidang pemasaran juga dapat bersumber dari tingkat persaingan yang tajam, kualitas produk yang kurang baik, ketiadaan berbagai aspek penunjang (misalnya pelayanan para pengguna jasa industri olahraga), serta kurang tanggapnya manajer/pengusaha terhadap situasi pasar. Sementara yang menyangkut masalah lokasi dan fasilitas kegiatan, bertitik tolak dari adanya suasana dan lingkungan kerja yang kurang sesuai, ataupun ketidaktanggapan industri olahraga terhadap perkembangan tingkat hidup masyarakat.
  5. Lemah dalam jaringan usaha dan kerja sama usaha. Meskipun industri olahraga (yang maasih kecil) mempunyai keterbatasan dalam jaringan dan kerja sama usaha, tetapi industri tersebut tidak berusaha untuk membangun jaringan dan kerja sama dengan industri olahraga menengah dan besar. Industri olahraga yang kecil malakukan aktivitas usahanya sendiri dan ini akan semakin melemahkan karena persaingan di antara para industri-industri olahraga yang kecil sendiri.
  6. Kelemahan dalam mentalitas usaha dan kewirausahaan. Umumnya industri olahraga yang masih kecil sedikit sekali yang memiliki kreatifitas dan inovasi, kemandirian dan semangat untuk maju. Industri olahraga yang masih kecil menjalani usahanya banyak yang hanya mengandalkan rutinitas kesehariannya, tanpa sentuhan pemikiran dan pengembangan untuk selalu terus maju dan meningkat.


Kondisi industri olahraga yang masih kecil sebagaimana disebutkan di atas tentu saja sangat bertentangan dengan tuntutan arus pasar bebas. Pasar bebas menuntut bisnis olahraga sekalipun kecil haruslah tangguh, mandiri, dinamis,  efisien, dan mampu membeikan produk yang berkualitas dan pelayanan yang memuaskan.

Untuk memperbaiki profil industri olahraga Indonesia dengan berbagai masalah dan kelemahannya tersebut maka sangat dibutuhkan proses pemberdayaan usaha industri olahraga. Pemberdayaan tersebut haruslah menyentuh langsung pada keenam kelemahan di atas.

Peluang Pasar Bebas


Dalam situasi persaingan maka setiap orang di Indonesia akan dapat dengan leluasa memilih produk-produk olahraga yang diinginkannya, bahkan dengan berbagai macam dari berbagai negara. Pada akhirnya produk-produk yang memiliki kualitas yang paling tinggi, dengan tawaran harga minim, dan layanan penjualan yang paling memuaskan yang dapat menjadi pemimpin pasar (market leader). Tentu saja keunggulan produk beserta layanan tersebut hanya dapat dicapai oleh perusahaan-perusahaan yang paling efisien, memiliki dinamika cepat pada akses teknologi yang berkualitas.

Perusahaan dengan berbagai persyaratannya itulah yang pada akhirnya akan mampu eksis dalam situasi persaingan ketat pada era pasar bebas. Dalam pasar bebas setiap produk olahraga yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dengan mudah masuk ke berbagai negara di dunia. Kemudahan- kemudahan ekspor yang diberikan oleh pemerintah Indonesia dan kemudahan masuknya produk-produk olahraga untuk beredar di pasaran Internasional akan sangat menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia untuk membuka pasarnya ke mancanegara. Akan tetapi manakala industri olahraga di Indonesia tidak mempunyai syarat-syarat keunggulan bersaing maka industri tersebut akan tergusur dan terpuruk. Persaingan dalam pasar bebas akan lebih ketat dan keras dibandingkan dengan situasi persaingan saat sekarang.

Di dalam pasar bebas hendaknya industriawan olahraga kita memahami permintaan pasar. Ada tiga kategori yaitu permintaan yang sudah ada, permintaan tersembunyi dan permintaan yang baru mulai. Permintaan pasar yang sudah ada adalah pasar yang kebutuhan pelanggannya dilayani oleh pemasok yang sudah ada. Paling sedikit besar pasar yang sudah ada dapat diukur. Apabila industri olahraga sudah dapat melakukan pengukuran besarnya pasar berarti industri olahraga sudah dapat mengidentifikasikan tingkat pembelian atau konsumsi produknya. Permintaan tersembunyi adalah permintaan yang akan diekspresikan apabila produk ditawarkan kepada pelanggan dengan harga yang terjangkau. Sebelum produk ditawarkan, permintaannya adalah nol dan setelah ditawarkan baru ada permintaan. Terakhir, permintaan yang baru mulai adalah permintaan yang akan muncul bila kecenderungan yang ada sekarang berlanjut. Industri olahraga menawarkan suatu produk untuk memenuhi permintaan yang baru mulai sebelum kecenderungan memberikan dampak. Setelah kecenderungan mempunyai peluang untuk terungkap, permintaan yang baru mulai menjadi permintaan tersembunyi (Keegan).

Menilai peluang pasar membutuhkan pengukuran besarnya pasar secara keseluruhan dan kondisi persaingan di pasar. Kombinasi total pasar dan kondisi persainganlah yang dapat menentukan peluang penjualan untuk mendapatkan laba besar.

Dalam pasar bebas perusahaan-perusahaan industri olahraga memfokuskan pada pasar yang sudah ada. Perusahaan pertama kali harus memperkirakan besarnya pasar dan kemudian menilai daya saing keseluruhan pada industri olahraga tersebut. Selanjutnya, perusahaan membandingkan dengan para pesaingnya melalui pengukuran daya tarik produk, harga, distribusi, iklan dan cakupan serta efektivitas promosi yang dapat dilakukan oleh industri olahraga.  

Suatu perusahaan industri olahraga harus memahami pada posisi apa dia harus berada. Maksudnya, apakah dia harus memproduksi alat-alat olahraga tertentu atau justeru harus menyediakan tempat atau prasarana olahraga. Bahkan mungkin dia justru lebih cocok untuk menjadi penyelenggara even olahraga untuk beroleh keuntungan yang diharapkan.

Proses Pemberdayaan

Selama ini perhatian pemerintah Indonesia terhadap industri olahraga cukup besar. Berbagai kebijakan telah dilakukan dalam rangka melakukan pembinaan terhadap industri olahraga. Sudah waktunya apabila pembinaan usaha industri olahraga diarahkan pada suatu proses pemberdayaan. Proses pemberdayaan di sini diartikan sebagai suatu proses pembinaan yang akan mengantarkan usaha olahraga untuk dapat memahami lingkungan pasar saat sekarang. Pemberdayaan juga berarti kemampuan untuk melakukan aktivitas analisis dan pengembangan usahanya serta mampu mengambil keputusan dan tindakan yang paling baik dan tepat bagi dirinya untuk pengembangan usahanya sendiri.

Tidak sedikit pembinaan terhadap industri olahraga yang sudah dilakukan tetapi akibatnya justru membuat industri olahraga tidak mandiri, tidak menumbuhkan semangat untuk memperbaiki diri terutama pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya dan menjadi sangat menggantungkan pada pemberian bantuan dan kemudahan yang diberikan oleh pemerintah. Hal ini justru akan semakin melemahkan industri olahraga. Dengan pemberdayaan, maka kepada industri olahraga disuntikkan tenaga yang akan menumbuhkan kesadaran tentang posisi dirinya di tengah-tengah dunia usaha.

Dengan pemberdayaan tersebut maka industri olahraga dapat memperoleh peluang dan menghadapi tantangan serta memperoleh kesiapan untuk memilih 10 berbagai tindakan yang paling tepat dilakukan pada situasi dan iklim dunia usaha tertentu. Dengan pemberdayaan maka industri olahraga akan memiliki kemampuan dalam menganalisis situasi sekaligus menemukan solusi yang dapat diambil untuk peningkatan dan pengembangan dirinya.

Untuk bisa berkompetitif dengan kekuatan berimbang dengan negara- negara maju tidak boleh tidak industri olahraga harus memacu diri dan mengejar ketinggalan dan kekurangan-kekurangan dengan tetap berpegang teguh pada kekuatan sendiri. Kaitannya dengan masalah pasar bebas ASEAN untuk dapat menarik para investor asing ke negara Indonesia dilakukan melalui kebijakan - kebijakan sebagai berikut yaitu deregulasi, demokratisasi dan jaminan stabilitas keamanan. Dua dari tiga kebijakan tersebut barangkali yang perlu diperhatikan dengan serius yaitu demokratisasi dan jaminan stabilitas keamanan.

Pemberdayaan lain untuk dapat berkompetisi di pasar bebas adalah Indonesia harus membuat jaringan kerja sama antar negara berkembang. Dengan kerja sama ini maka persaingan di antara sesama menjadi kendor, dan kekuatan bersama menjadi kuat.

Penutup

Menguatnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang olahraga di tengah arus globalisasi ekonomi pada pasar bebas mempunyai arti ganda. Di satu sisi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang olahraga menjadi harapan dan di sisi lain menjadi kekhawatiran.

Menjadi harapan karena di Indonesia sekarang ini banyak sekali muncul bisnis olahraga yang sebenarnya mempunyai potensi untuk dapat berkembang. Menjadi kekhawatiran karena industri olahraga mempunyai masalah pokok yaitu :
  1. Permodalan,
  2. Manajemen dan
  3. Organisai,
  4. Perolehan peluang pasar,
  5. Teknologi,
  6. Pemasaran,
  7. Jaringan usaha dan kerja sama dan
  8. Lemahnya mentalitas dan jiwa kewirausahaan. 


Industri olahraga pada pasar bebas akan memperoleh peluang pasar apabila industri olahraga dapat menentukan besarnya pasar secara keseluruhan dan kondisi persaingan. Produk industri olahraga akan memperoleh peluang yang besar apabila mampu bersaing dengan produk yang dihasilkan oleh berbagai negara dengan berbagai keunggulannya. Produk yang tidak mempunyai keunggulan bersaing akan tergusur dan terpuruk.

Agar produk industri olahraga mampu bersaing dengan produk dari berbagai negara maka dilakukan pemberdayaan industri olahraga tersebut. Pembinaan industri olahraga dapat mengantarkan dan memahami lingkungan pasar pada saat sekarang. Kecuali itu industri olahraga mampu untuk melakukan analisis dan mengambil suatu keputusan dalam menentukan tindakan yang paling baik dan tepat bagi pengembangan usaha dirinya sendiri.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
  1. Bovee L Courtland and Thill V John, 1992, Marketing International Edition. Mc. Graw Hill. Inc
  2. Hidayat, 1987, “Peranan dan Profil Serta Prospek Perdagangan Eceran (Formal dan Informal) Dalam Pembangunan”, Prisma No 7 tahun XVI
  3. Keegan J Warren, 1995, Manajemen Pemasaran Global, Penerjemah Alexander Sindoro, Prenhallindo, Jakarta
  4. Surat Keputusan Menteri Perindustrian no 13/M/SK/X/1990
  5. Wiratmo, Masyur, 1992, Ekonomi Pembangunan, Ikhtisar Teori, Masalah dan Kebijakan. Penerbit MW Mandala: Yogyakarta
  6. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131808341/Proceeding%20SEMNAS-Pemberdayaan%20Industri%20Olahraga%20Dalam%20Menghadapi%20Pasar%20Bebas.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEPEMIMPINAN & PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KEPEMIMPINAN & PENGAMBILAN KEPUTUSAN Oleh : Eko Yulianto, ST, MM, MSD (NIDN 0325077407) A. Pendahuluan Pengelolaan suatu bisnis, baik it...