Banyak defenisi industri
olahraga yang dapat dilihat untuk memahami konsep industri olahraga. Beberapa
tokoh telah memberikan defenisinya yang berkaitan tentang industri Olahraga
tersebut. Dae-Hwan dalam Lutan (2004) mengemukakan bahwa industri olahraga
adalah industri yang menciptakan nilai tambah dengan memproduksi dan
menyediakan olahraga yang berkaitan dengan peralatan dan layanan (jasa) yaitu
peralatan/perlengkapan olahraga yang berkaitan dengan aktivitas olahraga
seperti kompetisi olahraga, pelatihan, dan pesta olahraga. Selanjutnya, Miller
dkk dalam Harsuki (2005) menyatakan bahwa industri olahraga adalah semua
produk, barang, servis, tempat, orang-orang dan pemikiran yang ditawarkan pada
pelanggan yang berkaitan dengan olahraga.
Mencermati dua defenisi
tersebut di atas, kiranya sudah dapat dijadikan acuan untuk merubah persepsi
yang mengatakan bahwa industri olahraga tersebut terbatas hanya pada alat-alat
olahraga saja. Pada hal konteks industri olahraga dalam manajemen modern
meliputi barang dan jasa yang dalam hal ini berhubungan dengan olahraga.
Berkaitan dengan hal
ini, Parks dkk dalam Harsuki (2005) mengemukakan bahwa segment produksi
olahraga dibagii atas tiga bagian. Pertama adalah segment penampilan olahraga (sport
performance) meliputi bermacam-macam produk seperti olahraga sekolah
yang disponsori, perkumpulan kebugaran, camp olahraga, olahraga profesional,
dan taman olahraga kota. Kedua adalah segmen produksi olahraga (sport
production) ini dapat diberikan contoh misalnya bola basket, bola tenis,
sepatu olahraga, kolam renang, serta perlengkapan olahraga yang lainnya. Ketiga
adalah segmen promosi olahraga (sport promotion) antara lain barang
dagangan seperti kaos atau baju yang berlogo, media cetak elektronika, sport
marketing agency, dansport event organizer. Terlihat sangat besar
peluang bisnis yang dapat ditumbuhkembangkan berkaitan dengan produksi
olahraga.
Industri olahraga tidak
dapat terlepas dari bisnis olahraga. Berbicara tentang bisnis secara sederhana
dapat dikatakan bagaimana keuntungan didapat dari sebuah produk yang dijual.
Untuk membuat dan menjual sebuah produk yang baik maka peran manajemen
sangat penting. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa industri olahraga erat
hubungannya dengan bisnis olahraga dan manajemen olahraga.
A. Usaha dan Industri Olahraga
KEGIATAN olahraga memiliki nilai kepada kehidupan
manusia, baik nilai ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Nilai-nilai
olahraga itu mempengaruhi keberhasilan pembangunan nasional, termasuk
pembangunan ekonomi dan kualitas sumber daya manusia. Bahkan dapat dikatakan
sistem manajemen dan pembinaan olahraga merupakan bagian integral pembangunan
kualitas sumber daya manusia.
Olahraga) kurang memiliki kontribusi kepada pembangunan nasional.
Padahal olahraga memiliki nilai ekonomi karena dapat meningkatkan produktivitas
manusia sebagai sumber Sayangnya, sebagian pihak menganggap kegiatan olahraga
(termasuk Jasmani dan daya pembangunan.
Kesegaran jasmani yang memadai meningkatkan kemampuan kerja optimal
serta dapat menghemat biaya pemeliharaan kesehatan. Pembinaan olahraga secara
matang di masa depan akan memberi kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan
perorangan. Misalnya melimpah ruahnya bonus yang diterima Taufik Hidayat
setelah mendapat medali emas olimpiade.
Kita pun dapat mengembangkan bisnis dan kegiatan yang berkaitan dengan olahraga.
Olahraga pun dapat memicu kegiatan bisnis baru, misalnya pariwisata, tempat
hiburan (rekreasi), perhotelan, restoran, pengembangan usaha kecil (makanan dan
minuman, serta jajanan lainnya). Akhirnya derivasinya dapat menciptakan
lapangan pekerjaan.
Pada saat ini orang Indonesia tidak akan sulit untuk menemukan fitness
centre, bowling alleys, kursus, klub dan organisasi olahraga, serta
pertandingan, turnamen, dan fasilitas olahraga yang dioperasikan secara bisnis.
Usaha intensifikasi dan ekstensifikasi perlu dilanjutkan dan merupakan peluang
bisnis bagi seorang berjiwa wirausaha.
Pelaku dan pakar olahraga hendaknya memiliki kesadaran bahwa peranan
olahraga dalam menciptakan bisnis sangat mungkin dan diperlukan. Mereka tidak
dapat berjalan sendiri dalam melakukan industrialisasi olahraga. Karena itu
hendaknya menggandeng pemilik modal sehingga bersinergi menghasilan rencana
bisnis yang matang dan dapat diandalkan.
Dalam kaitan inilah menurut Arismunandar (1997), wawasan bisnis dan
manajemen diperlukan untuk memajukan dan mengembangkan bisnis olahraga. Hal ini
penting karena maju dan berkembangnya bisnis itu akan memicu penelitian dan
pengembangan, meningkatkan mutu pendidikan dan pengembangan ilmu dan teknologi
olahraga, meningkatkan prestasi, serta memperbanyak kesempatan kerja.
Setiap pertandingan memerlukan penonton dan hendaknya menarik banyak
penonton. Pertandingan tanpa penonton pastilah gersang. Motif berprestasi atlet
akan menurun apabila tidak ada penonton. Bagaimanapun juga teriakan penonton
merupakan pemacu semangat bertanding para atlet.
Pertandingan kurang penonton pun dapat dipastikan membangkrutkan panitia
penyelenggara. Di sarnping pendapatan dari tiket akan merosot drastis, para
pengusaha atau perusahaan pun kurang berminat mensponsori pertandingan itu.
Kondisi ini akan memoros kepada rendahnya tingkat kesejahteraan pelaku olahraga
(terutama atlet dan pelatih) serta kurangnya sarana dan prasarana olahraga.
Jika situasinya seperti itu maka akan menjadi lingkaran setan. Kualitas
atlet menurun mengakibatkan prestasinya jeblok dan akhirnya pertandingan tidak
bermutu. Dampaknya apresiasi masyarakat terhadap olahraga rendah sehingga tidak
datang manakala ada pertandingan olahraga. Karena itu memajukan olahraga,
meningkatan partisipasi dan apresiasi masyarakat, prestasi dan bisnis olahraga,
saling berkaitan dan saling menunjang.
B. Persyaratan Usaha dan Industri Olahraga
Pengelolaan olahraga secara bisnis dapat menghasilkan keuntungan (dana).
Akan tetapi keuntungan yang dapat diraih sangat tergantung pada mutu fasilitas,
produk, pertandingan atau jasa yang dijual, memiliki daya tarik dan ditampilkan
pada saat yang tepat, di tempat strategis.
Ada beberapa persyaratan agar kegiatan olahraga dapat menjadi bisnis :
- Masyarakat sudah memiliki kesadaran olahraga dapat membugarkan tubuh dan jiwa, meningkatkan kecerdasan (inteligensia dan emosional), meningkatkan produktivitas kerja, mengurangi biaya perawatan kesehatan. Sosialisasi peran dan fungsi olahraga seperti ini selayaknya menjadi program utama pelaku olahraga.
- Tingkat kesejahteraan masyarakat sudah tinggi sehingga masyarakat tidak hanya bergelut memenuhi kebutuhan primer (perut) tetapi masyarakat sudah memerlukan kebutuhan tertier semisal rekreasi dan tontonan (pertandingan olahraga). Karena itu negara (pemerintah, swasta, masyarakat sipil) selayaknya mengusahakan dengan cerdas peningkatan kesejahteraan masyarakat ini.
- Para pengusaha sudah menyadari potensi dan peluang bisnis dari kegiatan olahraga. Karena itu pemerintah berkewajiban mempromosikan dan menyakinkan para pengusaha bahwa kegiatan olahraga menyimpan potensi dan peluang bisnis yang besar terutama derivasi bisnis kegiatan olahraga itu sendiri seperti transportasi, pariwisata, jasa pelayanan tempat olahraga, perdagangan peralatan olahraga.
- Pemilik modal dan pengurus organisasi keolahragaan serta pelaku olahraga lainnya tidak cukup hanya individu yang mencintai olahraga yang mau berkorban tenaga dan materi, tetapi selayaknya mereka memiliki jiwa wirausaha.
Orang tua, hampir banyak sepakat untuk tidak mengarahkan anak-anaknya menjadi
atlet (olahragawan). Tidak heran jika dampaknya adalah makin tipisnya
re-generasi atlet di Indonesia. Parahnya lagi, kondisi minim calon atlet ini
diperparah dengan system dan infrastruktur klub dan lembaga olah raga yang
sarat dengan korup. Semua saling berlomba menghirup nafas agar bisa bertahan,
sementara untuk cabang olah raga yang tidak favorit, ya tinggal menjadi
kenangan saja.
Amerika memang sudah dikenal sebagai negara superkapitalis. Ide-ide cemerlang
dalam meraup keuntungan sudah tidak perlu diragukan lagi. Bagi Amerika,
berbagai macam cara siap dilakukan demi tercapai keuntungan yang dahsyat nan
abadi.
MTV, berhasil mengemudikan peredaran musisi seluruh dunia sebagai alat
pendulang uangnya. Satu musisi lahir, satu musisi lenyap, semua dilakukan bak
sebuah mesin uang.
Kembali ke olah raga, baru-baru ini salah satu orang terkaya di Amerika (ke
164), yaitu Stanley Kroenke dengan yakin membeli saham Arsenal,
salah satu klub besar dan favorit di Inggris. Maka lengkaplah sudah kepemilikan
empat klub besar Inggris yang sudah dibeli oleh para kapitalis Amerika.
Liverpool dibeli oleh George Gillet dan Tom Hicks. Randy Lerner membeli Aston
Villa. Sebelumnya Malcolm Glazer menguasai MU.
Hal ini membuktikan bahwa :
Steering Committee Seminar Sport with Better Education, Adi Widiatmo Mangunadikusumo
mengungkapkan, saat ini olahraga sudah menjadi makrokosmos ekonomi. Olahraga
berperan fungsi sebagai media promosi dan kampanye pemasaran, baik itu menjadi
ajang sasaran, pasar maupun sebagai komoditi.
Pelaku olahraga tidak hanya berpikir menghabiskan dana tetapi sudah
selayaknya mengerjakan bagaimana aktivitas olahraga yang dilakukan dan
diselenggarakan dapat menghasilkan dana.
Pengurus dan pemilik klub atau organisasi olahraga dituntut memiliki
kompetensi agar setiap event dan atau pertandingan olahraga
dapat menghasilkan keuntungan finansial (uang). Karena itu hukumnya wajib bagi
mereka untuk mempunyai kompetensi pemasaran.
Apalagi pemasaran produk event dan pertandingan
olahraga tidak memerlukan kehadiran langsung konsumen di lapangan atau tempatevent dan
pertandingan, akan tetapi dapat melalui media radio atau televisi. Peluang
semakin terbuka setelah semakin bertambahnya stasiun radio dan televisi, tidak
bisa tidak, kompetensi melakukan negosiasi dan kontrak dengan stasiun radio dan
televisi menjadi sangat penting.
C. Industri Olahraga dan Pariwisata
Olahraga merupakan wahana yang memberikan kesempatan dan peluang kepada
manusia untuk bersaing, menguasai, menang dan kalah. Olahraga seolah-olah
menggantikan peran yang destruktif dan melenyapkan kebudayaan.
Menurut Arismundar (1997), pariwisata juga akan merupakan kegiatan serta
memberikan kesempatan kepada manusia untuk bergerak, melihat, belajar, bergaul;
mengenal budaya, alam sekitar, keunggulan, keajaiban ataupun keistimewaan tempat
lain. Pariwisata juga akan berkembang sampai ke wisata ilmu dan teknologi,
serta wisata olahraga.
Penyelenggaraan pariwisata dan olahraga akan maju dan berkembang dengan
kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pariwisata dan
olahraga iuga akan mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi vang
strategis. Pariwisata dan olahraga adalah subjek dan sekaligus juga objek masa depan.
Pariwisata dan olahraga adalah ujung tombak kehidupan masa depan.
Kebutuhan pariwisata dan olahraga serta semua kegiatan yang berkaitan dapat
memicu bisnis baru, jasa dan produk baru. Karena kepentingan dan kebermanfaatan
pariwisata dan olahraga serta keterkaitannya dengan kemajuan bidang lain, maka
koordinasi dan dukungan semua pihak (instansi pemerintah, induk dan cabang
organisasi olahraga, pelaku usaha dan organisasinya, LSM dan organisasi
kemasyarakatan lainnya) sangat diperlukan.
Promosi pariwisata hendaknya meliputi semua kegiatan yang ada sehingga
berorientasi pada kepentingan dan keberhasilan semua. Misalnya konferensi,
pameran, acara adat, museum, arsitektur, pertunjukan, kesenian, olahraga, dan
pariwisata sendiri.
Profesi olah ragawan pun sama kondisinya. Profesi ini bukan profesi
impian bagi anak-anak Indonesia. Kesan dari profsi ini adalah bagi orang-orang
yang berotot saja, tanpa otak. Kesan yang sering disamakan dengan pengangguran
(daripada gak ada kerja mending daftar klub).
D. Contoh : Amerika Kapitalis Olah Raga
1. Olah raga merupakan ladang bisnis yang menggiurkan (jika digarap dengan
baik)
2. Atlet merupakan profesi yang terhormat
3. Amerika benar-benar cerdik melihat peluang bisnis
Olahraga memang bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan jasmani kita. Namun
dibalik manfaat tersebut, olahraga juga mempunyai peluang bisnis yang
menguntungkan.
Apalagi jika melihat minat dan antusiasme masyarakat Indonesia terhadap
kompetisi olahraga tingkat nasional maupun internasional sudah sangat tinggi.
Hanya dengan sedikit polesan manajemen olahraga yang andal, sebuah pagelaran
olahraga yang sehat akan menjadi lebih menarik dan memberikan keuntungan bisnis
yang besar.
Sayangnya, pagelaran olahraga selama ini tidak dikelola sebagai peluang
bisnis yang dapat diraih dengan manajemen olahraga yang andal. Sehingga timbul
kesan, pagelaran olahraga di Tanah Air masih sebatas ajang rekreasi tontonan
dan ajang perjuangan untuk meraih pengakuan dunia internasional.
Padahal, peluang menghasilkan keuntungan bagi penyelenggara, federasi,
atlet, dan sponsor masih sangat terbuka lebar. Kondisi inilah yang dicermati
oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI), sehingga mereka
tergerak untuk membuka peluang dan potensi olahraga melalui seminar
interna-sional yang bertajuk "Indonesia?s Sports Management with Better
Education Towards The Development of Sustainability Sports Industry".
"Fenomena ini seharusnya telah menyadarkan kita untuk menjadikan
olahraga sebagai prime mover atau penggerak laju pertumbuhan ekonomi yang
membuka kesempatan kerja, membuka peluang usaha dan ikut mensejahterakan
masyrakat. Oleh karena itu, kami berencana mengadakan seminar internasional
tentang Sports Management with Better Education Towards The Development of
Sustainability Sports Industry pada 8 September 2009 mendatang di
Jakartas," jelas Adi.
Di berbagai negara industri maju dan modern, seperti halnya di Amerika,
Inggris, Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, Belanda, Jepang, Korea Selatan dan
China, olahraga telah menjadi industri unggulan sebagai pemasok devisa negara.
Bahkan, di sana, para atlet begitu dihargai dan menjadi sebuah profesi
profesional. Dengan ber-kaca dari keberhasilan negara-negara tersebut dan
tingginya minat masyarakat dalam negeri terhadap pagelaran olahraga, bukan tak
mungkin jika Indonesia juga mampu menjadikan olahraga sebagai industri
unggulan.
Olahraga yang telah dirancang sebagai tindustri modern yang berskala
global, terbuktikan telah menjadi lokomotif atau multiplier effect terhadap
tumbuhnya kegiatan bisnis baru, misalnya pariwisata, tempat hiburan,
perhotelan, restoran, pengembangan usaha kecil terutama makanan dan minuman.
Sehingga pada akhirnya itu semua dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
E. Sumber Informasi : Seminar Internasional
Seminar internasional yang akan diadakan pada akhir Agustus 2009 ini,
kata Adi, mahasiswa FEUI sebagai institusi pendidikan yang meneliti dan
mengembangkan ilmu manajemen olahraga yang aplikatif berupaya menjawab
tantangan isu industri olahraga nasional kita.
Hal ini penting ka-rena maju dan berkembangnya bisnis olahraga akan
mendorong penelitian dan pengembangan mutu teknologi olahraga, meningkatkan
prestasi, serta memperbanyak kesempatan kerja.
"Dalam seminar Sport with Better Education, kami hendak menggandeng
pemilik modal/entrepreneurs, federasi, praktisi/atlet profesional,
penyelenggara dan pemerintah. Mereka dapat bersinergi untuk berperan aktif
mengembangkan kemampuannya dalam mengedukasi dengan berbagi kisah dan
pengalaman langsung dari para pelaku, praktisi/ professional, dan akademis yang
pernah berkecimpung langsung secara manajerial di dalam sebuah industri
olahraga. Sehingga di masa depan menghasilan rencana bisnis yang matang dan
dapat diandalkan," imbuhnya.
Diakui Adi, selama ini banyak orang mengasumsikan industri olahraga
sebagai pembuat perlengkapan olahraga, bukan sebagai peluang bisnis yang bisa
menghasilkan keuntungan. Dengan diadakan seminar ini, pandangan masyarakat
tentang industri olahraga mulai berubah dan melihatnya sebagai peluang bisnis.
Selain itu, lanjut Adi, seminar yang bekerja sama dengan Kementrian
Pemuda dan Olahraga ini juga bertujuan mengedukasi sebuah prospek and tantangan
dari manajemen olahraga dari sudut pandang enteprenuerial yang menuju
kesinambungan industri dan pertumbuhan ekonomi yang disesuaikan dengan inovasi
panggung akademisi.
"Untuk memperkuat pembahasan dalam seminar mendatang, kami juga
telah melakukan penelitian awal dengan pra-interview satu per satu dengan para
guest speaker dan visiting lecture yang dilakukan sebagai metode pendekatan
kualitatif untuk praidentifikasi issue, langkah-langkah para praktisi dan ahli
dalam menyikapi serta menyimpulkan rekomendasi solusi dari pokok permasalahan,"
ujar Adi.
Agar pandangan peserta semakin luas tentang industri manajemen olahraga,
mahasiswa FEUI tak hanya mengundang pembicara dari dalam negeri tapi juga dari
luar negeri. Para pembicara itu berasal dari University of Coventry, Inggris
dan Victoria University, Australia.
Adi dan para mahasiswa FEUI berharap dengan seminar ini, para pelaku
olahraga tidak hanya berpikir menghabiskan dana, tetapi sudah selayaknya
mengerjakan bagaimana aktivitas olahraga yang dilakukan dan diselenggarakan
dapat menghasilkan dana.
Begitu pula dengan pengurus dan pemilik klub atau organisasi olahraga
dituntut memiliki kompetensi agar setiap event dan atau pertandingan olahraga
dapat menghasilkan keuntungan finansial. Karena itu hukumnya wajib bagi mereka
untuk mempunyai kompetensi manajerial baik keuangan maupun pemasaran.
REFERENSI :
Chong Kim, dkk.
2006. Sport
Industry. Bahan-bahan yang disajikan dalam konferensi Internasional Sport
Industry.
Bonnie L. Parkhouse. 1991. The Management of Sport.
St. Louis: Mosby – Year Book, Inc.
Tim Litbang &
Instruktur KONI Mata Kuliah Sport Industry
Referensi
Lain :
http://www.kompasiana.com/www.habibamin.blogspot.com/pengertian-tujuan-dan-teori-kewirausahaan-materi-kuliah_550e5459813311862cbc625d
Tidak ada komentar:
Posting Komentar