Mata Kuliah ini merupakan kelompok mata kuliah khusus
pada Program Studi S-1 Ilmu Keolahragaan STKIP - KN. Mata kuliah ini mempelajari kewirausahaan di
bidang keolahragaan; konsep sport industry; rencana bisnis di bidang
keolahragaan, pengembangan potensi wirausaha sport industry, khususnya di
bidang sport related manufacturing business, sport facility service business,
sport lesson service business, sport delivery rental repair membershipcard
sales business, sport related event business and tourism business and the like;
penyusunan rencana bisnis, praktek kunjungan ke beberapa pengelola pusat
kegiatan keolahragaan, perusahaan olahraga dan magang.
Secara harfiah Kewirausahaan terdiri atas kata dasar
wirausaha yang mendapat awalan ked an akhiran an, sehingga dapat diartikan
kewirausahaan adalah hal-hal yang terkait dengan wirausaha. Sedangkan wira
berarti keberanian dan usaha berarti kegiatan bisnis yang komersial atau
non-komersial, Sehingga kewirausahaan dapat pula diartikan sebagai keberanian
seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan bisnis.
A. Pengertian Kewirausahaan
Dalam bahasa Inggris wirausaha adalah enterpenuer, istilah
ini pertama kali diperkenalkan oleh Richard Cantillon, seorang ekonom Prancis. Menurutnya,
entrepreneur adalah “agent who buys means of production at certain prices in
order to combine them”. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ekonom Perancis
lainnya - Jean Baptista Say menambahkan definisi Cantillon dengan konsep
entrepreneur sebagai pemimpin. Secara umum banyak sekali definisi yang
dikemukakan oleh para ahli, mengenai kewirausahaan, dibawah ini akan saya
kemukakan beberapa pendapat tersebut, yang diambil dari berbagai sumber :
Harvey Leibenstein (1968, 1979), mengemukakan, kewirausahaan mencakup
kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan
perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi
dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
Penrose (1963) : Kegiatan kewirausahaan mencakup
indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan
manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan. Frank Knight (1921) :
Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar.
Istilah
wirausaha muncul kemudian setelah dan sebagai padanan wiraswasta yang sejak
awal sebagian orang masih kurang sreg dengan kata swasta. Persepsi tentang
wirausaha sama dengan wiraswasta sebagai padanan entrepreneur. Perbedaannya
adalah pada penekanan pada kemandirian (swasta) pada wiraswasta dan pada usaha
(bisnis) pada wirausaha. Istilah wirausaha kini makin banyak digunakan orang
terutama karena memang penekanan pada segi bisnisnya. Walaupun demikian
mengingat tantangan yang dihadapi oleh generasi muda pada saat ini banyak pada
bidang lapangan kerja, maka pendidikan wiraswasta mengarah untuk survival dan
kemandirian seharusnya lebih ditonjolkan.
Sedikit
perbedaan persepsi wirausaha dan wiraswasta harus dipahami, terutama oleh para
pengajar agar arah dan tujuan pendidikan yang diberikan tidak salah. Jika yang
diharapkan dari pendidikan yang diberikan adalah sosok atau individu yang lebih
bermental baja atau dengan kata lain lebih memiliki kecerdasan emosional (EQ)
dan kecerdasarn advirsity (AQ) yang berperan untuk hidup (menghadapi tantangan
hidup dan kehidupan) maka pendidikan wiraswasta yang lebih tepat. Sebaliknya
jika arah dan tujuan pendidikan adalah untuk menghasilkan sosok individu yang
lebih lihai dalam bisnis atau uang, atau agar lebih memiliki kecerdasan
finansial (FQ) maka yang lebih tepat adalah pendidikan wirausaha. Karena kedua
aspek itu sama pentingnya, maka pendidikan yang diberikan sekarang lebih
cenderung kedua aspek itu dengan menggunakan kata wirausaha. Persepsi wirausaha
kini mencakup baik aspek financial maupun personal, sosial, dan profesional
(Soesarsono, 2002 : 48)
Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam
menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan
untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan
pengawasan.
B. Tujuan Kewirausahaan
Seorang sosiolog bernama David
McCleland mengemukakan bahwa, apabila sebuah negara ingin menjadi makmur,
minimal sejumlah 2% dari prosetase keseluruhan penduduk di negara tersebut
menjadi wirausahawan, Indonesia sendiri sampai saat ini menurut sebuah riset
jumlah penduduk yang menjadi wirausaha baru sekitar 0,18%, menurut informasi
yang saya baca di internet hari ini tanggal 5 Maret 2012 jumlahnya telah
melonjak tajam menjadi maka tidaklah mengherankan apabila saat ini,
kondisi pereekonomian Indonesia tertinggal jauh dari negara tetangga yaitu
Singapura yang memiliki prosentase wirausaha sebesar 7%, Malaysia 5%, China
10%, apalagi jika harus dibandingkan dengan negara adidaya Amerika Serikat yang
hampir 13% penduduknya menjadi wirausahawan. Maka dari itu, dengan
ditumbuh kembangkanya pengetahuan seputar kewirausahaan, akan membangkitkan
semangat masyarakat Indonesia khusunya generasi muda atau mahasiswa, untuk ikut
menciptakan lapangan kerja dengan berwirausaha, tidak hanya menjadi pencari
kerja (job seeking).
Dengan dilandasi semangat
nasionalisme bahwa bangsa Indonesia harus mampu bersaing dikancah percaturan
perekonomian dunia, maka akan banyak mahasiswa yang termotivasi untuk
meningktakan kualitas dirinya dan mencetuskan ide-ide kretaif dalam bidang kewirausahaan
yang berdaya saing tinggi. Mengapa dengan semakin banyak wirausahawan disuatu
negara akan meningkatkan daya saing negara tersebut ?, jawabanya saya kira
cukup jelas. Pertama, sebuah negara yang memiliki wirausahawan banyak tentunya
akan mendapatkan penghasilan yang besar dari sektor pajak, atas kegiatan
ekonomi yang mereka lakukan, coba bayangkan apabila suatu negara terlalu banyak
pegawai negeri sipil yang kurang atau bahkan tidak produktif, maka mereka
setiap bulan memakan anggaran negara untuk menggaji mereka, namun sumbangsih
mereka pada perekonimian nasional sangat minim baik dari segi pajak maupun
tingkat konsumsi.
Mari kita lihat contoh lainya, dengan
semakin banyak penduduk menjadi wirausaha, maka ekonomi mereka akan mandiri,
tidak akan bergantung pada sistem ekonomi kapitalis, dalam hal ini pemerintah
harus pro aktif menyediakan modal bagi para pengusaha agar benar-benar
produktif dengan bunga yang kompetitif, dan tidak menghancurkan pengusaha
maupun pemerintah, hasil keuntungan usaha mereka akan disimpan di bank-bank
dalam negeri, sehingga perputaran uang semakin lancar, dengan hal tersebut
modal mereka akan bertambah sehingga mampu menembus pangsa pasar global, yang
nantinya menaikkan neraca ekspor-impor dan akan menambah devisa negara secara
signifakan, maka dengan hal tersebut sangatlah jelas, bahwa kewirausahaan
memiliki peran yang sangat penting untuk menaikkan harkat martabat suatu bangsa
dikancah internasional.
Selanjutnya ditinjau dari segi GNP
(Gross National Product), apabila semakin banyak uang yang dihasilkan oleh
putra-putri bangsa Indonesia, karena berwirausaha maka uang yang dihasilkan
berpeluang semakin besar, berbeda dengan gaji yang nominalnya relatif tetap.
Akan meningkatkan GNP yaitu keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi warga
negara penduduk tersebut dimanapun berada (di dalam dan luar negeri), dengan
meningkatkan GNP ini akan semakin memperkuat ekonomi nasional secara makro, dan
mempercepat roda pembangunan nasional, karena ketersediaan anggaran semakin
meningkat.
Dari beberapa dampak positif
kewirausahaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan bertujuan
untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan secara umum meningkatkan harkat dan
martabat pribadi wirausahawan serta bangsa dan negara, dengan pengetahuan
tersebut diharapkan akan semakin banyak warga negara Indonesia khusunya
mahasiswa yang terjun dalam dunia usaha, namun perlu diperhatikan dalam
berusaha harus mengedepankan kejujuran, sehingga apa yang dihasilkan dapat
bermanfa’at bagi masyarakat luas.
C. Teori Kewirausahaan
Seiring berjalanya waktu,
kewirausahaan semakin berkembang, maka lahirlah berbagai macam teori tentang
kewirausahaan, akan coba saya uraikan berbagai teori kewirausahaan, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Neo Klasik
1. Neo Klasik
Teori
ini memandang perusahaan sebagai sebuah istilah teknologis, dimana manajemen
(individu-individu) hanya mengetahui biaya dan penerimaan perusahaan dan
sekedar melakukan kalkulasi matematis untuk menentukan nilai optimal dari
variabel keputusan. Jadi pendekatan neoklasik tidak cukup mampu untuk
menjelaskan isu mengenai kewirausahaan. Dalam teori ini kemandirian sangat
tidak terlihat, wajar saja, karena ini memang pada masa lampau dimana belum
begitu urgen masalah kemandirian, namun cukup bisa menjadi teori awal untuk
melahirkan teori-teori berikutnya.
2. Kirzerian
Entrepreneur
Dalam
teori Kirzer menyoroti tentang kinerja manusia, keuletanya, keseriusanya,
kesungguhanya, untuk swa(mandiri), dalam berusaha, sehingga maju mundurnya
suatu usaha tergantung pada upaya dan keuletan sang pengusaha. Dari berbagai
disiplin ilmu, lahirlah teori kewirausahaan yang dipandang dari sudut pandang
mereka masing-masing, Teori ekonomi memandang bahwa lahirnya wirausaha
disebabkan karena adanya peluang, dan ketidakpastian masa depanlah yang akan
melahirkan peluang untuk dimaksimalkan, hal ini berkaitan dengan keberanian
mengambil peluang, berspekulasi, menata organisasi, dan melahirkan berbagai
macam inovasi.
Teori
Sosiologi lebih mempelajari tentang, asal-usul budaya dan nilai-nilai sosial
disuatu masyarakat, yang akan berdampak pada kemampuanya menanggapi peluang
usaha dan mengolah usaha, sebagai contoh orang etnis cina dan padang dikenal
sebagai orang yang ulet berusaha, maka fakta dilapangan menunjukkan, bahwa
banyak sekali orang cina dan padang yang meraih kesuksesan dalam berwirausaha.
Selanjutnya teori psikologi, menurut saya teori ini lebih menekankan pada motif
individu yang melatarbelakangi dirinya untuk berwirausaha, apabila sejak kecil
ditanamkan untuk berprestasi, maka lebih besar kemungkinan seorang individu
lebih berani dalam menanggapi peluang usaha yang diperolehnya.
Yang
terakhir adalah teori perilaku, bagaimana seorang wirausahawan harus memiliki
kecakapan dalam mengorganisasikan suatu usaha, memanaje keuangan dan hal-hal
terkait, membangun jaringan, dan memasarkan produk, dibutuhkan pribadi yang
supel dan pandai bergaul untuk memajukan suatu usaha.
D.
Ciri dan Watak
Wirausaha
Ciri-ciri dan
watak kewirausahaan :
- Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualistis, dan optimise
- Berorientasi pada tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetik dan inisiatif
- Pengambilan resiko Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan suka tantangan
- Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik
- Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel
- Berorientasi ke masa depan Pandanga ke depan, perspektif Dalam konteks bisnis, seorang entrepreneur membuka usaha baru (new ventures) yang menyebabkan munculnya produk baru arau ide tentang penyelenggaraan jasa-jasa.
Karakteristik
tipikal entrepreneur (Schermerhorn Jr, 1999) :
- Fokus pengendalian internal
- Tingkat energi tinggi
- Kebutuhan tinggi akan prestasi
- Toleransi terhadap ambiguitas
- Kepercayaan diri
- Berorientasi pada action
Karakteristik
Wirausahawan (Masykur W)
- Keinginan untuk berprestasi
- Keinginan untuk bertanggung jawab
- Preferensi kepada resiko menengah
- Persepsi kepada kemungkian berhasil
- Rangsangan untuk umpan balik
- Aktivitas Energik
- Orientasi ke masa depan
- Ketrampilan dalam pengorganisasian
- Sikap terhadap uang
Wirausahawan
yang berhasil mempunyai standar prestasi (n Ach) tinggi. Potensi kewirausahaan
tersebut dapat dilihat sebagai berikut : (Masykur, Winardi)
- Kemampuan inovatif
- Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity)
- Keinginan untuk berprestasi
- Kemampuan perencanaan realistis
- Kepemimpinan berorientasi pada tujuan
- Obyektivitas
- Tanggung jawab pribadi
- Kemampuan beradaptasi (Flexibility)
- Kemampuan sebagai pengorganisator dan administrator
- Tingkat komitmen tinggi (survival)
E. Jenis Kewirausahaan (Williamson, 1961)
- Innovating Entrepreneurship, Bereksperimentasi secara agresif, trampil mempraktekkan transformasi-transformasi atraktif
- Imitative Entrepreneurship, Meniru inovasi yang berhasil dari para Innovating Entrepreneur
- Fabian Entrepreneurship, Sikap yang teramat berhati-hati dan sikap skeptikal tetapi yang segera melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, apabila mereka tidak melakukan hal tersebut, mereka akan kehilangan posisi relatif pada industri yang bersangkutan.
- Drone Entrepreneurship, Drone = malas. Penolakan untuk memanfaatkan peluang-peluang untuk melaksanakan perubahan-perubahan dalam rumus produksi sekalipun hal tersbut akan mengakibatkan mereka merugi diandingkan dengan produsen lain. Di banyak negara berkembang masih terdapat jenis entrepreneurship yang lain yang disebut sebagai Parasitic Entrepreneurship, dalam konteks ilmu ekonomi disebut sebagai Rent-seekers (pemburu rente). (Winardi, 1977)
F. Proses
Kewirausahaan
Tahap-tahap
Kewirausahaan Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha :
- Tahap memulai, Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri / manufaktur / produksi atau jasa.
- Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap "jalan", Tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek : pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
- Mempertahankan usaha, Tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi
- Mengembangkan usaha, Tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.
Secara
ringkas, model proses kewirausahaan mencakup tahap-tahap berikut (Alma, 2007:
10 – 12) :
- Proses inovasi
- Proses pemicu
- Proses pelaksanaan
- Proses pertumbuhan
Berdasarkan
analisis pustaka terkait kewirausahaan, diketahui bahwa aspek-aspek
yang perlu diperhatikan dalam melakukan wirausaha adalah :
- Mencari peluang usaha baru : lama usaha dilakukan, dan jenis usaha yang pernah dilakukan
- Pembiayaan : pendanaan – jumlah dan sumber-sumber dana
- SDM : tenaga kerja yang dipergunakan
- Kepemilikan : peran-peran dalam pelaksanaan usaha
- Organisasi : pembagian kerja diantara tenaga kerja yang dimiliki
- Kepemimpinan : kejujuran, agama, tujuan jangka panjang, proses manajerial (POAC)
- Pemasaran : lokasi dan tempat usaha
G. Faktor-faktor
Motivasi Berwirausaha
Ciri-ciri
wirausaha yang berhasil (Kasmir, 27 – 28) :
- Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut :
- Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
- Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik disbanding sebelumnya.
- Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.
- Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
- Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
- Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dana direalisasikan.
- Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain kepada : para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.
REFERENSI :
- Chong Kim, dkk. 2006. Sport Industry. Bahan-bahan yang disajikan dalam konferensi Internasional Sport Industry.
- Bonnie L. Parkhouse. 1991. The Management of Sport. St. Louis: Mosby – Year Book, Inc.
- Tim Litbang & Instruktur KONI Mata Kuliah Sport Industry
REFERENSI LAIN :
http://www.kompasiana.com/www.habibamin.blogspot.com/pengertian-tujuan-dan-teori-kewirausahaan-materi-kuliah_550e5459813311862cbc625d
Tidak ada komentar:
Posting Komentar