Perencanaan dan Perancangan Produk
Desain produk merupakan hal yang sangat penting dalam bidang manufaktur.
Desain produk yang baik akan dapat meningkatkan jumlah dan harga jual dari
produk, sehingga dapat meningkatkan keuntungan secara optimal. Akan tetapi,
desain produk yang gagal mengakibatkan produk tidak terjual di pasaran. Hal
ini, akan menimbulkan kerugian tidak hanya dibidang desain saja, bidang yang
lain pun akan terkena imbasnya.
Desain produk yang
baik, harus memenuhi 3 (tiga) aspek penting yang sering disebut segitiga aspek produk,
yaitu kualitas yang baik, biaya rendah, dan jadwal yang tepat. Selanjutnya
segitiga aspek produk di atas dikembangkan menjadi suatu persyaratan dalam
desain, yaitu desain harus dapat dirakit, didaur ulang, diproduksi, diperiksa
hasilnya, bebas korosi, biaya rendah, serta waktu yang tepat. Untuk itu dalam
mendesain suatu produk, harus memperhatikan secara detail tentang fungsi-fungsi
dari produk yang didesain. Guna mengetahui secara rinci tentang fungsi produk,
dapat dilakukan dengan beberapa metode pendekatan mikro (MC, MR, Equilibrium),
Linier Programming/Dualitas, dan Manajemen Keuangan (BEP).
Perencanaan dan Perancangan Produk
Rancangan Produk
Pengertian Perencanaan
Produk
Perencanaan produk
adalah proses menciptakan ide produk dan menindaklanjuti sampai produk
diperkenalkan ke pasar. Selain itu, perusahaan harus memiliki strategi cadangan
apabila produk gagal dalam pemasarannya. Termasuk diantaranya ekstensi produk
atau perbaikan, distribusi, perubahan harga dan promosi.
Kesuksesan ekonomi
suatu perusahaan manufaktur tergantung kepada kemampuan untuk mengidentifikasi
kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan produk yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Hal ini bukan merupakan
tanggung jawab bagian pemasaran, bagian manufaktur, atau bagian desain saja,
melainkan merupakan tanggung jawab yang melibatkan banyak fungsi yang ada di
perusahaan. Metode pengembangan produk berdasarkan kepada permintaan atau
persyaratan serta spesifikasi produk oleh customer adalah metode yang cukup
baik, karena dengan berbasis keinginan customer maka kemungkinan produk
tersebut tidak diterima oleh customer menjadi lebih kecil.
Dari sudut pandang
investor pada perusahaan yang berorientasi laba, usaha pengembangan produk
dikatakan sukses jika produk dapat diproduksi dan dijual dengan menghasilkan
laba.Namun laba seringkali sulit untuk dinilai secara cepat dan langsung.
Terdapat 5
dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa digunakan untuk menilai
kinerja usaha pengembangan produk, yaitu :
1) Kualitas Produk
Seberapa baik produk
yang dihasilkan dari upaya pengembangan dan dapat memuaskan kebutuhan
pelanggan. Kualitas produk pada akhirnya akan mempengaruhi pangsa pasar
dan menentukan harga yang ingin dibayar oleh pelanggan.
2) Biaya Produk
Biaya untuk modal
peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit disebut biaya
manufaktur dari produk. Biaya produk menentukan berapa besar laba yang
dihasilkan oleh perusahaan pada volume penjualan dan harga penjualan tertentu.
3) Waktu Pengembangan Produk
Waktu pengembangan
akan menentukan kemampuan perusahaan dalam berkompetisi, menunjukkan daya
tanggap perusahaan terhadap perubahan teknologi dan pada akhirnya akan
menentukan kecepatan perusahaan untuk menerima pengembalian ekonomis dari usaha
yang dilakukan tim pengembangan.
4) Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan
biasanya merupakan salah satu komponen yang penting dari investasi yang
dibutuhkan untuk mencapai profit.
5)
Kapabilitas Pengembangan.
Kapabilitas pengembangan
merupakan asset yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan produk
dengan lebih efektif dan ekonomis dimasa yang akan datang.
Perancangan dan
pembuatan suatu produk baik yang baru atau yang sudah ada merupakan bagian yang
sangat besar dari semua kegiatan teknik yang telah ada. Kegiatan ini didapat
dari persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh penciptaan suatu
konsep produk, perancangan produk, pengembangan dan penyempurnaan produk, dan
diakhiri dengan pembuatan dan pendistribusian produk tersebut.
Di dalam suatu produk
yang akan dikembangkan, tiap - tiap elemen suatu produk mempunyai fungsi -
fungsi sendiri. Diantara fungsi - fungsi satu dengan yang lain terkadang ada
saling terkait, sehingga suatu fungsi komponen akan menentukan fungsi komponen
lainnya.
Secara umum penentuan
fungsi produk dapat dicari dengan dua langkah, yaitu :
1)
Identifikasi dan
penyusunan fungsi produk.
2)
Pengelompokan fungsi
produk.
Proses adalah
merupakan urutan langkah-langkah pengubahan sekumpulan input menjadi sekumpulan
output. Proses Pengembangan produk adalah langkah-langkah atau
kegiatan-kegiatan di mana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang,
dan mengkomersialkan suatu produk.
Apa produk yang akan diproduksi
PERANCANGAN PRODUK
Kesuksesan ekonomi
sebuah perusahaan manufaktur tergantung pada kemampuan untuk mengidentifikasi
kebutuhan pelanggan, kemudian secara tepat menciptakan produk yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Untuk membuat sebuah produk
biasanya kita akan melewati tahap-tahap sebagai berikut:
1) Market Research dan Feasibility Study Market Research
dilakukan untuk
mengetahui selera pasar pada umumnya. Dari market research ini bisa didapatkan
produk seperti apa yang konsumen butuhkan atau inginkan.
2) Brainstorming
Brainstorming, atau
dalam bahasa Indonesia juga disebut sebagai curah pendapat, adalah proses
mengumpulkan ide-ide untuk mencari solusi/jalan keluar dari masalah yang
didiskusikan. Dari proses berdiskusi ini akan didapatkan garis besar barang
yang akan dibuat, cara kerja, komponen yang akan dipakai, dan lain sebagainya.
Misalnya kita ingin membuat mesin penghisap debu, akan terbayang untuk
membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut
pipa dan sebagainya.
3) Menentukan Tujuan dan Batasan Produk
Tujuan dan batasan
diperlukan agar kita tidak berlebihan dalam merancang produk tersebut yang akan
berakibat mahalnya harga jual ke konsumen. Konsumen tentu saja menginginkan
nilai tambah yang ditawarkan dalam produk tersebut sepadan dengan biaya yang
dikeluarkannya (reasonable price). Tentu saja market research diperlukan untuk
mengetahui selera pasar. Dari menentukan tujuan dan batasan ini kita memperoleh
spesifikasi komponen-komponen dan material apa saja yang akan dipakai.
4) Menggambar Produk
Dengan menggambarkan
produk berdasarkan hubungan dimensi komponen-komponen yang sudah ditentukan
dalam tahap-2 di atas, kita akan mendapatkan ilustrasi produk jadi. Produk bisa
digambar dalam 2 dimensi atau 3 dimensi, biasanya gambar 3 dimensi lebih mudah
dimengerti oleh sebagian besar orang. Merancang produk dalam 3 dimensi bisa
dilakukan dengan menggunakan software SolidWorks, Inventor, Catia dll.
5) Review Produk
Produk review
dilakukan untuk mengevaluasi apakah ada kekurangan pada rancangan yang sudah
dibuat desainnya sampai tahap gambar ini. Diskusi dengan melihat gambar produk
biasanya lebih mudah berkembang daripada hanya membayangkannya saja. Pada tahap
ini kembali dilakukan brainstorming untuk mendapatkan hasil yang optimal dan
meminimalisir masalah yang akan timbul ketika produksi masal nanti. Pada tahap
ini pula biasanya produk yang sedang dirancang perlu dibenahi disana-sini.
6) Membuat Prototype/Sample
Sample barang yang
akan diproduksi masal bisa dibuat dengan berbagai cara. Untuk produk-produk
dari resin bisa dimodelkan dengan mesin rapid prototyping, desain body mobil
yang stylish bisa dimodelkan dengan tanah liat khusus, kardus pembungkus produk
bisa dibuat dengan tangan. Untuk produk-produk yang sudah umum tidak perlu
sampai membuat sample barangnya (produk-produk dari besi), namun memerlukan
ketelitian dalam menggambar dan tidak boleh ada kesalahan gambar yang bisa
berakibat fatal: barang reject.
7) Uji Coba
Sebelum dipasarkan
tentu kita perlu menguji apakah barang yg kita buat ini benar-benar handal atau
tidak. Ada yang mengujinya berdasarkan waktu, ditekan, dijatuhkan, dan
lain-lain. Produsen telepon seluler seperti nokia memiliki mesin khusus untuk
menguji ponsel-ponsel buatan mereka supaya tahan terhadap bantingan. Jika
ditemukan hal-hal yang tidak memuaskan tentu saja produk tersebut perlu
didesain ulang (kembali ke tahap 3). Hal-hal yang memuaskan tentu saja harus
dilihat dari sudut pandang konsumen, bukan produsen. Begitulah
produsen-produsen besar saat ini mengkaji terus menerus produk mereka agar nama
produk yang mereka buat tetap terjaga.
8) Poduksi Masal
Dalam produksi masal
perlu adanya kontrol kualitas agar konsumen tidak sampai menerima barang yang
rusak.
9) Garansi
Garansi adalah layanan
purna jual yang diberikan oleh perusahaan yang membuat produk tersebut agar
konsumen tenang jika sewaktu-waktu ada kerusakan pada barang tersebut. Banyak
konsumen yang lebih memilih membayar agak lebih mahal untuk mendapatkan garansi
dan ketenangan dalam pemakaian produk.
Berapa yang akan diproduksi
1. Pendekatan Mikro ( MC, MR, Equilibrium )
Biaya marjinal (MC)
adalah satu faktor pada perubahan biaya variable rata rata(AVC) dan otomaits
biaya total rata rata (AC) ikut berubah, contoh bila nilai MC lebih kecil dari
AC, maka nilai AC juga akan turun, sebaliknya bila nilai MC lebih besar dari
nilai AC, maka nilai AC juga ikut naik.
Bila kondisi
perusahaan MR = MC (pendapatan marjinal = biaya
marjinal), ini merupakan satu faktor perusahaan memperoleh keuntungan maksimal.
Penerimaan Marginal
(Marginal Revenue)
Marginal Revenue
merupakan Tambahan penerimaan yang diperoleh sebagai hasil dari penjualan satu
unit produk lagi.
Analisi Keseimbangan
Umum (general equilibrium analysis)
Analisis Keseimbangan
Umum, membahas hubungan antara pasar yang satu dengan pasar yang
lainnya,khususnya antara pasar barang dan pasar faktor sebagai satu
keseluruhan(general). karena kenyataannya harga dipasar yang satu ikut
mempengaruhi harga di pasar-pasar yang lain, baik dalam jangka panjang maupun
pendek. setiap perubahan permintaan atau penawaran di pasar yag satu berkaitan
dengan dan ikut mempengaruhi permintaan dan penawaran di pasar yang lain.
2. Pendekatan Linier programming/Dualitas
Atau
pemrograman linear (PL) adalah suatu pendekatan matematis untuk menyelesaikan
suatu permasalahan agar didapatkan hasil yang optimal.Permasalahan yang sering
diselesaikan dengan Linear Programming adalah dalam pengalokasian factor-faktor
produksi yang terbatas jumlahnya terhadap berbagai kemungkinan produksi
sehingga didapatkan manfaat yang optimal (maksimal dan minimal).Sasaran
maksimal, misalnya secara efisien sehingga manfaat yang ingin dicapai (jumlah
produksi/nilai penjualan/laba, dan lain-lain) menjadi maksimal. Sasaran minimal
misalnya, bagaimana mencari kombinasi produksi agar penggunaan faktor-faktor
produksi minimal tetapi manfaat yang dicapai (dari kombinasi produksi) tidak
lebih rendah dari angka yang diinginkan ( Tarigan, 2005).
3. Pendekatan Manajemen Keuangan ( BEP )
Munawir (1986)
menyatakan bahwa analisa break even point merupakan suatu analisa yang
ditujukan untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu
perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian (keuntungan=0).
Melalui analisa BEP dapat dibuat perencanaan penjualan, sekaligus perencanaan
tingkat produksi, agar perusahaan secara minimal tidak mengalami kerugian.
Analisis break even
point digunakan untuk menentukan hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah penjualan
minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Jumlah penjualan minimum ini berarti juga jumlah produksi minimum yang harus
dibuat.
2. Jumlah penjualan yang
harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah direncanakan atau dapat
diartikan bahwa tingkat produksi harus ditetapkan untuk memperoleh laba
tersebut.
3. Mengukur dan menjaga
agar penjualan dan tingkat produksi tidak lebih kecil dari BEP.
4. Menganalisis perubahan
harga jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan atau tingkat produksi.
5. Siklus hidup produk (bahasa Inggris: Product life cycle) adalah siklus
hidup suatu produk/organisasi dengan tahapan-tahapan proses perjalanan hidupnya
mulai dari peluncuran awal (soft launching), peluncuran resmi (grand
launching), perubahan dari target awal, lalu mulai berjuang dan berkompetisi
dengan produk-produk yang sejenis, hingga melewati persaingan dan kompetisi
produk memiliki tingkat penerimaan/ penjualan/ distribusi yang luas dan
tersebar.
Sepanjang umur suatu
produk, perusahaan biasanya memformulasikan kembali strategi pemasarannya
beberapa kali. Tidak hanya kondisi ekonomi berubah, dan pesaing melancarkan
serangan baru namun,
tambahan lagi produk itu melewati tahap baru dari minat dan persyaratan
pembeli. Kosekuensinya, perusahaan harus merencanakan strategi pengganti
yang tepat untuk tiap
tahap dalam siklus hidup produk tersebut. Perusahaan berharap memperpanjang
umur dan profitabilitas produk walaupun tahu bahwa produk tersebut tidak akan
bertahan selamanya. PLC (Product life Cycle) atau siklus hidup produk merupakan
konsep penting dalam pemasaran yang memberikan pemahaman tentang dinamika suatu
produk yang kompetitif.
Dalam konteks
organisasi siklus hidup suatu organisasi menjadi organisasi yang dihargai dan
memiliki kredibilitas yang tinggi. Siklus hidup produk menggambarkan tahap-tahap
yang berbeda dalam sejarah penjualan suatu produk. Tahap-tahap ini berhubungan
dengan kesempatan dan masalah yang berbeda mengenai strategi pemasaran dan laba
potensial.
Dengan
mengidentifikasitahap-tahap yang berbeda dengan tantangan yang berbeda tahap
suatu produk berada, atau tahap yang akan dicapai , perusahaan dapat
memformulasikan encana pemasaran dengan lebih baik. Mengatakan suatu produk
memiliki siklus hidup adalah menegaskan empat hal :
1) Produk memiliki umur
terbatas
2) Penjualan produk melewati
tahap-tahap yang berbeda, dengan tantangan yang berbeda bagi penjual.
3) Laba naik turun pada
tahap yang berbeda dalam siklus hidup produk
Produk membutuhkan strategi pemasaran, keuangan, produksi, pembelian dan
personel yang berbeda dalam tiap tahap siklus hidup mereka.
Siklus Produk
Gambar siklus hidup
produk:
Menurut Basu Swastha
(1984:127-132), daur hidup produk itu di bagi menjadi empat tahap, yaitu :
1) Tahap perkenalan (introduction).
pada tahap ini, barang
mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar walaupun volume penjualannya belum
tinggi. Barang yang di jual umumnya barang baru (betul-betul baru) Karena masih
berada pada tahap permulaan, biasanya ongkos yang dikeluarkan tinggi terutama
biaya periklanan. Promosi yang dilakukan memang harus agfesif dan
menitikberatkan pada merek penjual. Di samping itu distribusi barang tersebut
masih terbatas dan laba yang diperoleh masih rendah.
2) Tahap pertumbuhan (growth).
Dalam tahap
pertumbuhan ini, penjualan dan laba akan meningkat dengan cepat. Karena
permintaan sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal barang
bersangkutan, maka usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan tidak seagresif
tahap sebelumnya. Di sini pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga
persaingan menjadi lebih ketat. Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperluas
dan meningkatkan distribusinya adalah dengan menurunkan harga jualnya.
3) Tahap kedewasaan (maturity)
Pada tahap kedewasaan
ini kita dapat melihat bahwa penjualan masih meningkat dan pada tahap
berikutnya tetap. Dalam tahap ini, laba produsen maupun laba pengecer mulai
turun. Persaingan harga menjadi sangat tajam sehingga perusahaan perlu
memperkenalkan produknya dengan model yang baru. Pada tahap kedewasaan ini,
usaha periklanan biasanya mulai ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan.
4) Tahap kemunduran (decline)
Hampir semua jenis
barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu mengalami kekunoan atau keusangan
dan harus di ganti dengan barang yang baru. Dalam tahap ini, barang baru harus
sudah dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun
jumlah pesaing sudah berkurang tetapi pengawasan biaya menjadi sangat penting
karena permintaan sudah jauh menurun.Apabila barang yang lama tidak segera
ditinggalkan tanpa mengganti dengan barang baru, maka perusahaan hanya dapat
beroperasi pada pasar tertentu yang sangat terbatas' Altematif-alternatif yang
dapat dilakukan oleh manajemen pada saat penjualan menurun antara lain :
a. Memperbarui barang
(dalam arti fungsinya).
b. Meninjau kembali dan
memperbaiki progrcm pemasaran serta program produksiny a agar lebih efisien.
c. Menghilangkan ukuran,
warna, dan model yang kurang baik.
d. Menghilangkan sebagian
jenis barang untuk mencapai laba optimum pada barang yang sudah ada.
e. Meninggalkan sama
sekali barang tersebut.
Untuk memperpanjang
siklus hidup produk dapat dilakukan upaya-upaya seperti: mendidik pasar,
beriklan, menjaganya dengan penjualan dsb. Ada juga istilah daur ulang siklus
produk yang diterapkan untuk menarik proyek dari penurunan dengan memperbaiki
atau dengan perubahan lainnya, seperti pengemasan ulang dan pemotongan harga.
Gambar siklus hidup
produk:
Strategi pengenalan & pengembangan produk baru
Hampir tidak ada
perusahaan yang dapat luput dari pengaruh kemajuan teknologi dan munculnya
produk-produk baru. Cepat atau lambat, hampir semua produk yang ada sekarang
akan hilang dari pasar dan digantikan dengan produk-produk lain sehingga
pertumbuhan dan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang akan tergantung dari
kebijaksanaan produk yang didefinisikannya. Dalam kondisi saat ini, dimana
perkembangan pasar sangat dinamis dan penuh persaingan, perusahaan akan sulit
mempertahankan eksistensinya jika hanya bertahan pada produknya yang sekarang.
Oleh karena itu, pengembangan produk baru merupakan suatu hal yang penting bagi
perusahaan. Pengembangan tersebut meliputi pembuatan produk yang baru atau
penyempurnaan dari produk yang sudah ada.
Proses pengembangan
produk baru juga disertai dengan berbagai resiko kegagalan. Untuk memperkecil resiko
kegagalan, produk baru perlu dibuat berdasarkan konsep produk yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan konsumen serta dapat menciptakan kepuasan bagi
konsumen. Dalam tulisan ini akan dijelaskan konsep-konsep dan tahapan yang
diperlukan dalam pengembangan produk jasa baru pada operator telekomunikasi
masa kini. Konsep - konsep yang dijelaskan disini bukan hanya bisa diterapkan
bagi operator telekomunikasi saja, tapi juga dapat berlaku bagi perusahaan
secara umum.
Transformasi dari Invention menuju Innovation
Pengembangan produk
atau jasa akan melalui suatu tahap yang dikenal dengan Invention.
Inventionadalah proses menemukan suatu teknologi dari tidak ada menjadi ada.
Sedangkan Innovation adalah proses pembaharuan dari invention. Innovation
melibatkan peluang yang ada di pasar dengan penemuan teknologi dan pengetahuan
tentang teknologi baru. Sebagai contoh, temuan teknologi bluetooth, yang
memungkinkan pertukaran data melalui koneksi wireless dengan daerah jangkauan
sekitar 150 meter, saat ini telah diintegrasikan dalam media telepon
selular (handphone), sehingga para pengguna handphone dapat lebih mudah saling
bertukar data.
Contoh lain adalah
inovasi pada perusahaan minuman ringan Coca-cola dimana inovasi adalah salah
satu kunci keberhasilan yang menjadikan Coca-Cola Indonesia semakin besar dan
dikenal luas. Melalui riset dan pengembangan (Research & Development),
Coca-Cola terus berinovasi untuk menciptakan produk, kemasan, strategi
pemasaran, serta perlengkapan penjualan baru yang lebih berkualitas, kreatif,
serta mempunyai ciri khas tersendiri. Pada tahun 2002, Coca-Cola Indonesia
meluncurkan Frestea, teh dalam kemasan botol dengan aroma bunga melati yang
khas. Pada tahun 2003, Fanta menghadirkan campuran dua rasa buah, orange dan
mango, yang disebut "Fanta Oranggo", setelah pada tahun sebelumnya
sukses meluncurkan Fanta Nanas. Dengan inovasi, Coca-Cola yakin bahwa
produk-produk yang ditawarkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia.
Pada proses inovasi ini, khususnya pada tahap inisiasi perlu dipertimbangkan
bahwa inovasi yang dihasilkan dapat diterima oleh perusahaan maupun masyarakat.
Jelas bahwa inovasi sangat diperlukan dalam pengembangan produk baru untuk
memunculkan ide dan kreatifitas munculnya produk atau jasa baru yang dapat dimanfaatkan
oleh para konsumennya.
Peran Unit R&D
Hasil inovasi yang
lahir dari suatu perusahaan akan ditindaklanjuti dengan proses pengembangan
produk atau jasa baru. Untuk itu perlu unit khusus yang menangani proses ini
yaitu Unit R&D,Research&Development. Unit ini akan melakukan riset
penelitian dari hasil inovasi untuk kemudian dikembangkan menjadi suatu produk
atau jasa baru yang akan dilempar ke pasaran. Perusahaan yang sudah mapan
biasanya mengalokasikan resourcesnya sekitar 5-10 % dari sales pada aktivitas
R&D.Basic Research menuju kepada terciptanya invention, sedangkan
Product Development danengineering menuju kepada terciptanya
Innovation.
Ada tiga faktor yang
harus dipertimbangkan bagi unit R&D dalam usahanya menerapkan formulasi strategi,
yaitu :
1)
Kompetensi Teknis
2)
Kebutuhan Pasar
3)
Corporate Interest
Secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa kompetensi teknis dari researcher diperlukan untuk melahirkan
produk jasa yang berkualitas. Di lain pihak produk jasa yang dikembangkan juga
harus memperhatikan kebutuhan pasar (memiliki commertial value)
maupun kepentingan perusahaan, keduanya harus sejalan. Untuk itu diperlukan
upaya untuk mencari apa yang dibutuhkan oleh pasar dan mencari invent-to-order
bagi produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Fungsi Riset Bisnis
perlu ditambahkan sebagai suatu sub unit dalam Unit R&D untuk menunjang
keberhasilan suatu produk atau jasa baru agar sukses di pasaran. Sebagai
contoh, TELKOM R&D Center telah melakukan restrukturisasi organisasi pada akhir
tahun 2006 dan melahirkan satu bidang baru yaitu Bidang Research of Business.
Bidang RoB tersebut meliputi 4 laboratorium dengan masing - masing fungsinya
sebagai berikut :
1) Business Strategy,
melaksanakan riset dan pengembangan bisnis
2) Business Performance,
melakukan evaluasi dan identifikasi performansi bisnis
3) Business Competitiveness, menyediakan
data pasar, pelanggan dan kompetitor yang kompetitif
4) Industrial Partnership, melakukan
pengembangan hubungan kemitraan yang strategis dengan institusi yang relevan.
Inovasi Technology Push VS Need Pull
Pada tahap eksplorasi
ada 3 pola proses pengenalan dan pengembangan produk/jasa baru yaitu :
1) Menarik Pasar (Need
Menurut pandangan ini,
Anda harus membuat apa yang dapat dijual. Produk baru ditentukan oleh pasar
berdasarkan kebutuhan pelanggan. Jenis produk baru ditentukan melalui
penelitian pasar & umpan balik pelanggan, dgn sedikit perhatian terhadap
teknologi. Need Pull akan menuju pada terbentuknya incremental innovation.
2) Mendorong Teknologi (Technology Push)
Pandangan ini
menyarankan Anda harus menjual apa yang dapat anda buat. Produk baru diperoleh
dari teknologi produksi, penggunaan teknologi yang canggih dan kemudahan
operasi, dengan sedikit perhatian terhadap pasar. Dengan kata lain suatu produk
atau teknologi baru didorong atau dijual ke pasar (potential customer) yang
tidak meminta atau mengetahui perihal produk atau teknologi baru tersebut.
Technolgy Push akan menuju kepada radical innovation.
3) Antar fungsional (Interfunctional)
Produk baru memerlukan
kerjasama diantara pemasaran, operasi, keterampilan teknik, dan fungsi lainnya
sehingga menghasilkan produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan dengan
penggunaan teknologi yang memberikan manfaat terbaik. Untuk kesuksesan inovasi
produk atau jasa baru diperlukan kombinasi dari kedua model pertama yaitu
proses technical-linking dan need-linking. Selain itu ada tiga elemen yang
menjadi konsideran dalam menciptakan peluang bisnis baru yaitu : relevant
problem, technology sources dan market demand.
Lead User Research
Lead User research
adalah salah satu metodologi yang diyakini dapat memberikan kunci sukses bagi
terobosan produk/jasa baru. Dasar pemikiran metodologi ini adalah adanya Lead
User yaitu spesifik konsumen/individual yang memiliki pengalaman kebutuhan lebih
dahulu/mendahului dari konsumen/individual yang lain. Dengan melibatkan team
khusus yang terdiri dari para expert pada kelompok lead user ini, maka akan
didapatkan suatu temuan inovasi yang sangat berharga.
Beberapa contoh peran serta lead user dalam suatu terobosan inovasi baru
antara lain :
Protein untuk
hair conditioner ditemukan oleh seorang wanita di tahun 1950 yang
mempunyai ramuan tradisional yang terdiri dari bir atau telur untuk tubuh agar
lebih bersinar.
Melalui metodologi
Lead user ini akan didapatkan beberapa manfaat sebagai berikut :
1) Memperoleh akses
informasi yang lebih kaya dan reliable melalui kebutuhan customer yang dapat
diperoleh melalui traditional market research. Metode
Lead User melengkapi kebutuhan untuktraditional market research
bukan menggantikan.
2) Pengembangan konsep
produk/jasa yang lebih baik karena berasal dari data konsumen yang lebih baik.
3) Akselerasi proses
pengembangan produk/jasa.
Tahapan Metodologi Lead User Research
Ada empat tahapan yang
harus dilakukan dalam Lead User Research, yaitu :
Stage 1: Project
Planning (4-6 minggu)
Membuat master plan
Mempelajari current market place
Merumuskan fokus projek
Stage 2: Trends/Needs
Identification (5-6 minggu)
Melakukan studi literatur
Melakukan Interview kepada top expert.
Analisa data, dan menentukan kebutuhan yang lebih mengerucut
Stage 3: Preliminary
Concept Generation (5-6 minggu)
Interview lead user dan expert
Pengumpulan data untuk bisnis case
Mendefinisikan kebutuhan produk/jasa baru (buat draft konsep)
Stage 4: Final Concept
Development (5-6 minggu)
Perencanaan Workshop Lead user
Mengundang partisipan
Pelaksanaan workshop perbaikan konsep dengan melibatkan lead
user/expert
Finalisasi konsep
Contoh Kasus dengan
menggunakan Break Event Point:
Fixed Cost suatu Toko
Sepatu MDA : Rp. 500.000,-
Variable Cost Rp. 10.000,-/unit. Harga jual Rp. 20.000,-/unit.
Maka BEP per
unitnya adalah :
BEP = Fixed Cost
= Harga Jual – Variabel Cost
BEP = Rp.500.000
20.000
– 10.000
= 50 unit
Artinya perusahaan
perlu menjual 50 unit sepasang sepatu agar terjadi break even point. Pada
pejualan unit ke 51, maka toko itu mulai
memperoleh keuntungan.
REFERENSI :
- Bunawan, Pengantar Manajemen Operasi : Seri Diktat Kuliah, Gunadarma, Jakarta, Edisi Terbaru
- Eddy Herjanto, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua, Grasindo, Jakarta, atau Edisi terbaru
- T. Hani Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE, Yogyakarta, Edisi terbaru
- Sofyan Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi, LP FEUI, Jakarta, Edisi terbaru
- Pangestu Subagyo, Manajemen Operasi, BPFE, Yogyakarta, Edisi Terbaru
- Buku-buku Manajemen Opersional lain yang berkaitan ( Diusahakan terbitan terbaru )
REFERENSI :
Sumber Lain :
http://dwindarusinggih.blogspot.co.id/2014/12/contoh-kasus-manajemen-operasi-pt.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar