Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Dan Implementasinya
Ruang
Lingkup Manajemen
Pengertian Manajemen dan Empat Fungsi Dasar Manajemen – Setiap organisasi
memiliki berbagai sumber daya yang harus dikelola oleh manajemen yang
profesional agar sumber daya tersebut dapat memberikan konstribusi yang paling
maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasinya. Secara definisi, Manajemen
dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan (termasuk
perencanaan dan pembuatan keputusan, pengorganisasian, pimpinan dan
pengendalian) yang diarahkan pada sumber daya organisasi (tenaga kerja,
keuangan, fisik dan informasi) yang bertujuan untuk mencapai sasaran organisasi
dengan cara yang efisien dan efektif (Menurut R.W.
Griffin dalam bukunya yang berjudul Management,
2013:5).
Peningkatan mutu
pendidikan di sekolah perlu didukung kemampuan manajerial para
kepala sekolah. Sekolah perlu berkembang maju dari tahun ke tahun. Kerena itu,
hubungan baik antar guru perlu diciptakan akan terjalin iklim dan suasana kerja
yang kondusif dan menyenangkan. Demikian halnya penataan penampilan fisik dan
manajemen sekolah perlu dibina agar sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang
dapat menumbuhkan kreatifitas., disiplin, dan semangat belajar peserta didik.
Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya implementasi MBS.
Untuk
mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah secara efektif dan efisien,
kepala sekolah perlu memiliki pengetahuan kepemimpinan, perencanaan, dan
pandangan luastentang sekolah dan pendidikan. Lebih lanjut lagi, kepala sekolah
dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai menejer sekolah dalam meningkatkan
proses belajar-mengajar, dengan melakukan supervisi kelas, membina, dan
memberikan saran-saran positif kepada guru. Di samping itu, kepala sekolah juga
harus melakukan tukar pikiran, sumbang saran, dan studi banding antarsekolah
untuk menyerap kiar-kiat kepemimpinan dari kepala sekolah yang lain.
Dalam mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisen, guru juga harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas. Guru adalah teladan dan panutan langsung para peserta didik di kelas. Oleh karena itu, guru perlu siap dengan segala kewajiban, baik manajemen maupun persiapan isi materi pengajaran.
1. Pengertian Manajemen,
Pengertian Manajemen (Definition
of Management)
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno
ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum
memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen
mungkin berasal dari Bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,”
terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang berati “tangan”. Kata ini mendapat
pengaruh dari bahasa Perancis manège yang
berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni
mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa
Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari
bahasa Inggris menjadi ménagement,
yang memiliki arti seni melaksanakan
dan mengatur.
Mary Parker Follet, misalnya,
mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti
bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien
berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
sesuai dengan jadwal.Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia
hingga saat ini belum ada keseragaman.
Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu
pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata lain seni
adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.
Secara definisi,
Manajemen dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan (termasuk
perencanaan dan pembuatan keputusan, pengorganisasian, pimpinan dan
pengendalian) yang diarahkan pada sumber daya organisasi (tenaga kerja,
keuangan, fisik dan informasi) yang bertujuan untuk mencapai sasaran organisasi
dengan cara yang efisien dan efektif (Menurut R.W.
Griffin dalam bukunya yang berjudul Management, 2013:5)
1. Definisi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
MBS berasal dari kita kata yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Jadi, dapat disimpulkam MBS adalah suatu manajemen yang menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti dasar atau asas. Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberikan pelajaran. Berdasarkan makna leksikal tersebut MBS dapat diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang berasaskan pada sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran.
Menurut Mulyasa,
(2004:11) MBS merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk
menentukan kebijaka n sekolah dalam rangka meningkatkan mutu
dan efisiensi pendidikan agar dapat mengakomodasi kenginginan
masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah,
masyarakat, dan pemerintah.
Dalam konteks
manajemen pendidikan menurut MBS, berbeda dari manajemen pendidikan sebelumnya
yang semua serba diatur dari pemerintah pusat. Sebaliknya, manajemen
pendidikan model MBS ini berpusat pada sumber daya yang ada disekolah itu
sendiri. Dengan demikian, akan terjadi perubahan paradigma manajemen
sekolah, yaitu yang semula diatur oleh birokrasi di luar sekolah menuju
pengelolaan yang berbasis pada potensi internal sekolah itu sendiri.
2. Hakikat
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Bagaimana menjadi sekolah yang memiliki manajemen yang baik dan berbasis pada kecerdasan sekolah mampu menghimpun kekuatan dari berbagai potensi yang ada di sekolah. Multiple Intelligence atau kecerdasan jamak adalah sebuah teori yang memandang bagaimana setiap individu warga sekolah secara unik mampu menggunakan kecerdasan mereka untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang baik bagi semua warga sekolah.
Teori ini dapat diaplikasikan di sekolah dalam
menata manajemennya terkait dengan kecerdasan berkomunikasi secara efektif
(word smart), berpikir secara logis, berhitung dan memperhitungkan dalam setiap
pengambilan keputusan (logic smart) , menggali potensi alamiah dan lingkungan
hijau yang ada di sekitar sekolah (nature smart), menata lingkungan dan pisik
sekolah menjadi indah (picture smart), individu sekolah sehat secara pisik dan
energik (body smart), sekolah ceria gembira dengan aneka musik budaya daerah
yang dibina (music smart), warga sekolah yang ramah, sopan, santun, dan
responsif (people smart) ,sikap empati dan simpati yang berkembang dengan baik
(self smart) , dan memiliki perilaku warga sekolah yang taat, beriman, dan
bertakwa (spritual smart).
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam implementasinya mampu
mengelola sumberdaya sekolah yang sangat beragam (multiple smart) yang
dilakukan secara mandiri oleh sekolah, dengan mengikutsertakan semua kelompok
kepentingan yang terkait dengan sekolah. Jika semua komponen yang ada di
sekolah mampu diberdayakan sebagai bentuk dari internal akreditasi maka secara
nyata manajemen ini akan menghantarkan sekolah mampu mencapai tujuan
peningkatan mutu sekolah dengan proses yang baik.
3. Pentingnya Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS)
Desentralisasi manajemen pendidikan memberikan kesempatan kepada pihak terkait untuk mengembangkan sistem pendidikan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah. Pada masa lalu, manajemen pendidikan dilaksanakan secara sentralistik/terpusat dan wewenang pemerintah daerah dan sekolah sangat terbatas. Penyerahan tanggung jawab dan sumber daya ke sekolah memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Selain itu, penyerahan tanggung jawab tersebut akan memotivasi sekolah dan masyarakat untuk mengembangkan hal-hal yang dulu dianggap bukan urusan mereka.
Dengan adanya keputusan yang lebih banyak diambil di tingkat
sekolah, pemanfaatan sumber daya termasuk dana pembelajaran diharapkan lebih
sesuai dengan kebutuhan sekolah dan peserta didik setempat.
4. Tujuan
Manajemen Berbasis Sekolah
Tujuan Umum
MBS bertujuan meningkatkan kemandirian sekolah melalui pemberian kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sumber daya sekolah, dan mendorong keikutsertaan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah dalam pengambilan keputusan untuk peningkatan mutu sekolah.
Tujuan Khusus
Secara khusus MBS bertujuan untuk :
- Membina dan mengembangkan komponen manajemen kurikulum dan pembelajaran melalui empat proses manajemen sekolah yang lebih efektif;
- Membina dan mengembangkan komponen manajemen peserta didik melalui empat proses manajemen sekolah yang lebih efektif;
- Membina dan mengembangkan komponen pendidik dan tenaga kependidikan melalui empat proses manajemen sekolah yang lebih efektif;
- Membina dan mengembangkan komponen manajemen sarana dan prasarana melalui empat proses manajemen sekolah yang lebih efektif;
- Panduan Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Dasar
- Membina dan mengembangkan komponen manajemen pembiayaan melalui empat proses manajemen sekolah yang lebih efektif;
- Membina dan mengembangkan komponen hubungan sekolah dan masyarakat melalui empat proses manajemen sekolah yang lebih efektif;
- Membina dan mengembangkan komponen budaya sekolah.
5. Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 48 Ayat (1) dinyatakan bahwa, “Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik”. Sejalan dengan amanat tersebut, Peratuan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 49 Ayat (1) menyatakan: “Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas”.
Sepuluh prinsip
Manajemen Berbasis Sekolah,
- Keterbukaan, yakni manajemen dilakukan secara terbuka (transparan).
- Kebersamaan, yakni manajemen dilaksanakan secara bersama-sama oleh pihak sekoloah dan masyarakat.
- Berkelanjutan, yakni manajemen dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan tanpa dipengaruhi oleh pergantian kepala sekolah.
- Menyeluruh, artinya manajemen dilakukan secara menyeluruh menyangkut seluruh komponen yang menjunjung dan mempengaruhi pencapaian tujuan.
- Pertanggung jawaban, berarti dapat dipertanggung jawabkan ke orang tua/wali siswa, masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak yang berkepentingan.
- Demokratis, yakni keputusan yang diambil berdasarkan musyawarah antar komponen sekolah dengan masyarakat.
- Kemandirian, yang sekolah memiliki prakarsa atau inisiatif, dan inovasi dalam rangka mencapai tujuan.
- Berorientasi pada mutu, artinya upaya-upaya yang dilakukan sekolah selalu berdasarkan pada peningkatan mutu pendidikan.
- Pencapaian standar pelayanan minimal (SPM) berarti manajemen sekolah tersebut untuk mencapai standar pelayanan sekolah (SPM) secara total, bertahap dan berkelanjutan.
- Pendidikan untuk semua, artinya semua anak memiliki hak memperoleh layanan pendidikan yang sama.
Menurut Nurkolis
teori yang digunakan MBS untuk mengelola sekolah didasarkan atas empat prinsip,
Prinsip ekuifinalitas (principle of equifinality), yaitu prinsip yang didasarkan pada teori manajemen
modern yang berasumsi bahwa terdapat beberapa cara yang berbeda untuk mencapai
tujuan. MBS menekankan fleksibilitas sehingga sekolah harus dikelola oleh warga
sekolah menurut kondisi mereka masing-masing.
Prinsip desentralisasi (prinsiple of decentralization), yaitu gejala yang penting dalam reformasi manaemen
sekolah modern. Prinsip desentralisasi ini konsisten dengan prinsip
ekuifinalitas. Prinsip desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa
pengelolaan sekolah da aktivitas pengajaran tak dapat dielakkan dari kesulitan
dan permasalahan. Pendidikan adalah masalah yang rumit dan kompleks sehingga
memerlukan desentralisasi dalam pelaksanaannya.
Prinsip pengelolaan mandiri (principle of self managing
system), MBS tidak mengingkari bahwa perlu mencapai tujuan-tujuan berdasarkan suatu
kebijakan yang telah ditetapkan, tetapi terdapat berbagai cara yang
berbeda-beda untuk mencapainya. MBS menyadari pentingnya untuk mempersilahkan
sekolah menjadi sistem pengelolaan secara mandiri di bawah kebijakannya
sendiri. Sekolah memiliki otonomi tertentu untuk mengembangkan tujuan
pengajaran, strategi manajemen, distribusi sumber daya manusia dan sukmber daya
lainnya dan mencapai tujuan sesuai dengan kondisi mereka masing-masing.
Prinsip inisiatif manusia (principle of human initiative), sejalan dengan perkembangan pergeakan hubungan antar
manusia dan pergerakan ilmu perilaku pada manajemen modern, orang mulai menaruh
perhatian serius pada pengaruh penting faktor manusia pada efektivitas
organisasi. Prinsip ini mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis
melainkan dinamis. Oleh karena itu, perlu digali, dan dikembangkan.
Perspektif sumber aya manusia menekankan bahwa orang adalah sumber daya
berharga dalam organisasi, sehingga poin utama manajemen adalah mengembnagkan
sumber daya manusia di dalam sekolah untuk berinisiatif. Berdasarkan prespektif
ini maka MBS bertujuan untuk membangun lingkungan yang sesuai untuk warga
sekolah agar dapat bekerja dengan aik dan mengembangkan potensinya
(Nurkolis, 2005:55)
6. Strategi Implementasi MBS
Implementasi MBS akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang professional untuk mengoprasikan sekolah, dan yang cukup agar sekolah mampu menggaji staf sesuai dengan fungsinya, sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung proses belajar mengajar, serta dukungan orang tua siswa atau masyarakat yang tinggi.
Menurut Nurkolis,
pada dasarnya tidak ada satu strategi khusus yang jitu dan bisa menjamin keberhasilan
Implementasi MBS di semua tempat dan kondisi. Namun secara umum dapat
disimpulkan bahwa implementasi MBS akan berhasil melalui strategi-strategi
sebagai berikut :
- Sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu: otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan dan keterampilan secara berkeseimbangan, akses informasi ke segala bagian, dan pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berprestasi atau berhasil.
- Adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan interuksional serta non-instruksional
- Adanya kepemimpinan sekolah yang kuat sehingga mampu menggerakkan dan mendayagunakan setiap sumber daya sekolah secara efektif terutama kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum.
- Adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif.
- Semua pihak harus menyadari peran serta tanggung jawabnya secara sunggu-sungguh.
- Adanya quidelines dari Departemen pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efektif dan efisien.
- Sekolah harus memiliki transparansi dalam laporan pertanggung jawaban setiap tahunnya.
- Penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah dan lebih khusus lagi adalah meningkatkan pencapaian belajar siswa.
Implementasi diawali
dengan sosialisasi dari konsep MBS, identifikasi peran masing-masing,
pembangunan kelembagaan, mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap peran barunya,
implementasi pada proses pembelajaran evaluasi atas pelaksanaan di lapangan,
dan dilakukabn perbaikan-perbaikan (Nurkolis, 2005:132 – 134)
Sementara menurut
Slamat P.H (2001) (dikutip dalam Nurkolis, 2005:135) menjelaskan bahwa
pelaksanaan MBS merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus dan
melibatkan semua unsur yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah, strategi yang ditempuh adalah sebagai berikut
:
- Mensosialisasikan konsep MBS ke seluruh warga sekolah melalui seminar, diskusi, forum ilmiah, dan media masa
- Melakukan analisis situasi sekolah dan luar sekolah yang hasilnya berupa tantangan nyata yang harus dihadapi oleh sekolah dalam rangka mengubah manajemen berbasis pusat ke MBS.
- Merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai dari pelaksanaan MBS, berdasarkan tantangan yang dihadapi.
- Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu diperlukan untuk mencapi tujuan situasional dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapan
- Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktor nyata melalui analisis.
- Memilih langkah-langkah pemecahan persoalan yakni tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap.
- Membuat rencana jangka pendek, menengah, panjang beserta program-programnya untuk merealisasikan rencana tersebut.
- Melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka pendek MBS
- Melakukan penentuan terhadap proses dan evaluasi terhadap hasil MBS (Nurkolis, 2004:136)
Sehubungan dengan
implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam rangka desentralisasi
pendidikan di Indonesia, maka keberhasilan implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) sedikitnya dapat dilihat dari tiga dimensi yaitu efektivitas,
efisiensi dan produktivitas (Mulyasa, 2004:81)
Efektivitas berkaitan
erat dengan perbandingan antara tingkat pencapai tujuan dengan rencana yang
telah disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang
direncanakan. Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagaimana
efektivitas pendidikan pada umumnya, berarti bagaimana Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) berhasil melaksanakan semua tugas pokok sekolah, manjalin
partisipasi masyarakat, mendapat dan memanfaatkan sumber dana, sumber
daya, dan sumber belajar (sarana dan prasarana) untuk mewujudkan tujuan
sekolah. Efisiensi yakni perbandingan antara input atau sumber daya dengan
output. Artinya suatu kegiatan dikatakan efisien jika tujuan dapat dicapai
secara optimal dengan penggunaan sumber daya yang minimal. Sedangkan
produktivitas dalam dunia pendidikan yakni keseluruhan minimal. Sedangkan
produktivitas dalam dunia pendidikan yakni keseluruhan proses penataan dan
penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien. Jadi, implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di samping dilihat
dari segi efektivitas, juga perlu dianalisi dari segi efisiensi untuk melihat
produktivitas.
Lebih lanjut
Mulyasa (2004:59) mengemukakan, agar impelementasi Menejemen Berbasis Sekolah
(MBS) dapat diterapkan secara menyeluruh di Indonesia pada umumnya dan di
kabupaten/propinsi pada khususnya terkait kondisi sekolah pada saat krisis
sekarang ini sangat bervariasi di lihat dari segi kualitas, lokasi sekolah dan
partisipasi masyarakat (orang tua). Dan kondisi inilah tampaknya yang akan
menjadi permasalahan yang rumit dan harus di prioritaskan penyelesaiannya pasca
krisis. Oleh karena itu, agar manejemen berbasis sekolah (MBS) dapat di
implementasikan secara optimal, baik krisis maupun pada pasca krisis dimasa
mendatang, perlu adanya strategi dalam penerapannya.
- Pengelompokan Sekola - Dalam rangka implementasi Menejemen Berbasis Sekolah
(MBS) perlu dilakukan pengelompokan sekolah berdasarkan kemampuan menejemen
dengan mempertimbangkan kondisi, lokasi dan kualitas sekolah. Dalam hal ini
ditemukan tiga kategori sekolah, yaitu baik, sedang, dan kurang yang tersebar
di lokasi-lokasi maju, sedang, dan ketinggalan. Kondisi di atas mengisyaratkan
bahwa tingkat kemampuan menejemen sekolah untuk mengimplementasikan menejemen
berbasis sekolah (MBS) berbeda satu kelompok sekolah dengan kelompok lainnya.
Kelompok-kelompok sekolah tersebut dapat digambarkan seperti tabel berikut.
Tabel : Kelompok Sekolah Dalam
MBS
Kemampuan sekolah |
Kepala sekolah dan guru |
Partisipasi masyarakat |
Pendapatan daerah dan orang tua |
Anggaran sekolah |
1.
Sekolah dengan
kemampuan manajemen tinggi |
Kepala sekolah dan guru kompetensi
tinggi (termasuk kepemimpinan) |
Partisipasi masyarakat tinggi
(termasuk dukungan dana) |
Pendapatan daerah dan orang tua
tinggi |
Anggaran sekolah di luar anggaran
pemerintah besar |
2.
Sekolah dengan
kemampuan manajemen sedang |
Kepala sekolah dan guru kompetensi
sedang (termasuk kepemimpinan) |
Partisipasi masyarakat sedang
(termasuk dukungan dana) |
Pendapatan daerah dan orang tua
sedang |
Anggaran sekolah di luar anggaran
pemerintah sedang |
3.
Sekolah dengan
kemampuan manajemen rendah |
Kepala sekolah dan guru kompetensi
rendah (termasuk kepemimpinan) |
Partisipasi masyarakat rendah
(termasuk dukungan dana) |
Pendapatan daerah dan orang tua
rendah |
Anggaran sekolah di luar anggaran
pemerintah kesil atau tidak ada |
- Pentahapan implementasi menejemen berbasis sekolah (MBS) - Sebagai suatu paradigma baru dalam dunia pendidikan, selain perlu memperhatikan kondisi sekolah, implementasi MBS juga memerlukan pentahapan yang tepat atau harus dilakukan secara bertahap. Penerapan Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) secara menyeluruh sebagai realisasi desentralisasi pendidikan memerlukan perubahan-perubahan mendasar terhadap aspek-aspek yang menyangkut keuangan, ketenagaan, kurikulum, sarana dan prasarana, serta partisipasi masyarakat. Dalam kaitannya dengan pertahapan impelementasi menejemen berbasis sekolah (MBS) ini, secara garis besar, fattah, 2000 (dikutip mulyasa, 2004:62 ) membaginya menjadi tiga tahap yaitu : sosialisasi, piloting, dan desiminasi.
- Tahap sosialisasi merupakan tapahan penting mengingat masyarakat Indonesia pada umumnya tidak mudah menerima perubahan, tahap piloting merupakan tahap uji coba agar penerapan Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) tidak mengandung resiko, efektivitas model uji coba memerlukan persyaratan dasar, yiatu akseptabilitas, akuntabilitas, reflikabilitas dan sustainabilitas.
- Tahap poling merupakan tahap uji-coba agar penerapan konsep MBS tidak mengandung risiko. Efektifitas model uji-coba ini memerlukan persyaratan dasar, yaitu akseptabilitas, akuntabilitas, reflikabilitas, dan sustainabilitas. Akseptabilitas artinya adanya penerimaan dari para tenaga kependidikan, khususnya guru dan kepala sekolah. Akuntabilitas artinya program MBS harus dapat dipertanggungjawabkan, baik secara konsep, operasional, pendanaannya. Reflikabilitas artinya model MBS yang diuji-cobakan dapat direfleksikan di sekolah lain sehingga perlakuan yang diberikan kepada sekolah uji-coba dapat dilaksanakan di sekolah lain. Sustainbilitas artinya program tersebut dapat dijaga kesimangbungannya setelah uji0coba dilaksanakan.
- Tahap diseminasi merupakan tahapan memasyarakatkan model menejemen MBS yang telah di uji cobakan ke berbagai sekolah agar dapat mengimplementasikannya secara efektifitas dan efisien.
- Perangkat implementasi Menejemen Berbasis Sekolah - Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) memerlukan seperangkat peraturan dan pedoman-pedoman (guidelines) umum yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi serta laporan pelaksanaan. Prangkat implementasi ini diperkenalkan sejak awal, melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan sejak pelaksanaan jangka pendek. Rencana sekolah meruppakan salah satu perangkat terpenting dalam pengelolaan MBS. Rencana sekolah merupakan perencanaan sekolah untuk jangka waktu tertentu yang disusun oleh sekolah sendiri bersama dewan sekolah. Adapun yang terkandung dalam rencana tersebut adalah visi dan misi sekolah, tujuan sekolah, dan prioritas-prioritas yang akan dicapai, serta strategi-strategi untuk mencapainya.
- Tujuan dan Alasan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
- Tujuan Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah - Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu
upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Manajemen Berbasis Sekolah yang ditandai dengan otonomi
sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respons pemerintah terhadap
gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan.
Peningkatan efisiensi,
dapat diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya, partisipasi
masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu, dapat
diperoleh melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan
sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, dan
berlakunya sistem intensif dan disintensif. Sedangkan partisipasi masyarakat
memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini
dimungkinkan karena pada sebagian masyarakt tumbuh rasa kepemilikikan yang
tinggi terhadap sekolah. Sementara Suryosubroto (2004:2006 dikutip dari
www.sarjanaku.com) menjelaskan bahwa konsep Manajemen Berbasis Sekolah memiliki
tujuan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, mutu, dan peningkatan
pemerataan pendidikan. Sementara itu, Nurkolis (2005:23) menjelaskan bahwa
tujuan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah untuk kualitas
pembelajaran, kualitas Kurikulum, kualitas sumber daya manusia baik guru maupun
tenaga kependidikan lainnya, dan kualitas pelayanan secara umum. Bagi sumber
daya manusia, peningkatan kualitas bukan hanya meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya, melainkan meningkatkan kesejahteraannya pula.
- Alasan Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah - Menurut bank dunia (dalam Nurkolis dikutip dari www.sarjanaku.com) terdapat beberapa alasan diterapkannya MBS, yaitu alasan ekonomis, politis, profesional, efisiensi administrasi finansial, prestasi siswa, akuntabilitas, dan efektivitas sekolah. Alasan ekonomis seperti dijelaskan Nurkolis mengutip pendapatnya King dan Ozler (1998) bahwa manajemen total dirasakan lebih efektif, karena semakin ketingkat lokal keputusan diambil, semakin besar kedekatan mereka dengan para pelanggan.
Alasan politis, MBS sebagai bentuk reformasi desentralisasi yang mendorong adanya partisipasi demokratis kestabilan politik. Alasan profesional bahwa tenaga kerja sekolah harus berpengalaman dan memiliki keahlian untuk membuat keputusan pendidikan yang paling sesuai untuk sekolah terutama untuk para siswa.
Alasan efisiensi administrasi karena pengalokasian sumber daya dilakukan oleh sekolah itu sendiri. Data efisiensi administrasi juga didapat apabila partisipan lokal membuat keputusan sendiri. Alasan finansial, karena MBS dapat dijadikan alat untuk meningkatkan sumber pendanaan lokal.
Alasan prestasi siswa, peningkatan prestasi belajar siswa terjadi apabila orang tua siswa atau guru tetapi otoritas dari sekolah, maka iklim sekolah atau berubah dalam mendukung pencapaian prestasi siswa.
Alasan akuntabilitas sekolah, akan terjadi apabila ada keterlibatan aktor-aktor sekolah dalam pengambilan keputusan dan pelaporannya.
Alasan efektifitas sekolah, penerapan manajemen berbasis sekolah juga untuk mewujudkan sekolah efektif. Mereka mengeksploitasi bagaimana MBS mengarah pada peningkatan karakteristik kunci sekolah efektif yang meliputi kepemimpinan yang kuat, guru-guru yang terampil dan memiliki komitmen, meningkatkan fokus pada pembelajaran dan rasa tanggung jawab terhadap hasil. (Nurkolis, 2004:23).
Opini
MBS berasal dari
kita kata yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Jadi, dapat disimpulkam MBS
adalah suatu manajemen yang menggunakan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran sedangkan berdasarkan makna leksikal tersebut MBS dapat
diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang berasaskan pada sekolah itu
sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran
Agar manejemen berbasis sekolah (MBS) dapat di implementasikan secara
optimal, baik krisis maupun pada pasca krisis dimasa mendatang, perlu adanya
strategi dalam penerapannya maka perlu dilakukan
tahapan-tahapan diantaranya dengan melakukan pengelompokan sekolah, pentahapan implementasi menejemen berbasis sekolah (MBS),
perangkat implementasi
Menejemen Berbasis Sekolah, Tujuan dan Alasan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS).
REFERENSI :
- Terry G.R. (1986). Principle of Management. Illinois Richard : D. Irwin, Inc. Homewood.
- The Liang Gie. (1978). Pengertian, Kedudukan, dan Perincian Ilmu Administrasi. Yogyakarta: Karya Kencana.
- Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
- Nurkolis. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Grasindo.
- http://noviswan.blogspot.com/2013/01/management-by-objective-mbo-dalam.html
- lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter.../06920015-siti-mardiyatul-khoiriyah.ps
- (manaj strategi)
- Sukadi dalam majalah Fasilitator III, 2003:22 dikutip dariwww.sarjanaku.com
Alhamdulillah, kembali memberikan bimbingan di semester 6
BalasHapus