Teknik
memahami perkembangan murid Murid PGSD
Sebagai calon guru atau pendidik
kita harus mempunyai pengetahuan, kreatifitas juga wawasan yang luas untuk
memahami peserta didiknya. Selain itu kita harus mengerti psikokologi anak,
kemampuan anak, kelemahan anak dan keinginan anak yang mempunyai bakat tertentu
Untuk itu kita harus mengetahui
tingkat kemampuan dan perkembangan peserta didik. Salah satunya dengan tes. Tes
yang digunakan bisa bermacam-macam sesuai dengan kemampuan dan minat peserta
didik.
Selain itu, tes bisa membantu kita
untuk dapat mengetahui kemampuan juga kelemahan peserta didik yang menjadi
masalah dalam kehidupannya. Untuk itu kita akan membahas sedikit mengenai
teknik-teknik memahami anak atau peserta didik.
A.
Teknik
Pengumpulan Data
Keberhasilan proses bimbingan di
sekolah antara lain ditentukan oleh ketepatan pemahaman pembimbing terhadap
karakteristik perkembangan murid. Pemahaman terhadap perkembangan murid
tersebut, dapat menjadi dasar bagi pengembangan strategi dan proses bimbingan
yang membantu murid mengembangkan perilaku-perilakunya yang baru.
Untuk itu guru di SD perlu memiliki
pengetahuan dan keterampilan tentang jenis-jenis data yang perlu dikumpulkan,
sumber untuk memperoleh data tersebut, cara dan prosedur mendapatkan data dan
keterampilan dalam menyusun alat pengumpul dataserta penggunannya. Teknik
memahami perkembangan murid akan terentang dari mulai teknik yang sepenuhnya
bergantung pada pengamatan pembimbing (yang sifatnya terbuka dan fleksibel)
sampai kepada teknik yang terstuktur dengan menggunakan alat ukur tertentu
secara ketat (seperti tes, inventori dan sejenisnya).
Salah satu hal
yang penting dalam memberikan suatu bimbingan pada peserta didik adalah melihat
masalah secara keseluruhan baik masalah pribadinya maupun masalah latar belakang
pribadinya.
Teknik-teknik
untuk mengumpulkan data murid tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam
dua kategori besar yaitu :
1.
Tes
Secara etimologis, istilah “tes”
berasal dari bahasa Latin “testum” yang bararti cangkir, mangkok atau cawan
yang digunakan untuk memeriksa logam. Lambat laun istilah ini dipergunakan juga
dalam lapangan-lapangan lain termasuk pendidikan. Dalam penggunaannya
sehari-hari istilah tes sering digunakan silih berganti dengan pengukuran dan
penilaian. Dalam pengertian yang sempit, tes mengandung pengertian penyajian
seperangkat tugas atau pertanyaan yang harus dijawab. Definisi yang lebih luas
tentang tes dikemukakan oleh Cronbach (1970) sebagai prosedur yang bersifat
sitematis untuk mengamati tingkah laku seseorang dan menggambarkannya dengan
skala angka atau system golongan.
Peters dan Shertzer (1974: 349)
mengartikan tes sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi
(mengamati) tingkah laku indivdu, dan menggambarkan (Mendeskripsikan) tingkah
laku itu melalui sekala angka atau sistem kategori.
Umumnya tes mengandung pengertian
alat untuk menentukan atau menguji sesuatu. Dalam hubungan dengan psikologi,
tes merupakan suatu rangkaian pertanyaan atau tugas yang harus dijawab atas
dasar pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap atau kualifikasi seseorang
dapat ditentukan.
Penggunaan teknik dan tes (Khusunya tes prestasi belajar)
bagi guru disekolah bertujuan untuk :
a. Menilai kemampuan belajar murid.
b. Memberikan bimbingan belajar kepada
murid.
c. Mengecek kemajuan belajar.
d. Memahami kesulitan-kesulitan
belajar.
e. Memperbaiki teknik mengajar.
f. Menilai efektifitas (keberhasilan)
mengajar (Shertzer & Stone, 1971: 235).
Tes banyak sekali macamnya dan dapat
digolongkan menurutcara-cara tertentu, misalnya berdasarkan atas banyaknya
peserta tes, berdasarkan cara penyelesaiannya dan sebagainya. Salah satu cara
penggolongan tes yang terkenal adalah penggolongan tes berdasarkan atas aspek
psikis yang diukur. Berdasarkan atas aspek yang diukur, tes dibedakan atas :
a. Tes Intelegensi
b. Tes Bakat
c. Tes Kepribadian
d. Tes Prestasi Belajar
e. Berikut
penjelasan dari tes-tes tersebut.
a.
Tes Intelegensi
Menurut David Wechsler ,
intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental
yang melibatkan proses berpikir secara rasional.
Oleh karena itu, intelegensi tidak
dapat diamati secara langsung melainkan harus disimpulkan
dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari
proses berpikir rasional itu.
Dari penjelasan diatas dapat
diketahui bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan intelegensi adalah kemampuan
berpikir secara rasional, bukan tingginya nilai akademik yang menentukan, melainkan
kecakapan seseorang dalam melakukan berbagai hal
serta kemampuannya berpikir secara rasional itulah yang
sebetulnya menentukan.
Jadi, tes intelegensi adalah suatu
teknik atau alat yang digunakan untuk mengungkapkan taraf kemampuan dasar
seseorang yaitu kemampuan dalam berpikir, bertindak dan menyesuaikan dirinya
secara afektif. Lebih jelasnya gambaran tingkat kecerdasan (IQ) dengan
klasifikasinya dapat dilihat dibawah ini,
Kelas
Interval Klasifikasi
Skor IQ
140–keatas Genius (Luar biasa)
120-
139 Very
superior ( sangat cerdas)
110-119 Superior
(Cerdas)
90-109 Normal
(average)
80-89 Dull
(bodoh)
70-79 Border
line (Batas normal)
50-60 Marrons
(Debiel)
30-49 Embicile
(embiciel)
Dibawah -30 Idiot
Berdasarkan
penataannya ada beberapa jenis tes intelegensi, yaitu ;
1)
Tes Intelegensi
individual
Tes ini hanya
dilakukan oleh satu orang saja secara khusus. Tes Intelegensi individual
diantaranya :
§ Stanford -
Binet Intelligence Scale
§ Wechsler -
Bellevue Intelligence Scale (WBIS)
§ Wechsler -
Intelligence Scale for Children (WISC)
§ Wechsler -
Adult Intelligence Scale (WAIS)
§ Wechsler -
Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI).
Kelebihan pada
tes ini antara lain penguji dapat menilai dengan jelas bagaimana individu yang
sedang menjalani tes tersebut. Misalnya mengamati bagaimana individu menyusun
laporan, minat dan perhatian individu, kecemasan dalam pengerjaan tugas, serta
tingkat toleransi menghadapi rasa frustasi. Kekurangan tes ini adalah kurang
begitu nyaman.
2)
Tes Intelegensi
kelompok
Tes ini
dilakukan guna mencari data secara cepat secara serentak. Tes Intelegensi kelompok
diantaranya :
§ Pintner
Cunningham Primary Test
§ The California
Test of Mental Maturity
§ The Henmon-
Nelson Test Mental Ability
§ Otis - Lennon
Mental Ability Test
§ Progressive
Matrices
Kelebihan pada
tes ini antara lain rasa nyaman. Tes ini juga memiliki kekurangan antara lain
peneliti tidak dapat menyusun laporan individu, tidak dapat menentukan tingkat
kecemasan individu, instruksi yang kurang jelas karena ribut atau peserta yang
satu diganggu oleh peserta lainnya.
3)
Tes Intelegensi
dengan tindakan/perbuatan
Tes
Intelegensi berguna untuk :
a) Membantu guru menganalisis berbagai
masalah yang dialami murid, seperti masalah kesulitan belajar, masalah
kedisiplinan dan masalah kepribadian.
b) Membantu guru memahami sebab-sebab
terjadinya masalah pada diri murid yang berkaitan dengan kemampuan dasarnya.
c) Membantu guru mengenali muri-murid
yang memiliki kemampuan sangat tinggi dan sangat rendah yang membutuhkan
pendidikan khusus.
d) Membantu guru menafsirkan
kesuliatan-kesulitan belajar yang dialami murid.
b.
Tes Bakat
Bakat adalah suatu kondisi pada
seseorang yang dengan suatu latihan khusus memungkinkannya menguasai suatu
kecakapan, pengetahuan dan keterampilan tertentu, seperti kemampuan bermain
music, kemampuan berolahraga dan lain-lain. Seseorang yang berbakat music,
misalnya dengan latihan yang sama dengan orang lain yang tidak berbakat music
akan lebih cepat menguasai keterampilan tersebut. Dengan demikian, bakat tidak
berkembang dengan sendirinya, tetapi harus ditunjang oleh factor lingkungan.
Bakat dapat diukur atau diungkapkan
dengan suatu alat yang disebut tes bakat. Tes bakat adalah suatu teknik atau
alat yang digunakan untuk mengetahui kecakapan, kemampuan dan keterampilan
seseorang dalam bidang-bidang tertentu, seperti kemampuan berbahasa, kemampuan
bermain, dan lain-lain.
Tes bakat berguna untuk membantu
seseorang dalam membuat rencana dan keputusan yang bijaksana berkenaan dengan pilihan pendidikan dan pekerjaan. Dari
hasil tes bakat, seseorang dapat memperoleh gambaran tentang kecakapan,
kemampuan, dan keterampilannya dalam suatu atau berbagai bidang. Perlu disadari
bahwa hasil tes bakat itu merupakan salah satu data atau informasi. Data atau
informasi itu masih perlu lagi dikonsultasikan dengan data lain yang berkenaan
dengan diri murid.
Untuk mengetahui bakat individu, telah dikembangkan
beberapa macam tes seperti :
1) Rekonik. Tes ini mengukur fungsi
motorik, persepsi dan berpikir mekanis.
2) Tes Bakat music. Tes ini mengukur
kemampuan individu dalam aspek-aspek suara, nada, ritme, warna bunyi dan
memori.
3) Tes bakat Artistik. Tes ini mengukur kemampuan
menggambar, melukis dan merupa (mematung).
4) Tes Bakat Klerikal (perkantoran).
Tes ini mengukur kemampuan kecepatan dan ketelitian.
5) Tes Bakat yang Multifaktor. Tes
bakat ini mengukur berbagai kemampuan khusus yang telah lama digunakan adalah
DAT (Differential Attitude Test). Test ini mengukur delapan
kemampuan khusus, yaitu :
a) Berpikir verbal, yang mengungkapkan
kemampuan nalar yang
b) dinyatakan secara verbal.
c) Kemampuan bilangan, yang
mengungkapkan kemampuan berpikir dengan menggunakan angka-angka.
d) Berpikir abstrak, yang mengungkap
kemampuan nalar yang dinyatakan dengan menggunakan berbagai bentuk diagram,
yang bersifat non verbal atau tanpa angka-angka.
e) Hubungan ruang, visualisasi dan
persepsi, yang mengungkap kemampuan untuk membayangkan dan membentuk
gambar-gambar dari objek dengan hanya melihat gambar di atas kertas yang rata.
f) Kecepatan dan ketelitian, yang
mengungkapkan kemampuan ketelitian dan kecepatan seseorang dalam membandingakan
dan memperhatikan daftar tertulis, seperti nama-nama atau angka-angka.
g) Berfikir mekanik, yang mengungkapkan
kemampuna setra pemahaman mengenai hokum-hukum yang mendasari lat-alat,
mesin-mesin dan gerakan-gerakannya.
h) Penggunaan bahasa pengucapan, yang
mengungkap kemampuan mengeja kata-kata umum.
i)
Pengggunaan
bahasa-menyusun kalimat, yang mengungkap kemampuan pemakaian kata-kata dalam
kalimat, seperti tanda baca dan tata bahasa.
c.
Tes kepribadian
Allport (9dalam Hall dan Lindzey,
1981) mengatakan bahwa kepribadian adalah penyesuaian-penyesuaian yang unik dengan
lingkungan.
Secara umum, definisi tes
kepribadian adalah teknik untuk mengesahkan atau menolak hipotesis dalam
pengukuran mental yang menghasilkan skor untuk membandingkan dua orang atau
lebih. Tes ini dirancang untuk mengukur berbagai faktor psikologis tertentu,
biasanya juga menyangkut pengukuran kemampuan fisik seseorang.
Menurut Lee J. Cronbach dalam
Essential of Psychological Testing, tujuan tes kepribadian adalah mengetahui
perbedaan diantara setiap kepribadian dan kepribadian itu sendiri bersifat
individual, yang berarti tidak seorang pun yang memiliki kepribadian yang sama
diantara satu dengan yang lainnya, dan keribadian itu sendiri bukanlah sesuatu
yang salah atau benar, bukan pula sesuatu yang baik atau pun buruk. Sehingga
kepribadian adalah apa adanya diri anda yang telah memiliki kepribadian yang
unik, berbeda dari yang lain.
Tes-tes kepribadian melibatkan
stimulus terstandardisasi yang ditujukan untuk memancing dan menganalisa
perbedaan reaksi individu. Kepribadian dapat diukur dengan berbagai cara. Cara
yang paling banyak digunakan adalah dengan jalan melihat :
1)
Apa
yang seseorang katakan tentang keadaan dirinya sendiri. Cara ini disebut
“self-report inventory”, dimana seseorang mengemukakan atau
merespon sesuatu
mengenai dirinya melalui alat yang sudah disediakan. Tes semacam ini
sangat murah dan mudah untuk diberikan, seringkali objektif, namun validitasnya
harus sering dievaluasi dengan hati-hati.Keunggulan Tes ini adalah
terstandardisasi, mudah diberikan, reliabel, menangkap gambaran diri dengan
baik; namun terbatas dalam derajat kekayaan data, mudah untuk dikelabui,
tergantung pada pengetahuan diri.
Contoh dari Tes Laporan Diri ini adalah: MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory), ACT (Affective Communication Test), Millon Clinical Multiaxial Inventory.
Contoh dari Tes Laporan Diri ini adalah: MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory), ACT (Affective Communication Test), Millon Clinical Multiaxial Inventory.
2)
Apa
yang orang lain katakan tentang keadaan diri seorang. Cara ini disebut
“inventories sociometric”, di mana orang lain diminta untuk mengemukakan
keadaan pribadi seseorang.Menurut Lewis Terman hal ini
disebut Studi
Longitudinal Terman.
3)
Studi
Longitudinal Terman adalah penilaian yang menggunakan kuesioner untuk mendapatkan
informasi individu (terutama anak-anak) dari orang lain (orangtua atau
gurunya). Penilaian yang dilakukan di masa kecil ini terbukti dapat
memperkirakan kepribadian dan pencapaian anak-anak di masa dewasanya.
Keunggulan penilian ini adalah: menyediakan sudut pandang yang tidak terbiaskan oleh laporan diri individu, dan dengan jelas mengungkap trait yang “terlihat”, dapat digunakan untuk menilai anak-anak/binatang; namun keterbatasannya adalah penilaian ini tidak valid apabila analisisnya kurang berpengalaman atau terpengaruh bias.
Keunggulan penilian ini adalah: menyediakan sudut pandang yang tidak terbiaskan oleh laporan diri individu, dan dengan jelas mengungkap trait yang “terlihat”, dapat digunakan untuk menilai anak-anak/binatang; namun keterbatasannya adalah penilaian ini tidak valid apabila analisisnya kurang berpengalaman atau terpengaruh bias.
4)
Apa
yang seseorang lakukan dalam situasi tertentu. Dalam hal ini seseorang disuruh
melakukan sesuatu dan hal-hal yang dilakukannya itu diamati secara cermat dan
ditafsirkan.
5)
Dari
ketiga cara atau pendekatan di atas, cara yang pertama (self report inventory)
merupakan jenis tes kepribadian yang paling banyak digunakan di sekolah dan di
perusahaan dewasa ini.
d.
Tes Prestasi Belajar
Menurut Benyamin
S Bloom dalam(Azwar, 2003) menjelaskan bahwa Tes Prestasi Belajar
adalah salah satu alat ukur hasil belajar yang dapat mencakup semua kawasan
tujuan pendidikan. Ia membagi kawasan tujuan pendidikan mejadi tiga bagian,
yaitu:
1) Kawasan kognitif
2) Kawasan afektif
3) Kawasan
psikomotorik
Jadi bisa
disimpulkan bahwa tes
prestasi belajar adalah suatu alat (tes) yang disusun untuk mengukur
hasil-hasil pengajaran, kemajuan-kemajuan yang telah dicapai murid setelah ia
mengikuti latihan atau pelajaran selama waktu tertentu. Tes prestasi belajar
ini disusun untuk mengukur hasil pembelajaran atau kemajuan belajar
murid. Adapun fungsi dari tes prestasi belajar yakni :
1) Fungsi
penempatan adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk klasifikasi
individu kedalam bidang atau jurusan.
2) Fungsi
formatif adalah penggunaan tes prestasi belajar guna melihat sejauh mana kemampuan
belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pendidikan.
3) Fungsi
diagnostik adalah penggunaan tes prestasi belajar untuk mendiagnosis kesukaran-kesukaran
dalam belajar, mendeteksi kelemahan-kelemahan siswa yang dapat
diperbaiki segera, dan semacamnya.
4) Fungsi
sumatif adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk memperoleh informasi
mengenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dalam suatu
program pelajaran. Tes sumatif merupakan pengukuran akhir dalam suatu
program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan
lulus dalam program pendidikan tersebut atau apakah siswa dinyatakan
dapat melanjutkan ke jenjang program yang lebih tinggi.
B.
Cara Mengukur
Prestasi Belajar
1.
Tes
Pengukuran
dilakukan dengan mengukur tes-tes, yang biasa disebut dengan ulangan.
Dalam mengevaluasi tingkat keberhasilan atau pemahaman belajardapat dilakukan
melalui beberapa tes prestasi belajar antara lain :
a. Tes
Formatif, penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu
yang diadakan sebelum atau selama pelajaran berlangsung dan
bertujuan untuk memperoleh gambarantentang daya serap siswa terhadap
pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki
proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
b. Tes
Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yangtelah diajarkan dalam
waktu tertentu. Tujuannya adalah untukmemperoleh gambaran daya serap
siswa untuk meningkatkan tingkatprestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini
dimanfaatkan untukmemperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan
dalammenentukan nilai rapor.
c. Tes
Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok
bahasan yang telah diajarkan selama satu semesteratau satu catur wulan.
Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa
dalam suatu perioe belajar. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan
kelas, menyusun peringkat(rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
Ditinjai dari
bentuk soalnya maka tes dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tes non
obyektif, yaitu hasilnya dipengaruhi oleh pemberian nilai seperti tes
uraian. Tes uraian dapat digolongkan kedalam dua bagian yaitu:
1) Tes uraian
bentuk terbuka dan tes uraian terbatas. Pada tes uraian terbuka
setiap peserta tes sepenuhnya memiliki kebebasan untuk
menjawab sesuai dengan yang dipikirkannya.
2) Tes uraian
terbatas jawaban yang dikehendaki adalah jawaban yang
sifatnya sudah dibatasi.
b. Tes obyektif, karna
siapapun yang memeriksa hasil tes akan menunjukkan skor yang sama. Tes bentuk
obyektif memiliki model yang lebih banyak dan variatif dibandingkan tes bentuk
uraian. Oleh sebab itulah tes obyektif lebih sering digunakan dalam tes
prestasi hasil belajar dibandingkan tes bentuk uraian. Ada beberapa
penggolongan tes obyektif yaitu :
1) Tes benar
salah, adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai
benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B yang berarti
pernyataan tersebut benar dan S yang berarti pernyataan tersebut salah. Tugas
peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah.
2) Tes
Menjodohkan,Tes menjodohkan ini memiliki satu seri pertanyaan dan satu seri
jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari pasangan setiap pertanyaan yang
terdapat dalam seri pertanyaan dan seri jawaban.
3) Tes
Isian, Tes bentuk isian dapat digunakan dalam bentuk paragraph-paragraf
yang merupakan rangkaian cerita atau berupa satu pernyataan. Beberapa bagian
kalimatnya yang merupakan kata-kata penting telah dikosongkan terlebih dahulu.
Tugas peserta tes adalah mengisi bagian-bagian yang kosong dengan jawaban yang
sesuai.
4) Tes Pilihan
ganda,Tes bentuk pilihan ganda merupakan tes yang memiliki satu pemberitahuan
tentang suatu materi tertentu yang belum sempurna serta beberapa alternatif
jawaban yang terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh. Tugas peserta tes adalah
memilih jawaban dari pilihan yang tersedia dan paling sesuaia dengan pernyataan
yang ada dalam soal.
5) Dari beberapa
bentuk tes yang tersedia, tidak semuanya dapat digunakan secara bersamaan dalam
satu kesempatan. Ada beberapa pertimbangan yang diperlukan untuk memilih bentuk
tes yang paling sesuai. Menurut Djemari Mardapi (2004: 73) pemilihan
bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta, waktu yang
tersedia untuk pemeriksaan lembar jawaban, cakupan materi tes dan karakteristik
mata pelajaran yang diujikan.
Tujuan utama penggunaan tes prestasi
belajar adalah agar guru dapt membuat keputusan-keputusan, seleksi dan
klasifikasi, serta menentukn keefektifan pengajaran. Hasil-hasil tes prestasi
dapat digunakan untuk mengukur hasil-hasil belajar, mengenali murid-murid yang
membutuhkan pengajaran perbaikan, memudahkan murid-murid dan sebagai criteria
dalam menilai teknik pengajaran.
2.
Non-tes
Teknik non-tes merupakan prosedur
mengumpulkan data untuk memahami pribadi siswa pada umumnya bersifat
kualitatif. Beberapa macam teknik non-tes diantaranya yaitu:
a.
Observasi (pengamatan)
Yaitu teknik atau cara mengamati
suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku). Yang paling berperan disini
adalah panca indra atau pengindraan terutama indra penglihatan, dan memiliki
ciri-ciri yaitu dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu,
direncanakan secara sistematis, hasilnya dicatat dan diolah sesuai tujuan,
perlu diperiksa ketelitiannya.
Teknik
observasi ini dapat dikelompokan kedalam beberapa jenis yaitu :
1) Observasi sehari-hari
2) Observasi sistematis
3) Observasi partisipatif, disini
pengamat ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang yang damati
4) Observasi nonpartisifatif, disini
pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang yang
diamati.
b.
Catatan anekdot
Yaitu catatan otentik hasil
observasi yang menggambarkan tingkah laku murid atau dian dalam situasi khusus,
bisa menyangkut individu juga kelompok. Dengan menggunakan catatan anekdot guru
dapat:
1) Memperoleh pemahaman yang lebih
tepat tentang perkembangan anak,
2) Memperoleh pemahaman tentang
sebab-sebab dari gejala tingkah laku murid,
3) Memudahkan dalam menyesuaikan diri
dengan murid.
Catatan
anekdot yang baik memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1)
Objektif
Untuk
mempertahankan objektivitas dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a) catatan dibuat sendiri oleh guru,
b) pencatatan dilakukan segera setelah
suatu kegiatan terjadi,
c) deskripsi dari suatu peristiwa
dipisahkan dari tafsiran pencatatan sendiri.
2) Deskriptif
Catatan suatu peristiwa mengenai
murid hendaknya lengkap disertai latar belakang, percakapan dicatat secara
langsung, dan kejadian-kejadian dicatat secara tersusun sesuai dengan
kejadiannya.
c.
Selektif
Situasi yang dicatat adalah situasi
yang relevan dengan tujuan dan masalah yang sedang menjadi perhatian guru
sesuai keadaan murid. Contoh : Guru bermaksud mengobservasi seorang murid yang
diduga mempunyai masalah.
CATATAN
ANEKDOT
1. Nama
Murid : Andi
2. Kelas :
5
3. Tanggal
Observasi : 17 Oktober 2013
4. Peristiwa :
Pada pukul 07.30 semua murid kelas 5
sudah setengah jam mengikuti pelajaran jam pertama . ketika itu para murid
sedang menyimak penjelasan dari guru, tiba-tiba Andi masuk kelas, tanpa
terlebih dahulu mengetuk pintu, dia langsung duduk dibakunya, pakaiannya nampak
lusuh, dan penampilannya nampak lesu. Pada hari itu, Andi tidak sedikitpun
menunjukkan perhatiannya untuk belajar.
Melalui catatan anekdot ini, guru
akan lebih memahami tentang sikap kebiasaan atau perilaku murid sehingga
memudahkannya untuk memberikan bimbingan kepadanya.
d.
Wawancara
Wawancara merupakan teknik untuk
mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden (orang yang
diminta informasi). Dalam hal ini bias murid, orang tua murid, atau orang lain
yang diminta keterangan tentang murid.
Contoh penggunaan wawancara ini,
seperti guru ingin mengetahui informasi dan murid yang sering membolos dari
sekolah. Guru mengajukan pertanyaan tentang identitas orang tua, jarak tempat
tinggal, perhatian orang tua terhadap belajar murid, kegiatan sehari-hari yang
dilakukan oleh murid, dan alasannya mengapa sering membolos.
Kelebihan
wawancara yaitu:
1) merupakan teknik yang paling tepat
untuk mengungkap keadaan pribadi murid
2) dapat dilakukan terhadap setiap
tingkatan umur
3) dapat dilaksanakan serempak dengan
kegiatan observasi
4) digunakan untuk pelengkap data yang
dikumpulkan dengan teknik lain.
Kekurangan
wawancara yaitu:
1) tidak efisien, yaitu tidak dapat
menghemat waktu
2) sangat bergantung terhadap kesediaan
kedua belah pihak
3) menuntut penguasaan bahasa dari
pihak pewawancara
Untuk melancarkan proses wawancara
dan mendokumentasikan hasilnya dapat dibuat pedoman wawancara formatnya sebagai
berikut.
Nama SD :
……………………………………………………………………….
Alamat : ……………………………………………………………………....
Pedoman Wawancara
1. Wawancara ke : ………………………………………………………..
2. Waktu wawancara : ………………………………………………………..
3. Tempat wawancara : ………………………………………………………..
4.
Masalah : ………………………………………………………..
5.
Responden : ………………………………………………………..
6. Jalannya
wawancara : ………………………………………………………..
7.
Kesimpulan wawancara : ……………………………………………………………………
No
|
Pertanyaan
|
Deskripsi / Jawaban
|
|
e.
Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat
pengumpul data melalui komunikasi tidak langsuang, yaitu melalui tulisan.
Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan
keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden. Beberapa petunjuk
untuk menyusun angket :
1) Gunakan kata-kata yang tidak
mempunyai arti lengkap
2) Susun kalimat sederhana tapi jelas
3) Hindari kata-kata yang sulit
dipahami
4) Pertanyaan jangan bersifat memaksa
untuk dijawab
5) Hindarkan kata-kata yang negatif dan
menyinggung perasaan responden.
f.
Autobiografi
Yaitu sebuah karangan pribadi
seseorang (siswa) yang murni hasil dirinya sendiri tanpa dimasuki pikiran dari
orang lain, ini lebih menjurus tentang pengalaman hidup, cita-cita dan lain
sebgainya.
Autobiografi bagi guru bertujuan
untuk mengetahui keadaan murid yang berhubungan dengan minat, cita-cita, sikap
terhadap keluarga, guru atau sekolah dan pengalaman hidupnya. Autobiografi ini
dalam pembuatannya dibagi kedalam dua jenis, yaitu karangan terstruktur dan
tidak terstruktur.
1)
Terstruktur
Karangan pribadi ini disusun
berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya, seperti:
cita-citaku, keluargaku, teman-temanku, masa kecilku dan sebagainya.
2)
Tidak terstruktur
Di sini murid diminta membuat
karangan pribadi secara bebas, dan tidak ditentukan kerangka karangan terlebih
dahulu.
g.
Otobiografi
Otobiografi memiliki beberapa
kelebihan antara lain: memberikan informasi tentang siswa secara lengkap, bisa
mengungkapkan perasaan dengan bebas dari kegiatan yang telah dilakukan, data
ini dapat mendukung data yang diperoleh dari teknik lain dan menghemat dalam
pengadministraisian
Sedangkan kelemahan dalam
otobiografi ini adalah siswa kurang terampil dalam komunikasi secara tertulis
dengan baik, otobiografi lebih banyak mengungkap tentang fantasi, tidak semua
kejadian dapat diingatnya dengan baik, data yang diperoleh dari otobiografi ini
harus di padukan dengan baik dari teknik lain agar dapat ditafsirkan secara
benar, sering terdapat kata-kata yang tidak diketahui atrinya secara benar
h.
Sosiometri
Teknik ini bertujuan untuk
memperoleh informasi dengan menghubungkan atau interasksi sosial diantara
murid. Dengan sosiometri guru dapat mengetahui tentang:
murid yang populer (banyak disenangi teman), murid yang terisolir (tidak dipilih/disukai teman)
murid yang populer (banyak disenangi teman), murid yang terisolir (tidak dipilih/disukai teman)
Sosiometri
juga dapat digunakan untuk :
1) Memperbaiki hubungan insani diantara
anggota-anggota kelompok tertentu
2) Menentukan kelompok kerja
3) Meneliti kemampuan memimpin seorang
individu dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan tertentu.
Beberapa hal yang perlu diingat dala
melancarkan sosiometri :
1) Sebelum dilancarkan hendaknya
petugas berusaha menciptakan hubungan baik dengan kelompok
2) Petunjuk diberikan dengan jelas
3) Penjelasan yang dimaksud pelancaran
sosiometri
4) Sosiometrihendaknya diselengarakan
dengan kondisi dimana siswa tidak saling mengetahui jawabannya
5) Menjaga kerahasian pilihan maupun
hasil
6) Individu harus saling mengenal
Kegunaan sosiometri adalah:
1) Memperbaiki hubungan sisoal individu
dalam kelompok
2) Menentukan keanggotaan kelompok
kerja
3) Meneliti kecenderungan potensi
kepemimpinan individu dalam kelompok
4) Mengatur tempatduduk dalam kelas
5) Mengenali kekompakan dan perpecahan
dalam anggota kelompok
i.
Studi kasus
Dalam
melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah :
1) Menemukan murid yang bermasalah,
contoh: prestasi belajarnya sangat rendah, nakal, sering bertengkar dan sering
bolos.
2) Memperoleh data
Cara untuk memperoleh data yaitu
wawancara dengan guru lain, Home visit yaitu kunjungan kerumah orang tua murid
atau wawancara langsung dengan siswa
yang bersangkutan
3) Menganalisis data
Berbagai
faktor yang mungkin terjadi penyebab anak mengalami kelainan adalah kondisi
keluarga yang tidak harmonis, tingkat kecerdasan rendah, motivasi belajar
rendah, sering sakit-sakitan, kurang mengetahui konsep-konsep dasar atau
pengetahuan tentang mata pelajaran tertentu
4) Memberikan layanan bantuan
Dapat
dengan mengajar kembali tentang konsep-konsep dasar mata pelajaran tertentu
apabila ada yang kurang dimengerti
REFERENSI :
1.
Ahman.
(1998). Bimbingan Perkembangan Model Bimbingan di SD. Bandung : Disertasi PPS
IKIP
2.
Bandung
Depdikbud. (1994/1995). Petunjuk Bimbingan dan Penyulihan di SD. Jakarta :
Dirjen Dikdasmen
3.
Juntina
Nurihsan. (2005). Manajemen Bimbingan dan Koseling di SMA. Jakarta : Gramedia
Sunaryo,
4.
Kartadinata.
(1998/1999). Bimbingan di SD. Jakarta : DirjenDikti.
5.
BBM
1 Hakikat Bimbingan konseling di SD
6.
BBM
2 Teknik Memahami Perlembangan Murid
7.
Nurihsan
Juntika (2002). Pengantar BK Nas. Semarang Aneka Islam Bandung :
8.
Refika
Utama Nurihsan Juntika dan Akun Indianto (2005). Manajemen BK di SD Kurikulum
2004. Jakarta :
9.
Gramedia
Sumarno, H 7 Agung Hartono B (1994) Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :
Dirjen Dikti Depdiknas.
Sumber Lain :
http://bim-sd.blogspot.co.id/2011/09/konsep-dasar-bmbingan-dan-konseling.html
http://sheringholala.blogspot.co.id/2017/05/tujuan-bimbingan-dan-konseling-di.html
https://imronfauzi.wordpress.com/2008/06/15/prinsip-%E2%80%93-prinsip-bimbingan-dan-konseling/
http://rubirimonda11.blogspot.co.id/2015/07/bimbingan-dan-konseling-di-sekolah.html
http://ekonominator.blogspot.co.id/2017/09/bimbingan-konseling-bimbingan-koseling.html
https://esmae39.wordpress.com/2015/05/08/asas-dan-kode-etik-bimbingan-konseling/
http://babychokyujungsoo.blogspot.co.id/2013/10/makalah-teknik-memahami-perkembangan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar