Makro Ekonomi
Indonesia
mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Hal ini dikarenakan adanya
kesinambungan perubahan ekonomi Indonesia yang meliputi pertumbuhan ekonomi,
kestabilan harga, tenaga kerja, hingga tercapainya keseimbangan neraca. Hal ini
tercakup dalam perekonomian makro di Indonesia. Apa itu ekonomi makro di
Indonesia? Yuk, disimak penjelasan lebih detailnya.
Pengertian Ekonomi
Makro
Ekonomi
makro adalah cabang ilmu ekonomi yang khusus mempelajari cara bekerja atau
mekanisme perekonomian sebagai suatu keseluruhan (aggregate)
yang berkaitan dengan efisiensi penggunaan faktor produksi yang tersedia agar
tercipta kemakmuran masyarakat yang maksimal. Ekonomi jenis ini juga bisa
menganalisis tentang produsen secara keseluruhan serta konsumen dalam
pengalokasian pendapatan dalam membeli barang/jasa.
Pengertian Ekonomi Makro di Indonesia
Jika
dikaitkan dengan ekonomi di Indonesia, ekonomi makro Indonesia merupakan suatu
sistem yang menganalisis tentang perubahan ekonomi di Indonesia yang dapat
memengaruhi pasar, perusahaan, dan masyarakat. Dengan kata lain, ekonomi jenis
ini menjelaskan tentang sistem analisis yang menganalisis bentuk terjadinya
perubahan kondisi ekonomi Indonesia demi tercapainya hasil analisis terbaik.
Tujuan Ekonomi Makro di Indonesia
1). Meningkatkan pendapatan nasional
Salah
satu tujuan ekonomi makro di Indonesia adalah untuk meningkatkan pendapatan
nasional Indonesia. Dengan mengetahui pendapatan nasional Indonesia,
pertumbuhan ekonomi negara ini bisa terukur dengan baik. Selain itu,
kebijakan-kebijakan ekonomi yang efektif dan efisien dapat meningkatkan
pendapatan nasional Indonesia secara signifikan.
2). Membuka kesempatan lapangan
pekerjaan
Tujuan
lainnya perekonomian makro di Indonesia adalah kesempatan untuk membuka
lapangan pekerjaan. Dengan adanya peningkatan peluang untuk mendapatkan
kesempatan kerja, peningkatan kapasitas produksi secara nasional dapat
meningkat. Kebijakan makro juga bisa diterapkan di Indonesia agar dapat
mengajak para investor untuk menanamkan modal atau berinvestasi sehingga
terciptanya lapangan pekerjaan.
3). Meningkatkan kapasitas produksi
secara nasional
Meningkatkan
kapasitas produksi secara nasional merupakan tujuan lain dalam perekonomian
makro di Indonesia. Kapasitas produksi nasional yang meningkat dapat
memengaruhi peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Indonesia. Untuk
meningkatkan kapasitas produksi secara nasional, perbaikan situasi investasi
dalam negeri bisa memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan
kapasitas produksi.
4). Mengendalikan inflasi
Salah
satu terjadinya inflasi diakibatkan karena terjadinya permintaan terlalu besar
terhadap suatu barang/jasa sehingga menyebabkan kenaikan harga. Jika inflasi
terjadi, pertumbuhan perekonomian di Indonesia akan terhambat dan berpengaruh
pada kenaikan harga barang yang sangat tinggi, peningkatan pengangguran, serta
penurunan nilai mata uang.
Penerapan
kebijakan makro, seperti politik pasar terbuka, cash ratio, hingga politik diskonto sangat
diperlukan untuk mencegah lajunya inflasi.
5). Menjaga kestabilan ekonomi
Analisis
perekonomian makro di Indonesia juga bertujuan untuk menjaga kestabilan ekonomi
negara Indonesia. Kestabilan perekonomian sangatlah penting agar para pelaku
ekonomi memiliki kepercayaan untuk berinvestasi di Indonesia.
Tercapainya
stabilitas perekonomian di Indonesia terjadi ketika variabel ekonomi makro:
tingkat permintaan persediaan dan neraca pembayaran seimbang. Penerapan
kebijakan-kebijakan ekonomi berupa perbaikan fungsi pasar dan perbaikan di
sektor industri, pertanian, keuangan, dan lain-lain harus dilakukan untuk
mencapai kestabilan ekonomi.
6). Menyeimbangkan neraca pembayaran
luar negeri
Tujuan
diperlukan adanya analisis ekonomi makro di Indonesia adalah untuk
menyeimbangkan neraca pembayaran luar negeri. Neraca pembayaran merupakan
rangkuman dari berbagai transaksi, seperti transaksi keuangan antar penduduk
baik di dalam maupun di luar negeri, pembelian dan penjualan barang/jasa, dan
dana hibah dari negara asing dalam satu periode tertentu.
Neraca
pembayaran luar negeri harus seimbang guna menghindari terjadinya defisit
neraca pembayaran luar negeri.
Model
Pertumbuhan Ekonomi Satu Sektor
Berbicara seputar ekonomi memang tidak akan
ada habisnya, karena memang ilmu ekonomi sangat luas ditambah lagi dengan
perkembangan yang cukup cepat dalam dunia ekonomi. Di dalam dunia ekonomi,
dikenal 2 jenis studi ekonomi yaitu ekonomi makro dan ekonomi mikro. Dalam
artikel ini, Jurnal akan membahas secara lengkap pengertian, tujuan, ruang
lingkup dan kebijakan ekonomi makro.
A. Apa Itu
Ekonomi Makro ?
Ekonomi makro adalah studi tentang ekonomi
secara keseluruhan. Ilmu ekonomi yang satu ini khusus mempelajari ekonomi
secara skala besar dan keseluruhan. Ekonomi makro sering digunakan untuk
menganalisa dan merancang target-target kebijaksanaan yang berhubungan dengan
pertumbuhan ekonomi, inflasi, tenaga kerja dan keseimbangan neraca pembayaran
yang berkesinambungan.
Dikutip dari buku Konsep Dasar
Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi (2018) karya Thamrin, ekonomi
makro adalah sebuah ilmu ekonomi yang mempelajari perekonomian sebuah negara
secara komprehensif. Ekonomi jenis ini juga bisa menganalisis tentang produsen
secara keseluruhan serta konsumen dalam pengalokasian pendapatan dalam membeli
barang/jasa.
Ekonomi makro memiliki beberapa tujuan yang
juga berdampak untuk suatu negara. Setiap tujuan dimaksudkan untuk
menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam suatu negara.
Berikut
beberapa tujuannya :
1). Menciptakan Lapangan Pekerjaan
Angka pengangguran yang tinggi di sebuah
negara akan berdampak buruk untuk negara tersebut. Pengangguran yang tinggi
akan menjadi beban ekonomi negara. Kebijakan ekonomi makro mengatur agar
lapangan pekerjaan tercipta sehingga mampu menekan angka pengangguran dalam
suatu negara.
2). Produksi dalam Negeri yang
Tinggi
Tinggi atau rendah suatu produksi dalam negeri
tergantung ada investasi yang masuk ke dalam negara tersebut. Agar bisa
meningkatkan produksi dalam negeri, suatu negara harus memiliki investasi yang
tinggi serta meningkatkan produktivitas masyarakat. Dengan meningkatnya
produktivitas, pendapatan juga akan meningkat dan produksi dalam negeri bisa
ditingkatkan dengan baik.
3). Ekonomi yang Stabil
Perekonomian yang stabil dalam suatu negara
termasuk dalam tingkat pendapatan, lapangan pekerjaan, dan juga kestabilan
harga barang dalam negara tersebut. Ekonomu makro memiliki tujuan agar harga
barang dan juga lapangan pekerjaan selalu stabil. Hal ini juga akan berdampak
baik untuk suatu negara.
4). Neraca Pembayaran Seimbang
Setiap negara pasti melakukan transaksi dengan
negara lain. Hal ini juga bisa mempengaruhi ekonomi suatu negara. Maka dari itu
neraca pembayaran juga harus seimbang. Beberapa hal penting yang perlu
diketahui dalam neraca pembayaran adalah neraca perdagangan, transaksi
berjalan, dan lalu lintas moneter.
5). Pendapatan Penduduk yang Merata
Salah satu tujuan dari ekonomi makro adalah
agar suatu negara memiliki pendapatan penduduk yang saling merata. Pendapatan
tersebut didapat baik dari pengelolaan sumber daya alam maupun sumber daya
manusia dalam negara tersebut. Dengan pendapatan yang merata, maka kehidupan
penduduk akan menjadi semakin baik. Sehingga kualitas manusia dalam suatu
negara akan menjadi semakin baik juga.
B. Ruang Lingkup Ekonomi Makro
Apa saja yang masuk ke dalam ruang lingkup
ekonomi makro? Berdasarkan pengertian di atas, ruang lingkupnya ekonomi makro,
antara lain :
1). Menentukan Kegiatan Perekonomian
Negara
Ilmu ekonomi makro akan mampu menjelaskan
pergerakan perekonomian dalam menghasilkan barang dan jasa. Pendekatan yang
digunakan akan memberi detail pengeluaran secara keseluruhan, yaitu:
pengeluaran pemerintah, ekspor / impor, pengeluaran rumah tangga, dan
pengeluaran perusahaan / investasi.
2). Kebijakan Pemerintah
Sebuah negara takkan lepas dari persoalan
tentang inflasi atau pengangguran. Disini pemerintah berperan penting dalam
mengatasi permasalahan ini dengan serangkaian kebijakan – fiskal atau moneter.
Kebijakan fiskal adalah strategi pemerintah
mengubah struktur dan jumlah pajak, serta pengeluaran dengan tujuan
mempengaruhi aktivitas ekonomi. Sementara itu, kebijakan moneter merupakan
strategi pemerintah dalam mempengaruhi peredaran uang di masyarakat.
3). Pengeluaran Menyeluruh (Agregat)
Pengeluaran menyeluruh (agregat) yang tidak
ideal bisa memicu masalah perekonomian. Ketika pengeluaran menyeluruh berada
dalam taraf yang ideal, maka inflasi bisa dikontrol dan kesempatan kerja lebih
baik.
Di atas kertas, ketiga tujuan di atas bisa dilakukan.
Namun bicara praktik, tujuan ini sulit diwujudkan.
C. Pemerintah Dalam Ekonomi
Makro
Pemerintah memegang peranan utama di dunia
ekonomi makro. Apa saja peranan pemerintah itu ? Sebelumnya, mari kita ketahui
terlebih dulu fungsi pemerintah dalam ekonomi makro.
- Fungsi stabilisasi, dalam menciptakan stabilitas ekonomi, politik, hukum, sosial, keamanan, dan pertahanan.
- Fungsi alokasi, dalam menyediakan jasa dan barang untuk umum yang masuk ke dalam infrastruktur – jalan raya, lampu jalanan, gedung sekolah, dll.
- Fungsi distribusi, dalam mewujudkan pemerataan pendapatan masyarakat di seluruh wilayah.
Sementara
itu, peranan pemerintah di dunia ekonomi makro adalah :
Kebijakan Fiskal
| Pemerintah bisa mengubah pendapatan serta pengeluaran negara sampai
mendapatkan stabilitas ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan banyak lapangan
pekerjaan.
- Kebijakan Moneter | Pemerintah memanfaatkan Bank Indonesia untuk mengatur peredaran uang di pasaran untuk mengendalikan perekonomian.
- Kebijakan Non-Fiskal dan Non-Moneter | Pemerintah bisa mengatur tuntutan kenaikan pendapatan para pekerja, mendorong pengusaha meningkatkan efisiensi produksi, mengelola infrastruktur, dan membuat peraturan-peraturan yang tujuannya untuk mengkondusifkan.
- Kebijakan Anggaran | Pemerintah bisa mengambil peran dalam kebijakannya menciptakan uang baru dan opsi melakukan pinjaman.
- Kebijakan Keuangan Internasional | Pemerintah berperan khusus yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi internasional. Caranya? Memberi subsidi di bidang industri tertentu dengan tujuan melindungi atau menekan harga jual, mengawasi kegiatan ekspor-impor dan mengatur barang untuk berada pada taraf stabil, mengadakan komoditas yang disetujui, membuka investasi asing, melaksanakan investasi asing. Semua kebijakan yang ditempuh ini bertujuan melindungi bahkan memajukan perekonomian dalam negeri.
- Kebijakan Perdagangan | Pemerintah bisa meningkatkan sekaligus menyempurnakan sistem perdagangan, yang bertujuan pada tumbuhnya ekonomi nasional.
- Kebijakan Penyederhanaan Debirokrasi | Pemerintah bisa memangkas birokrasi, khususnya untuk dunia bisnis supaya bisa menetapkan barang yang didapatkan dari hasil industri pertambangan, pertanian, dll. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan ekspor, menekan impor, dan menghasilkan investasi yang baru.
- Kebijakan Deregulasi | Pemerintah bisa melakukan upaya mengurangi peraturan yang menghambat peningkatan ekonomi nasional, dimana tujuannya menekan tinggi biaya ekonomi dan mengurangi ongkos produksi.
Kesimpulan dari
uraian di atas, ekonomi makro sangat dibutuhkan sebuah negara untuk
menganalisis perkembangan perekonomiannya. Apakah kebijakan yang diambil sudah
sesuai dengan jalur tujuan yang diinginkan atau belum ?
Jika belum nantinya bisa dibenahi dengan
mencari penyebab dan solusinya, sedang jika sudah maka bisa ditingkatkan lagi
atau tidak. Dengan mengetahui hal ini, maka diharapkan pemerintah bisa
mengambil kebijakan yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Model Perumbuhan
Ekonomi Dua Sektor
A. Perekonomian Dua Sektor
Perekonomian dua sektor adalah
perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan. Ini berarti
dalam perekonomian dimisalkan tidak terdapat kegiatan pemerintah maupun
perdagangan luar negeri.
B. Ciri-Ciri Aliran Pendapatan Dua Sektor :
- Sektor perusahaan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki rumah tangga. Faktor-faktor produksi tersebut memperoleh pendapatan berupa gaji dan upah, sewa, bunga dan untung
- Sebagian besar pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan
- Sisa pendapatan rumah tangga yang tidak digunakan untuk konsumsi akan ditabung dalam institusi-institusi keuangan
- Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan investasi akan meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh badan-badan keuangan dari sektor rumah tangga.
C. Hubungan Antara Konsumsi dan Pendapatan
Ciri-ciri hubungan konsumsi dan pendapatan:
- Pada pendapatan yang rendah, rumah tangga akan menutupnya dari tabungan / mengambil dari tabungan.
- Kenaikan pendapatan menaikkan pengeluaran
konsumsi
- Pada pendapatan yang tinggi, Rumah Tangga
menabung
D. Fungsi Konsumsi dan Tabungan
Fungsi Konsumsi adalah suatu kurva yang
menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat konsumsi rumah tangga dalam
perekonomian dengan pendapatan nasional (atau pendapatan disposibel)
perekonomian tersebut.
Fungsi Tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan
sifat hubungan diantara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan
pendapatan nasional (atau pendapatan disposibel) perekonomian tersebut.
E. Investasi
Investasi merupakan pengeluaran
perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa dalam perekonomian.
Penentu Tingkat Investasi
- Investasi, keuntungan, dan tingkat bunga
- Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
- Kemajuan teknologi
- Tingkat pendapatan nasional & perubahannya
- Keuntungan yang diperoleh
Penentu-Penentu Investasi yang Lain
- Ramalan Keadaan di masa datang
- Perubahan dan perkembangan teknologi
- Efek pertumbuhan pendapatan nasional
- Keuntungan perusahaan
Model – Model Pertumbuhan Ekonomi
Model-Model
Pertumbuhan Ekonomi
Sebagai seorang dosen ekonomi,
tentu kita tidak akan asing dengan nama-nama Adam Smith, Davis Ricardo, Arthur
Lewis, dan lain sebagainya. Kali ini saya mem-posting matei mengenai
model-model pertumbuhan ekonomi, dimana para ekonom klasik dan modern saling
mengemukakakn pendapat mereka mengenai model-model atau ukuran-ukuran bahwa
suatu negara dikatakan telah tumbuh. Materi ini biasanya akan muncul bagi
teman-teman yang berada pada jurusan Ilmu Ekonomi. Sayajuga menambahkan
foto-foto dari para ekonom tersebut, dengan tujuan agar kita sebagai seorang
mahasiswa/i ekonomi mengnal para ekonom sebelmnya, karena ada ungkapan tidak
kenal maka tidak sayang. Walaupun hanya foto, semoga kita semua juga dapat
memahami mengapa beliau-beliau menggunakan cara-cara tersebut dalam merumuskan
penemuannya. Indahnya berbagi.
1.
Model Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith
Sebagai peneliti
yang telah dikenal dalam perekonomian dunia, Adam Smith juga menaruh
perhatiannya terhadap pertumbuhan ekonomi dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of The Wealth of
Nations (1776), beliau mengemukakan tentang proses pertumbuhan
ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis. Agar inti dari proses
pertumbuhan ekonomi mudah dipahami, terdapat dua apek utama dalam pertumbuhan
ekonomi menurut Adam Smith, yaitu :
a. Pertumbuhan output total
Unsur pokok dari
sistem produksi suatu negara menurut Smith ada tiga yaitu :
- Sumberdaya alam yang tersedia (atau faktor
roduksi “tanah”). Menurut beliau, sumberdaya alam yang
tersedia merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu
masyarakat. Jumlah sumberdaya alam yang tersedia merupakan “batas maksimum”
bagi pertumbuhan suatu perekonomian. Maksudnya, jika sumberdaya ini belum
digunakan sepenuhnya, maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada yang
memegang peranan dalam pertumbuhan output tersebut akan berhenti jika semua
sumberdaya alam tersebut telah digunakan secara penuh.
- Sumberdaya insani (atau jumlah penduduk).
Unsur ini dikatakan memiliki peranan yang pasif dalam proses pertumbuhan
output. Maksudnya, jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan
tenaga kerja dari suatu masyarakat.
- Stok barang modal yang ada.
Stok modal, menurut Adam Smith, merupakan unsur produksi yang secara aktif
menentukan tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam proses pertumbuhan
output. Jumlah dan tingkat pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan
stok modal. Pengaruh stok modal terhadap tingkat output total bisa secara
langsung dan tak langsung. Pengaruh langsung ini maksudnya adalah karena
pertambahan modal (sebagai input) akan langsung meningkatkan output. Sedangkan
pengaruh tak langsung maksudnya adalah peningkatan produktivitas per kapita
yang dimungkinkan oleh karena adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang
lebih tinggi. Semakin besar stok modal, menurut Smith, semakin besar
kemungkinan dilakukannya spesialisasi dan pembagian kerja yang pada gilirannya
akan meningkatkan produktivitas per kapita.
b. Pertumbuhan Penduduk
Menurut Adam
Smith, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih
tinggi dari tingkat upah subsistem yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk
hidup. Jika tingkat upah diatas tingkat subsisten maka orang-orang akan kawin
pada umur muda, tingkat kematian menurun, dan jumlah kelahiran meningkat.
Sebaliknya, jika tingkat upah yang berlaku lebih rendah dari tingkat upah
subsisten, maka jumlah penduduk akan menurun.
Tingkat upah yang
berlaku, menurut Smith, ditentukan oleh tarik menarik antara kekuatan
permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah yang tinggi akan meningkat
jika permintaan akan tenaga kerja (DL) tumbuh lebih cepat daripada penawaran
tenaga kerja (SL). Sementara itu permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh
stok modal dan tingkat output masyarakat. Oleh karena itu, laju pertumbuhan
permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal
(akumulasi modal) dan laju pertumbuhan output.
Namun demikian,
ada beberapa kritik terhadap teori Adam Smith, yaitu :
- Pembagian
Kelas Dalam Masyarakat.
Teori Smith ini didasarkan pada lingkungan sosial ekonomi yang berlaku di
Inggris dan beberapa negara Eropa. Teori ini mengasumsikan adanya pembagian
masyarakat secara tegas yaitu antara golongan kapitalis (termasuk tuan tanah)
dan para buruh. Padahal dalam kenyataannya, seringkali kelas menengah mempunyai
peran yang sagat penting dalam masyarakat modern. Dengan kata lain, teori Smith
mengabaikan peran kelas menengah dalam mendorong pembangunan ekonomi.
- Alasan
menabung. Menurut Smith, orang yang dapat menabung
adalah para kapitalis, tuan tanah, dan lintah darat. Namun ini adalah alasan
yang tidak adil, sebab tidak terpikir olehnya bahwa sumber utama tabungan di
dalam masyarakat yang maju adalah para penerima pendapatan dan bukan kapitalis
serta tuan tanah.
- Asumsi
persaingan sempurna.
Asumsi utama teori Smith, adalah persaingan sempurna. Kebijakan pasar bebas
dari persaingan sempurna ini tidak ditemukan di dalam perekonomian manapun.
Sejumlah kendala atau batasan malahan dikenakan pada sektor perorangan
(misalnya larangan monopoli) dan perdagangan internasional (misalnya adanya
proteksi) pada setiap negara di dunia.
- Pengabaian
peranan entrepreneur. Smith agak mengabaikan peranan
entrepreneur dalam pembangunan. Padahal para entrepreneur ini mempunyai peranan
yang sentral dalam pembangunan. Mereka inilah yang menciptakan inovasi dan pada
akhirnya menghasilkan akumulasi modal.
- Asumsi
Stasioner.
Menurut Smith, hasil akhir suatu perekonomian kapitalis adalah keadaan stasioner.
Ini berarti bahwa perubahan hanya terjadi di sekitar titik keseimbangan
tersebut. Padahal dalam kenyataannya proses pembangunan itu sering kali terjadi
teratur dan tidak seragam. Jadi, asumsi ini tidak realistis.
2. Model Pertumbuhan Ekonomi David
Ricardo
Garis besar
proses pertumbuhan dan kesimpulan-kesimpulan dari Ricardo tidak jauh berbeda
dengan teori Adam Smith. Tema dari proses pertumbuhan ekonomi masih pada
perpacuan antara laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Selain
itu Ricardo juga menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumberdaya
alam) tidak bisa bertambah, sehingga akhirnya menjadi faktor pembatas dalam
proses pertumbuhan suatu masyarakat.
Teori Ricardo ini
diungkapkan pertama kali dalam The Principles of Political
Economy and Taxation yang diterbitkan pada tahun 1917. Sebelum
membicarakan aspek-aspek pertumbuhan dari Ricardo terlebih dahulu kita coba
untuk mengenali ciri-ciri perekonomian Ricardo sebagai berikut :
- Jumlah tanah terbatas
- Tenaga kerja (penduduk) meningkat atau menurun tergantung pada apakah tingkat upah diatas atau dibawah tingkat upah minimal (tingkat upah alamiah = natural wage)
- Akumulasi modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik modal berada diatas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik mereka melakukan investasi.
- Kemajuan teknologi sepanjang waktu
- Sektor pertanian dominan.
Dengan
terbatasnya luas tanah maka pertumbuhan penduduk (tenaga kerja) akan menurunkan
produk marjinal (marginal product) yang kita kenal dengan istilah The law of
diminishing returns. Selama buruh yang dipekerjakan pada tanah tersebut
bisa menerima tingkat upah diatas tingkat upah alamiah, maka penduduk (tenaga
kerja) akan terus bertambah, dan hal ini akan menurunkan lagi produk marjinal
tenaga kerja dan pada gilirannya akan menekankan tingkat upah ke bawah.
Proses yang
dijelaskan diatas akan berhenti jika tingkat upah turun sampai tingkat upah
alamiah. Jika tingkat upah turun sampai tingkat upah alamiah, maka jumlah
penduduk (tenaga kerja) menurun. Dan tingkat upah akan naik lagi sampai tingkat
upah alamiah. Pada posisi ini jumlah penduduk konstan. Jadi, dari segi faktor
produksi tanah dan tenaga kerja, ada suatu kekuatan dinamis yang selalu menarik
perekonomian kearah tingkat upah minimum, yaitu bekerjanya the law of
diminishing returns.
Menurut Ricardo,
peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi adalah cenderung meningkatkan
produktivitas tenaga kerja, artinya, bisa memperlambat bekerjanya the law of
diminishing returns, yang pada gilirannya akan memperlambat pula penurunan
tingkat hidup ke arah tingkat hidup minimal. Inilah inti dari proses
pertumbuhan ekonomi (kapitalis) menurut Ricardo. Proses ini tidak lain adalah
proses tarik-menarik antara dua kekuatan dinamis yaitu antara the law of
diminishing returns dan kemajuan teknologi.
Sayangnya, proses
tarik-menarik tersebut akhirnya dimenangkan oleh the law of diminishing
returns, demikian Ricardo. Keterbatasan faktor produksi tanah (sumber daya
alam) akan membatasi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Suatu negara hanya bisa
tumbuh sampai batas yang dimungkinkan oleh sumber daya alam.
Apabila semua
potensi sumberdaya alam telah dieksploitir secara penuh maka perekonomian
berhenti tumbuh. Masyarakat mencapai posisi stasionernya, dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
- Tingkat output konstan
- Jumlah penduduk konstan
- Pendapatan per kapita juga menjadi konstan
- Tingkat upah pada tingkat upah alamiah (minimal)
- Tingkat keuntungan pada tingkat yang minimal
- Akumulasi modal berhenti (stok modal konstan)
- Tingkat sewa tanah yang maksimal
Namun, adapun
kritik terhadap teori Ricardo, antara lain :
- Pengabaian pengaruh kemajuan teknologi.
Ricardo menjelaskan bahwa kemajuan teknologi di sektor industri akan
mengakibatkan penggantian tenaga kerja. Pada awalnya kemajuan teknologi
tersebut dapat menahan laju berlakunya the law of diminishing returns, tetapi
akhirnya pengaruh kemajuan teknologi tersebut habis dan perekonomian menuju ke
arah stasioner. Kenyataannya kenaikan produksi pertanian yang sangat pesat di
negara-negara maju telah membuktikan bahwa Ricardo kurang memperhatikan potensi
kemajuan teknologi dalam menahan laju berlakunya the law of diminishing returns
dari faktor produksi tanah.
- Pengertian yang salah tentang keadaan stasioner.
Pandangan Ricardo bahwa negara akan mencapai keadaan stasioner secara otomatis
adalah tidak beralasan, karena tidak ada perekonomian yang mencapai keadaan
stasioner dengan laba yang meningkat, produksi yang meningkat, dan akumulasi
modal yang terjadi.
- Pengabaian faktor-faktor kelembagaan.
Salah satu kelemahan pokok dari teori Ricardo ini adalah pengabaian peranan
faktor-faktor kelembagaan. Faktor ini diasumsikan secara tertentu, meskipun
demikian, faktor tersebut penting sekali dalam pembangunan ekonomi dan tidak
dapat diabaikan.
- Teori Ricardo bukan teori pertumbuhan.
Menurut Schumpeter, teori Ricardo bukanlah teori pertumbuhan ekonomi, tetapi
teori distribusi yang menentukan besarnya pangsa tenaga kerja, tuan tanah, dan
pemilik modal. Bahkan dia menganggap bahwa pangsa untuk tanah adalah sangat
utama, dan sisanya sebagai pangsa tenaga kerja dan modal. Ricardo gagal
menunjukkan teori distribusi fungsional karena ia tidak menentukan pangsa dari
masing-masing faktor produksi secara terpisah.
- Pengabaian suku bunga.
Kelemahan lain dari teori Ricardo ini adalah pengabaian suku bunga dalam
pertumbuhan ekonomi. Dia menganggap bahwa suku bunga sebagai imbalan jasa yang
terpisah dari modal tetapi termasuk dalam laba. Pendapat yang salah ini berasal
dari ketidakmampuannya untuk membedakan pemilik modal dari pengusaha
(entrepreneur).
3. Model Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik
Lewis
Dalam model Lewis
pertumbuhan ekonomi terjadi karena membesarnya sektor industri yang terus
mengumpulkan kapital berdampingan dengan sektor pertanian subsisten yang hampir
tidak mengumpulkan kapital sama sekali. Sumber pengumpulan kapital di sektor
industri modern adalah keuntungan dari upah yang rendah sedangkan upah rendah
ini berasal dari suplai surplus tenaga kerja di sektor pertanian yang terbatas.
Para kapitalis di
perkotaan mendapatkan tenaga kerjanya dengan menarik para pekerja dari sektor
pertanian yang bermigrasi ke daerah perkotaan.
Migrasi ini
disebabkan upah di perkotaan yang lebih besar daripad upah pertanian di
pedesaan. Sir W. Arthur Lewis mengembangkan hal tersebut dalam menjelaskan
perpindahan tenaga kerja dari pertanian ke industri di negara-negara industri
baru. Kontras dengan para penulis ekonomi sejak awal tahun 1970-an yang telah
memperhatiak urbanisasi yang berlebihan, Lewis, menulis pada tahun 1954,
memperhatikan tentang kemungkinan kelangkaan tenaga kerja di sektor industri
yang sedang berekspansi.
Lewis percaya,
adanya produktivitas marginal tenaga kerja yang bernilai nol di sektor
pertanian subsisten, sektor yang hampir tidak menggunakan kapital dan kemajuan
teknologi. Signifikasi dari model Lewis adalah bahwa pertumbuhan terjadi
sebagai hasil dari perubahan struktural. Sebuah perekonomian yang terdiri,
utamanya, dari sektor pertanian yang subsisten (yang tidak melakukan tabungan)
ditransformasi ke sektor kapitalis modern (yang melakukan kegiatan menabung).
Dengan tumbuhnya sektor kapitalis (relatif terhadap sektor pertanian), rasio
keuntungan dan surplus yang lain terhadap pendapatan nasional akan tumbuh.
Sayangnya, teori
pertumbuhan ekonomi Lewis ini mendapat beberapa kritikan, terutama pada dasar
teoritis dari model Lewis, yaitu asumsi atas adanya suplai tenaga kerja yang
tak terbatas. Para pengkritik tersebut mengajukan kemungkinan bahwa tingkat
upah kapitalis bisa saja meningkat sebelum semua surplus tenaga kerja di sektor
pertanian berhasil diserap. Sebabnya adalah :
- Dengan berpindahnya para pekerja dengan produktivitas marginal nol dari sektor pertanian yang subsisten, para pekerja yang tetap tinggal di sektor pertanian kemudian akan membagi output (yang konstan jumlahnya) yang ada di antara penduduk yang tinggal sedikit, sehingga output pertanian per kepala menjadi semakin besar dan menyebabkan tingkat hidup mereka naik. Dengan naiknya tingkat hidup mereka, maka tingkat upah juga menjadi lebih tinggi. Maka kemudian sektor industri di perkotaan ingin menarik tenaga kerja dari sektor pertanian ini, mereka harus menaikkan upah yang ditawarkannya.
- Semakin banyak tenaga kerja yang berpindah ke sektor industri, permintaan terhadap makanan menjadi semakin tinggi, dan ini akan meningkatkan harga bahan makanan. Maka sektor industri harus menaikkan upah untuk menghadapi peningkatan harga bahan makanan ini.
Maka dari itu,
Lewis dianggap berlebihan jika menduga bahwa ketersediaan tenaga kerja migrasi
dari pedesaan yang murah bisa menstimulasi pertumbuhan industri.
4. Model Pertumbuhan Ekonomi
Harrord-Domar
Model
pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar dibangun berdasarkan pengalaman Negara maju.
Harrod-Domar memberikan peranan kunci kepada investasi di dalam proses
pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak ganda yg dimiliki investasi.
Pertama ia menciptakan pendapatan dan kedua ia memperbesar kapasitas produksi
perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Yang pertama dapat disebut
sebagai “dampak permintaan” dan yang kedua “dampak penawaran” investasi. Model
yang dibuat oleh Harrod dan Domar didasarkan pada asumsi sebagai berikut :
- Ada ekuilibrium awal pendapatan dalam keadaan pekerjaan penuh.
- Tidak ada campur tangan pemerintah.
- Model ini bekerja pada perekonomian tertutup tanpa perdagangan luar negeri.
- Tidak ada kesulitan didalam penyesuaian antara investasi dan penciptaan kapasitas produktif.
- Kecenderungan menabung rata-rata sama dengan kecenderungan menabung marginal.
- Kecenderungan menabung marginal tetap konstan.
- Koefisien modal, yaitu rasio stok modal terhadap pendapatan, diasumsikan tetap (fixed).
- Tidak ada penyusutan barang modal yang diasumsikan memiliki daya pakai seumur hidup.
- Tabungan dan investasi berkaitan dengan pendapatan tahun yang sama.
- Tingkat harga umum konstan, yaitu upah uang sama dengan pendapatan nyata.
- Tidak ada perubahan tingkat sukubunga.
- Ada proporsi yang tetap antara modal dan buruh dalam proses produksi.
- Modal tetap dan modal lancar disatukan menjadi modal.
Didalam perekonomian itu hanya terdapat satu jenis produk. Kesemua asumsi ini tidak penting bagi kesimpulan akhir permasalahannya, namun dimaksudkan untuk menyederhanakan analisanya.
a. Model
Domar
Domar membangun modelnya disekitar pertanyaan berikut: karena investasi disatu pihak menghasilkan pendapatan dan dipihak lain menaikkan kapasitas produktif, maka pada laju berapakah investasi harus meningkat agar kenaikan pendapatan sama dengan kenaikan didalam kapasitas produktif, sehingga pekerjaan penuh dapat dipertahankan ?
Ia menjawab
pertanyaan ini dengan mempererat kaitan antara penawaran agragat dengan
permintaan agregat melalui investasi.
b. Model
Harrod
Prof. R.F. Harrod
mencoba menunjukkan dalam modelnya bagaimana pertumbuhan mantap (yaitu
ekuilibrium) dapat terjadi dalam perekonomian. Sekali laju pertumbuhan mantap
itu terganggu dan perekonomian jatuh ke dalam dis-ekuilibrium,
kekuatan-kekuatan kumulatif cenderung mengabaikan perbedaan tersebutyang
selanjutnya akan membawanya ke deflasi jangka panjang atau inflasi jangka
panjang.
Model Harrod
didasarkan pada 3 macam laju pertumbuhan. Pertama, laju pertumbuhan actual,
dinyatakan dengan G, yang ditentukan oleh rasio tabungan dan rasio
modal-output. Laju ini menunjukkan variasi siklis jangka pendek dalam laju
pertumbuhan. Kedua, laju pertumbuhan terjamin, yang dinyatakan dengan GW, yang
merupakan laju pertumbhuhan pendapatan kapasitas penuh suatu perekonomian.
Terakhir, laju pertumbuhan alamiah (natural growth rate), dinyatakan dengan Gn,
yang oleh Harrod dianggap sebagai “optimum kesejahteraan”. Ia dapat juga
disebut sebagai laju pertumbuhan potensial atau laju pertumbuhan pekerjaan
penuh.
Namun demikian
ada beberapa perbedaan penting dalam kedua model tersebut :
- Domar menganggap investasi memegang peranan kunci didalam proses pertumbuhan dan memberikan tekanan pada cirri gandanya. Tetapi Harrod menganggap tingkat pendapatan sebagai faktor paling penting didalam proses pertumbuhan tersebut. Sementara menjalin hubungan antara penawaran dan permintaan investasi, Harrod, di pihak lain, menyamakan permintaan dan penawaran tabungan.
- Model Domar hanya didasarkan pada satu laju pertumbuhan. Tetapi Harrod menggunakan tiga laju pertumbuhan yang berbeda-beda: laju actual (G), laju terjamin (Gw) dan laju natural (Gn).
- Domar mempergunakan kebalikan dari rasio modal-output marginal, sedang Harrod menggunakan rasio modal-output marginal.
- Domar menggunakan-multiplikator (pengali) tetapi Harrod menggunakan akselerator (pemacu) yang dalam hal ini tidak dibicarakan oleh Domar.
- Identitas formal dari persamaan Gw dalam Harrod dari persamaan Domar dipertahankan oleh asumsi Domar bahwa . Tetapi Harrod tidak membuat asumsi seperti itu.
- Bagi Harrod siklus bisnis merupakan bagian integral lintasan pembangunan dan bagi Domar tidak demikian halnya tetapi diakomodasikan didalam modelnya dengan membiarkan produktivitas rata-rata investasi berfluktuasi.
- Sementara Domar menunjukkan hubungan teknologis antara akumulasi modal dan pertumbuhan kapasitas penuh dalam output berikutnya, Harrod sebagai tambahan memperlihatkan hubungan perilaku antara kenaikan permintaan dengan output saat ini disatu pihak dan dengan akumulasi modal dipihak lain.
Sebagian dari
kesimpulan yang dapat ditarik tergantung pada asumsi-asumsi pokok yang dibuat
Harrod dan Domar, yang menyebabkan model-model ini menjadi tidak realistik.
- Kecenderungan menabung dan rasio modal-output adalah tidak konstan. Kecenderungan untuk menabung dan rasio modal-output diasumsikan konstan. Keduanya mungkin berubah dalam jangka panjang, dan berarti memodifikasikan persyarat-persyarat pertumbuhan mantap. Laju pertumbuhan mantap, bahkan dapatdipertahankan tanpa asumsi ini. Sebagaimana ditulis Domar sendiri, “Asumsi ini tidak begitu perlu dan keseluruhan persoalan dapat dengan mudah dikerjakan kembali.”
- Buruh dan modal tak dapat dipergunakan dalam proporsi tetap. Asumsi bahwa buruh dan modal dipergunakan dalam proporsi yang tetap tidaklah dapat dipertahankan. Pada umumnya buruh dapat menggantikan modal dan perekonomian dapat bergerak lebih mulus kearah lintasan pertumbuhan mantap.
- Harga tidak akan tetap konstan. Kedua model tersebut juga luput mempertimbangkan perubahan-perubahan dalam tingkat harga pada umumnya. Perubahan harga selalu terjadi disetiap waktu dan sebaliknya dapat menstabilkan situasi yang tidak stabil.
- Tingkat sukubunga berubah. Asumsi bahwa tidak ada perubahan dalam tingkat sukubunga tidaklah relevan dengan analisa yang bersangkutan. Tingkat sukubunga dapat berubah dan mempengaruhi investasi.
- Program pemerintah tak dapat diabaikan. Model-model Harrod dan Domar mengabaikan pengaruh program pemerintah pada pertumbuhan ekonomi.
- Perilaku wiraswasta tak dapat diabaikan. Modem ini juga mengabaikan perilaku wiraswasta yang sebenarnya menentukan laju pertumbuhan terjamin tersebut dalam perekonomian.
- Kegagalan membedakan barang modal dengan barang konsumen. Model Harrod –Domar dikritik karena kegagalan menarik perbedaan antara barang modal dan barang konsumsi.
- Menurut Profesor Rose, sumber utama ketidakstabilan dalam system Harrod terletak pada akibat akses permintaan atau penawaran dalam keputusan produksi dan tidak pada akibat langkanya modal atau berlebihnya keputusan investasi.
5. Model Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik
Solow-Swan
Dalam model pertumbuhan
ini yang menjadi perintis adalah Robert Solow dan Trevor Swan. Menurut teori
ini, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan penyediaan faktor-faktor
produksi dan tingkat kemajuan teknologi. Berdasarkan penelitiannya, Solow
(1957) mengatakan bahwa peran dari kemajuan teknologi di dalam pertumbuhan
ekonomi sangat tinggi.
Pandangan teori
ini didasarkan kepada angapan yang mendasari analisis klasik, yaitu
perekonomian akan tetap mengalami tingkat pengerjaan penuh (full employment)dan
kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu.
Dengan kata lain, sampai dimana perekonomian akan berkembang tergantung pada
pertambahan penduduk, akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi.
Selanjutnya,
menurut teori ini, rasio modal-output (capital-output ratio = cor) bisa berubah
(bersifat dinamis). Dengan kata lain, untuk mencipakan sejumlah output tertentu
bisa digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga kerja yang
jumlahnya berbeda-beda pula sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika lebih banyak
modal yang digunakan lebih sedikit, maka lebih banyak tenaga kerja yang
digunakan. Begitu pula sebaliknya. Dengan adanya “keluwesan” (fleksibelitas)
ini suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tak terbatas dalam menentukan kombinasi
modal dan tenaga kerja yang akan digunakan untuk menghasilkan tingkat output
tertentu. Solow membangun modelnya disekitar asumsi
berikut :
- Ada satu komoditi gabungan yang diproduksi.
- Yang dimaksud output netto, yaitu sesudah dikurangi biaya penyusutan modal.
- Return to scale bersifat konstan. Dengan kata lain, fungsi produk adalah homogen pada derajat pertama.
- Dua faktor produksi buruh dan modal, dibayar sesuai dengan produktivitas fisik marginal mereka.
- Harga dan upah fleksibel.
- Buruh terpekerjakan secara penuh.
- Stok modal yang ada juga terpekerjakan secara penuh.
- Buruh dan modal dapat disubtitusikan satu sama lain.
- Kemajuan teknik bersifat netral.
Dengan asumsi
tersebut, Solow menunjukkan dalam modelnya bahwa dengan koefisien teknik
bersifat variable, rasio modal-buruh akan cenderung menyesuaikan dirinya, dalam
perjalanan waktu, kearah rasio keseimbangan.
Solow adalah
seorang perintis dalam membangun suatu model neo-klasik dengan menggunakan
ciri-ciri utama model Harrod Domar seperti modal homogen, fungsi tabungan
proporsional yang terkenal sebagai fungsi produksi neo-klasik, di dalam
menelaah proses pertumbuhan. Asumsi tentang dapat dipertukarkannya buruh dan
modal member kemungkinan kepada proses pertumbuhan untuk menyesuaikan diri dan
memberikan suatu suasana realisme. Tidak seperti model Harrod-Domar, ia
menunjukkan apa yang disebut arah pertumbuhan keadaan mantap. Tak kalah
pentingnya, situasi pertumbuhan jangka panjang ditentukan oleh perluasan tenaga
buruh dan kemajuan teknikal yang semakin meluas. Jadi, professor Solow berhasil
menyingkirkan semua kesulitan dan kekakuan yang dihadapi analisa pendapatan
aliran Keynesian modern.
Lepas dari
penegasan Solow ini, modelnya mengandung kelemahan pada beberapa hal,
sebagaimana ditunjukkan oleh Profesor Sen:
- Model Solow hanya membicarakan masalah keseimbangan antara Gw dan Gn yang diajukan Harrod, dan mengabaikan masalah keseimbangan antara G dan Gw.
- Didalam model Solow tidak terdapat fungsi investasi dan sekali fungsi ini dimasukkan masalah ketidakstabilan yang muncul pada model Harrod akan muncul juga dalam model Solow itu.
- Model Solow tersebut didasarkan pada asumsi tentang kemajuan teknis yang memperbesar buruh. Akan tetapi justru sifat khusus kemajuan teknik yang menurut Harrod bersifat netral.
- Solow mengansumsikan fleksibilitas harga factor yang mungkin mempersulit perjalanan menuju pertumbuhan mantap.
- Model Solow tersebut didasarkan pada asumsi tidak realistis tentang modal yang homogeny dan dapat diubah-ubah.
- Solow merupakan kemajuan teknologi sebagai faktor penentu dan menganggap hal itu sebagai faktor eksogen didalam proses pertumbuhn. Ia dengan demikian tidak memperdulikan soal merangsang kemajuan teknologi melalui proses belajar, investasi dalam penelitian, dan akumulasi modal.
Teori pertumbuhan
Neo Klasik ini mempunyai banyak variasi, tetapi pada umumnya mereka didasarkan
kepada fungsi produksi yang telah dikembangkan oleh Charles Cobb dan Paul
Douglas.
Model Pertumbuhan ‘Baru’ Untuk
Indonesia
Untuk mengisi loop hole
yang ada, paradigma pembangunan Jokowi yang ditawarkan pada periode kedua bisa
dikatakan masih berakar ke mazhab ekonomi klasik, sebuah model pertumbuhan
endogen tetapi sudah mengikuti model pengembangannya, yaitu model pertumbuhan
baru (new growth model).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah cukup lama terlalu
memanfaatkan boom komoditas yang bersifat jangka pendek.
Alhasil, penciptaan teknologi yang menjadi jaminan pertumbuhan jangka panjang
tertinggal. Pertumbuhan jangka pendek yang selama ini dinikmati mengorbankan
jaminan pertumbuhan jangka panjang tersebut.
Tidak terelakan, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini
stagnan pada sekitaran 5 persen, jauh dari target pemerintah pada 7 persen.
Untuk sebuah perekonomian yang mengalami permasalahan ini, dari kaca mata ilmu
ekonomi, arah kebijakan berlandaskan hipotesis supply-leading bisa
dijadikan jawaban sebagai salah satu solusi unggulan.
Adapun pembangunan Jokowi pertama sebenarnya telah mengikuti
mazhab ekonomi neoklasik ini. Infrastruktur sebagai modal fisik, menurut
seminal work Auscher (1989) memiliki dampak positif terhadap pembangunan
ekonomi, karena membuka akses ke sumber pertumbuhan lainnya yang tidak efektif
dan efisien bila dilakukan oleh pihak swasta.
Misalnya saja proyek bisnis yang sebelumnya tidak menguntungkan
karena ada fixed cost yang besar untuk membangun
infrastruktur, baik untuk distribusi atau pengantaran barang input-output menjadi feasible.
Bersandar pada hipotesa ini saja tidaklah cukup.
Untuk mengisi loop hole yang ada, paradigma pembangunan Jokowi
yang ditawarkan pada periode kedua bisa dikatakan masih berakar ke mazhab
ekonomi klasik, sebuah model pertumbuhan endogen tetapi sudah mengikuti model
pengembangannya, yaitu model pertumbuhan baru (new growth model).
Secara eksplisit model Romer (1996) mengatakan dalam sebuah
perekonomian investasi tidak hanya dilakukan untuk modal fisik tetapi juga
modal manusia yang diakumulasi melalui pendidikan, pelatihan, hingga alokasi
dana untuk penelitian dan pengembangan. Esensinya, modal fisik bertumbuh bila
dilakukan investasi tambahan. Adapun pengetahuan bisa bertumbuh indefinitely.
Masalahnya, model-model pertumbuhan ini mensyaratkan sebuah negara
memiliki tingkat tabungan (dana) yang cukup guna mendanai akumulasi (investasi)
modal fisik dan manusia tersebut, baik untuk memproduksi barang dan jasa atau
teknologi.
Adapun Indonesia saat ini mempunyai masalah saving
investment gap yang cukup
akut. Menggunakan persamaan identitas produk domestik bruto (PDB) pendekatan
pengeluaran, diketahui bahwa tabungan Gap S-I hanya bisa positif apabila net
export (ekspor–impor, barang, dan jasa) juga positif. Padahal mengacu ke data
Bank Indonesia, neraca transaksi berjalan telah defisit sejak 2012. Artinya
ekspor neto Indonesia saat ini adalah negatif.
Secara agregat Indonesia kekurangan dana untuk investasi. Defisit
Indonesia dari neraca transaksi berjalan berkisar pada 2 persen-4 persen dari
PDB. Untuk mendanai kegiatan akumulasi modal, Indonesia harus mencari
‘tabungan’ dari luar, bisa berbentuk utang, investasi portofolio ke surat utang
dan ekuitas maupun penanaman modal langsung (FDI).
Indonesia, sayangnya, terlalu mengandalkan aliran dana dari sumber
kedua, yaitu investasi portofolio yang bersifat fluktuatif. Arus masuk FDI,
walaupun realisasi dalam dua kuartal terakhir meningkat, hanya sekitar 1 persen
dari PDB. Alhasil, ketergantungan Indonesia terhadap pendanaan fluktuatif
berkisar 1 persen-3 persen dari PDB.
Jadi, ada alasan kuat untuk lebih menyambut FDI. FDI bisa menjadi
solusi penyeimbang masalah dinamika jangka panjang dan jangka pendek ini.
Selain berguna dalam kacamata neraca pembayaran (manfaat short run), FDI juga
bermanfaat dalam kacamata model pertumbuhan baru yang telah disinggung di atas
(manfaat long run).
Menurut Das (2010), FDI berguna menjadi sumber teknologi serta
pengetahuan bagi sebuah perekonomian. FDI kemudian akan memberikan kesempatan
penciptaan produktivitas yang lebih tinggi lagi untuk perusahaan domestik.
Disebut sebagai efek spillover.
Akan tetapi, model pertumbuhan baru menunjukkan bahwa efek spillover dari
FDI sangat bergantung kepada endowment dari sebuah negara tersebut. Borensztein
et. al (1998) menekankan bahwa FDI memiliki teknologi dan pengetahuan baru
untuk sebuah negara tuan rumah. Namun, kemampuan menyerap teknologi baru FDI
tersebut sangat mengandalkan modal manusia negara tuan rumah.
SDM Jadi Kunci
Bila tidak ada modal manusia yang cukup, transfer teknologi tidak
bisa. Perlu dilakukan pelatihan tambahan misalnya, yang menyebabkan biaya
transfer teknologi meningkat. Sebaliknya, bila modal manusia sebuah negara
sudah tinggi maka biaya transfer teknologi turun. Biaya yang turun akan
meningkatkan profitabilitas dari sebuah usaha. Alhasil, FDI akan semakin deras
masuk.
Alhasil, fokus pemerintah di mana investasi manusia menjadi kunci
dirasa tepat. Menyadari modal manusia Indonesia yang masih tertinggal,
pemerintah memberikan insentif pengurangan pajak penghasilan super (60 persen
sampai dengan 200 persen) untuk perusahaan yang melakukan kegiatan vokasi (dan
juga riset dan pengembangan), sehingga mampu meningkatkan modal manusia
sekaligus mengurangi biaya transfer teknologi perusahaan.
Walaupun fokus ke sumber daya manusia sudah tepat tapi baiknya
jangan mengulangi kesalahan: ada loop hole yang baru dijadikan sasaran
pembangunan setelah bertahun-tahun. Banyak pengembangan dari model pertumbuhan
endogen yang bisa dijadikan acuan untuk memaksimalkan efek spillover dan atau
untuk lebih menarik FDI. Salah satunya Balasubramanyam et. al (1996) yang
mensyaratkan keterbukaan perdagangan.
Ada juga Hermes dan Lensink (2003) yang menujukan pentingnya
pendalaman sektor keuangan. Mengutip World Bank (2019), insentif pajak atau
pelonggaran moneter saja tidaklah cukup. Reformasi yang tegaslah yang dapat
mengatasi masalah Indonesia saat ini.
REFERENSI :
Mankiw, N.G. (2007), Macroeconomics,
6th edition, Worth Publishers.
Rahardja, Pratama dan
Mandala Manurung (2008), Teori Ekonomi Makro: Suatu Pengantar, edisi
keempat, Buku Seri Teori Ekonomi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Boediono (2001), Ekonomi
Makro, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2, edisi 4, BPFE
Yogyakarta.
Soediyono (2000), Ekonomi
Makro: Analisis IS-LM dan Permintaan-Penawaran Agregat, edisi Millenium,
Penerbit Liberty Yogyakarta.
SUMBER LAIN :
http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-konsep-dan-model-ekonomi-makro-lengkap/
https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_makro
http://ekonominator.blogspot.co.id/search?q=Pasar+Sempurna
http://ipinarifin57.blogspot.com/2013/07/indikator-indikator-penting-ekonomi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar