Data Ekonomi Makro, Variabel dan Indikator Ekonomi Makro
Dengan
memperhitungkan seluruh dinamika yang ada dan tantangan yang dihadapi dalam perekonomian
domestik dan global, Pemerintah Indonesia menetapkan asumsi dasar ekonomi makro
yang ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian terkini serta
memperhatikan proyeksi perekonomian mendatang sehingga diharapkan akan lebih
realistis dan kredibel. Demikian disampaikan Presiden Jokowi saat menyampaikan
Keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2017 beserta Nota Keuangannya, di
depan Rapat Paripurna DPR-RI, di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD-RI, Jakarta,
Selasa (16/8).
Meskipun ekonomi
makro merupakan bidang kajian ata pembelajaran yang luas, ada dua bidang
penelitian yang mencirikan disiplin ini, kegiatan untuk mempelajari penyebab
dan efek dari fluktuasi jangka pendek penerimaan negara (siklus bisnis), dan
kegiatan untuk mempelajari faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi jangka
panjang (meningkatkan pendapatan Nasional). Model ekonomi makro yang ada dan
ada prediksi yang jamak digunakan oleh pemerintah dan perusahaan-perusahaan
besar untuk membantu dalam pengembangan dan evaluasi kebijakan ekonomi dan
strategi bisnis.
A. Indikator – Indikator
Penting Dalam Ekonomi Makro
Ekonomi makro adalah ekonomi yang menganalisa semua masalah dalam satu system ekonomi. Analisa ini lebih bersifat umum, ekonomi ini sangat mempengaruhi masyarakat, perusahaan dan pasar.
Pembahasan
tentang ekonomi makro adalah :
- Faktor yang menentukan kegiatan system ekonomi
- Pertumbuhan ekonomi yang rendah
- Inflasi dan penggangguran tinggi
Dalam masalah di
Negara pembahasan yang sangat serius adalah pertumbuhan ekonomi, defisit
anggaran Negara, tingginya angka kemiskinan, penggangguran dan insflasi,
rendahnya nilai kurs rupiah serta krisis energy, juga ketimpangan neraca
perdagangan dan neraca pembayaran. Pemerintah harus lebih fokus terhadap masalah
ini yang berpengaruh terhadap perkembangan Negara.
Ini adalah
permasalahan ekonomi nasional :
- Rendahnya pertumbuhan ekonomi
- Kemiskinan dan pengangguran
- Inflasi dan rendahnya kurs rupiah
- Defisit APBN
- Krisis energi
Indikator yang
mewakili ekonomi makro :
- Pengumuman suku bunga
- Produk Domestik Bruto (PDB)
- Indeks Harga Konsumen
- Indikator Ketenagakerjaan
- Penjualan Eceraan
- Neraca Pembayaran
- Kebijakan Fiskal dan Moneter Pemerintah
Kebijakan-kebijakan
pemerintah menangani permasalahan ekonomi nasional
- Meningkatkan investasi dalam negeri
- Program pengentasan kemiskinan
- Pelaksanaan pembangunan proyek padat karya
- Menciptakan stabilitas nasional
- Mengurangi laju inflasi
- Perbaikan anggaran negara
- Meningkatkan pendapatan pemerintah, seperti pajak dan ekspor
B. Dampak Inflasi dan Penggangguran Terhadap Perekonomian
Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka pertumbuhan positif dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yangsecara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun masalah inflasi tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli darimasyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung kepada upah riil.Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi dengan kenaikan upah riil. Masalah ketiga adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi. Masalah pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi dinegara-negara berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju. Namun masalah pengangguran di negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di negara-negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan bukannya karena faktor kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara tersebut.
1. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Dalam ilmu
ekonomi, Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi,
sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan
kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat
harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan
inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap
terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga.
b. Penyebab terjadinya inflasi
Inflasi dapat
disebabkan oleh dua hal, pertama yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi
dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga
termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari
peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab
kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam
hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal
(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan
infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi tarikan
permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total
yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar
sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat
harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan
permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan
terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap
faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi,
inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya
lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan.
Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang
utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang,
kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di
sektor industri keuangan.
Inflasi desakan
biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi
dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara
umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya
ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia
dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya
hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai
keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala
distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat
berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik,
perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk
menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu
kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama
dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur
memainkan peranan yang sangat penting.
c. Penggolongan
Berdasarkan
asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari
dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari
dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang
dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga
bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah
inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa
terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan
tarif impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Berdasarkan
keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
- Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
- Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
- Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
- Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)
d. Mengukur inflasi
Inflasi diukur
dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga.
Indeks harga tersebut di antaranya :
- Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
- Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
- Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
- Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
- Indeks harga barang-barang modal
- Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
e. Dampak
Inflasi memiliki
dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila
inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan
membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak
terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian
dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau
mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para
penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta
kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup
mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat
yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh
seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas
tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang
pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya,
orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya
pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan
pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga
menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun.
Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga,
nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan
investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha
membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang
meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat
pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada
saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan
mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika
dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen,
inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi
daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong
untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar).
Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya
merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen
bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup
mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya
terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum,
inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong
kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif,
kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca
pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
f. Dampak inflasi terhadap
perekonomian
Secara garis besar
dampak inflasi terhadap perekonomian antara lain:
- Terhambatnya pertumbuhan ekonomi negara, karena berkurangnya investasi dan berkurangnya minat menabung.
- Masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat menjangkau harga barang, karena harga barang mengalami kenaikan.
- Jika terdapat kebijakan untuk mengurangi inflasi, maka akan terjadi pengangguran, karena pemerintah berusaha untuk menekan harga.
- Masyarakat akan cenderung untuk menyimpan barang daripada menyimpan uang.
- Nilai mata uang turun, karena adanya kenaikan harga barang.
2. Pengangguran
a. Pengertian Pengangguran
Pengertian
Pengangguran Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15
sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang
yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa smp,
sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal
tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
Pengangguran atau
tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang
mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang
yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya
disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding
dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran
seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat
pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan
menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap
penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya
GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti
Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang
semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih
banyak orang.
b. Penyebab Pengangguran
Pengangguran
umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah
lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi
masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya
kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat
pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan
pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap
penganggur dan keluarganya.
Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik,
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu
negara.
Di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di
mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit,
dilakukan oleh lebih banyak orang.
c. Jenis dan macam pengangguran
1). Berdasarkan
jam kerja
Berdasarkan jam
kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam :
- Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
- Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
- Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
2). Berdasarkan penyebab terjadinya
Berdasarkan
penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam :
- Pengangguran friksional (frictional unemployment), Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
- Pengangguran konjungtural (cycle unemployment), Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
- Pengangguran struktural (structural unemployment), Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti :
#akibat permintaan berkurang
#akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
#akibat kebijakan pemerintah
- Pengangguran musiman (seasonal Unemployment), Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
- Pengangguran siklikal, Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
- Pengangguran teknologi, Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
- Pengangguran siklus, Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate demand).
d. Kebijakan-Kebijakan
Pengangguran
Adanya
bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang
disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut.
1). Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
- Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
- Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
- Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
- Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
2). Cara Mengatasi Pengangguran FriksionalUntuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut.
- Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya.
- Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru.
- Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
- Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya.
- Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
3). Cara Mengatasi Pengangguran Musiman
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut.
- Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan
- Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
4). Cara Mengatasi Pengangguran Siklus
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut.
- Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
- Meningkatkan daya beli masyarakat
e. Dampak Pengangguran terhadap Pembangunan Ekonomi
Untuk mengetahui dampak pengganguran terhadap perekonomian kita perlu mengelompokkan pengaruh pengganguran terhadap dua aspek ekonomi , yaitu :
1). Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara
Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naikterus.Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini :
- Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
- Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sector pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian me-nurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun
- Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan menye-babkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
2). Dampak pengangguran terhadap Individu yang Meng-alaminya dan Masyarakat
- Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
- Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian
- Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan
- Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan social politik.
C. Data Dan Idikator
Ekonomi Makro
Pemerintah
mengajukan asumsi ekonomi makro tahun 2017 sebagai berikut :
1. Pertumbuhan ekonomi tahun
2017 diperkirakan mencapai 5,3 persen.
Prospek
perekonomian global diperkirakan akan membaik.
Presiden
menjelaskan, menghadapi ketidakpastian yang bersumber dari perlambatan ekonomi
di berbagai negara berkembang, serta prospek pemulihan ekonomi negara-negara
maju yang belum sesuai harapan, namun dampak positif dari implementasi
kebijakan pemerintah yang tertuang dalam paket kebijakan ekonomi I sampai
dengan XII diharapkan mampu menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi yang lebih
adil dan merata di seluruh Indonesia, khususnya melalui keberlanjutan
pembangunan infrastruktur.
2. Laju inflasi tahun 2017
diperkirakan berada pada kisaran 4,0 persen.
Menurut Presiden, penguatan konektivitas nasional diproyeksikan mampu menciptakan efisiensi sistem logistik nasional sehingga hal ini dapat mendukung terciptanya stabilitas harga komoditas.
“Sebagai komitmen
pengendalian inflasi, Pemerintah juga menyediakan dana cadangan untuk menjaga
ketahanan pangan serta stabilisasi harga. Alokasi dana tersebut antara lain
akan digunakan untuk kebijakan subsidi pangan, program ketahanan pangan seperti
penyelenggaraan operasi pasar, serta penyediaan beras untuk rakyat miskin,”
jelas Presiden.
3. Nilai tukar rupiah
diperkirakan sebesar Rp13.300 per dolar Amerika Serikat.
Presiden
menjelaskan, upaya penguatan di sektor keuangan dibangun oleh Pemerintah
bersama dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Kerangka pendalama
pasar keuangan ini diharapkan dapat mempengaruhi arus modal masuk ke pasar
keuangan Indonesia serta dapat mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
4. Rata-rata suku
bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan, pada tahun 2017
diasumsikan berada pada tingkat 5,3 persen.
5. Asumsi rata-rata
harga minyak mentah Indonesia diperkirakan sebesar 45 dolar Amerika Serikat per
barel.
“Peningkatan
kebutuhan energi dalam rangka pemulihan ekonomi global menjadi faktor yang
mempengaruhi harga minyak pada tahun 2017,” tutur Presiden.
6. Volume minyak dan
gas bumi yang siap dijual selama tahun 2017 diperkirakan mencapai 1,93 juta
barel setara minyak per hari, yang terdiri
dari produksi minyak bumi sebesar 780 ribu barel per hari dan gas bumi sekitar
1,15 juta barel setara minyak per hari.
D. Pengukuran Kegiatan
Ekonomi
1. Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2016
Laporan
Perekonomian Indonesia merupakan bentuk laporan pelaksanaan Tugas dan Wewenang
Bank Indonesia yang disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Pemerintah pada setiap tahun merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam
UU No.23 Tahun 1999 tentang BI sebagaimana telah diubah dengan UU No.3 Tahun
2004. Laporan ini merupakan salah satu wujud dari akuntabilitas dan
transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang BI yang bertujuan mengevaluasi
perkembangan ekonomi dan keuangan Indonesia.
2. Perkembangan Ekonomi Indonesia dan
Dunia Triwulan I Tahun 2017
Publikasi triwulan I tahun 2017 ini memberikan gambaran dan
analisa mengenai perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan I
tahun 2017. Dari sisi perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan
ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi
regional Asia. Dari sisi perekonomian nasional, publikasi ini membahas
pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I tahun 2017 dari sisi moneter, fiskal,
neraca perdagangan, perkembangan investasi dan kerja sama internasional,
industri dalam negeri, serta perekonomian daerah. Dalam publikasi ini juga
tersaji Policy Brief terkait kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi terkini.
- Pertumbuhan ekonomi bertambah untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir, naik menjadi 5.0 persen pada tahun 2016 dari 4,9 persen pada 2015, meski ketidakpastian kebijakan global masih tinggi. Rupiah yang stabil, inflasi yang rendah, turunnya angka pengangguran dan naiknya upah riil mengangkat kepercayaan konsumen dan konsumsi swasta. Sebaliknya, belanja pemerintah dan pertumbuhan investasi melambat menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi untuk 2016 secara keseluruhan.
- Fondasi ekonomi Indonesia tetap kokoh, didukung tingkat pertumbuhan ekonomi yang kuat, defisit neraca berjalan dan tingkat pengangguran beberapa tahun terakhir yang rendah dalam, defisit fiskal yang terjaga baik, serta inflasi yang rendah. Kemiskinan dan ketimpangan juga menurun pada tahun 2016.
- Kredibilitas fiskal yang menguat dengan adanya pemangkasan belanja pemerintah, serta sasaran yang lebih bisa dicapai dalam APBN 2017, memperkuat kepercayaan investor. Defisit fiskal pada tahun 2016 sebesar 2,5 persen dari PDB, lebih rendah dari perkiraan sebesar 2,6 persen di tahun 2015.
- Defisit neraca berjalan saat ini berada di tingkat terendah dalam 5 tahun terakhir, yaitu 0.8% dari PDB pada kuartal keempat 2016, karena ekspor manufaktur menguat. Untuk tahun 2016 secara keseluruhan, defisit neraca berjalan berkurang dari 1,8% dari 2.0% pada tahun 2015.
- Pertumbuhan PDB riil diproyeksikan naik menjadi 5,2 persen di tahun 2017, dan mencapai 5,3 persen pada 2018. Konsumsi rumahtangga diproyeksikan semakin baik dengan adanya Rupiah yang stabil, upah riil lebih tinggi dan terus menurunnya angka pengangguran. Pertumbuhan investasi swasta diproyeksikan naik seiring pulihnya harga-harga komoditas, serta dampak kemudahan moneter pada tahun 2016 dan mulai berdampaknya reformasi ekonomi belakangan ini. Harga komoditas yang lebih tinggi juga akan mengurangi hambatan fiskal dan mengangkat belanja pemerintah, sementara pertumbuhan global yang lebih kuat akan mendorong ekspor.
- Inflasi diperkirakan naik sementara dari 3,5 persen pada tahun 2016 menjadi 4,3 persen pada tahun 2017 akibat naiknya tarif listrik dan pajak kendaraan.
- Beberapa risiko bagi proyeksi pertumbuhan termasuk perubahan tak terduga dari kebijakan monter Amerika Serikat, ketidakpastian politik Eropa, inflasi domestik yang lebih tinggi dari perkiraan, serta pendapatan fiskal yang rendah.
- Laporan ini juga berisi kajian mengenai perdagangan jasa. Dan mengusulkan untuk menguransi hambatan pada sektor jasa untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing . Menurut data Organization for Economic Cooperation and Development, Indonesia termasuk negara dengan hambatan terbanyak untuk perdagangan jasa. Hambatan perdagangan untuk jasa mengurangi mutu sebuah layanan juga menghambat produktivitas sektor-sektor ekonomi lain. Menghilangkan hambatan tersebut akan membawa manfaat ekonomi yang luas.
- Laporan edisi Maret 2017 juga membahas perubahan program Kredit Usaha Rakyat dalam hal pemberian pinjaman bersubsidi untuk usaha mikro, kecil dan menengah telah berdampak menaikkan biaya program sebesar 10 kali lipat. Dengan sasaran yang lebih baik, laporan ini menunjukkan bahwa biaya bisa lebih rendah, dan sisa dananya bisa dialokasikan ke sektor prioritas lain yang belum mendapat cukup dana. Perlu adanya peninjauan kembali terhadap penggunaan pinjaman bersubsidi untuk usaha mikro, kecil dan menengah.
F. Konsep Dan Definisi PDB Pengeluaran
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran
konsumsi rumah tangga (PKRT) merupakan pengeluaran atas barang dan jasa oleh
rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Dalam hal ini rumah tangga berfungsi
sebagai pengguna akhir (final demand) dari berbagai
jenis barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Rumah tangga
didefinisikan sebagai individu atau kelompok individu yang tinggal bersama
dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan, memiliki
harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama
utamanya kelompok makanan dan perumahan (UN, 1993).
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah adalah nilai seluruh jenis output pemerintah dikurangi
nilai output untuk pembentukan modal sendiri dikurangi nilai penjualan
barang/jasa (baik yang harganya signifikan dan tdk signifikan secara ekonomi)
ditambah nilai barang/jasa
yang dibeli dari produsen pasar untuk diberikan pada RT secara gratis atau
dengan harga yang tidak signifikan secara ekonomi (social transfer in
kind-purchased market production).
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto
Secara garis
besar PMTB didefinisikan sebagai pengeluaran unit produksi untuk menambah aset
tetap dikurangi dengan pengurangan aset tetap bekas. Penambahan barang modal
meliputi pengadaan, pembuatan, pembelian barang modal baru dari dalam negeri
dan barang modal baru maupun bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan
besar, transfer atau barter barang modal). Pengurangan barang modal meliputi penjualan
barang modal (termasuk barang modal yang ditransfer atau barter kepada pihak
lain).
Disebut sebagai
pembentukan modal tetap bruto karena menggambarkan penambahan serta pengurangan
barang modal pada periode tertentu. Barang modal mempunyai usia pakai lebih
dari satu tahun serta akan mengalami penyusutan. Istilah ”bruto”
mengindikasikan bahwa didalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan
atau konsumsi barang modal (Consumption of
Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan pada
proses produksi secara normal selama satu periode.
4. Inventori
Inventori adalah
persediaan yang dikuasai oleh unit yang menghasilkan untuk digunakan dalam
proses lebih lanjut, dijual, atau diberikan pada pihak lain, atau digunakan
dengan cara lain. Merupakan persediaan yang berasal dari pihak lain, yang akan
digunakan sebagai input antara atau dijual kembali tanpa mengalami proses lebih
lanjut.
5. Ekspor - Impor
Secara umum,
konsep ekspor-impor luar negeri yang digunakan dalam penyusunan PDB/PDRB
Penggunaan mengacu pada System of National Accounts (SNA) 1993. Dalam SNA 1993,
transaksi ekspor-impor barang luar negeri dalam komponen PDRB Penggunaan
Provinsi merupakan salah satu bentuk transaksi internasional antara pelaku
ekonomi yang merupakan residen suatu wilayah Provinsi terhadap pelaku ekonomi
luar negeri (non-resident). Transaksi ekspor
barang didefinisikan sebagai transaksi perpindahan
kepemilikan ekonomi (baik berupa penjualan, barter, hadiah ataupun hibah) atas
barang dari residen suatu wilayah Provinsi terhadap pelaku ekonomi luar negeri
(non-resident). Sebaliknya, impor barang didefinisikan
sebagai transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (mencakup pembelian, barter,
hadiah ataupun hibah) atas barang dari pelaku ekonomi luar negeri (non-resident) terhadap residen suatu wilayah Provinsi.
REFERENSI :
Mankiw, N.G. (2007), Macroeconomics,
6th edition, Worth Publishers.
Rahardja, Pratama dan
Mandala Manurung (2008), Teori Ekonomi Makro: Suatu Pengantar, edisi
keempat, Buku Seri Teori Ekonomi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Boediono (2001), Ekonomi
Makro, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2, edisi 4, BPFE
Yogyakarta.
Soediyono (2000), Ekonomi
Makro: Analisis IS-LM dan Permintaan-Penawaran Agregat, edisi Millenium,
Penerbit Liberty Yogyakarta.
SUMBER LAIN :
http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-konsep-dan-model-ekonomi-makro-lengkap/
https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_makro
http://ekonominator.blogspot.co.id/search?q=Pasar+Sempurna
http://ipinarifin57.blogspot.com/2013/07/indikator-indikator-penting-ekonomi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar