Persepsi dan Pengambilan Keputusan
Persepsi
adalah suatu proses dimana seseorang melakukan pemilihan, penerimaan,
pengorganisasian, dan penginterpretasian atas informasi yang diterimanya dari
lingkungan. Jadi persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh
setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya.
Ada
pendapat lain yang menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang ditempuh
individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka
agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi
seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang
didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu
sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku
organisasi.
Gaya pengambilan keputusan adalah bagaimana seseorang melakukan
intepretasi, merespon dan juga cara seseorang bereaksi kepada situasi yang
dihadapinya. Menurut Kuzgun, dkllterdapat empat gaya pengambilan keputusan,
antara lain :
a.
Rational (Rasional)
b.
Intuitive (Intuisi)
c.
Dependent (Dependen)
d.
Indecisiveness (Keraguan)
1. Gaya
Pengambilan Keputusan
Salah satu sudut pandang gaya pengambilan keputusan
mengemukakan bahwa orang berbeda menurut dua dimensi cara mereka mendekati
pengambilan keputusan. Yang pertama adalah cara berpikir seseorang. Sebagian di
antara kita cenderung lebih bersifat rasional dan logis dalam cara kita memikirkan
atau memproses informasi. Jenis rasional memandang informasi secara teratur dan
memastikan bahwa informasi itu logis dan konsisten sebelum mengambil keputusan.
Sebagian lagi di antara kita cenderung lebih bersifat kreatif dan intuitif.
Jenis intuitif tidak harus memproses informasi menurut urutan tertentumelainkan
merasa puas memandangnya sebagai keseluruhan. Apabila kita
membuat diagram dua dimensi itu, terbentuklah
empat gaya pengambilan keputusan, yaitu :
a. Gaya mengarahkan.
Orang yang menggunakan gaya ini memiliki
toleransi rendah terhadap ambiguitas dan bersikap rasional dalam cara
berpikirnya. Mereka itu efisien dan logis. Jenis mengarahkan membuat keputusan
secara cepat dan memusatkan perhatian pada jangka pendek. Kecepatan dan
efisiensi mereka dalam membuat keputusan sering mengakibatkan mereka mengambil
keputusan dengan informasi minimum dan dengan menilai sedikit alternative saja.
b. Gaya analitis.
Pembuat keputusan gaya ini mempunyai jauh
lebih banyak toleransi terhadap ambiguitas daripada jenis mengarahkan. Mereka
menginginkan lebih banyak informasi sebelum mengambil keputusan dan merenungkan
lebih banyak alternative daripada pengambil keputusan yang bergaya mengarahkan.
Para pengambil keputusan analitis paling baik di cirikan sebagai pengambil
keputusan yang hati – hati dengan kemampuan untuk beradaptasi atau menghadapi
situasi – situasi yang unik.
c. Gaya konseptual.
Individu – individu dengan gaya konseptual
cenderung amat luas pandangan mereka dan akan melihat banyak alternative.
Mereka memusatkan perhatian jangka panjang dan sangat baik dalam menemukan
pemecahan kreatif atas sejumlah masalah.
d. Gaya perilaku.
Para pengambil keputusan gaya ini sangat baik
dalam bekerjasama dengan orang lain. Mereka menaruh perhatian pada prestasi
anak buah dan sangat suka menerima saran dari orang lain. Seringkali mereka
menggunakan rapat untuk berkomunikasi meskipun mereka berusahamenghindari
konflik. Penerimaaan oleh orang lain itu penting bagi para pengambil keputusan
yang bergaya perilaku.
Meskipun ke empat gaya pengambilan
keputusanini khas, kebanyakan manager mempunyai lebih dari satu gaya.
Barangkali lebih realitisjika kita memikirkan gaya yang dominan pada diri
manager tertentu dan gaya alternatifnya.
2. Definisi
Persepsi
Persepsi adalah suatu proses dimana
seseorang melakukan pemilihan, penerimaan, pengorganisasian, dan
penginterpretasian atas informasi yang diterimanya dari lingkungan. Jadi
persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam
memahami informasi tentang lingkungannya.
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa
persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada
lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari
kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka
akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat
penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi.
3. Faktor
yang mempengaruhi Persepsi
a. Pelaku persepsi
(Characteristics of the perceiver)
Pelaku persepsi adalah penafsiran seorang
individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh
karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan atau
minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak
dipuaskan akan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada
persepsi mereka. Contoh-contoh seperti seorang tukang rias akan lebih
memperhatikan kesempurnaan riasan orang daripada seorang tukang masak, seorang
yang disibukkan dengan masalah pribadi akan sulit mencurahkan perhatian untuk
orang lain, dls, menunjukkan bahwa kita dipengaruhi oleh kepentingan/minat
kita. Sama halnya dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal-hal baru,
dan persepsi kita mengenai orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka
yang sebenarnya.
b. Target (Characteristics of the
perceived)
Target adalah gerakan, bunyi, ukuran, dan
atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya.
Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh orang
yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara
bersama-sama pula. Contohnya adalah kecelakaan dua kali dalam arena ice
skating dalam seminggu dapat membuat kita mempersepsikan ice
skating sebagai olah raga yang berbahaya. Contoh lainnya adalah suku
atau jenis kelamin yang sama, cenderung dipersepsikan memiliki karakteristik
yang sama atau serupa.
c. Situasi ( Situation Context)
Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.
Secara singkat, faktor yang mempengaruhi
persepsi dapat dilihat pada gambar berikut :
- Tiap orang mempunyai persepsi sendiri-sendiri karena dipengaruhi oleh perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimulasi dan Perbedaan kemampuan dalam menafsirkan atau memberi arti pada stimulasi tersebut.
- Indera merupakan filter masuknya stimulasi dalam kognisinya, dan kemudian orang memberi perhatian terhadap stimulasi itu untuk diberi arti.
- Namun perhatian seseorang tidak dapat menyeluruh, melainkan hanya pada aspek tertentu saja yaitu yang dianggap penting bagi dirinya.
4. Membuat
Penilaian Mengenai Orang Lain
a. Teori Atribusi
Pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila
individu mengamati perilaku, mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan
faktor internal atau eksternal. Misalnya saja persepsi kita terhadap orang akan
dipengaruhi oleh penyebab-penyebab internal karena sebagai manusia mereka
mempunyai keyakinan, maksud, dan motof-motif didalam dirinya. Namun persepsi
kita terhadap benda mati seperti gedung, api, air, dls, akan berbeda karena
mereka adalah benda mati yang memiliki hukum alamnya sendiri (eksternal).
Penentuan apakah perilaku itu merupakan penyebab eksternal atau internal
bergantung pada tiga faktor :
- Kekhususan
: apakah seorang individu memperlihatkan
perilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan.
- Konsensus
: yaitu jika setiap orang yang menghadapi
situasi serupa bereaksi dengan cara yang sama.
- Konsistensi
: apakah seseorang memberikan reaksi yang sama
dari waktu ke waktu.
Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada kekeliruan atau prasangka (bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau memutar balik atribusi. Bukti mengemukakan bahwa kita cenderung meremehkan pengaruh faktor dari luar dan melebih-lebihkan pengaruh faktor internal. Misalnya saja, penurunan penjualan seorang salesman akan lebih dinilai sebagai akibat dari kemalasannya daripada akibat kalah saing dari produk pesaing.
b. Jalan Pintas Persepsi
Dalam menilai stimulus atau objek, menggunakan
pola tertentu yang berbeda, menggunakan pola untuk membuat kesimpulan tentan
arti dari objek atau stimulasi disebut jalan pintas persepsi.
Pola tersebut antara lain:
- Persepsi
Selektif : Menginterpretasikan secara selektif apa yang
dilihat seseorang berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap
seseorang.
- Efek
Halo : Membuat sebuah gambaran umum tentang seorang
individu berdasarkan sebuah karakteristik.
- Efek
- Efek Kontras : Evaluasi tentang karakteristik-karakteristik
seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan-perbandingan dengan orang lain
yang baru ditemui, yang mendapat nilai lebih tinggi atau lebih rendah untuk
karakteristik-karakteristik yang sama.
- Proyeksi
: Menghubungkan karakateristik-karakteristik
diri sendiri dengan individu lain.
- Persepsi dan Pengambilan Keputusan
menilai seseorang berdasarkan persepsi tentang kelompok di mana ia tergabung.
5. Penerapan
Persepsi dalam Organisasi
Persepsi memiliki banyak konsekuensi bagi
organisasi. Didalamnya orang-orang selalu saling menilai. Berikut ini adalah
beberapa penerapannya yang lebih jelas :
a. Wawancara karyawan
Bukti menunjukkan bahwa wawancara sering
membuat penilaian perseptual yang tidak akurat. Pewawancara yang berlainan akan
melihat hal-hal yang berlainan dalam diri seorang calon yang sama. Jika
wawancara merupakan suatu masukan yang penting dalam keputusan mempekerjakan,
perusahaan harus mengenali bahwa faktor-faktor perseptual mempengaruhi siapa
yang dipekerjakan dan akhirnya mempengaruhi kualitas dari angkatan kerja suatu
organisasi.
b. Pengharapan kinerja
Bukti menunjukkan bahwa orang akan berupaya
untuk mensahihkan persepsi mereka mengenai realitas, bahkan jika persepsi
tersebut keliru. Pengharapan kita mengenai seseorang/sekelompok orang akan
menentukan perilaku kita.. Misalnay manager memperkirakan orang akan berkinerja
minimal, mereka akan cenderung berperilaku demikian untuk memenuhi ekspektasi
rendah ini.
c. Evaluasi kinerja
Penilaian kinerja seorang karyawan sangat
bergantung pada proses perseptual. Walaupun penilaian ini bisa objektif,
namun banyak yang dievaluasi secara subjektif. Ukuran subjektif adalah
berdasarkan pertimbangan, yaitu penilai membentuk suatu kesan umum mengenai
karyawan. Semua persepsi dari penilai akan mempengaruhi hasil penilaian
tersebut.
d. Upaya karyawan
Dalam banyak organisasi, tingkat upaya seorang
karyawan dinilai sangat penting, jadi bukan hanya kinerja saja. Namun penilaian
terhadap upaya ini sering merupakan suatu pertimbangan subjektif yang rawan
terhadap distorsi-distorsi dan prasangka (bias) perseptual.
e.Kesetiaan karyawan
Pertimbangan lain yang sering dilakukan
manager terhadap karyawan adalah apakah karyawan tersebut setia atau tidak
kepada organisasi. Sayangnya, banyak dari penilaian kesetiaan tersebut bersifat
pertimbangan. Misalnya saja individu yang melaporkan tindakan tak etis dari
atasan dapat dilihat sebagai bertindak demi kesetiaan kepada organisasi ataupun
sebagai pengacau.
f. Pembentukkan Profil
Pembentukkan stereotip dimana satu kelompok
individu dipilih biasanya berdasarkan ras atau etnis untuk penyelidikan
intensif, inspeksi ketat atau investigasi
6. Hubungan
antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual
Pengambilan kuputusan individual, baik
ditignkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku
organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam organisasi mengambil keputusan dan
kualitas dari pilihan mereka sebagiah besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu
reaksi terhadap suatu masalah. Terdapat suatu penyimpangan antara suatu keadaan
dewasa ini dan sesuatu keadaan yang diinginkan, yang menuntut pertimbangan arah
tindakan alternatif. Misalnya, seorang manager suatu divisi menilai penurunan
penjualan sebesar 2% sangat tidak memuaskan, namun didivisi lain penurunan
sebesar itu dianggap memuaskan oelh managernya.
Perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan
menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap informasi. Karena itu, data yang
diterima perlu disaring, diproses, dan ditafsirkan. Misalnya, data mana yang
relevan dengan pengambilan keputusan. Persepsi dari pengambil keputusan akan
ikut menentukan hal tersebut, yang akan mempunyai hubungan yang besar pada
hasil akhirnya.
7. Pengambilan
Keputusan
Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah
sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui satu pemilihan alternatif
dari berbagai alternatif. Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan
alternatif terbaik dari berbagai alternatif secara sistematis untuk
ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah.
8. Proses
Pengambilan Keputusan
Pengambil keputusan yang optimal adalah
rasional. Artinya dia membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam
batas-batas tertentu. Terdapat asumsi-asumsi khusus yang mendasari model ini.
Asumsi tersebut yaitu :
a. Model Rasional
Enam langkah dalam model pengambilan keputusan
rasional diurutkan sebagai berikut :
- Tetapkan masalah
- Identifikasikan criteria keputusan
- Alokasikan bobot pada criteria
- Kembangkan Alternatif
- Evaluasi alternatif
- Pilihlah alternatif terbaik
b. Asumsi Model
Model pengambilan keputusan rasional yang baru
saja digambarkan mengandung sejumlah asumsi sebagai berikut :
- Kejelasan masalah
- Pilihan-pilihan diketahui
- Pilihan yang jelas
- Pilihan yang konstan
- Tidak ada batasan waktu atau biaya
- Pelunasan maksimum
9. Meningkatkan
Kreativitas Dalam Pengambilan Keputusan
Kreativitas penting bagi pengambil keputusan,
hal ini memungkinkan pengambil keputusan untuk lebih sepenuhnya menghargai dan
memahami masalah, termasuk melihat masalah-masalah yang tidak dapat dilihat
orang lain.
a. Potensial Kreatif
Kebanyakan orang mempunyai potensial kreatif
yang dapat mereka gunakan bila dikonfrontasikan dengan sebuah masalh
pengambilan keputusan. Namun untuk melepaskan potensial tersebut, mereka harus
keluar dari kebiasaan psikologis yang kebanyakan dari kita terlibat di dalamnya
dan belajar begaimana berpikir tentang satu maslah dengan cara yang berlainan.
b. Model Kreatifitas Tiga
Komponen
Model ini mengemukakan bahwa kreativitas individual
pada hakikatnya menuntut keahlian, keterampilan berpikir kreatif, dan motivasi
tugas intrinsic. Semakin tinggi tingkat dari masing-masing ketig kompoen ini
semakin tinggi kretivitasnya. Keahlian adalah landasan bagi semua kerja kretif.
Komponen kedua adalah keterampilan berpikir kreatif, sedangkan komponen
terakhir dalah motivasi tugas intrinsic.
10. Praktek
Pengembalian Keputusan dalam organisasi
a. Rasionalitas Terbatas
Yaitu para individu mengambil keputusan dengan
merancang bangun model-model yang disederhanakan yang menyuling cirri-ciri
hakiki dari masalah tanpa menangkap semua kerumitannya. Aspek yng menarik dari
rasionalitas terbatas ini adalah bahwa urutan di mana alternatif-alternatif
dipertimbangkan bersifat kritis dalam menentukan alternatif mana yang dipilih.
b. Intuisi
Pengambilan keputusan intuitif seperti yang
digunakan oleh Joe Garcia baru-baru ini muncul dan disegani. Ada sejumlah cara
untuk mengkonseptualkan intuisi. Pengambilan keputusan secara intuitif
sebagai suatu proses tak sadar yang dicipakan dari dalam pengalaman yang
tersaring.
c. Identifikasi Masalah
Masalah-msalah yang tampak cenderung memiliki
probabilitas terpilih yang lebih tinggi disbanding masalh-masalah yang penting.
Kita dapat menawarkan sekuarang-kurangnya 2 alasan. Pertama, mudah untuk
mengenali masalah-masalah yang tampak. Kedua, perlu diingat bahwa kita prihatin
dengan pengambilan keputusan dalam organisasi.
d. Pengembangan Alternatif
Karena pengambil keputusan jarang mencri suatu
pemecahan optimum, melainkan yang agak memuaskan, kami berharap untuk menemukan
suatu penggunaan minimal atas kreativitas dalam mencari alternatif-alternatif.
e. Membuat Pilihan
Untuk menghinhari informasi yag terlalu sarat,
para pengambil keputusan mengandalkan heuristik atau jalan pintas penilaian
dalam pengambilan keputusan. Terdapat dua macam heuristik yaitu :
Heuristik ketersediaan, kecenderungan bagi
orang-orang untuk mendasarkan penilain pada informasi yang sudah ada di tangan
mereka.
Heuristik representatif, menilai kemungkinan
dari suatu kejadian dengan menarik analogi dan meliha situasi identik di mana
sebenarnya tidak identik.
Peningkatan komitmen, suatu peningkatan
komitmen pada suatu keputusan sebelumnya meskipun ada informasi negatif.
f. Perbedaan karakteristik
individu akan mempengaruhi gaya pengambilan keputusan
Riset terhadap gaya pengambilan keputusan
telah mengidentifikasi empat pendekatan individual yang berbeda terhadap
pengambilan keputusan. Keempat pendekatan ini meliputi Analitis, Konseptual,
Direktil, dan Behavioral. Selain meberikan satu kerangka untul melihat
perbedaan-perbedaan individual, gaya pengambilan keputusan dapat bermanfaat
untuk membantu anda memahami bagaiman dua orang yang tingkat intelegensinya
sama, degan mengakseske informasi yang sama, dapat berbeda dalam cara-cara
mereka melakukan pendekatan dalam keputusan dan pilihan terakhir yang mereka
ambil.
Direktif |
o
Rasional-toleransi rendah. o
Efisien (informasi minimal), dan
logis. o
Mengambil keputusan dengan
cepat,berorientasi jangka pendek. |
Analitik |
o
Rasional-toleransi tinggi. o
Lebih banyak informasi dan
alternatif. o
Pengambilan keputusan cermat. |
Konseptual |
o
Intuitif-toleransi tinggi. o
Pandangannya sangat luas dan
mempertimbangkan banyak alternatif. o
Orientasi jangka panjang dan mampu
menemukan solusi kreatif. |
Perilaku |
o
Intutif-toleransi rendah. o
Pengambil keputusan dapat bekerja
baik dengan yang lain. o
Memperhatikan kinerja rekan kerja
dan bawahan, resptif terhadap usulan-usulan, mengedepankan
komunikasi,menghindari konflik,dan mengupaya- kan penerimaan. |
(Catatan) |
o
Tiap manajer memiliki lebih dari
satu karakteristik, tetapi memiliki gaya yang dominan, dan yang sebagai
penunjang. o
Manajer yang luwes dapat
menyesuaikan gayanya dengan situasi. o
Dua orang yang intelegensinya sama
dan mengakses pada informasi yang sama, dapat berbeda dalam pendekatan
pengambilan keputusan. |
g. Hambatan Organisasional
Orgaisasi sendiri merupakan penghambat bagi
para pengambil keputusan.
- Evaluasi Kinerja, para manajer sangat dipengaruhi dalam pengambilan keputusan mereka oleh criteria yang mereka gunakan untuk mengevaluasi.
- Sistem Imbalan, mempengaruhi pengambil keputusan dengan mengemukakan terhadap mereka pilihan apa yang lebih disukai mengenai upah.
- Pembatasan waktu yang menentukan system, organisasi menentukan tenggat waktu atas keputusan-keputusan.
- Perseden Historis, keputusan tidak diambil dalam keadaan vakum. Keputusan selalu ada dalam konteks. Keputusan yang diambil di masa lalu adalah hantu yang terus-menerus membayangi pilihan terakhir.
h. Perbedaan Budaya
Model rsional tidak membut pengakuan akan
perbedaan budaya. Kita perlu mengakui bahwa latar belakang budy dari pengambil
keputusan dapat membawa pengaruh yang besar terhadap seleksi masalahnya,
kedalaman analitis, arti penting yang ditempatkan pada logika dan rasionalitas,
atau apakah keputusan organisasional hendaknya diambil secara otokratis oleh
seorang manajer individual atau secara kolektif dalam kelompok.
11. Etika
Dalam Pengambilan Keputusan
Pertimbangan etis merupakan suatu criteria
yang penting dalam pengambilan keputusan organisasioanal. Tiga cara
yang berlainan untuk embuat kerangka keputusan dan memeriksa factor-faktor yang
membentuk perilaku pengambilan keputusan etis. Tiga criteria keputusan etis
tersebut yaitu :
.a.Kriteria Utilitarian
Keputusan diambil
semata-mata atas hasil atau konsekuensi mereka. Pada kriteria ini mendorong
efisiensi dan produktivitas, tetapi dapat mengakibatkan pengabaian hak dari
beberapa individu.
b. Kriteria Menekankan Pada Hak,
Mempersilahkan
individu untuk mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasan dan
keistimewaan mendasar. Penggunaan hak sebagai kriteria dapat memberikan
kebebasan dan perlindungan kepada individu, tetapi dapat merintangi efisiensi
dan produktivitas.
c. Kriteria Menekankan Pada Keadilan
Mensyartkan individu untuk mengenakan dan memperkuat aturan-aturan secara adil
dan tidak berat sebelah sehingga ada pembagian manfaat dan biaya yang pantas.
Melindungi kepentingan individu yang kurang terwakili dan yang kurang berkuasa,
tetapi kriterian ini dapat mendorong kepemilikian yang akan mengurangi
pengambilan risiko, inovasi, dan produktivitas.
12.Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etis
a. Tahap perkembangan moral
Yaitu suatu penilaian terhadap kapasitas
seseorang untuk menimbang yang secara moral benar, makin tinggi perkembangan
moral seseorang makin kurang bergantung pada pengaruh-pengaruh luar dan makin
cenderung berperilaku etis.
b. Lingkungan Organisasional
Orang-orang yang kekurangan rasa moral yang
kuat akan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tidak
etis jika mereka dihambat oleh lingkungan organisasional yang tidak menyukai
perilaku semacam itu, sebaliknya individu yang sangat berbudi dapat dicemari
oleh suatu lingkungan organisasional yang mengijinkan atau mendorong
prakte-praktek tak etis
c. Tempat Kedudukan Kendali (Locus
of Control),
merupakan karakteristik kepribadian yang
mengukur sejauh mana orang meyakini bahwa mereka bertanggung jawab untuk
peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka
LOC Internal, lebih mengandalkan pada standar
internal mereka sendiri mengenai benar atau salah untuk memandu perilaku
mereka.
LOC Eksternal, lebih kecil kemungkinannya
untuk memikul tanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi dari perilaku mereka
dan lebih besar kemungkinan untuk mengandalkan pengaruh-pengaruh eksternal.
13. Tiga Kriteria Keputusan Etis,
a. Utiliteranisme
Keputusan dibuat untuk memberikan manfaat yang
terbesar bagi jumlah yang terbesar. Dan ini konsisten dengan tujuan-tujuan
efisiensi, produktifitas dan laba tinggi.
Misal ; Outsourcing, relokasi perusahaan.
b. Hak
Keputusan individu atas dasar hak individu
mereka. Misal : pengungkapan masalah perusahaan terhadap pihak luar.
c. Keadilan
Aturan-aturan harus adil dan tidak berat
sebelah (missal : upah sama untuk pekerjaan yang sama).
14. Etika
Dan Budaya Nasional
Walaupun standar etik tampaknya mendua ari di
duni barat, criteria yang menetapkan salah dan benar sesungguhnya jauh lebih
jelas di Barat daripada di Asia. Kebutuhan bagi organisasi global untuk
menetapkan prinsip-prinsip etika bagi para pengambil keputusan di negara-negara
seperti India dan Kanada mungkin menjadi penting jika standar tinggi ditegakkan
dan jika praktik-praktik yang konsisten harus dipakai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar