Sikap. Kata
sikap (attitude), berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu
“Manner of placing or holding the body, and Way of feeling, thinking or
behaving”. Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara
merasakan, jalan pikiran, dan perilaku. Berikut ini adalah pengertian sikap
dari beberapa para ahli yaitu : Menurut Thomas (1918) dan Znanieck (1974),
sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan
perasaan, serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu. Konsep sikap
sebenarnya pertama kali diangkat ke dalam bahasan ilmu sosial pertama kali oleh
Thomas, sosiolog yang banyak menelaah kehidupan dan perubahan sosial, yang
menulis buku Polish Peasant in Europe and America: Monograph of an Immigrant
Group yang merupakan hasil riset yang dilakukannya bersama Znanieck. Dalam buku
tersebut, Thomas dan Znanieck membahas informasi sosiologi dari kedua sudut
individualistik dan subjektivistik. Menurut pandangan mereka dua hal yang harus
diperhitungkan pada saat membahas kehidupan dan perubahan sosial adalah sikap
individu dan budaya objektif (objective cultural).
Motivasi. Kata
motivasi berasal dari Bahasa Inggris adalah “Motivation”. Perkataan asalnya
ialah “Motive” yang juga telah dipinjam oleh Bahasa Melayu atau Bahasa Malaysia
kepada “Motif” yang artinya tujuan. Jadi, motivasi adalah sesuatu yang
menggerakan atau mengarahkan tujuan seseorang dalam tindakan-tindakannya secara
negatif atau positif untuk mencapai tujuannya. Selain itu, ada tiga elemen
utama dalam motivasi antara lain : intensitas, arah, dan ketekunan. Pengertian
motivasi menurut beberapa ahli : Menurut Cropley (1985), Motivasi dapat
dijelaskan sebagai “tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu”.
Menurut Wlodkowski (1985) menjelaskan, motivasi sebagai suatu kondisi yang
menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan
(persistence) pada tingkah laku tersebut. Pengertian ini jelas bernafaskan
behaviorisme (teori belajar dan percaya bahwa semua perilaku yang diperoleh
sebagai hasil dari pengkondisian).
Konsep Diri. Konsep
diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang
kepribadian manusia. Pengertian konsep diri menurut beberapa ahli : Menurut
Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan
dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini temasuk persepsi individu akan
sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai
yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Menurut
Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa, konsep diri adalah cara
individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual,
sosial dan spiritual.
Melalui
tindakan dan proses pembelajaran, orang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap
yang kemudian akan mempengaruhi perilaku pembeli. Kepercayaan adalah suatu
pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Suatu sikap
menjelaskan suatu organisasi dari motivasi, perasaan emosional, persepsi dan
proses kognitif kepada suatu aspek. Lebih lanjut sikap adalah cara kita
berpikir, merasa dan bertindak melalui aspek di lingkungan seperti toko retail,
program televisi atau produk. Sikap menuntun orang untuk berperilaku relatif
konsisten terhadap objek yang sama.
Menurut
Gordon Allpor dalam Hartono Sastro wijoyo(2005), Sikap adalah Mempelajari kecenderungan
memberikan tanggapan pada suatu obyek baik disenangi maupun tidak disenangi
secara konsisten. Menurut Hawkins (1980), sikap dapat di definisikan sebagai
cara kita berfikir, merasakan dan bertindak terhadap beberapa aspek. Kinner dan
Taylor (1987) menyatakan bahwa sikap adalah pemandangan individu berdasarkan
pengetahuan penilaian dan proses orientasi tindakan terhadap suatu obyek atau
gejala.
Menurut
Engel, Blackwell dan Miniard (1992), sikap sebagai suatu evaluasi menyeluruh
yang menunjukan orang berespon dengan cara menguntungkan atau tidak
menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan obyek atau alternatif yang
diberikan. Sikap dalam kamus marketing (1995) juga di definisikan sebagai
kondisi mental atau akal budi tertentu yang mencerminkan suatu pandangan
pribadi yang negatif atau positif mengenai suatu obyek atau konsep, atau suatu
keadaan acuh tak acuh yang menunjukan titik tengah (mid point) diantara dua
titik ataupun dua pokok yang saling berlawanan.
I. Pengertian Sikap
Melalui
tindakan dan proses pembelajaran, orang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap
yang kemudian akan mempengaruhi perilaku pembeli. Kepercayaan adalah suatu
pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Suatu sikap
menjelaskan suatu organisasi dari motivasi, perasaan emosional, persepsi dan
proses kognitif kepada suatu aspek. Lebih lanjut sikap adalah cara kita
berpikir, merasa dan bertindak melalui aspek di lingkungan seperti toko retail,
program televisi atau produk. Sikap menuntun orang untuk berperilaku relatif
konsisten terhadap objek yang sama.
Menurut
Gordon Allpor dalam Hartono Sastro wijoyo(2005), Sikap adalah Mempelajari
kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu obyek baik disenangi maupun tidak
disenangi secara konsisten. Menurut Hawkins (1980), sikap dapat di definisikan
sebagai cara kita berfikir, merasakan dan bertindak terhadap beberapa aspek.
Kinner dan Taylor (1987) menyatakan bahwa sikap adalah pemandangan individu
berdasarkan pengetahuan penilaian dan proses orientasi tindakan terhadap suatu
obyek atau gejala. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1992), sikap sebagai
suatu evaluasi menyeluruh yang menunjukan orang berespon dengan cara
menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan obyek
atau alternatif yang diberikan. Sikap dalam kamus marketing (1995) juga di
definisikan sebagai kondisi mental atau akal budi tertentu yang mencerminkan
suatu pandangan pribadi yang negatif atau positif mengenai suatu obyek atau
konsep, atau suatu keadaan acuh tak acuh yang menunjukan titik tengah (mid
point) diantara dua titik ataupun dua pokok yang saling berlawanan.
II. Fungsi Sikap
Sikap
mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi
Penyesuaian
Fungsi ini mengarahkan manusia menuju obyek
yang menyenangkan atau menjauhi obyek yang tidak menyenangkan. Hal ini
mendukung konsep utilitarian mengenai maksimasi hadiah atau penghargaan dan
minimisasi hukuman.
2. Fungsi
Pertahanan Diri
Sikap dibentuk untuk melindungi ego atau citra
diri terhadap ancaman serta membantu untuk memenuhi suatu fungsi dalam
mempertahankan diri.
3. Fungsi
Ekspresi Nilai
Sikap ini mengekspresikan nilai-nilai tertentu
dalam suatu usaha untuk menerjemahkan nilai-nilai tersebut ke dalam sesuatu
yang lebih nyata dan lebih mudah ditampakkan.
4. Fungsi
Pengetahuan
Manusia membutuhkan suatu dunia yang mempunyai
susunan teratur rapi, oleh karena itu mereka mencari konsistensi, stabilitas,
definisi dan pemahaman dari suatu kebutuhan yang selanjutnya berkembanglah
sikap ke arah pencarian pengetahuan.
5. Fungsi
Utilitarian
Mengacu pada ide bahwa orang
mengekpresikan perasaan untuk memaksimalkan hukuman yang mereka terima dari
orang lain.
6. Fungsi
Pembelaan Ego
Fungsi
sikap sebagai pembela ego adalah melindungi orang dari kebenaran mendasar
tentang diri sendiri atau dari kenyataan kekejaman dunia luar.
7. Fungsi
Pembelaan Ego atau Fungsi Pertahanan Harga Diri
Adalah
mekanisme pembelaan orang fanatik yang tidak mau mengakui kegelisahan diri
mereka yang paling mendasar.
8. Fungsi
Nilai Ekspresif/Fungsi Identitas SoSial
mengacu
pada bagaimana seseorang mengekpresikan nilai sentral mereka kepada orang lain.
III. Komponen Sikap
Ada
tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude) yaitu :
1. Kognitif
(Cognitive).
Berisi
kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek
sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar
seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.
2. Afektif
(Affective)
Menyangkut
masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum
komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
3. Konatif
(Conative)
Komponen
konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana
perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang
berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi.
IV. Ciri – Ciri Sikap
Seperti
kita ketahui secara umum, bahwa sikap dapat dibagi menjadi dua sifat yaitu
sifat negatif dan sifat positif. Sifat negatif menimbulkan kecenderungan untuk
menjauh, memberi ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek. Sedangkan sifat
positif menimbulkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekat, menerima atau
bahkan mengharapkan kehadiran objek tertentu. Sikap selain memiliki dua sifat,
juga memiliki beberapa ciri-ciri antara lain :
- Sikap selalu menggambarkan hubungan subjek dengan objek
- Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi “dipelajari” berdasarkan pengalaman dan latihan
- Karena sikap dapat “dipelajari” maka sikap dapat diubah meskipun sulit
- Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah terpenuhi
- Sikap tidak hanya satu macam saja melainkan sangat beragam sesuai dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya.
- Dalam sikap tersangkut faktor motivasi dan perasaan.
V. Sifat - Sifat Sikap
Menurut
Wilkie (1990), tipe perilaku konsumen dalam melakukan pembelian dikelompokkan
menjadi empat berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat keterlibatan
diferensiasi merek, yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Budget Allocation
(Pengalokasian budget)
Pilihan
konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh cara bagaimana membelanjakan
atau menyimpan dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan
uang dan apakah perlu melakukan pinjaman untuk melakukan pembelian.
2. Product Purchase or
Not (Membeli produk atau tidak)
Perilaku
pembelian yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh konsumen, berkenaan
dengan tiap kategori produk atau jasa itu sendiri.
3. Store Patronage
(Pemilihan tempat untuk mendapatkan produk)
Perilaku
pembelian berdasarkan pilihan konsumen, berdasarkan tempat atau di mana
konsumen akan melaksanakan pembelian produk atau jasa tersebut. Misalnya,
apakah lokasi bakery menjadi salah satu faktor yang menentukan konsumen dalam
melakukan proses pembelian.
4. Brand and Style
Decision (Keputusan atas merek dan gaya)
Pilihan
konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya
ingin dibeli.
VI. Sifat Perilaku Konsumen
1. Consumer Behavior Is Dynamic
Perilaku konsumen dikatakan dinamis karena
proses berpikir, merasakan, dan aksi dari setiap individu konsumen, kelompok
konsumen, dan perhimpunan besar konsumen selalu berubah secara konstan. Sifat
yang dinamis demikian menyebabkan pengembangan strategi pemasaran menjadi
sangat menantang sekaligus sulit. Suatu strategi dapat berhasil pada suatu saat
dan tempat tertentu tapi gagal pada saat dan tempat lain. Karena itu suatu
perusahaan harus senantiasa melakukan inovasi - inovasi secara berkala untuk
meraih konsumennya.
2. Consumer Behavior Involves Interactions
Dalam
perilaku konsumen terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan, dan tindakan
manusia, serta lingkungan. Semakin dalam suatu perusahaan memahami bagaimana
interaksi tersebut mempengaruhi konsumen semakin baik perusahaan tersebut dalam
memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen serta memberikan value atau nilai
bagi konsumen.
3. Consumer Behavior Involves Exchange
Perilaku
konsumen melibatkan pertukaran antara manusia. Dalam kata lain seseorang memberikan
sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu sebagai gantinya.
VII. Penggunaan Multiatribute Attitude
Model Untuk Memahami Sikap Konsumen
1. The
attribute – toward - object model :
Digunakan khususnya menilai sikap konsumen
terhadap satu kategori produk atau merk spesifik. Hal ini untuk menilai fungsi
kehadiran dan evaluasi terhadap sesuatu.Pembentukan sikap konsumen yang
dimunculkan karena telah merasakan sebuah objek. Hal ini mempengaruhi
pembentukan sikap selanjutnya.
2. The
attitude-toward-behavior model
Lebih digunakan untuk menilai tanggapan
konsumen melalui tingkah laku daripada sikap terhadap objek. Pembentukan sikap
konsumen akan ditunjukan berupa tingkah laku konsumen yang berupa pembelian
ditempat itu.
3. Theory
of-reasoned-action model
Menurut teori ini pengukuran sikap yang tepat
seharusnya didasarkan pada tindakan pembelian atau penggunaan merk produk bukan
pada merek itu sendiri tindakan pembelian dan mengkonsumsi produk pada akhirnya
akan menentukan tingkat kepuasan.
VIII.
Pentingnya Feeling Dalam Memamahami
Sikap Konsumen
Kenapa feeling dalam memahami sikap konsumen penting ??
karena dengan memakai feeling dan logika yang baiklah maka keputusan yang
diambil oleh perusahaan akan berbuah manis. Kita harus mengetahui seluk-beluk
dari sikap konsumen yang menjadi target penjualan kita. Dengan begitu kita
dapat mengetahui apa yang sedang diinginkan atau dibutuhkan oleh konsumen. Dan
membuat rencana agar konsumen membeli produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan
tersebut
Azwa
(1995) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembetukan sikap
adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media
massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi
dalam individu.
- Pengalaman pribadi Middlebrook (dalam Azwar 1995) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dmiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negative terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, karena penghayatan akan pengalama lebih mendalam dan lebih lama membekas.
- Pengaruh orang lain yang dianggap penting individu pada umumnya cenderung memiliki sifat yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting yang didorong oleh oleh keiinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghidari konflik.
- Pengaruh Kebudayaan Burrhus Frederic Skin, seperti yang dikutip Azwar sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konosisten yang menggambarkan sejarah reinforcement yang kita alami (Hergenhandalam azwar, 1995). Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaanlah yang menanamkan garis penpgrah sikap individu terhadap berbagai masalah.
- Media massa berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat pesar-pesan sugestif akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
- Lembaga pendidikan dan lembaga agama. Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu system mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan system kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.
IX. Penggunaan Sikap dan Maksud
Untuk Memperkirakan Perilaku Konsumen
Werner
dan Pefleur (Azwar, 1995) mengemukakan 3 postulat guna mengidentifikasikan tiga
pandangan mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitupostulat of
consistency, postulat of independent variation, dan postulate of contigent
consistency.
Berikut
ini penjelasan tentang ketiga postulat tersebut :
1. Postulat
Konsistensi
Postulat
konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal memberi petunjuk yang cukup akurat
untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila dihadapkan pada
suatu objek sikap. Jadi postulat ini mengasumikan adanya hubungan langsung
antara sikap danperilaku.
2. PostulatVariasi
Independen
Postulat
ini mengatakan bahwa mengetahui sikap tidak berarti dapat memprediksi perilaku
karena sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam diri individu yang
berdiri sendiri, terpisah dan berbeda.
3. Postulat
Konsistensi Kontigensi
Postulat
konsistensi kontigensi menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat
ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu. Norma-norma, peranan,
keanggotaan kelompok dan lain sebagainya, merupakan kondisi ketergantungan yang
dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, sejauh mana
prediksi perilaku dapat disandarkan pada sikap akan berbeda dari waktu ke waktu
dan dari satu situasi ke situasi lainnya. Postulat yang terakhir ini lebih
masuk akal dalam menjelaskan hubungan sikap dan perilaku.
X. Pengertian Motivasi
Motivasi
menurut American Encyclopedia adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan
pokok pertentangan) dalam diri sesoerang yang membangkitkan topangan dan
tindakan. Motivasi meliputi factor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya
dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.
Dengan
demikian motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang
menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama,bekerja efektif
dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.motivasi
konsumen adalah keadaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Dengan
adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang
diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi
adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang
diinginkan.
Motivasi
konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan dengan
kepuasan konsumen. Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk membangun
kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku
konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul karena adanya
kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai.kebutuhan
menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu.
Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku. Artinya jika
kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka terhadap usaha
motivasi para konsumen.
XI. Dinamika Proses Motivasi
Proses
motivasi :
- Tujuan. Perusahaan harus bias menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai, baru kemudian konsumen dimotivasi ke arah itu.
- Mengetahui Kepentingan. Perusahaan harus bisa mengetahui keinginan konsumen tidak hanya dilihat dari kepentingan perusahaan semata
- Komunikasi Efektif. Melakukan komunikasi dengan baik terhadap konsumen agar konsumen dapat mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan apa yang bisa mereka dapatkan.
- Integrasi Tujuan. Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan konsumen. Tujuan perusahaan adalah untuk mencari laba serta perluasan pasar. Tujuan individu konasumen adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan.kedua kepentingan di atas harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
- Fasilitas. Perusahaan memberikan fasilitas agar konsumen mudah mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
XII.
Kegunaan dan Stabilitas Pola
Motivasi
Motivasi
menurut American Encyclopedia adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan
pokok pertentangan) dalam diri sesoerang yang membangkitkan topangan dan
tindakan. Motivasi meliputi factor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya
dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.
Dengan
demikian motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang
menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama,bekerja efektif
dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.motivasi
konsumen adalah keadaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan.
Dengan
adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang
diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi
adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang
diinginkan. Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali
berhubungan dengan kepuasan konsumen. Untuk itu perusahaan selalu berusaha
untuk membangun kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam
konteks perilaku konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul
karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin
dicapai.kebutuhan menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu
waktu tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku.
Artinya jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih
peka terhadap usaha motivasi para konsumen.
XIII. Tujuan Memotivasi
Tujuan
motivasi konsumen :
- Meningkatkan kepuasan
- Mempertahankan loyalitas
- Efisiensi
- Efektivitas
- menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen atau penjual dengan pembeli atau konsumen.
XIV. Memahami Kebutuhan Konsumen
Kebutuhan
konsumen dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
- Fisiologis. Dasar-dasar kelangsungan hidup, termasuk rasa lapar, haus dan kebutuhan hidup lainnya.
- Keamanan. Berkenaan dengan kelangsungan hidup fisik dan keamanan
- Afiliasi dan Pemilikan. Kebutuhan untuk diterima oleh orang lain, menjadi orang penting bagi mereka.
- Prestasi. Keinginan dasar akan keberhasilan dalam memenuhi tujuan pribadi
- Kekuasaaan. Keinginan untuk emndapat kendali atas nasib sendiri dan juga nasib orang lain
- Ekspresi Diri. Kebutuhan mengembangkan kebebasan dalam ekspresi diri dipandang penting oleh orang lain.
- Urutan dan Pengertian. Keinginan untuk mencapai aktualisasi diri melalui pengetahuan, pengertian, sistematisasi dan pembangunan system lain.
- Pencarian Variasi. Pemeliharaan tingkat kegairahan fisiologis dan stimulasi yang dipilih kerap diekspresikan sebagai pencarian variasi
- Atribusi Sebab - Akibat. Estimasi atau atribusi sebab-akibat dari kejadian dan tindakan.
REFERENSI :
Peter dan Olson,
1996. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. D. Sihombing (penerjemah). Consumen Behavior. Gelora Aksara
Pratama. Jakarta.
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc, 2011.
Perilaku Konsumen. Ghalia Indonesia
Sumarwan, U. 2004. Perilaku
Konsumen. Ghalia Indonesia. Jakarta
Budiarto, Teguh (1993). Seri Diktat
Kuliah : Dasar Pemasaran. Jakarta :
Universitas Gunadarma.
Sumber Lain :
https://delviadelvi.wordpress.com/2011/01/20/sikap-motivasi-dan-konsep-diri-terhadap-perilaku-konsumen/
https://hidayatiutami.wordpress.com/2015/11/24/bab-7-sikap-motivasi-dan-konsep-diri/
http://nuriekaw.blogspot.co.id/2015/01/tugas-4-sikap-motivasi-dan-konsep-diri_6.html
http://ulfahamelia.blogspot.co.id/2015/10/perilaku-konsumen-mengenai-sikap.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar