Pengaruh
Kepemimpinan Terhadap Budaya Organisasi
Kepemimpinan
mengandung arti kemampuan mempengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan suatu
tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang untuk mncapai tujuan
tertentu pada situasi tertentu.
Sejak
beberapa tahun belakangan, para pakar bisnis sangat memperhatikan tentang
budaya organisasi. Hal ini dapat dilihat dari tulisan di majalah, buku maupun
kegiatan seminar dan pelatihan-pelatihan. Budaya pada dasarnya merupakan pola
yang terintegrasi dari perilaku manusia, yang terdiri dari pikiran, bahasa,
perbuatan dan hasil- hasil budaya lainnya.
Budaya
organisasi mempengaruhi cara mengerjakan segala hal dalam organisasi. Tidak
jauh berbeda dengan budaya yang mempengaruhi masyarakat, maka budaya organisasi
juga akan mempengaruhi sikap dan perilaku semua anggota dalam organisasi
tersebut. Budaya yang kuat dapat memberikan dorogan atau paksaan kepada
para anggota untuk bertindak atau berperilaku sesuai dengan yang diharapkan
oleh organisasi. Organisasi yang dimaksud disini adalah perusahaan dan anggota
adalah karyawan.
Menurut Anda,
apakah ada hubungan kepemimpinan dengan budaya organisasi? Bagaimana
kira-kira hubungan antara keduanya?
Kita akan
mengetahui keterkaitan antara kepemimpinan dengan budaya organisasi yang
mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Dengan mengetahui hal ini nantinya akan
mengubah cara berpikir Anda sebagai seorang pemimpin agar membentuk budaya
perusahaan yang lebih baik sehingga berpengaruh ke kinerja karyawan Anda. Mari
kita simak bersama penjelasan berikut.
Perubahan budaya dalam
masyarakat meliputi berbagai bentuk meliputi kesenian, ilmu pengetahuan,
teknologi, filsafat dan laoin sebagainya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan
mencakup bagian yang lebih luas dari perubahan sosial, namun didalamnya tidak
termasuk berkaitan dengan organisasi sosial. Hubungan antara perubahan sosial
dan perubahan kebudayaan sangat erat. Kebudayaan adalah cara berpikir dan
bertingkah laku, yang timbul karena interaksi ytang bersifat komunikatif
seperti simbol-simbol dan bahasa yang menjadi alat pertemuan antar individu
atau kelompok. Kebudayaan merupakan hubungan yang kompleks antara
pengetahuan, kepercayaan, kepercayaan, kesenian, adat istiadat dan setiap
kemampuan manusia untuk mengembangkan kebiasaan sebagai warga masyarakat.
Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu
keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu
perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya (Soemardjan, 1982).
A. Bagaimana Pemimpin Menciptakan
Budaya Organisasi
Meningkatkan keberhasilan organisasi melalui penyelarasan budaya
menjadi fokus populer pekerjaan di tahun 1980-an. Edgar Schein, dalam bukunya
Organizational Culture and Leadership, percaya bahwa pemimpin melalui
percakapan sehari-hari mampu membentuk dan mengubah budaya. Budaya dibangun
dalam kehidupan sosial dan pemimpin perlu mengikat norma-norma budaya agar
sesuai dengan tujuan organisasi. Jika budaya saat ini tidak realistis, pemimpin
harus menjadi katalis, atau jembatan, yang menciptakan pemahaman baru dan
membantu karyawan menerapkan kebiasaan baru dan akhirnya meyakininya. Para
pemimpin juga harus menentukan, memperjelas dan memperkuat pemahaman tentang
tindakan dan keyakinan dalam membangun budaya yang diinginkan.
Dibawah ini adalah sejumlah pertanyaan yang dapat anda, para pemimpin, gunakan
untuk menilai dan menyelaraskan proyek dan program kerja dalam
rangka membentuk budaya yang diinginkan :
- Apa unsur-unsur budaya yang diinginkan ada dalam organisasi anda?
Bagaimana masing-masing unsur tersebut diterapkan dalam komunikasi dan tindakan
di tempat kerja?
- Bagaimana anda mengubah rencana manajerial dan cara berkirim
pesan?
- Bagaimana alat komunikasi anda mendukung karyawan menyampaikan
tujuan kerja, perubahan kerja, dan hambatan yang mereka hadapi?
- Apa yang bisa anda lakukan untuk memampukan karyawan melakukan
percakapan yang transformatif dengan lebih baik?
- Seberapa baik tampilan dan nuansa keseluruhan departemen di tempat
kerja anda?
- Perbaikan apa yang bisa anda ciptakan agar tempat kerja memiliki
model kerja yang lebih baik sesuai dengan budaya organisasi yang diinginkan?
- Apakah metrik yang anda gunakan pada departemen anda sudah
mengikuti perkembangan jaman? Apakah metrik ini dapat menampilkan perubahan
yang akan datang dan membantu tim anda mempersiapkan strategi baru dalam
bekerja?
- Apa yang bisa anda lakukan untuk tetap mengikuti trend and bersiap
menangani perubahan?
- Ada berapa macam diskusi perkembangan bisnis yang ada dalam
organisasi anda?
- Bagaimana anda menciptakan budaya pembelajaran yang melebihi kelas
training reguler?
Selain itu adalah penting untuk mengenali beberapa perilaku
destruktif yang dapat merusak budaya organisasi anda, terutama ketika perilaku
ini ditemukan pada lebih dari satu manajer. Berikut adalah beberapa contoh
spesifik percakapan dan perilaku yang tidak sesuai dengan karakteristik budaya
tim manajemen yang sehat :
Ketika manajer mendepak dan mengeluh satu sama lain. Kebiasaan
manajer berbicara buruk tentang rekan-rekan atau manajer karyawan yang lain
sangat merusak budaya perusahaan. Ini juga merupakan tanda ketidakdewasaan
manajerial.
Ketika manajer menghindar satu sama lain dan memblokir akses
kerjasama antar manajer. Para karyawan tidak bodoh, mereka menangkap sinyal
negatif yang tersirat dari penghindaran ini.
Ketika manajer malah bersaing (mementingkan posisi), bukannya
berkolaborasi (mementingkan tujuan).
Ketika manajer menyatakan visi yang mengesankan tapi gagal untuk menerapkannya
karena manajer sendiri tidak mempraktekannya, tidak memberi penilaian, dan
tidak ada pembelajaran ulang untuk mengingatnya.
Para pemimpin dapat mengoptimalkan budaya organisasi melalui model
kerja yang selaras dan mencontohkan perilaku yang sesuai dengan budaya yang
diinginkan. Anda sebagai pemimpin tidak bisa mengharapkan karyawan lebih
responsif terhadap perubahan ketimbang anda. Anda juga tidak bisa berharap
karyawan lebih kolaboratif ketimbang anda dan jajaran pemimpin lainnya. Anda
tidak bisa mengharapkan karyawan untuk menghargai pertumbuhan yang
berkelanjutan jika mereka tidak melihat anda melakukan hal yang sama. Intinya
semua kebiasaan yang anda dan jajaran pimpinan yang lain lakukan akan menjadi
patokan atau percontohan dari model kerja itu sendiri. Ketika model kerja
jajaran atas sudah selaras maka jajaran dibawahnya akan mengikuti. Manajemen
tim yang sehat akan menghasilkan budaya perusahaan yang sehat.
B. Hubungan
Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi
Kepemimpinan dan Budaya organisasi merupakan
fenomena yang sangat bergantung, sebab setiap aspek dari kepemimpinan akhirnya
membentuk budaya organisasi. Contohnya bila memasuki ruang perkantoran suatu
organisasi akan berbeda dengan kantor organisasi lain. Mengapa demikian? Karena
pemimpin tiap perusahaan berbeda. Fenomena yang didapatkan seperti etos kerja
karyawan, team work, sikap, dan integritas. Semua hal tersebut menggambarkan
kepemimpinan yang ada dalam sebuah perusahaan dan juga menggambarkan budaya
yang ada pada perusahaan tersebut. Kita akan membahas satu per satu fenomena
sebagai akibat dari keterkaitan kepemimpinan dan budaya perusahaan.
- Etos Kerja Karyawan, Etos adalah kemampuan seseorang dengan
keahlian yang memiliki kredibilitas dan reputasi andal, sehingga dia
mendapatkan kepercayaan penuh dari banyak orang. Seseorang dikatakan memiliki
etos dianggap terpercaya dan mampu melakukan pekerjaannya dengan andal dan
berkualitas. Biasanya dalam perusahaan, etos menggambarkan kemampuan seseorang
bersama profesi/pekerjaannya. Etos tidak tergantung pada tingginya pendidikan
seseorang atau banyaknya gelar akademis yang dimilikinya. Etos adalah tentang
kemampuan bertindak, mengeksekusi, melakukan, menghasilkan yang terbaik dan
kerja lapangan yang berkualitas. Dalam budaya organisasi yang kuat, etos
dihasilkan dari konsep budaya yang dilembagakan oleh perusahaan melalui
nilai-nilai, keyakinan, tata kelola, moral, sistem, prosedur, aturan
kepemimpinan, visi, misi, kemampuan, standar, pengetahuan dan perilaku kerja.
Hasil akhirnya, etos muncul sebagai gaya kerja, kebiasaan kerja, pola kerja,
karakter kerja, dan motivasi kerja. Dimana etos menjadi seperti sebuah
kepribadian kerja perusahaan yang diwakili oleh setiap insan perusahaan dengan
sepenuh hati. Jadi, budaya organisasi dicetuskan oleh aturan kepemimpinan dari
tiap pemimpin perusahaan. Budaya yang kuat akan menghasilkan sebuah etos kerja
karyawan yang baik. Misalnya dalam aturan kepemimpinan dituntut untuk disiplin
waktu maka budaya perusahaannya adalah kedisplinan dan dalam bekerja etos kerja
karyawannya selalu datang kantor tepat waktu. Hal ini berkaitan satu sama lain.
- Team Work, Budaya yang kuat membuat semua karyawan patuh
pada aturan dan bertanggungjawab untuk menjalankan sistem dengan penuh
integritas. Perusahaan yang andal selalu dihasilkan dari sebuah tim yang andal.
Tim yang andal lahir dai budaya perusahaa yang kuat. Selain itu juga tim yang
andal didasari pada pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan yang baik. Para
pemimpin kadang terlalu fokus membangun tim yang kuat untuk melayani kebutuhan
bisnis namun lupa membangun budaya perusahaan yang tangguh. Hal ini membuat tim
yang dibangun berada dalam fondasi yan rapuh sehingga mudah menemukan
ketidakcocokan dan pada akhirnya kinerja karyawan yang rendah.Pemimpin yang
memiliki sifat kepemimpinan yang transformasional ialah pemimpin yang mampu
menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan kondisi yang ada. Dengan demikian, cara
menghadapi berbagai karakter karyawan dalam sebuah tim lebih fleksibel. Setelah
membangun budaya perusahaan yang kuat, pemimpin dengan gaya ini akan menyatukan
perilaku, sifat, persepsi, karakter, kompetensi, kebiasaan dan etos kerja
masing-masing karyawannya. Oleh karena itu, semua individu dalam tim dapat
berkolaborasi dengan baik dan kompak. Pemimpin memulai kepemimpinannya dengan
visi dan misi. Visi dan misi membutuhka sebuah budaya yang kuat agar dapat
mewujudkannya maka pemimpin harus mampu mendefinsikan sebuah budaya perusahaan
yang bisa melancarkan geraknya dari misi dan visi menuju proses mewujudkannya.
Budaya yang kuat akan menyatukan individu dan kelompok dalam sebuah etos kerja
yang produktif sehingga menjadikan mereka bekerja lebih iklas dan juga mereka
patuh pada aturan dan bertanggungjawab untuk menjalankan sistem dengan
integritas.
- Sikap, Dalam membangun sebuah budaya
perusahaan, Anda sebagai pemilik bisnis harus mengembangkan sebuah standar sikap yang mendeskripsikan bagaimana
visi dan misi perusahaan yang akan diterapkan. Mungkin Anda mengira semua
karyawan yang Anda rekrut mengetahui bagaiman cara bersikap dan menghadapi
suatu kondisi, misal saat bertemu atau berkomunikasi dengan customer, namun
sebenarnya tidak semua karyawan tahu bagaimana cara bersikap dengan tepat. Cara
terbaik untuk mendapatkan sikap yang perusahaan inginkan secara konsisten
adalah dengan membuat standar secara tertulis dan dapat diukur. Sebagai contoh,
karyawan wajib menyapa klien dengan senyuman, memperlihatkan hasil final produk
sebelum dibayar oleh klien dan melakukan followup kepada calon klien minimal
satu kali. Sikap ini nantinya akan terbentuk menjadi budaya dari perusahaan
Anda. Tentunya Anda sebagai seorang pemimpin perlu menyusun standar sikap untuk
karyawan Anda agar nantinya budaya perusahaan Anda baik dan diingat sebagai
sebuah keunikan dan jati diri perusahaan Anda.
- Integritas, Integritas adalah salah satu atribut
terpenting/kunci yang harus dimiliki seorang pemimpin. Integritas adalah suatu
konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan, nilai, metode, ukuran,
prinsip, ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan. Orang yang berintegritas
berarti memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat. Karakter kuat
maksudnya ialah sikap teguh yang mempertahankan prinsip yang menjadi dasar yang
melekat pada dirinya sebagai nilai moral. Nilai integritas dari seorang
pemimpin dapat dituangkan dalam budaya perusahaan. Hal ini menjadikan setiap
karyawan dalam perusahaan akan memiliki integritas yang sama dengan pemimpinnya
sehingga dalam bekerja akan professional dan memiliki visi misi yang sama untuk
mencapai tujuan yang diinginkan dalam perusahaan. Karyawan yang berintegritas
akan dipengaruhi dari budaya perusahaan yang telah dibuat oleh pemimpinnya
sehingga apa yang tertanam dalam diri karyawan tersebut menjadikan dirinya
memiliki sikap kerja yang bertanggungjawab dan memiliki hasil kerja yang baik. Dari
keempat fenomena diharapkan menjelaskan bagaimana korelasi kepemimpinan dan
budaya organisasi/perusahaan sehingga kedua hal tersebut nantinya sejalan
dengan kinerja, sikap serta karakter karyawan dalam lingkungan bekerja yang membantu
bisnis Anda berkembang lebih baik.
C. Budaya Organisasi dan Harapan Pengikut
Budaya merupakan seperangkat nilai yang berguna bagi penetapan
konsep hidup manusia. Jika manusia ingin sukses dalam hidupnya maka sesorang
harus mengetahui budaya orang lain disekitarnya. Apabila kita hidup dalam
lingkungan organisasi maka budaya organisasi yang mengelilingi harus kita
pahami. Setelah memahami budaya hidup orang lain, maka langkah berikutnya
adalah bagaimana merancang konsep strategik untuk mencapai sasarn yang
diinginkan. Proses perencanaan dan pelaksanaan yang berorientasi ke masa depan
menjadi bagian dari strategik manajemen. Dalam proses pelaksanaan rencana
strategik diperlukan pemimpin yang tangguh yang mampu mempengaruhi semua
pengikut dalam suatu organisasi yang dipimpinya.
Kepemimpinan adalah suatu proses dalam mempengaruhi orang lain
agar mau atau tidak melakukan sesuatu yang diinginkan. Ada juga yang mengatakan
bahwa kepemimpinan (leadership) adalah hubungan interaksi antara pengikut dan
pemimpin dalam mencapai tujuan bersama. Gaya kepemimpinan dalam setiap orang
berbeda-beda. Adapun ragam gaya kepemimpinan adalah :
- Gaya kepemimpinan memberitahu (telling)
- Gaya kepemimpina berkonsultais (consulting)
- Gaya kepemimpinan berpartisipasi (participanting)
- Gaya kepemimpinan mendelegasikan (delegasi)
Kepemimpinan dan gaya kepemimpinan merupakan dua hal yang saling
terkait dan saling mempengaruhi. Salah satu kunci kepemimpinan adalah influence
(pengaruh). Pertimbangan utama dari pemimpin adalah mempengaruhi orang lain
untuk melakukan hal-hal yang diperlukan dalam mencapai goal yang spesifik dan
pertimbangan lainya adalah membangun hubungan pribadi dengan pengikutnya
berdasarkan kepercayaan, harapan dan kepedulian yang sebenarnya satu sama lain.
Membangun budaya organisasi/budaya perusahaan tidaklah mudah
untuk menciptakanya. Terciptanya budaya organisasi melalui proses yang panjang
dan secara bertahap berkelanjutan. Adapun budaya organisasi bisa tumbuh karena
nilai budaya dibawa pendiri, Nilai di perkenalkan, Nilai divalidasi, Nilai
menjadi budaya, Nilai ditanamkan , Nilai diperkuat, Budaya diperkuat, Budaya
dipersoalkan, Budaya dirubah,Budaya baru divalidasi ulang. Kekuatan budaya
organisasi ditentukan oleh kedalaman penghayatan nilai-nilai inti, kejelasan pengaturnya,
dan keluasan penyebarannya dikalangan segenap anggota.
D. Peran Pemimpin Dalam Perubahan Suatu
Organisasi
Peran pemimpin sangat diperlukan dalam
suatu organisasi khususnya perannya dalam membantu dalam proses perubahan.
Banyak definisi mengenai kepemimpin, (Rauch & Behling, 1984) mengemukakan
bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas dari suatu kelompok
yang sudah terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan. House, dkk dalam Yukl
(2002) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan dari seorang individu
untuk mempengaruhi, memotivasi dan membuat orang untuk memberikan kontribusinya
guna mencapai keefektifan dan kesuksesan organisasi. Sedangkan menurut Schein
(1992), kepemimpinan adalah kemampuan untuk keluar dari budaya lama untuk memulai
proses perubahan yang lebih adaptif. Dari berbagai definisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk
merubah budaya lama ke budaya baru guna mencapai keefektifan dan kesuksesan
organisasi.
Kepemimpinan merupakan faktor yang
mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Kepemimpinan
yang bagus yang dapat memberikan perubahan yaitu kepemimpinan yang efektif.
Agar kepemimpinan berjalan efektif, seorang pemimpin harus mendapatkan rasa hormat
dan kepercayaan dari orang yang dipimpin. Rasa hormat maupun kepercayaan ini,
baru bisa diperoleh ketika kita melihat sosok yang membuktikan apa yang selama
ini dia ucapkan. Contohnya, jika kita melihat orang yang selalu bicara tentang
kejujuran maka yang kita harapkan adalah apa yang ia sampaikan tersebut
terwujud dalam perilaku atau tindakannya sehari-hari. Selain itu pemimpin juga
harus mempunyai visi yang jauh ke depan tentang organisasi yang dipimpin maupun
keterampilan dalam mengelola dan mengarahkan organisasinya tersebut.
Mengelola perubahan adalah salah satu
hal yang paling sulit yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Salah satu alasan
kepemimpinan itu penting adalah bahwa di antara organisasi satu dengan
organisasi yang lain sudah semakin penuh persaingan, dan perubahan dalam desain
organisasi, struktur organisasi, maupun kepemimpinan sangat diperlukan untuk
bertahan hidup dalam lingkungan baru. Semakin tinggi tingkat tercapainya
perubahan yang dilakukan oleh seorang pemimpin maka semakin kuat kepemimpinan
seseorang dalam melakukan tindakan untuk perubahan organisasi. Sebaliknya,
semakin lemah kepemimpinan seseorang dalam mempengaruhi dan menggerakkan orang
lain untuk melakukan perubahan, maka semakin rendah pula tingkat tercapainya
perubahan. Hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar mampu membawa
perubahan ke arah yang lebih baik yaitu:
Pertama, Pemimpin harus
mampu memiliki kredibilitas dan reputasi yang hebat, agar ia mampu memberikan
inspirasi dan motivasi kepada setiap orang. Pemimpin harus memotivasi dan
menginspirasi setiap orang dalam setiap detik kehidupan mereka, untuk
bersemangat dan bangkit bersama dengan perubahan baru. Pemimpin harus membuat
setiap orang menyadari bahwa perubahan itu penting, untuk mengubah hal-hal yang
tertinggal zaman dengan hal-hal baru yang sesuai peradaban. Karena jika ada
perubahan maka seseorang akan berhenti pada satu titik saja, seseorang tidak
dapat berkembang sesuai dengan zamannya, apalagi pada masa sekarang yang
ber-era modernisasi. Jika kita tidak mampu mengikuti perkembangan maka kita
tertinggal jauh dan kualitas yang kita hasilkan pun tidak lagi menjadi mempunyai
daya saing dimata masyarakat. Pemimpin harus memiliki keterampilan untuk dapat
mengenali perubahan-perubahan penting, serta mampu mengambil tempat di dalam
hati setiap orang, agar semua orang dalam organisasi bisa saling menyatu dan
saling berempati, untuk membawa perubahan itu ke arah yang lebih memberi
manfaat positif buat organisasi dan buat setiap manusianya. Perkembangan
teknologi informasi yang terjadi sekarang memang menjadi dorongan kuat bagi
organisasi untuk berubah. Apabila perusahaan tidak mengikuti perkembangan
teknologi informasi, maka perusahaan akan semakin tertinggal dengan perusahaan
lain. Sedangkan tekanan sosial dan politik yang terjadi membuat perusahaan
harus berfikir secara lebih global untuk mencari peiuang baru guna mencapai kesuksesan.
Dorongan-dorongan untuk melakukan perubahan tersebut menyadarkan perusahaan
untuk melakukan perubahan. Banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan
pada akhirnya tutup dikarenakan tidak mau berubah.
Kedua, Pemimpin harus
bisa membangkitkan semangat perubahan dari setiap orang di dalam organisasi
untuk menyesuaikan diri dengan lebih cepat, serta berjuang keras dan bekerja
keras untuk mendapatkan hasil perubahan yang lebih baik dari rencana yang ada.
Pemimpin harus menyadarkan setiap orang, agar selalu menggunakan cara-cara
profesionalisme dalam merespon setiap perubahan. Untuk itu, pemimpin harus
duduk bersama dengan semua para karyawannya untuk berbicara tentang
perubahan-perubahan yang diinginkan. Semangat di dalam melaksanakan kegiatan
kerja karyawan tidak akan terlepas dari semangat kerja sehingga dengan demikian
karyawan tersebut akan selalu mampu melaksanakan pekerjaan dengan baik.
Pekerjaan yang akan diberikan kepada karyawan perlu diperhatikan juga latar
belakang pendidikan sehingga mereka bekerja dengan semangat dan bekerja dengan
cara yang efektif. Yang dimaksud dengan semangat kerja adalah dorongan yang
menyebabkan melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian
pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik.
Ketiga, Pemimpin harus
cerdas menggunakan tema perubahan dalam organisasinya, sebagai sarana untuk
meningkatkan keuntungan kompetitif bisnisnya. Pemimpin harus bisa menggambarkan
perubahan itu secara nyata di pikiran setiap orang, dan memberikan cermin perubahan
untuk dapat dilihat setiap orang tentang wujud asli dari perubahan tersebut.
Perubahan yang akan dituju harus rasioanal dan memungkinkan untuk berhasil
dalam mencapainya. Jangan sampai pemimpin mempunyai ambisi yang berlebihan
dalam mempunyai suatu tujuan tertentu hingga sampai tidak memperhitungkan
terlebih dahulu resiko-resiko yang dihadapinya.
Keempat, Pemimpin harus
memberi inspirasi kepada setiap orang, untuk menghadapi perubahan dalam
pekerjaan, untuk menghadapi perubahan dalam keluarga, untuk menghadapi
perubahan dalam hidup. Dan dalam semua aspek yang bertujuan untuk meningkatkan
gairah dan kepercayaan diri organisasi, untuk memenangkan persaingan dalam
kompetisi bisnis yang ketat. Pemimpin harus mengajak dan menggandeng setiap
hati dan setiap pikiran, untuk berpikir dan bertindak dalam semangat
meningkatkan semua potensi organisasi, agar mampu menangani semua potensi hebat
secara lebih baik, dengan cara mengubah hal-hal yang menghambat gerak sukses
organisasi. Pemimpin harus cerdas membimbing setiap orang untuk berhenti
berwacana secara berkepanjangan, dan mengajak setiap orang untuk melakukan
tindakan-tindakan yang membantu organisasi. Tindakan yang terfokus pada upaya
meningkatkan kinerja, dalam kemampuan manajemen menghadapi perubahan yang tak
pasti. Pemimpin harus selalu menggunakan pola atau model berpikir yang
sederhana dan jelas, agar setiap orang di dalam organisasi tidak terjebak dalam
cara berpikir yang merumitkan, sehingga makna perubahan itu tidak menjadi
kabur. Pola berpikir yang lebih sederhana akan mendekatkan semua solusi terbaik
melalui logika dan akal sehat, yang dapat diukur kebenarannya. Oleh karena itu,
berpikir sederhana akan menuntun pemimpin dan pengikutnya dalam jalur yang
tidak rumit untuk menemukan segala macam solusi terbaik, dimana semua solusi
itu masih bisa diukur kebenarannya dengan pikiran jernih yang berlogika cerdas,
semua solusi terbaik pada dasarnya telah ada, hanya saja diperlukan keandalan
kepemimpinan yang solid dan kuat, untuk menjadi lebih sederhana, jernih, dan
sabar dalam menyusuri jalur sederhana menuju puncak penghasil solusi andal buat
sebuah perubahan yang hebat dan bermanfaat.
Selain pemimpin harus mampu membawa
perubahan, pemimpin juga harus mampu mengelola perubahan agar perubahan yang
telah direncanakan dapat berhasil. Salah satu permasalahan yang sering muncul
pada proses perubahan adalah adanya penolakan terhadap perubahan (resistant to
change). Disinilah peran pemimpin diperlukan untuk meyakinkan dan memotivasi
para karyawan untuk melakukan perubahan. Cummings & Worley (2005),
mengemukakan bahwa pengelolaan perubahan terfokus pada pengidentifikasian
sumber-sumber penolakan terhadap perubahan dan mencari cara bagaimana
penolakan-penolakan tadi dapat diselesaikan. Penolakan terhadap perubahan merupakan
fenomena yang timbul dalam proses perubahan. Connor dalam Yukl (2002)
menjelaskan beberapa hal yang menyebabkan penolakan, yaitu :
Ketidak
percayaan kepada orang yang mengusulkan perubahan. Hal ini akan menyebabkan
efek yang besar terhadap sumber penolakan yang lain.
Kepercayaan
bahwa perubahan tidak diperlukan. Apabila orang-orang dalam organisasi
merasakan bahwa cara/metode yang selama ini mereka gunakan sudah baik, maka
adanya rencana perubahan akan membuat mereka menolak.
Kepercayaan
bahwa perubahan tidak dapat dilakukan. Proses perubahan yang akan dilakukan
membutuhkan usaha yang besar, sehingga perubahan yang radikal dapat menyebabkan
orang meragukan keberhasilan perubahan.
Ancaman
ekonomi. Perubahan yang akan dilakukan membuat karyawan merasa terancam dari
segi ekonomi, misalnya perubahan dapat menyebabkan kehilangan pendapatan karena
pemutusan hubungan kerja (PHK) atau penggantian manusia dengan teknologi
informasi, sehingga mereka kehilangan pekerjaan.
Perubahan
biasanya berbiaya tinggi. Walaupun perubahan biasanya membawa keuntungan besar
bagi perusahaan, tetapi besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
membuat perusahaan berfikir lebih mendalam sebelum menentukan untuk melakukan
perubahan. Dalam hal ini, perusahaan harus membandingkan biaya dan keuntungan
yang mungkin diperoleh (cost and benefit analysis).
Ketakutan
akan kegagalan individu. Apabila orang-orang dalam organisasi sudah terbiasa
menggunakan cara/metode lama maka rencana perubahan membuat mereka ketakutan,
jika mereka tidak bisa menggunakan cara/metode baru.
Kehilangan
status dan kekuasaan. Perubahan-perubahan besar dalam organisasi dapat
menyebabkan beberapa orang merasa terancam akan kehilangan kekuasaan dan status
akibat adanya perubahan.
Ancaman
terhadap nilai-nilai dan cita-cita organisasi. Adanya perubahan menyebabkan
ketakutan-ketakutan akan hilangnya nilai-nilai organisasi yang selama ini telah
dianut oleh organisasi.
Penolakan
akan pengaruh (Resentment of interference). Ada beberapa orang yang menolak
untuk berubah karena mereka tidak mau dikontrol oleh orang lain.
Kepemimpinan dan perubahan merupakan
hal yang tidak dapat dipisahkan, dimana di satu sisi perubahan merupakan suatu
tolak ukur berjalannya suatu kepemimpinan. Kepemimpinan dibutuhkan dalam perubahan
yang terjadi di era globalisasi sekarang, yang menuntut suatu kelompok bersaing
terhadap pengaruh luar agar tidak ketinggalan zaman. Tetapi banyak pendapat
yang mengatakan bahwa “beda pemimpin maka beda perubahan”, hal ini dikarenakan
karena setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda-beda,
tergantung bagaimana pemimpin tersebut mengaturnya. Kepemimpinan itu merupakan
suatu seni dan ilmu dalam mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk mencapai
tujuan dari suatu organisasi. Dimana seni dan ilmu ini harus dimiliki
seorang pemimpin dalam memimpin anggotanya untuk mencapai perubahan yang
diimpikan. Seni dan ilmu ini justru didapatkan seorang dari pengalaman dan
paparan social di sekitarnya yang dengan sendirinya akan membentuk karakter pemimpin
tersebut. Kepemimpinan tersebut nantinya akan menghasilkan suatu perubahan
dalam organisasinya sesuai dengan kualitas kepemimpinannya. Dalam suatu
kepemimpinan dibutuhkan pula suatu kemampuan mengola perubahan, karena suatu
perubahan harus disesuaikan dengan tujuan utama dalam suuatu organisasi
tersebut. Juga perubahan tersebut dapat diterima oleh anggota, karena tujuan
awal dari kemimpinan tersebut adalah bagaimana mengajak anggota-anggota
tersebut untuk bergerak bersama menuju tujuan dari organisasi mereka, sehingga
dapat dijalankan bersama oleh anggota dan pemimpinnya, karena sesungguhnya
posisi pemimpin disini hanya sebagai pengerak dan manager dari anggota
organisasi tersebut, sehingga organisasi tersebut bisa mencapai tujuan mereka.
Dalam mencapai perubahan yang
diinginkan, pemimpin juga harus memiliki moral yang baik. Sebagai seorang
pejabat publik, haruslah orang yang betul-betul bisa menjadi panutan yang baik
bagi masyarakatnya. Karena itu cerminan apa yang akan dia lakukan untuk
masyarakat nanti. Pejabat publik harus bersih, bukan hanya dari korupsi tapi
juga mempunyai budi pekerti dan akhlak yang luhur. Moralitas itu diturunkan
dalam perilaku yang etis, nasionalis, dan bervisi kerakyatan. Bangsa Indonesia
membutuhkan pemimpin masa depan yang berkarakter kuat dan bermoral.
Pemimpin masa depan Indonesia haruslah memiliki moral Pancasila dan UUD 1945
sebagai falsafah dan konstitusi bangsa ini. Pemimpin itu, harus memahami tujuan
didirikannya negara ini. Seperti yang telah tertuliskan dalam UUD 1945, negara
ini bertujuan untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial. Pada kata ‘melindungi segenap bangsa’ maka di situ
pemimpin berperan. Bukannya memerosotkan dan menjatuhkan bangsa. Kita sebagai
pemuda penerus bangsa harus mampu memberikan sosok teladan yang baik bagi
generasi penerus bangsa, harus mampu menjadi pemimpin yang mempunyai
karakteristik seperti kejujuran, berorientasi ke depan, berkompeten, dan
membangkitkan semangat anggotanya. Seorang pemimpin harus mempunyai sifat
kejujuran yaitu yang berhubungan dengan keyakinan pemimpin dapat dipercaya dan
bisa dipegang kata-katanya atau janji-janjinya.
E. Kepemimpinan Antar Budaya
Studi kepemimpinan selama lebih dari
separuh abad selalu mengambil tempat di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa
Barat. Namun belakangan studi kepemimpinan diluar wilayah tersebut mulai
berkembang pesat. Alasannya untuk melihat apakah hasil temuan kepemimpinan di
barat, bisa diaplikasikan secara general pada wilayah-wilayah lain. Selain itu,
adanya peran globalisasi dan perubahan arus demografi membuat ilmuwan ingin
melihat bagaimana kepemimpinan bisa berpengaruh dan mengelola individu lintas
budaya.
Pengenalan kepada kepemimpinan lintas budaya, Disebabkan karena globalisasi organisasi yang semakin meningkat, menjadi penting bagi organisasi untuk bisa menemukan kepemimpinan efektif lintas budaya. Karena sederhana, pemimpin akan lebih sering berkonfrontasi dengan individu yang berlatar belakang budaya berbeda. Untuk itu diperlukan penelitian lintas budaya, dimana dalam penelitian lintas budaya dimana penelitian demikian memerlukan variable dan proses lebih luas, untuk dapat memperbaiki teori-teori kepemimpinan. Selain itu, dengan penelitian lintas budaya, peneliti akan dituntut untuk lebih memiliki perspektif luas, yang dengan tantangan itu akhirnya dapat mengimprovisasi bidang penelitian itu sendiri baik dalam metodologi maupun metode pengumpulan data-nya.
Pengaruh budaya dalam perilaku kepemimpinan, Nilai budaya dan tradisi dapat mempengaruhi perilaku manajer dalam berbagai macam cara. Karena nilai tersebut diinternalisasi bersamaan dengan manajer tersebut tumbuh, seringkali aplikasi nilai dalam tingkah laku, dilakukan dalam kondisi tidak sadar. Budaya yang mempengaruhi pun tidak selalu budaya nasional/negara, karena ada factor budaya lain yang dapat mempengaruhi perilaku manajer diluar budaya nasional. Selain itu, belum tentu budaya yang tidak didukung luas oleh sebuah negara tertentu berarti budaya tersebut tidak efektif jika diterapkan, artinya ada beberapa cara pandang negara, atau bangsa tentang budaya yang tidak serta merta berlaku mutlak dalam organisasi. Misalkan bisa jadi tepat waktu adalah budaya yang baik bagi orang barat, namun di asia tenggara harus ada kompromi tentang hal itu. Terakhir, perlku diingat bahwa nilai dan tradisi dari sebuah bangsa dan negara dapat berubah seiring berjalannya waktu.
F. Pemimpin
Pembelajar Sebaga Manajer Antar Budaya
Kepemimpinan merupakan
kemampuan untuk menggerakkan orang-orang dalam mencapai suatu tujuan. Makna kata
kepemimpinan erat kaitannya dengan makna kata memimpin. Kata memimpin
mengandung makna suatu kemampuan seseorang untuk
menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu organisasi sehingga dapat
di dayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Kemampuan
seorang pemimpin dalam mepengaruhi pengikutnya merupakan faktor
dominan yang menentukan keberhasilan suatu organisasi, karena pemimpin memiliki
peran sebagai koordinator, motivator dan katalis yang akan membawa
organisasi pada puncak keberhasilan.
Menurut
Wahjosumidjo (2008:83) dalam praktik organisasi, kata
memimpin mengandung konotasi menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi,
membina, memberikan teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan, dan
sebagainya. Betapa banyak arti yang terkandung dalam kata memimpin, memberikan
indikasi betapa luas tugas dan peranan seorang pemimpin organisasi.
Manusia
berbudaya adalah manusia yang memiliki perilaku dan tingkah laku yang berakal
budi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Manusia diberikan kecerdasan
secara alamiah yang merupakan sebuah kemampuan dan daya tangkap yang luar biasa
dan lebih tinggi dalam memahami sesuatu.
Cerdas adalah suatu kemampuan
yang luar biasa yang dinilai dari segi pikiran atau kelakuan yang dimiliki oleh
individu tersebut. Biasanya kelebihan ini bisa membantu mereka agar menjadi
beradaptasi dengan lebih dekat pada kehidupan sekitarnya. Orang yang mendapat
kesuksesan tentunya bukan hanya dikarenakan memiliki IQ yang tinggi namun juga
memiliki emosi yang cerdas, memiliki banyak teman, bisa berkomunikasi dengan
baik, mempunyai empati yang tinggi terhadap orang dan lingkungan sekitar dan
juga tidak mudah marah atau tempramental.
Sekarang
banyak kita temukan berbagai macam orang memberikan brand sebuah kecerdasan,
misalnya sebuah telpon seluler cerdas dan kota cerdas. Dengan menggunakan
telpon seluler cerdas tersebut kita dapat dengan mudah mengakses apa yang ingin
kita ketahui dalam waktu yang cepat dan mudah. Bayangkan jika kita berada di sebuah kota yang
beragam informasi mengenai kota itu semua tersedia di dalam telepon seluler,
baik mengenai tempat penginapan, rumah makan, tempat ibadah, obyek wisata,
transportasi dan lain-lain. Semua itu dengan mudah dapat kita ketahui melalui
telpon seluler.
Pada saat ini jikalau kita
ingin tahu rute terpendek dan tidak macet, ponsel langsung menyajikan informasi
yang dibutuhkan bahkan kapan dan di mana sebaiknya mengisi bahan bakar minyak
atau singgah sekedar berbelanja jajanan khas. Melalui telpon cerdas juga kita
akan dapat mengetahui apabila kita sedang berada 30 km dari pusat kota dan
bermaksud menuju ke pusat kota maksimal dalam 20 menit. Semua gambaran diatas
sudah mampukah kita mewujudkan impian tersebut di sebuah lembaga pendidikan
yang kita katakan lembaga membentuk kecerdasan dan berbudaya.
Manajemen perubahan adalah
pendekatan terstruktur untuk pergeseran/transisi individu, tim, dan organisasi
dari keadaan sekarang kemasa depan yang diinginkan. Ini adalah proses
organisasi bertujuan membantu karyawan untuk menerima dan merangkul perubahan
dalam lingkungan bisnis mereka saat ini . Dalam manajemen proyek , manajemen
perubahan mengaju pada proses manajemen proyek dimana perubahan proyek secara
resmi diperkenalkan dan disetujui.
Mengubah sikap dan perilaku
personil, sebagai praktek multidisiplin yang telah berkembang sebagai hasil
dari penelitian ilmiah, Manajemen Perubahan Organisasi harus dimulai dengan
diagnosis sistematis situasi saat ini dalam rangka untuk menentukan baik
kebutuhan untuk berubah dan kemampuan untuk berubah.Tujuan, isi, dan proses
perubahan semua harus ditentukan sebagai bagian dari rencana manajemen
perubahan.
Terkait adanya kondisi yang
menuntut kita memahami sebuah manajemen perubahan, ada empat sikap yang bisa
dipilih terhadap kondisi ini. Empat sikap yang terkait dengan perubahan
tersebut di antaranya adalah : Menjadi motor penggerak terhadap perubahan. Di
sini, kita memiliki posisi di garda terdepan terhadap proses perubahan yang
terjadi. Kita dituntut memiliki pengetahuan tentang konsep dan alasan perlunya
sebuah perubahan harus dilakukan.
Dengan demikian, kita bisa
mempengaruhi serta meyakinkan pihak lain bahwa kondisi yang ada pada saat ini
perlu diubah. Untuk berada pada posisi ini, diperlukan lebih dari
sekadarkecerdasan, namun juga keberanian. Sebab, untuk menjadi pelopor
perubahan biasanya akan berhadapan dengan sebuah tantangan dari pihak yang
sudah nyaman dengan kondisi yang ada, sehingga enggan terhadap perubahan.
G. Pemimpin Yang Cerdas dan
Berbudaya
Kepemimpinan
adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab itu
kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi seorang manajer
yang efektif. Menurut Komang Ardana, dkk (2008:89) kepemimpinan adalah
merupakan intisari dari manajemen organisasi, sumber daya pokok dan titik
sentral dari setiap aktivitas yang terjadi dalam sautu organisasi.
Selanjutnya, Chris Harijanto (2007:2) kepemimpinan merupakan
konsekwensi logis dari perilaku dan budaya manusia yang secara kodrati terlahir
sebagi zoon politicon yang memiliki ketergantungan
sosial sangat tinggi dalam memenuhi berbagai kebutuhannya.
Menurut Sondang P. Siagian,
dalam Hikmat ( 2009:254), ada empat gaya kepemimpinan :
- Gaya kepemimpinan otokratis, dimana pemimpin bertindak
sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya.
- Gaya militeristis, seorang pemimpin yang memiliki sifat
intruksional, serba formalistik,
disiplin dan tertutup bagi kritik.
- Gaya paternalistis, seorang pemimpin yang selalu
menyepelekan kemampuan anak buah, tertutup bagi pekembangan kaderisasi serta
kreativitas anak buah tertekan.
- Gaya atau Model Kontingensi Fielder, keberhasilan
kepemimpinan dipe ngaruhi human relationship pemimpin dengan
yang dipimpin, staffing dan organizing yang
efektif dan profesional serta otoritas pemimpin yang kuas dan tegas.
Kepemimpinan
bukanlah hak mutlak seseorang pejabat formal dalam sebuah organisasi, melainkan
oleh kecakapannya dalam memimpin orang lain. Artinya, sangat mungkin seorang
bawahan memiliki kecakapan kepemimpinan yang lebih baik daripada
atasannya.
Kepemimpinan seseorang
berperan sebagi penggerak dalam proses kerja sama
antar manusia dalam organisasi yang dapat bergerak secara
terarah dalam upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Hikmat (2009:252) fungsi utama
pemimpin adalah menjalankan kepemimpinannya dengan baik dan benar, artinya
berdasarkan aturan main yang telah disepakati dan ditetapkan organisasi. Adapun
yang menjadi fungsi utama pemimpin adalah sebagai berikut :
- Pengelola organisasi atau
pengendali utama manajemen berorganisasi
- Motivator, orang yang mendorong
dan memberikan dukungan penuh kepada bawahannya untuk bekerja dengan optimal
- Pembuat keputusan yang akan
mempengaruhi perkembangan dan kemajuan organisasi serta kesejahteraan para
anggotanya
- Penilai kinerja karyawannya
yang akan memberikan penghargaan bagi seluruh prestasi kerja bawahannya.
- Dinamisator dan katalisator
organisasi, orang yang memajukan organisasi dan mengendalikan situasi dan
kondisi yang akan berpengaruh terhadap kemajuan atau kemunduran organisasi.
- Stabilisator, orang yang
mempunyai kapabilitas terkuat dalam mempertahankan eksistensi organisasi.
- Supervisor, yang membina,
melatih, mendidik, mengawasi, menilai dan memberikan contoh kerja terbaik bagi
seluruh anggota organisasi yang dipimpinnya.
Dengan
demikian kepemimpinan adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin
dalam mengelola orang lain sebagai bawahannya secara bersama-sama untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Bahkan kepemimpinan merupakan
suatu seni atau teknik yang dimiliki pemimpin untuk membuat kelompok bawahan
dalam organisasi untuk mentaati segala apa yang dikehendakinya yang membuat
mereka bersemangat bahkan rela berkorban untuknya dalam mencapai suatu tujuan.
Manusia
berbudaya dalam kehidupannya berperilaku baik, bermoral, sopan dan santun
terhadap sesama manusia atau mahluk ciptaan tuhan. Manusia berbudaya
berperilaku sesuai dengan moral, norma-norma yang berlaku dimasyarakat, sesuai
dengan perintah di setiap agama yang diyakini, dan sesuai dengan hukum Negara
yang berlaku. Dalam berperilaku, manusia yang berbudaya tidak menjalankan sikap-sikap
atau tindakan yang menyimpang dari peraturan-peraturan baik berupa norma- norma
yang ada di masyarakat maupun hukum yang berlaku. Semua aturan dan norma dapat
dilaksanakan dengan akal yang cerdas, tentunya memberikan sebuah kehidupan yang
berbudaya.
Manusia sebagai
mahluk berbudaya tentunya memiliki akal dan budi atau pikiran dan perasaan.
Dengan akal dan budi manusia berusaha terus menciptakan benda-benda baru untuk
memenuhi tuntutan jasmani dan rohani yang akhirnya menimbulkan kebahagiaan. Kebahagiaan
bagi manusia sesuatu yang baik, benar dan adil.
Apa yang telah
dilaksanakannya selama menjadi pemimpin akan
dipertanggungjawabkannya secara moral dalam kehidupan, secara formal
dengan atasan dan secara agama dalam dunia akhirat. Selain itu manusia juga
harus mendayagunakan kecerdasan dan berbudaya untuk menciptakan kebahagiaan
bagi semua makhluk Tuhan di muka bumi ini. Manusia sebagai makhluk yang
berbudaya senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan,
karena yang membahagiakan hidup manusia itu pada hakikatnya sesuatu yang baik,
benar dan adil.
REFERENSI :
- Kusdi. 2011.
Budaya Organisasi: Teori, Penelitian dan Praktik. Salemba Empat. Jakarta.
- Robbins &
Judge. 2015. Perilaku organisasi. Edisi 16. Salemba Empat. Jakarta.
- Wibowo. 2016.
Budaya Organisasi. Rajawali Press. Jakarta.
- Sutrisno, Mudji dan Putranto, Hendar. Teori-Teori Kebudayaan.
Jakarta: Kanisius. Hal 148
- Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan
Aplikasinya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persad
- Wahab, Abdul Azis, Anatomi organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan,
Bandung:, penerbit Alfabeta, 2008
- Chattab, Nevizond (2007), Diagnosis Management
: Upaya Peningkatan Keunggulan Organisasi, Penerbit Serambi, Jakarta
- Cummings, G. Thomas and Worley, G. Cristhopher
(2005), Organizational Development And Change.
Thompson South Western. Internastional Student edition. Uhio USA
- Frost, P.J, et.al (1985) Organizational
Culture. Sage Publication, Inc, London
- Gibson & Ivanicevich & Donnely.
(1996), Organisasi : Prilaku, struktur, Proses. Penerjemah Adiarni, N. Binarupa
Aksara, Jakarta
- Hofstede, G. (1983), The Culture
Relativity of Organizational Practice and Theories.
SUMBER LAIN :
- Wikipedia.org. Manajemen.
- http://teknikkepemimpinan.blogspot.com/2012/09/pengembangan-budaya-organisasi.html
- https://arbaswedan.id/membangun-budaya-organisasi/
- https://jurnalmanajemen.com/budaya-organisasi/