Kepribadian, Nilai dan Gaya Hidup
Memahami kepribadian setiap konsumen
sangat penting bagi pemasar, karena kepribadian sangat terkait dengan prilaku
yang di timbulkan oleh konsumen. Dari beberapa definisi kepribadian dapat di
simpulkan bahwa kepribadian sangat erat dengan adanya perbedaan karakteristik
yang dimiliki setiap manusia, dengan perbedaan karakteristik inilah
menghasilkan banyak sekali perilaku manusia yang berbeda dalam merespon setiap
stimulus. Individu yang memiliki karakteristik yang hampir sama cenderung akan
bereaksi yang relative sama terhadap stimulus yang sama.
Pemahaman tentang konsumen dan
proses konsumsi akan menghasilkan sejumlah manfaat, antara lain yaitu kemampuan
untuk membantu para manager mengambil keputusan, memberikan para peneliti
pemasaran pengetahuan dasar ketika menganaisis konsumen, serta membantu para
konsumen untuk mengambil keputusan yang lebih baik. Dengan mempelajari prilaku
konsumen dapat memperdalam pengetahuan kita tentang faktor-faktor psikologis,
sosiologi, dan ekonomi yang mempengaruhi semua konsumen.
Para pemasar berusaha untuk
mengetahui kepribadian konsumen dan apa pengaruh terhadap prilaku konsumsi.
Pemahaman tersebut sangat penting agar pemasar dapat merancang komunikasi yang
sesuai dengan sasaran konsumen yang di tuju, sehingga konsumen dapat menerima
produk atau jasa yang si pasarkan sesuai dengan kepribadiannya.
1. Kepribadian
Kepribadian
merupakan ciri watak seorang individu yang konsisten yang mendasari perilaku
individu. Kepribadian sendiri meliputi kebiasaan, sikap, dan sifat lain yang
kas dimiliki seseorang. Tapi kepribadian berkembang jika adanya hubungan dengan
orang lain. Dasar pokok dari perilaku seseorang adalah faktor biologis dan
psikologisnya. Kepribadian sendiri memiliki banyak segi dan salah satunya
adalah self atau diri pribadi atau citra pribadi.
Mungkin saja konsep
diri aktual individu tersebut (bagaimana dia memandang dirinya) berbeda dengan
konsep diri idealnya (bagaimana ia ingin memandang dirinya) dan konsep diri
orang lain (bagaimana dia mengganggap orang lain memandang dirinya). Keputusan
membeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur
hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri
pembeli.
Kepribadian adalah karakteristik
psikologis seseorang yang menentukan dan merefleksikan bagaimana seseorang
merespon lingkungannya(Schiffman dan Kanuk,2000). Berdasarkan definisi ini maka
bias disimpulkan bahwa yang ditekankan adalah karakter-karakter internal
termasuk didalamnya berbagai atribut,sifat,tindakan yang membedakan dengan
orang lain. Secara praktis konsep kepribadian dapat didefinisikan sebagai seperangkat
pola perasaan,pemikiran dan perilaku yang unik yang menjadi standar respon
konsumen untuk berbagai situasi.
Pola ini memiliki beberapa ciri khas yaitu :
- Mencerminkan perbedaan individu
- Konsisten
- Psikologis dan fisiologi
- Kepribadian dapat berubah
- Kepribadian berinteraksi dengan situasi
Dimensi kepribadian :
Ekstraversi, Suatu dimensi kepribadian yang
mencirikan seseorang yang senang bergaul dan banyak bicara dan tegas.
Sifat
Menyenangkan, Suatu
dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang baik hati, kooperatif dan
mempercayai.
Sifat
Mendengarkan Kata Hati, Suatu
dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang bertanggung jawab, dapat
diandalkan, tekun dan berorientasi prestasi.
Kemantapan
Emosional, Suatu
dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang tenang, bergairah,terjamin
(positif), lawan tegang, gelisah,murung dan tak kokoh (negative).
Keterbukaan
Terhadap Pengalaman, Suatu
dimensi kepribadian yang emncirikan seseorang yang imajinatif, secara artistic
peka dan intelektual.
2. Nilai
Nilai (value)
merupakan kata sifat yang selalu terkait dengan benda, barang, orang atau
hal-hal tertentu yang menyertai kata tersebut. Nilai adalah sebuah konsep yang
abstrak yang hanya bisa dipahami jika dikaitkan dengan benda, barang, orang
atau hal-hal tertentu. Pengkaitan nilai dengan hal-hal tertentu itulah yang
menjadikan benda, barang atau hal-hal tertentu dianggap memiliki makna atau
manfaat. Benda purbakala dianggap bernilai karena berguna bagi generasi penerus
untuk mengetahui sejarah masa lampau kita. Video tape recorder, meski secara
teknis kondisinya masih baik, dianggap manfaatnya sudah hilang karena sudah
susah mengoperasikannya mengingat kaset yang seharusnya menjadi komplemen video
tape tersebut tetidak bisa lagi diperoleh di pasaran, semuanya tergantikan oleh
VCD. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan nilai adalah prinsip, tujuan, atau
standar sosial yang dipertahankan oleh seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat) karena secara intrinsik mengandung makna.
Nilai adalah ide umum tentang tujuan
yang baik dan yang buruk. Dari alur norma atau aturan yang menjelaskan tentang
yang benar atau yang salah, yang bisa diterima dan yang tidak. Beberapa norma
dikatakan sebagai enacted norms, di mana maksud dari norma tersebut terlihat
secara eksplisit, benar dan salah. Namun, banyak norma lain yang lebih halus,
ini adalah crescive norm yang telah tertanam dalam budaya dan hanya bisa
terlihat melalui interaksi antaranggota dalam budaya.
Nilai-nilai budaya yang berlaku berbeda di setiap wilayah. Nilai yang berlaku
di suatu Negara belum tentu berlaku di Negara atau bahkan bisa bertolak
belakang dari nilai yang berlaku di Negara.
Untuk memahami pengertian nilai secara lebih dalam, berikut ini akan disajikan
sejumlah definisi nilai dari beberapa ahli.
“Value is an enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of
existence is personally or socially preferable to an opposite or converse mode
of conduct or end-state of existence.” (Rokeach, 1973 hal. 5)
“Value is a general beliefs about desirable or undesireable ways of behaving
and about desirable or undesireable goals or end-states.” (Feather, 1994 hal.
184)
“Value as desireable transsituatioanal goal, varying in importance, that serve
as guiding principles in the life of a person or other social entity.”
(Schwartz, 1994 hal. 21)
Schwartz mengemukakan teori bahwa nilai berasal dari tuntutan manusia yang
universal sifatnya yang direfleksikan dalam kebutuhan organisme, motif sosial
(interaksi), dan tuntutan institusi sosial (Schwartz & Bilsky, 1987).
Ketiga hal tersebut membawa implikasi terhadap nilai sebagai sesuatu yang
diinginkan. Schwartz menambahkan bahwa sesuatu yang diinginkan itu dapat timbul
dari minat kolektif (tipe nilai benevolence, tradition, conformity) atau
berdasarkan prioritas pribadi / individual (power, achievement, hedonism,
stimulation, self-direction), atau kedua-duanya (universalism, security).
Nilai individu biasanya mengacu pada kelompok sosial tertentu atau
disosialisasikan oleh suatu kelompok dominan yang memiliki nilai tertentu
(misalnya pengasuhan orang tua,
agama, kelompok tempat kerja) atau melalui pengalaman pribadi yang unik
(Feather, 1994;
Grube, Mayton II & Ball-Rokeach, 1994; Rokeach, 1973; Schwartz, 1994).
Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya
‘diinginkan’, di mana ‘lebih diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai modus
tingkah laku yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan
akhir tingkah laku (Kluckhohn dalam Rokeach, 1973). ‘Lebih diinginkan’ ini
memiliki pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan
demikian maka nilai menjadi tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk
berubah. Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh
pengalaman budaya, masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur
psikologis individu (Danandjaja, 1985), maka nilai menjadi tahan lama dan
stabil (Rokeach, 1973). Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk menetap,
walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila
terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap
(Danandjaja, 1985).
3. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah suatu pola atau
cara individu mengekspresikan atau mengaktualisasikan, cita-cita, kebiasaan /
hobby, opini, dsb dengan lingkungannya melalui cara yang unik, yang
menyimbolkan status dan peranan individu bagi linkungannya. Gaya hidup dapat
dijadikan jendela dari kepribadian masing-masing invidu.Setiap individu berhak
dan bebas memilih gaya hidup mana yang dijalaninya, baik itu gaya hidup mewah
(glamour), gaya hidup hedonis, gaya hidup punk, gaya hidup sehat, gaya hidup
sederhana.
Plummer (1983) gaya
hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang
menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam
hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya.
Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal
yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya
dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta
sedangkan Sarwono (1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
gaya hidup adalah konsep diri. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri
seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002).
Menurut Susanto (dalam Nugrahani,2003) gaya hidup adalah perpaduan antara
kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak
berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam
gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis,
gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya.
4. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Gaya Hidup
Menurut pendapat
Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat dari
perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk
mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya
proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.Lebih
lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar
(eksternal).
Faktor internal
yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan
persepsi (Nugraheni, 2003) dengan penjelasannya sebagai berikut :
Sikap, Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan
keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek
yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada
perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan
dan lingkungan sosialnya.
Pengalaman dan pengamatan, Pengalaman
dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat
diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui
belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial
akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.
Kepribadian, Kepribadian
adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan
perbedaan perilaku dari setiap individu.
Konsep diri, Faktor
lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah
menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara
konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya
akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari
pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi
permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference yang
menjadi awal perilaku.
Motif, Perilaku individu muncul karena
adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise
merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap
kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung
mengarah kepada gaya hidup hedonis.
Persepsi, Persepsi
adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan
informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.
Adapun faktor eksternal dijelaskan
oleh Nugraheni (2003) sebagai berikut :
Kelompok referensi, Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.
Keluarga, Keluarga memegang peranan terbesar
dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu.Hal ini karena pola
asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung
mempengaruhi pola hidupnya.
Kelas sosial, Kelas sosial adalah sebuah kelompok
yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun
dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki
nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem
sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan.
Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise
hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh
seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan
merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak
dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.
Kebudayaan, Kebudayaan yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku
yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam
(internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi sikap,
pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif , dan persepsi.
Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial,
dan kebudayaan. Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan
pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah
pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan
opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Pemasar mencari hubungan antara produknya
dengan kelompok gaya hidup konsumen. Contohnya, perusahaan penghasil komputer
mungkin menemukan bahwa sebagian besar pembeli komputer berorientasi pada
pencapaian prestasi. Dengan demikian, pemasar dapat dengan lebih jelas
mengarahkan mereknya ke gaya hidup orang yang berprestasi.
Terutama bagaimana dia ingin
dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan
bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial
yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol
status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Fenomena ini pokok pangkalnya adalah
stratifikasi sosial, sebuah struktur sosial yang terdiri lapisan-lapisan :
- Dari lapisan teratas sampai lapisan terbawah.
- Dalam struktur masyarakat modern,
- Status sosial haruslah diperjuangkan (achieved)
- Dan bukannya karena diberi atau berdasarkan garis keturunan (ascribed).
Selayaknya status sosial merupakan
penghargaan masyarakat atas prestasi yang dicapai oleh seseorang. Jika
seseorang telah mencapai suatu prestasi tertentu, ia layak di tempatkan pada
lapisan tertentu dalam masyarakatnya. Semua orang diharapkan mempunyai
kesempatan yang sama untuk meraih prestasi, dan melahirkan kompetisi untuk
meraihnya.
Jadi pada kesimpulannya, gaya hidup
adalah suatu pola atau cara individu mengekspresikan atau mengaktualisasikan,
cita-cita, kebiasaan / hobby, opini, dsb dengan lingkungannya melalui cara yang
unik, yang menyimbolkan status dan peranan individu bagi linkungannya. Gaya
hidup dapat dijadikan jendela dari kepribadian masing-masing invidu.Setiap
individu berhak dan bebas memilih gaya hidup mana yang dijalaninya, baik itu
gaya hidup mewah (glamour), gaya hidup hedonis, gaya hidup punk, gaya hidup
sehat, gaya hidup sederhana, dsb.
Gaya hidup mewah memang sudah menjadi
bagian hidup manusia. Sebagai makhluk sosial,manusia membutuhkan interaksi
dengan banyak hal. Manusia memerlukan pemenuhan kebutuhannya yang mencakup
sandang,pangan, dan papan. Ketiga hal ini sangat penting dalam kehidupan
manusia. Manusia bergantung pada makanan,pakaian, dan tempet tinggal. Kebutuhan
akan ketiga hal tersebut menjadikan sebagian orang memberlakukan gaya hidup
mewah. Manusia memiliki nafsu yang berujung pada masalah selera dan
gengsi,termasuk gaya hidup mewah.
5. Pengukuran Ganda Terhadap Perilaku Indivindu
Fakotr-faktor yang mempengaruhi
perilaku individu terhadap pengambilan keputusan sebagai konsumen, yakni 5 tahap proses pengambilan keputusan
pembelian :
Pengenalan
Kebutuhan, Proses
pembelian bermula dari pengenalan kebutuhan (need recognition)-pembelian
mengenali permasalahan atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan
antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan.
Pencarian
Informasi, Konsumen
yang tergerak mungkin mencari dan mungkin pula tidak mencari informasi
tambahan. Jika dorongan konsumen kuat dan produk yang memenuhi kebutuhan berada
dalam jangkauannya, ia cenderung akan membelinya.
Pengevaluasian
Alternatif, Cara
konsumen memulai usaha mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada
konsumen individual dan situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus,
konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pikiran yang logis.
Keputusan
Pembeli, Tahap
pengevaluasian, konsumen menyusun peringkat merek dan membentuk kecenderuangan
(niat) pembelian. Secara umum, keputusan pembelian konsumen akan membeli merek
yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul diantara kecenderungan
pembelian dan keputusan pembelian.
Perilaku
Setelah Pembelian, Pekerjaan
pemasar tidak hanya berhenti pada saat produk dibeli. Setelah membeli produk,
konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan akan masuk ke perilaku setelah
pembelian yang penting diperhatikan oleh pemasar.
6. Kepribadian, Nilai, dan Gaya Hidup
Terhadap Perilaku Konsumen
Nilai dan Gaya hidup dalam perilaku konsumen
sangat berkaitan erat dalam kaidah-kaidah menganalisa Perilaku Konsumen serta
relevansinya dengan strategi market dalam membentuk sebuah konsumen yang kuat
dengan produsennya. Produsen tentu memiliki standar prosedur dalam menguasai
pasar, tentunya apabila ingin memperoleh dan mendapatkan hati di para konsumen,
hal-hal yang berkaitan dengan ini yaitu melakukan riset pemasaran, agar
memperoleh hasil yang maksimal dalam proses penjualan.
Kepribadian dan gaya hidup adalah
naluri alamiah yang merupakan atribut atau sifat-sifat yang berada pada sifat
manusia, bagaimana cara manusia berfikir, faktor lingkungan sebagai sebuah
objek pengaruh dalam menentukan pola berfikir manusia, dan juga faktor
pendapatan yang membentuk manusia pada pola-pola konsumerisme. Cara berfikir
manusia adalah sebuah ideologi atau gagasan yang bersifat idealistis yang
dimiliki setiap manusia secara alamiah untuk menentukan suatu pola terarah dan
memiliki sikap dalam menentukan banyak hal, hal inilah yang menjadi indikator
bagi para pemasar, bagaimana mereka menganalisa sebuah pemikiran masyarakat
agar mau membeli produk mereka.
Faktor-faktor lingkungan adalah
suatu pola eksternal dalam mempengaruhi pola berfikir manusia dalam bersikap,
yang akhirnya menjadi gaya hidup dan perilaku seseorang dalam menjalani
kehidupannya sehari-hari. Pendapatan adalah sebuah hal pokok, yang akhirnya
membentuk sebuah perilaku konsumen dalam bersikap dan juga memenuhi kebutuhan
hidupnya, seorang yang memiliki pendapatan besar tentu memiliki gaya hidup yang
berbeda dalam menjalani sebuah kehidupannya sehingga munculah sebuah perilaku
konsumerisme, yaitu pola hidup yang berlebih-lebihan dalam mengambil keputusan
untuk sebuah pola yang lebih dari apa yang dibutuhkan.
Kepribadian merupakan ciri watak
seorang individu yang konsisten yang mendasari perilaku individu. Kepribadian
sendiri meliputi kebiasaan, sikap, dan sifat lain yang kas dimiliki seseorang.
Tapi kepribadian berkembang jika adanya hubungan dengan orang lain. Dasar pokok
dari perilaku seseorang adalah faktor biologis dan psikologisnya. Kepribadian
sendiri memiliki banyak segi dan salah satunya adalah self atau diri pribadi
atau citra pribadi. Mungkin saja konsep diri actual individu tersebut
(bagaimana dia memandang dirinya) berbeda dengan konsep diri idealnya
(bagaimana ia ingin memandang dirinya) dan konsep diri orang lain (bagaimana
dia mengganggap orang lain memandang dirinya). Keputusan membeli dipengaruhi
oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup, pekerjaan,
situasi ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
Nilai memainkan peranan yang sangat
penting dalam kehidupan bermasyarakat karena nilai sendiri merupakan ukuran
mengenai baik dan buruk, benar dan salah, pantas dan tak pantas. Nilai sangat
mencerminkan suatu kualitas pilihan dalam tindakan dalam hal apapun termasuk
melakukan pembelian.
Gaya hidup adalah cara hidup, yang
diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang.
Mowen dan Minor menyatakan bahwa penting bagi pemasar untuk melakukan
segmentasi pasar dengan mengidentifikasi gaya hidup melalui pola perilaku
pembelian produk yang konsisten, penggunaan waktu konsumen, dan keterlibatannya
dalam berbagai aktivitas. Mowen dan Minor juga menegaskan bahwa gaya hidup
merujuk pada bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan
bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Hal ini dinilai dengan bertanya
kepada konsumen tentang aktivitas, minat, dan opini mereka, gaya hidup
berhubungan dengan tindakan nyata dan pembelian yang dilakukan konsumen sendiri
menurut
Kepribadian dan gaya hidup merupakan
marupakan salah satu dari karakteristik pribadi yang mempengaruhi perilaku
konsumen selain umur, pekerjaan, dan situasi ekonomi. Banyak konsumen yang
sangat loyal dengan produk tertentu saperti minuman pepsi sehingga mereka tidak
akan minum minuman bersoda lainnya selain pepsi.
Selain itu barang dan jasa juga
mempunyai nilai yaitu nilai pakai dan nilai tukar. Nilai pakai sendiri dibagi
dua yaitu nilai pakai objektif dan nilai pakai subjektif. Nilai pakai objektif
merupakan kemampuan suatu barang untuk memenuhi kebutuhan banyak orang
sedangkan nilai pakai subjektif merupakan nilai yang diberikan oleh seseorang
terhadap suatu benda atau jasa dalam memenuhi kubutuhan pribadi pemakainya.
Sementara nilai tukar juga dibagi dua yaitu nilai tukar objektif dan nilai
tukar subjektif.
Teori nilai juga terbagi menjadi dua
teori nilai objektif dan teori nilai subjektif. Yang termasuk teori nilai
objektif yaitu teori biaya produksi dari Adam smith, teori dari biaya produksi
tenaga kerja dari David ricardo, teori nilai lebih dari Karl mark, teori nilai
reproduksi dari Carey, teori nilai pasar dari Humme dan Locke.
Sementara teori nilai subjektif yang
terkenal yaitu hukum Gossen 1, hukum Gossen 2, dan Carl Menger. Menurut hukum
Gossen 1 nilai suatu barang bagi konsumen yang mengkonsumsinya berkurang jika
semakin banyak barang tersebut dikonsumsi. Menurut hukum Gossen 2 manusia akan
memuaskan kebutuhan yang beraneka ragam sampai mencapai tingkat intensitas yang
sama. Menurut Menger nilai lebih ditentukan oleh faktor subjektif (kepuasan
atau permintaan) dibandingkan faktor objektif (biaya produksi atau permintaan).
REFERENSI :
- Peter dan Olson, 1996. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. D. Sihombing (penerjemah). Consumen Behavior. Gelora Aksara Pratama. Jakarta.
- Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc, 2011. Perilaku Konsumen. Ghalia Indonesia
- Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen. Ghalia Indonesia. Jakarta
- Budiarto,
Teguh (1993). Seri Diktat Kuliah : Dasar Pemasaran.
Jakarta : Universitas Gunadarma.
Sumber Lain :
- http://riantopurba.blogspot.com/2012/11/kepribadian-nilai-dan-gaya-hidup.html
- http://kalistaoctavia.blogspot.co.id/2014/11/kepribadian-nilai-dan-gaya-hidup.html