Pendahuluan
Besarnya dan kecilnya suatu perguruan karate
tentunya dilihat dari frekwensi kegiatan internal dan ekternal, dan jumlah
keterlibatan atau partisipasi warganya dalam mensukseskan program – program
kegiatannya. Besar dan kecilnya sebuah perguruan karate juga dapat ditentukan
dari jumlah anggota, jumlah atlet, jumlah wasit, jumlah pelatih, jumlah dojo /
ranting dan jumlah cabang / provinsi.
Perguruan yang besar akan diikuti dengan
tingkat anggaran belanja yang besar dari organisasi dan daya konsumsi yang
tinggi dari warganya, hal ini dapat dilihat langsung saat – saat dilaksanakan
event – event pertadingan karate, kegiatan festival karate hingga gashuku dan
ujian.
Perguruan yang besar dapat digambarkan sebagai
perguruan yang memiliki dojo / ranting / tempat latihan yang banyak, diikuti
dengan jumlah SDM pelatih dan jumlah pertumbuhan anggota / murid yang berlatih
secara aktif.
Banyak pihak berpendapat dan mengatakan ujung
tombak perguruan Gojukai Indonesia adalah “Pelatih”
hal itu benar dan tidak dapat dipungkiri, karena kalau tidak ada pelatih maka
tidak ada dojo atau berdirinya tempat – tempat latihan.
Disisi lain pelatih tidak akan menjadi pelatih
kalau tidak ada murid / anggota dojo atau peserta latihan..., karena diera
global sekarang, para calon murid / peserta latihan semakin cerdas memilih,
menilai dan menentukan siapa dan dimana mereka mencari tempat berlatih karate
dan siapa / bagaimana kualifikasi pelatihnya.
Diera global saat ini masih ada pihak yang
sangat menentukan dari, sukses dan
lancarnya program – program latihan dari Pelatih di dojonya masing – masing,
pihak tersebut sebagai stock hollder yakni orang
tua calon murid / anggota / peserta latihan.
Program – program latihan yang dikembangkan di
dojo yang sudah mendapatkan dukungan
dari anggota dan orang tua pun tidak akan dapat tercapai / terlaksana
sesuaI harapan bila organisasi / perguruan tidak mengarahkan, membimbing dan
membina pelatih, anggota dan harapan orang tua melalui program – program
kreatif, inovatif dan edukatif. Misalkan program kegiatan gashuku, ujian,
training of the trainer, seminar, sirikuti, festival dan kejuaraan – kejuaraan.
Dimana program – program tersebut nantinya
dapat memberikan stimulus / rangsangan kepada para anggota, pelatih dan orang
tua untuk mempersiapkan diri untuk dapat turut berpartisipasi pada program –
program pengembangan dan pembinaan yang disediakan oleh organisasi / perguruan
maupun oleh pihak non organisasi / perguruan.
Latar
Belakang
Pengurus Besar Karate-Do Gojukai Indonesia
merasa / mermandang perlu untuk membesarkan dan mengembangkan perguruan dengan
jumlah anggota, atlet, pelatih, dojo, cabang menjadi 100% atau 2 kali lipat
dalam 1 periode kepengurusan 2017 – 2022.
Sangat dinantikan dan diterima dengan senang
hati, saran, pendapat, ide dari seluruh elemen warga Gojukai Indonesia,
khususnya warga Gojukai DKI Jaya “Berlatih”, seperti diantaranya :
1. Saran apa yang disampaikan oleh para pelatih /
anggota agar target tersebut dapat terlaksana / tercapai ?
2. Apa yang dibutuhkan untuk menuju target
tersebut ?
Terhadap ide yang dicita – citakan oleh PB.
Gojukai kami sangat mengapresiasi dan mendukung 100%, karena PB. Gojukai
Indonesia tidak berdiri sendiri dan Gojukai Indonesia selama 49 Tahun berkarya
di Nusantara sudah menjalar hingga lebih dari 28 Provinsi, ini yang kita lihat
sebagai sebuah potensi dan peluang
besar.
Permasalahan
Sebagaimana pendahuluan, bahwa perguruan yang
besar dapat digambarkan sebagai perguruan yang memiliki dojo / ranting / tempat
latihan yang banyak, diikuti dengan jumlah SDM pelatih dan jumlah pertumbuhan
anggota / murid yang berlatih secara aktif.
Ada yang mengatakan ujung tombak perguruan
Gojukai Indonesia adalah “Pelatih”
hal itu benar dan tidak dapat dipungkiri, karena kalau tidak ada pelatih maka tidak
ada dojo atau berdirinya tempat – tempat latihan.
Pada kenyataannya untuk kondisi saat ini, yang
ada di Perguruan Gojukai Indonesia (Organisasi PB. Karate-Do Gojukai Indonesia)
sangat kekurangan SDM pelatih, hal ini berbanding terbalik dengan jumlah
anggota penyandang sabuk hitam (yudansha) yang jumlahnya cukup banyak, terlebih
lagi mereka berada pada usia – usia produktif (18-30 tahun).
Sebagai gambaran kongkrit untuk kondisi
Organisasi Gojukai Indonesia diwilayah otoritas Komda DKI Jakarta, saat ini
data terakhir periode bulan Juli 2017 terdapat 35 dojo aktif dari 37 dojo yang
terdaftar, dilain tempat terdapat 3 dojo baru dibuka. 35 dojo aktif saat ini
diasuh oleh kurang lebih 24 orang pelatih pada usia 28 s/d 55 tahun.
Sebagaimana diketahui bahwa pada ujian nasional
periode yang lalu, Gojukai DKI Jaya telah mengikutsertakan dan berhasil lulus
sebagai penyandang sabuk hitam (Yudansha) hampir 20 orang, dan idealnya setiap
lahirnya 20 orang para pemegang sabuk hitam (Yudansha) diikuti dengan berdirinya
20 dojo baru diwilayah kepengurusan Gojukai Komda DKI Jaya.
Realitasnya berdirinya dojo – dojo baru tetap
digagas oleh pelatih – pelatih senior, yang memang memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap
pengembangan perguruan yang mereka Cintai “Gojukai Indonesia”.
Disadari sepenuhnya para pemegang sabuk hitam
yang berada pada usia – usia muda dan produktif
(18 – 27 tahun ) belum sepenuhnya terpanggil untuk bersama – sama
mengemban tanggung jawab untuk membesarkan dan mengembangkan perguruan Gojukai Indonesia
khususnya diwilayah kepengurusan Gojukai Komda DKI Jaya.
Banyak permasalahan yang melatar belakangi hal
tersebut diatas, misalkan dari sisi internal seperti permasalahan motivasi,
rasa percaya diri, dedikasi, kebutuhan, pengakuan dan penghargaan, dari sisi
ekternal seperti aksesbiltas, keterbatasan administrasi dan pihak – pihak yang
dapat memediasi.
Hambatan
– Hambatan Yang di hadapi
Sebagaimana disampaikan tentang
permasalahan, yang sebenarnya hal
tersebut merupakan kesempatan dan peluang bagi Gojukai DKI Jaya untuk dapat
mewujudkan peningkatan pertumbuhan anggota Gojukai Indonesia 100% dalam 1
periode, kami berusaha menginventarisir hambatan – hambatan yang harus kami
upayakan solusinya, dan merubahnya
menjadi sebuah peluang dan kesempatan baik.
Kami dari “Karate-Ka Gojukai DKI Berlatih” memandang ada dua hambatan baik dari sisi
internal dan sisi ekternal, khususnya di organisasi / perguruan Gojukai Komda
DKI Jakarta, diantaranya :
1.
Hambatan Internal Yang di Hadapi Pelatih
Permasalahan yang merupakan hambatan
sisi internal seperti,
a. Rasa percaya diri (psikologis),
b. Motivasi,
c. Dedikasi,
2.
Hambatan Eksternal Yang di Hadapi Pelatih
Permasalahan yang merupakan hambatan sisi
eksternal seperti,
a. Hambatan administrasi
b. Hambatan aksesbiltas dan relasional
c. Hambatan frekwensi kegiatan organisasi /
perguruan
d. Ada peraturan dan panduan
Upaya
Organisasi Gojukai Komda DKI Jakarta Dalam Mengatasi Hambatan
1.
Langkah Pembinaan SDM Pelatih Karate
Permasalahan yang merupakan hambatan sisi
internal seperti,
a. Rasa percaya diri (psikologis),
Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan
lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku
manusia ada yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku
yang ditampilkan seseorang dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya
sendiri.
Ilmu
psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai
psikologi olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah
untuk memperbaiki dan meningkatkan rasa percaya diri dan untuk membantu agar
bakat sebagai atlet / pelatih olahraga karate yang ada dalam diri seseorang
dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa adanya hambatan dan faktor-faktor yang
ada dalam kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan umum dari psikologi olahraga
adalah untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan prestasi dan karya
optimal, yang lebih baik dari sebelumnya.
Psikologi
olahraga juga diperlukan agar atlet / pelatih karate berpikir mengenai mengapa
mereka berolahraga dan apa yang ingin mereka capai? Sekali tujuannya diketahui,
latihan-latihan ketrampilan psikologis dapat menolong tercapainya tujuan
tersebut. Mental yang tegar, sama halnya dengan teknik dan fisik, akan didapat
melalui latihan yang terencana, teratur, dan sistematis.
b. Motivasi,
Manusia adalah makhluk berkembang, makhluk yang aktif. Tindakan atau
perbuatan manusia selain ditentukan oleh faktor-faktor yang datang dari luar,
juga ditentukan oleh faktor yang datang dari dalam diri sendiri.
Dalam pembinaan pendidikan jasmani dan olahraga karate di Indonesia
akhir-akhir ini makin dirasakan tantangan yang berat terutama untuk menampilkan
prestasi dan kemampuan yang mengungguli atau setidak-tidaknya menyamai prestasi
beberapa Negara Asia Tenggara yang berciri fisik sama dengan Indonesia.
Indonesia dengan jumlah penduduk yang cukup besar seharusnya mampu mengorbitkan
atlet / pelatih karate yang berkuatitas.
Dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga, tidak ada pelatih karate yang dapat menunjukan prestasi
/ karya yang optimal tanpa motivasi. Meskipun
pelatih Karate-Do Gojukai mempunyai keterampilan yang baik, tetapi tidak
ada hasrat untuk belajar dan berlatih baik, biasanya mengalami kegagalan atau
kejenuhan.
Dari beberapa pemaparan
diatas, dapat disimpulkan bahwa : ”Motivasi Olahraga” adalah keseluruhan daya
penggerak (motif – motif) didalam diri individu yang menimbulkan kegiatan
berolahraga, menjamin kelangsungan latihan dan memberi arah pada kegiatan
latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Olahraga karate-Do Khususnya Karate-Do Gojukai cukup digemari anak – anak,
pemuda dan para orang tua, karena memiliki daya tarik untuk mengembangkan
berbagain kemampuan, menumbuhkan harapan – harapan, memberikan pengalaman yang
membanggakan, meningkatkan kesehatan jasmani, dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan praktis dalam kehidupan sehari – hari dan sebagainya.
Melalui olahraga Karate-Do Gojukai para pemuda mendaptakan kesempatan yang
luas untuk mengembangkan kemampuan, mendapatkan pengakuan dan popularitas,
menemukan teman – teman baru serta pengalaman bepergian dan bertanding yang
mendatangkan kegembiraan dan kepuasan. Olahraga Karate-Do Gojukai merupakan
aktivitas yang unik, dimana sermua memerlukan hubungan yang harmonis dan ideal
antara proses berfikir, emosi dan gerakan.
c. Fungsi Motivasi,
Pengalaman nyata di negara-negara berkembang pada umumnya, seperti juga di
Indonesia, adalah bila atletn / pelatihnya mengalami kegagalan atau kejenuhan pada suatu momen
latihan / pelatihan, maka kelemahan mental dan teknik dituding sebagai sebab
utama. Di negara-negara yang sudah maju prestasi olahraganya, kurangnya
motivasi dituding sebagai penyebab utama. Anggapan yang berbeda ini sebenarnya
disebabkan kelemahan mental dan teknik masih menonjol di negara-negara
berkembang, sedangkan kempuan teknik dan fisik bukan masalah di negara-negara
maju, sehingga motivasi merupakan kunci yang mentukan keberhasilan
penampilannya yang prima.
Peranan motivasi terhadap prestasi pelatih olahraga Karate-Do Gojukai banyak
dibicarakan dan diperhatikan oleh tokoh – tokoh olahraga Karate-Do Gojukai dan
Karate-Do dari aliran atau perguruan lainnya.
Fungsi motivasi dalam latihan dan melatih karate diantaranya :
1) Mendorong timbulnya
tingkah laku atau perbuatan pelatih yang produktif, konstruktif dan potensi,
tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar dan berlatih.
2) Motivasi berfungsi
sebagai pengarah, artinya mengarahkan pelatih karate untuk melakukan perbuatan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3) Motivasi berfungsi
sebagai penggerak semangat dan energi pelatih karate, artinya menggerakkan
tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau
lambatnya suatu pekerjaan.
Pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai dalam latihan dan
melatih karate sebagai berikut :
1) Motivasi menentukan
tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan pelatihan dan latihan karate.
2) Pelatihan dan berlatih
olahraga karate yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pelatihan dan berlatih yang
sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri murid /
peserta latihannya.
3) Pelatihan dan berlatih
karate yang bermotivasi menuntut
kreatifitas dan imajinitas pelatih untuk
berupaya secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna
membangkitkan dan memeliharan motivasi belajar siswa.
4) Berhasil atau gagalnya
dalam membangkitkan dan mendayagunakn motivasi dalam proses pembelajaran dan
pelatihan karate berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin di dojo (dojo kun).
d. Mencari dan
Mengatasi Motivasi Pelatih
Agaknya
berjuang untuk mengatasi rintangan-rintangan menciptakan motivasi pada diri
sendiri, dan berusaha untuk sukses melalui tantangan – tantangan merupakan
salah satu utama pelatih karate untuk belajar, berlatih, berkarya dan
berprestasi. Sebagai contoh para pendaki gunung, dan pada dunia olahraga banyak
sekali hal-hal yang serupa (mencari tantangan dan mengatasinya ) yang mana
Craty 1973 mengatakan hal tersebut dengan “Trauble Shoting”. Banyak pelatih
memperoleh kepuasan jika mereka mampu melewati atau mengalahkan tantangan /
permasalahan atau dapat mengatasi
rintangan yang menghalanginya.
e. Dedikasi,
Dedikasi adalah sebuah pengorbanan
tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan
yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian untuk
melaksanakan cita-cita yg luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang
teguh.
Menjadi
pelatih karate adalah pekerjaan yang berbeda dan membutuhkan dedikasi. Dalam
pekerjaan ini, seorang pelatih Karate-Do Gojukai di harapkan mampu mendedikasikan
kehidupannya dan menyadari bahwa dirinya tidak memiliki hal-hal lain di luar
pekerjaan ini.
Dedikasi
semakna dengan pengabdian tulus. Seperti seorang guru / pelatih karate yang
mendedikasikan dirinya dengan segenap ilmu dan keahlian teknik karate yang dimiliki untuk murid / peserta
latihannya, mencerdaskan generasi muda yang bervisi agar mereka siap menghadapi
masa depan. Banyak pelatih karate yang mendedikasikan diri seperti itu meski
tak menerima imbalan atau gaji yang memadai.
Melatih dengan
dedikasi, adalah bekerja sepenuh hati, tak setengah-setengah. Mrantasi, kata
pepatah Jawa. Mempersembahkan hal terbaik hingga batas tertinggi kemampuan yang
dimiliki.
2. Langkah Organisasi dan Adminitrasi
Sebagaimana layaknya sebuah organisasi, jika ada
hambatan atau permasalahan yang dihadapi anggotanya, maka secepatnya diberikan
dukungan, arahan, bimbingan hingga bantuan. Terhadap para pemegang sabuk hitam
(yudansha) usia produktif, organisasi melakukan upaya pembinaan diantaranya :
a. Organisasi dalam merealisasikan rencana
pengembangan dan pendirian dojo – dojo baru, juga diharapkan dapat memberikan
dukungan administrasi diantara :
1) Surat pengantar / keterangan / rekomendasi /
permohonan
2) Proposal pembukaaan dojo
3) Materi / kurikulum latihan
4) Profile organisasi / perguruan
5) Adanya panduan teknis bagaimana membangun,
memilih / menenetukan lokasi dojo, membuka, mengelola dan mengembangkan dojo.
b. Organisasi dalam membantu para pelatih untuk
dapat merealisasikan rencana pendirian dojo baru, juga diharapkan dapat memberikan
dan membuka akses dengan menjalin komunikasi dan kerja sama dengan pihak –
pihak seperti :
1) Lembaga pendidikan sekolah negeri / swasta
(SD, SMP, SLTA),
2) Lembaga perguruan tinggi negeri / swasta,
3) Lembaga pemerinta / swasta,
4) Komunitas marsyarakat lainnya.
c. Organisasi dalam membantu para pelatih untuk
dapat mengaplikasikan dan mengaktualisasikan hasil dari kegiatan pelatihannya
di dojo – dojo, organisasi juga diharapkan dapat mengadakan kegiatan – kegiatan
yang dapat meningkatkan semangat pelatih, anggota dan orang tua, melalui
kegiatan - kegiatan :
1) Gashuku dan ujian yang inovatif, kreatif dan
edukatif.
2) Bimbingan skill manajemen kepelatihan, manajemen
finacial, dan lainnya
3) Kegiatan pestival karate.
4) Kegiatan Sirkuit, pertandingan, seleksi, out
bound / field trip dan lainnya.
d. Organisasi dalam mengembangkan,
mempertahankan, meningkatkan SDM pelatih
Karate sangat diharapkan dapat mengadakan kegiatan – kegiatan
diantaranya :
1) TOT (Training of The Trainer) yang memberikan
motivasi nyata tentang manfaat dari melatih, dan memiliki dojo.
2) Libatkan Mentor / Pendamping bagi pelatih –
pelatih muda dalam mengola dojo dan program – program latihannya.
3) Memperkenalkan dengan sumber daya
disekitarnya.
4) Organisasi melakukan pengawasan, pembinaan,
pendampingan kepada pelatih – pelatih di dojo – dojo baru.
5) Pengurus terjun langsung dengan mengunjungi
dan melihat dari dekat dojo – dojonya, sambil melakukan supervisi dan
memberikan pembinaan – pengarahan.
e. Ada peraturan yang mengikat dan manjadi syarat
untuk seorang pelatih, calon pelatih untuk meningkatkan jenjang ketingkatannya
(level yudansha).
Selain peran partisipasi pengurus komda dan
segenap warga Gojukai DKI Jaya, dipandang perlu hadirnya kebijakan pengurus
besar yang memiliki otoritas dan legalitas untuk mengeluarkan / menerbitkan
sertifikat pelatih, hal ini akan memperkuat legalitas bagi pelatih karate,
khususnya pelatih Karate-Do Gojukai Indonesia Komda DKI Jakarta, yang memiliki
kekuatan hukum tetap.
Pengurus Besar Karate-Do Gojukai Indonesia,
juga memiliki kepentingan dan andil dalam menyusun dan menerapkan kebijakan – kebijakan
yang mengarah kepada pengembangan perguruan, sehingga Pengurus Besar Gojukai
Indonesia juga berkewajiban memberikan stimulus, apresiasi, reward khusus
kepada pelatih – pelatih Karate-Do Gojukai Indonesia yang selalu eksis,
komitmen, konsisten dan berdedikasi tinggi dalam melatih di dojo / komdanya
masing – masing.
Opini Akhir
Besarnya suatu Perguruan Karate-Do Gojukai
Indonesia dapat dilihat dari jumlah anggota, jumlah atlet, jumlah wasit, jumlah
pelatih, jumlah dojo / ranting dan jumlah cabang / provinsi yang selalu
berpartisipasi pada kegiatan kegiatan internal dan ekternal perguruan.
Untuk mewujudkan semangat yang dicita –
citakan oleh PB. Gojukai untuk meningkatkan populasi anggota Gojukai Indonesia menjadi 100% dalam
1 periode, kami Warga Gojukai DKI Jaya sangat antusias dan mengapresiasi
Tidak bisa dipungkiri bahwa “Pelatih” merupakan ujung tombak
perguruan Gojukai Indonesia, sehingga mau tidak mau diera global saat ini
pembinaan dan pengembangan SDM pelatih
sudah sangat menjadi prioritas bagi Organisasi Gojukai Komda DKI Jakarta.
Sehingga secara kongkrit dapat dilakukan
persiapan,
1. Menyiapkan SDM pelatih yang tepat berkarya.
2. Proposal dan materi latihan dibuat / dikemas
semenarik mungkin.
3. Mencari tempat / sasaran membuka dojo yang
potensial.
Semua uraian yang telah dikemukakan diatas
hanya akan menjadi seperti peribahasa “Bertepuk Sebelah Tangan” jika tidak
didukung, disambut dan diikuti oleh anggota – anggota karate-ka sabuk hitam dan
pengurus.
Seperti peribahasa “Bak Gayung Bersambut”
semua elemen warga Gojukai DKI Jaya, maik pengurus dan anggota nya harus
suportif dan proaktif atas upaya ini misalkan :
1. Bila ada pihak – pihak / isntansi / lembaga
yang ingin atau mengizinkan untuk dibuka dan dilaksanakan kegiatan latihan
karate bagi Gojukai, segera dibuka, bila terkendala SDM pelatih segara
sampaikan kepada Pengurus Komda, selanjutnya akan dicarikan / ditunjuk pelatih oleh pengurus.
Hal ini akan menunjukan semangat kebersamaan dan gotong – royong, siapaun
pelatihnya yang lebih utama adalah “Gojukai” berkibar ditempat yang baru.
2. Demikian halnya dengan pengurus, yang harus terjun
langsung kelapangan dengan mengunjungi dan melihat dari dekat dojo – dojonya,
sambil melakukan supervisi dan memberikan pembinaan – pengarahan.
Dipandang perlu hadirnya kebijakan pengurus
besar yang memiliki otoritas dan legalitas untuk mengeluarkan / menerbitkan
sertifikat pelatih, sebagai legalitas
bagi pelatih karate, yang berkekuatan hukum tetap.
Pengurus Besar Karate-Do Gojukai Indonesia,
juga memiliki kepentingan atas kebijakan yang mengarah kepada pengembangan,
sehingga Pengurus Besar Gojukai Indonesia juga berkewajiban memberikan
stimulus, apresiasi, reward kepada pelatih Karate-Do Gojukai Indonesia yang
selalu eksis, komitmen, konsisten dan berdedikasi tinggi .
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
kemajuan Organisasi / Perguruan Karate-Do Gojukai Indonesia yang kita Cintai,
lebih khusus bagi yang membacanya.